ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI ACEH,

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH. Fajri Hadi

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g. T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN EKONOMI ANTARPROVINSI DI INDONESIA TAHUN

BERITA RESMI STATISTIK

ANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province)

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH. Oleh: Kabid Pengembangan Investasi. Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN

Studi Komperatif Ketimpangan Wilayah Antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Rosmeli Nurhayani Universitas Jambi

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KECAMATAN DI KOTA AMBON Analysis of the Development Imbalance between Districts in Ambon City

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN DI PROVINSI ACEH

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN DI PROVINSI ACEH PERIODE

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT.

KETIMPANGAN PENDAPATAN PERKAPITA DI PULAU SUMATERA TAHUN Oleh: Utari Antika S Pembimbing : Mardiana dan Taryono

PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

CHAPTER XII COMPARISON BETWEEN REGENCIES/ CITIES BAB XII PERBANDINGAN ANTARA KABUPATEN/ KOTA

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Perdebatan tentang indikator pembangunan sosial-ekonomi sudah sejak

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ANALISIS EKONOMI I ACARA V. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

karakteristik pusat pertumbuhan

GUBERNUR ACEH. 7. Peraturan./2 MW\DATAWAHED\2009\PER.GUB\AGUSTUS.

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ANALISIS PENGARUH BELANJA PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA DI PROVINSI ACEH

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN:

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA. Abstract

Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh masyarakat luas (Lincolin Arsyad, 1999).

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP

DISPARITAS PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH DI PROVINSI MALUKU UTARA. Aisa Mashud Noortje M. Benu Mex L. Sondakh

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BULELENG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

Transkripsi:

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH Abstract This study aimed to analyze the level of income disparity in the district / city in the province of Aceh. The study used secondary data from 2002 through 2011. Theil entropy index is used to look at the level of disparity between districts / cities in Aceh province which have been grouped into three groups of regions of the North-East region, Central Aceh region, and the South-West region. The results showed that the per capita income disparities between districts / cities that occur between the Aceh region is relatively high. This study also found that income disparity with Theil entropy index is highest in the North-East region of Aceh, followed by the Central region of Aceh, and the smallest in the South-West region of Aceh. The study recommends: (1) Local government as policy makers should not only focus on economic growth but also to be able to do a more equitable income distribution, (2) Pressing the population growth rate becomes essential to keep the level of income disparity in the area can be minimize. Nur Aidar Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala E-mail: nur_aidar@yahoo.com Ramadhan Syahputra Alumni pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Keywords: Economic growth, income per capita, Disparities 56

PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi, semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menimbulkan tingkat ketimpangan pendapatan, jika tidak memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Sukirno, 2006:423). Pertumbuhan penduduk yang melebihi pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan terjadinya disparitas pendapatan dengan daerah yang memiliki pertumbuhan penduduk yang lebih terkendali. Disparitas pendapatan merupakan inti permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara sedang berkembang. Provinsi Aceh yang memiliki sumber daya alam yang melimpah juga menghadapi permasalahan dalam proses pembangunan, yaitu ketimpangan antar daerah dalam hal ini kabupaten/kota, ini dikarenakan perbedaan sumberdaya alam yang dimiliki dan jumlah penduduk di masing-masing Tabel 1 di bawah ini, menunjukkan PDRB per kapita di atas rata-rata dimiliki oleh 10 Kabupaten/kota termasuk Kota Banda Aceh sebagai kota dengan pendapatan per kapita paling tinggi yang menunjukkan angka 14,18 juta rupiah, diikuti kabupaten/kota Sabang, Aceh Besar, Bireuen, Lhokseumawe, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Selatan. Tabel 1 Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kab/Kota di Provinsi Aceh Tanpa Migas Tahun 2011 Kabupaten/Kota Penduduk (jiwa) % Penduduk PDRB Perkapita (rupiah) 1. Kota Banda Aceh 228,562 4.97 14.180,720 2. Kota Sabang 31,355 0.68 8.176,910 3. Kab. Aceh Besar 359,464 7.82 7.388,069 4. Kab. Pidie 387,787 8.44 4.604,910 5. Kab. Pidie Jaya 136,000 2.96 5.017,634 6. Kab. Bireuen 398,201 8.66 6.983,505 7. Kab. Aceh Utara 541,878 11.79 5.382,976 8. Kota Lhokseumawe 175,082 3.81 13.263,270 9. Kab. Aceh Timur 368,728 8.02 4.598,312 10. Kota Langsa 152,355 3.31 6.099,726 11. Kab. Aceh Tamiang 257,681 5.61 5.244,929 57

Tabel 1 Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kab/Kota di Provinsi Aceh Tanpa Migas Tahun 2011 Kabupaten/Kota Penduduk (jiwa) % Penduduk PDRB Perkapita (rupiah) 12. Kab. Bener Meriah 125,076 2.72 6.301,428 13. Kab. Aceh Tengah 179,546 3.91 6.938,611 14. Kab. Gayo Lues 81,382 1.77 5.552,121 15. Kab. Aceh Tenggara 183,108 3.98 4.310,819 16. Kab. Aceh Barat 177,532 3.86 7.462,849 17. Kab. Aceh Barat Daya 128,922 2.80 5.430,075 18. Kab. Aceh Jaya 78,540 1.71 3.663,821 19. Kab. Nagan Raya 142,861 3.11 7.084,002 20. Kab. Aceh Selatan 206,881 4.50 6.568,705 21. Kota Subussalam 68,990 1.50 4.005,502 22. Kab. Aceh Singkil 104,856 2.28 4.853,668 23. Kab. Simeulue 82,521 1.79 3.225,351 Provinsi Aceh 4,597,308 100.00 6.699,940 Sumber : BPS Aceh 2013 (diolah). Sedangkan 13 kabupaten/kota lainnya memiliki pendapatan per kapita dibawah rata-rata dengan Kabupaten Simeulue sebagai kabupaten dengan pendapatan per kapita terendah yaitu 3.22 juta rupiah. Dengan demikian jika mengacu pada PDRB perkapita dapat dikatakan bahwa sebagian besar kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh memiliki pendapatan perkapita dibawah rata-rata. Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang lebih tinggi tidak memberikan dampak yang baik pada pendapatan per kapitanya, seperti Kabupaten Aceh Utara persentase jumlah penduduknya 11.79 persen dibandingkan Kota Banda Aceh yang hanya 4.97 persen jumlah penduduknya membuat Kabupaten Aceh Utara mempunyai pendapatan per kapita dibawah rata-rata. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa besar tingkat disparitas pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat analisis tingkat disparitas pendapatan pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh. TINJAUAN TEORITIS 58

Secara teoritis, permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah mula-mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam analisanya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik (Sjafrizal, 2008: 105). Menurut Hipotesa Neo-klasik, pada umumnya negara-negara maju ketimpangan pembangunan antar wilayah akan lebih rendah. Pada negara-negara sedang berkembang pada umumnya ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung tinggi, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara bertahap ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Dari penjelasan di atas, maka kurva ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah berbentuk huruf U terbalik (Sjafrizal, 2008: 105). Gambar 1 Hipotesa Neo-klasik Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada permulaan proses pembangunan, ketimpangan regional cenderung meningkat, tetapi setelah titik maksimum bila pembangunan terus dilanjutkan, maka ketimpangan pembangunan antar daerah akan berkurang dengan sendirinya. Kemajuan teknologi, peningkatan investasi dan peningkatan jumlah tenaga kerja suatu wilayah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adapun beberapa faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan regional antara lain: perbedaan sumberdaya alam antar daerah, tingkat mobilitas dan faktor-faktor produksi yang rendah antar daerah, konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, kurang lancarnya perdagangan (Tambunan, 2001). Ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat dihilangkan dalam pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah sekitarnya. 59

Pertumbuhan versus distribusi pendapatan merupakan masalah yang menjadi perhatian di negaranegara sedang berkembang. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Kuncoro, 2004). Untuk melihat ukuran perbedaan kemerataan distribusi pendapatan dalam suatu negara atau antar wilayah tidaklah hal yang mudah. Terdapat berbagai kriteria atau tolak ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemerataan distribusi pendapatan, diantaranya yaitu : Kriteria Bank Dunia, Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil, Kurva Lorenz dan Koefesien Gini. Setiap metode analisa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan semuanya dapat dipergunakan tergantung dari tujuan analisa dan jenis data yang tersedia. Kriteria Menurut Bank Dunia Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yaitu pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen penduduk yang berpendapatan menengah, serta 20 persen penduduk berpendapatan tertinggi. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan dalam Kuncoro (2006), yaitu: a. Tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12 persen bagian pendapatan. b. Sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga 17 persen bagian pendapatan. c. Rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 persen bagian pendapatan. 60

Indeks Entropi Theil Indeks Entropi Theil merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan dan konsentrasi industri yang menawarkan tentang pendapatan regional per kapita dan kesenjangan pendapatan. Adapun rumusan dari indeks entropi Theil adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2004: 134): I(y) = (yj / Y) log [(yj / Y) / (xj / X)] Keterangan: I(y) = Indeks Entropi Theil yj = PDRB Per Kapita daerah j Y = Rata-rata PDRB Perkapita seluruh daerah xj = Jumlah Penduduk daerah j X = Jumlah Penduduk seluruh daerah Indeks Entropi Theil berkisar antara 0 s/d 1, di mana semakin mendekati nilai nol artinya wilayah tersebut semakin tidak mengalami disparitas pendapatan. Sedangkan bila mendekati satu maka semakin mengalami disparitas pendapatan pada wilayah yang di teliti. METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Aceh untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat disparitas pendapatan, pembagian kawasan dilakukan berdasarkan wilayah yang berbeda, yaitu kawasan wilayah pantai Barat-Selatan Aceh (8 kabupaten/kota), kawasan wilayah Tengan Aceh (4 kabupaten/kota), dan kawasan wilayah Timur- Utara Aceh (11 kabupaten/kota) (Abdullah, 2012: 145) Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Ststistik Provinsi Aceh serta instansi lain yang terkait. Data yang diperlukan adalah data Produk Domestik Regional Bruto, data pendapatan perkapita dan data pertumbuhan ekonomi dari tahun 2002-2011. Di dalam penelitian ini analisis yang dilakukan dengan menggunakan model analisis kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan menggunakan Indeks Entropi Theil untuk menghitung besarnya disparitas pendapatan wilayah ( Kuncoro, 2004:134). I(y) = (yj / Y) log [(yj / Y) / (xj / X)] 61

Dimana: I(y) = Indeks Entropi Theil yj = PDRB Per Kapita kabupaten/kota Y = Rata-rata PDRB Perkapita seluruh daerah xj = Jumlah penduduk kabupaten/kota X = Jumlah penduduk seluruh daerah Indeks Entropi Theil berkisar antara 0 s/d 1, di mana semakin mendekati nilai nol artinya wilayah tersebut semakin tidak mengalami disparitas pendapatan. Sedangkan bila mendekati satu maka semakin mengalami disparitas pendapatan pada wilayah yang di teliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota dalam Wilayah Provinsi Aceh Pada periode 2002 hingga 2011, kondisi sebaran penduduk kabupaten/kota di provinsi Aceh menyebar di dua puluh tiga kabupaten/kota berbeda kepadatannya antar daerah. Tabel 2 terlihat bahwa jumlah penduduk kabupaten/kota di Provinsi Aceh dari tahun 2002-2009 terus mengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2005 jumlah penduduk Provinsi Aceh mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh bencana tsunami yang menimpa Aceh pada tahun 2004, dan banyak memakan korban jiwa terutama di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Jaya yang mengalami dampak paling parah. Laju Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota dalam Wilayah Provinsi Aceh Periode 2002-2011(persen) Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Wilayah Timur-Utara Kota Banda Aceh 4,99 4,99 5,50 4,22 4,76 5,20 5,08 4,86 4,86 4,97 Kota Sabang 0,55 0,55 0,66 0,68 0,70 0,69 0,68 0,67 0,68 0,68 Kab. Aceh Besar 6,59 6,59 6,94 7,04 7,28 7,28 7,22 7,17 7,82 7,82 Kab. Pidie 11,53 11,53 10,81 11,26 8,75 8,84 8,86 8,85 8,44 8,44 Kab. Pidie Jaya 3,39 3,37 3,50 3,67 3,74 3,04 3,05 3,10 2,96 2,96 62

Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kab. Bireuen 8,05 8,05 8,01 8,35 8,47 8,43 8,33 8,23 8,66 8,66 Kab. Aceh Utara 11,66 11,66 11,22 11,72 12,10 12,09 12,06 12,20 11,79 11,79 Kota Lhokseumawe 3,73 3,73 3,19 3,67 3,77 3,74 3,70 3,65 3,81 3,81 Kab. Aceh Timur 7,39 7,39 7,18 7,23 7,45 7,42 7,75 7,81 8,02 8,02 Kota Langsa 2,74 2,74 3,11 3,27 3,35 3,31 3,27 3,22 3,31 3,31 Kab. Aceh Tamiang 5,01 5,01 5,28 5,59 5,72 5,67 5,59 5,54 5,61 5,61 Wilayah Tengah 5,97 5,96 5,95 6,07 6,01 5,97 5,96 5,94 6,00 6,01 Kab. Bener Meriah 1,48 1,48 1,57 1,71 2,62 2,63 2,62 2,62 2,72 2,72 Kab. Aceh Tengah 6,07 6,07 6,57 3,81 3,99 4,04 4,25 4,34 3,91 3,91 Kab. Gayo Lues 1,48 1,48 1,45 1,71 1,76 1,76 1,74 1,72 1,77 1,77 Kab. Aceh Tenggara 3,36 3,36 3,87 4,01 4,14 4,13 4,09 4,06 3,98 3,98 Wilayah Barat-Selatan 3,10 3,10 3,37 2,81 3,13 3,14 3,18 3,19 3,09 3,09 Kab. Aceh Barat 4,34 4,34 3,69 3,57 3,62 3,61 3,57 3,63 3,86 3,86 Kab. Aceh Barat Daya 2,57 2,57 2,56 2,75 2,80 2,87 2,87 2,86 2,80 2,80 Kab. Aceh Jaya 2,20 2,20 1,82 1,44 1,58 1,67 1,76 1,90 1,71 1,71 Kab. Nagan Raya 3,21 3,21 2,54 2,94 2,96 2,94 2,90 2,87 3,11 3,11 Kab. Aceh Selatan 4,40 4,40 4,27 4,55 4,83 4,97 4,89 4,93 4,50 4,50 Kota Subussalam 1,18 1,20 1,27 1,41 1,48 1,50 1,50 1,52 1,50 1,50 Kab. Aceh Singkil 2,78 2,78 3,33 3,52 2,21 2,25 2,34 2,35 2,28 2,28 Kab. Simeulue 1,32 1,32 1,65 1,86 1,92 1,92 1,90 1,89 1,79 1,79 2,75 2,75 2,64 2,75 2,68 2,72 2,72 2,75 2,69 2,69 Sumber : Aceh Dalam Angka 2012 (diolah). Pesebaran penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit, karena pesebaran penduduk akan berimbas kepada permasalahan ekonomi dan sosial. Persebaran penduduk yang merata memberi dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita, sedangkan persebaran penduduk yang timpang dapat memberikan masalah baik sosial-ekonomi maupun distribusi pendapatan per kapita di daerah tersebut. Hasil Estimasi Dengan Model Entropi Theil Disparitas Pendapatan Kab/Kota dalam Wilayah Provinsi Aceh Analisis dilakukan terhadap nilai indeks untuk keseluruhan kabupaten/kota dalam Provinsi Aceh yang dibagi menjadi tiga wilayah penelitian (group). Tiga wilayah tersebut adalah Wilayah Pantai Utara-Timur Aceh (11 kabupaten/kota), Wilayah Tengah Aceh ( 4 kabupaten/kota) dan Wilayah Pantai Barat-Selatan Aceh (8 kabupaten/kota). Pembagian wilayah ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat perbedaan pencapaian pembangunan antara ketiga wilayah. Asumsi ini diperkuat dengan 63

analisa deskriptif terhadap perbedaan capaian beberapa indikator seperti pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita sebagaimana yang sudah diuraikan sebelumnya. Disparitas Pendapatan Wilayah Timur-Utara Provinsi Aceh Apabila nilai indeks disparitas semakin mendekati nilai nol maka wilayah tersebut berarti disparitas semakin kecil atau merata. Sedangkan bila mendekati nilai satu maka wilayah tersebut mengalami disparitas pendapatan semakin besar atau tidak merata. Tabel 3 menunjukkan besar nilai indeks disparitas pendapatan kabupaten/kota dalam wilayah Timur-Utara Aceh berbeda dari tahun ke tahun. Nilai indeks disparitas rata-rata pada wilayah Utara-Timur Aceh adalah cukup tinggi dengan nilai indeks berkisar antara 1,48 1,68. Tabel 3 Indeks Entropi Theil Kabupaten/Kota dalam Wilayah Timur-Utara Aceh Tahun 2002-2011 Wilayah Timur-Utara 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kota Banda Aceh 1,88 1,88 1,83 2,73 3,72 3,72 3,73 3,69 3,63 3,71 Kota Sabang 2,46 2,43 2,07 2,00 2,85 2,89 2,90 2,98 2,98 2,94 Kab. Aceh Besar 1,54 1,54 1,44 1,51 1,34 1,49 1,40 1,40 1,35 1,37 Kab. Pidie 0,48 0,45 0,47 0,66 0,67 0,65 0,65 0,65 0,68 0,68 Kab. Pidie Jaya 0,94 0,90 0,87 0,93 0,82 1,09 1,09 1,09 1,13 1,13 Kab. Bireuen 1,15 1,17 1,22 1,13 1,04 1,25 1,2 1,22 1,21 1,01 Kab. Aceh Utara 0,99 0,98 0,96 0,77 0,77 0,75 0,74 0,73 0,74 0,74 Kota Lhokseumawe 3,47 3,52 3,62 3,35 3,27 3,57 3,52 3,57 3,61 3,65 Kab. Aceh Timur 0,88 1,01 1,01 1,01 0,89 0,83 0,76 0,73 0,70 0,70 Kota Langsa 1,82 1,84 1,73 1,58 1,44 1,41 1,39 1,41 1,41 1,41 Kab. Aceh Tamiang 1,11 1,13 1,11 0,97 0,93 0,86 0,97 1,01 0,96 0,97 Rata-Rata 1,52 1,53 1,48 1,51 1,61 1,68 1,67 1,68 1,67 1,66 Sumber : Hasil penelitian 2013 (diolah). Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Timur-Utara Aceh dalam kurun waktu 10 tahun yakni dari tahun 2002 hingga 2011 masih banyak kabupaten/kota yang mengalami disparitas pendapatan dan nilai indeks Entropi Theil diatas nilai rata-rata. Kota Lhokseumawe dan Kota Banda Aceh merupakan daerah yang memiliki indeks disparitasnya lebih besar dari kabupaten/kota lainnya. Adapun nilai indeks paling terendah dari kabupaten/kota lainnya selama kurun waktu yang lama adalah Kabupaten Pidie. Nilai indeks terendah pada Kabupaten Pidie terjadi di tahun 2003 yaitu 0,45 64

Disparitas Pendapatan Wilayah Tengah Provinsi Aceh Tabel 4 Indeks Entropi Theil Kabupaten/Kota dalam Wilayah Tengah Aceh Tahun 2002-2011 Wilayah Tengah 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kab. Bener Meriah 1,95 2,24 2,06 2,15 1,75 1,67 1,66 1,66 1,56 1,56 Kab. Aceh Tengah 1,40 1,35 1,29 1,54 1,41 1,34 1,54 1,52 1,58 1,59 Kab. Gayo Lues 1,58 1,60 1,55 1,34 1,53 1,50 1,51 1,55 1,48 1,49 Kab. Aceh Tenggara 0,57 0,61 0,59 0,94 1,03 0,79 0,79 0,80 0,83 0,84 Rata-Rata 1,38 1,45 1,37 1,49 1,43 1,33 1,38 1,38 1,36 1,37 Sumber : Hasil penelitian 2013 (diolah). Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai indeks disparitas pendapatan kabupaten/kota dalam wilayah Tengah Aceh berbeda dari tahun ke tahun. Nilai indeks disparitas rata-rata pada wilayah Tengah Aceh berkisar 1,33 1,49. Pada wilayah Tengah Aceh hanya terdapat satu kabupaten yang memiliki nilai indeks disparitas dibawah rata-rata dalam kurun waktu yang lama serta nilai indeksnya terendah adalah Kabupaten Aceh Tenggara. Indeks yang terendah selama waktu yang panjang terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 0,57, namun masih dikategorikan mengalami diasparitas menurut kriteria Theil. Disparitas Pendapatan Wilayah Barat-Selatan Provinsi Aceh Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai indeks disparitas pendapatan kabupaten/kota dalam wilayah Barat-Selatan Aceh berbeda dari tahun ke tahun. Nilai indeks disparitas rata-rata pada wilayah Barat- Selatan Aceh berkisar 1,22 1,50. Tabel 5 Indeks Entropi Theil Kabupaten/Kota dalam Wilayah Barat-Selatan Aceh Tahun 2002-2011 Wilayah Barat-Selatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kab. Aceh Barat 1,73 1,73 2,13 1,77 1,67 1,68 1,78 1,76 1,73 1,75 Kab. Aceh Barat Daya 1,57 1,53 1,49 1,40 1,24 1,25 1,24 1,24 1,26 1,28 Kab. Aceh Jaya 1,22 1,46 1,22 1,19 1,05 0,85 0,84 0,78 0,89 0,89 Kab. Nagan Raya 1,03 1,31 1,97 2,02 1,95 1,87 1,82 1,79 1,74 1,74 Kab. Aceh Selatan 2,39 1,64 1,77 1,61 1,43 1,37 1,36 1,36 1,41 1,42 Kota Subussalam 1,61 1,55 1,45 1,34 1,16 1,03 1,01 1,00 1,01 1,03 65

Wilayah Barat-Selatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kab. Aceh Singkil 1,16 1,12 1,26 1,14 1,18 1,16 1,17 1,15 1,16 1,17 Kab. Simeulue 1,03 1,02 0,74 0,57 0,63 0,68 0,69 0,70 0,69 0,74 Rata-Rata 1,47 1,42 1,50 1,38 1,29 1,24 1,24 1,22 1,24 1,25 Sumber : hasil penelitian 2013 (diolah). Kabupaten/kota dalam wilayah Barat-Selatan Aceh masih mengalami disparitas pendapatan yang nilainya berbeda tiap tahunnya dan masih banyak kabupaten yang memiliki nilai indeks diatas rata-rata. Terdapat kabupaten yang nilai indeks disparitas pendapatan dibawah rata-rata dari tahun 2002 hingga 2011, yaitu Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Menurut kriteria Theil, kabupaten tersebut masih dikategorikan mengalami disparitas pendapatan yang semakin tinggi. Perbandingan Indeks Disparitas Antarwilayah Provinsi Aceh Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai indeks disparitas pendapatan yang terdapat pada tiga wilayah Aceh masih sangat tinggi menurut kriteria Theil ini dikarenakan nilai indeks melebihi nilai satu. Dari tahun 2002 hingga 2004, nilai indeks wilayah Tengah Aceh lebih rendah dari wilayah Timur-Utara dan wilayah Barat-Selatan Aceh. Nilai indeks disparitas tertinggi dimiliki wilayah Timur-Utara Aceh. Ini berarti tingkat disparitas pendapatan regional pada wilayah tersebut lebih besar daripada dua wilayah lainnya. Pada periode 2005-2011 terlihat bahwa tren disparitas pendapatan wilayah Timur-Utara terus mengalami kenaikan walaupun di tahun 2010 dan 2011 sedikit menurun. Terjadi penurunan nilai indeks theil yang terjadi pada wilayah Barat-Selatan Aceh yang mengindikasikan menurunnya disparitas pendapatan regional per kapita di wilayah tersebut. Sebaliknya wilayah Timur-Utara dan wilayah Tengah mengalami kenaikan yang berarti naiknya disparitas pendapatan regional per kapita di kedua wilayah tersebut. 66

Gambar 2 Indeks Entropi Theil Kabupaten/Kota dalam Wilayah di Provinsi Aceh Tahun 2002-2011 Wilayah Timur-Utara Wilayah Tengah Wilayah Barat-Selatan Sumber: hasil penelitian 2013 (diolah). Meskipun secara perhitungan indeks ada wilayah di Provinsi Aceh yang mengalami tren penurunan dalam priode tertentu dan ada pula wilayah yang mengalami peningkatan nilai indeks, secara umum kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh masih mengalami ketimpangan dalam pembagian pendapatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamal dan Abrar (2008) yang melihat ketimpangan pendapatan masih tetap ada di Provinsi Aceh. Ketimpangan pendapatan disebabkan karena perbandingan laju pertumbuhan penduduk jauh lebih besar dari PDRB Per Kapita, perbedaan sumberdaya alam antar daerah dan kurangnya investasi di suatu wilayah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan laju perkembangan penduduk dalam kurun waktu 10 tahun (2002-2011) wilayah Timur-Utara Aceh merupakan wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi berkisar antara sebesar 5sampai dengan 6 persen, diikuti wilayah Tengah Aceh yaitu sebesar 2 sampai 3 persen dan terkecil pada wilayah Barat-Selatan Aceh yang hanya berkisar 2 persen. Berdasarkan indeks EntropiTheil rata-rata tertinggi terjadi pada wilayah Timur Utara Aceh yaitu sebesar 1,66, diikuti wilayah Tengah Aceh sebesar 1,37 dan terkecil pada wilayah Barat-Selatan Aceh yaitu sebesar 1,25. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada ketiga wilayah Aceh secara umum masih mengalami disparitas atau kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota. 67

Saran Pemerintah daerah harus mampu melakukan distribusi pendapatan yang lebih merata sehingga tidak ada lagi daerah-daerah yang mengalami disparitas pendapatan. Pemerintah lebih memperhatikan daerah-daerah yang memiliki pendapatan per kapita rendah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara berinvestasi pada sektor-sektor yang lebih unggul di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan pendapatan per kapita daerah. Pada wilayah Timur-Utara Aceh yang memiliki keunggulan pada sektor pertanian, jasa-jasa, perdagangan, hotel, restoran dan pada wilayah Tengah memiliki keunggulan sektor pertanian, serta sektor keunggulan pada wilayah Barat-Selatan Aceh yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Menekan laju pertumbuhan penduduk agar tingkat disparitas pendapatan di daerah mampu diperkecil. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Razali. 2012. Kesenjangan Pendapatan Regional Per Kapita Antar kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Disertasi. PPS Universitas Syiah Kuala, Aceh. Aliasuddin. 2002. Ketimpangan Pembangunan Antar Kecamatan Di Aceh. Jurnal Triwulan Ekonomi dan Pembangunan. Vol. 1, No. 1, 2002, hal. 27 35. BPS. 2012. Aceh Dalam Angka. www.bps.go.id Jamal, Abd, dan Muhammad Abrar, 2008. Analisis Disparitas Sosioekonomi Intra dan Antarwilayah (Imtra and Interregional) Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Laporan Penelitian, Lemlit Unsyiah. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.. 2006. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKTN, Yogyakarta. Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tambunan, Tulus TH. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yurina. 2010. Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Regional di Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 9, No. 1 April 2010: 94-105. 68