karakteristik pusat pertumbuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "karakteristik pusat pertumbuhan"

Transkripsi

1 Journal Of Economic Of Economic Management Management & Business - Volume & Business 13, Nomor 1, Mei 2012 Volume 13, Nomor 1, Mei 2012 ISSN: Hal karakteristik pusat pertumbuhan ekonomi aceh harry hasan masyrafah dan Wahyuddin Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

2 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Pendahuluan Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang perekonomian Aceh. Sektor ini memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian, sedangkan sektor-sektor lain yang terkait dengan ketersediaan cadangan migas di sepanjang pantai timur Aceh semakin menurun. Pada tahun 2000, sektor pertanian tercatat menyumbang 17,68 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto Aceh atas dasar harga berlaku dan kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 27,4 persen pada tahun Sektor ini jika dibandingkan dengan tingkat nasional memiliki kontribusi yang lebih kecil, terhitung sebesar 15 persen dari PDRB nasional. Rekonstruksi telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi tidak berkesinambungan. Sektor-sektor yang terkait erat dengan rekonstruksi pada beberapa tahun belakangan ini tercatat meningkat tajam, seperti sektor bangunan, sektor transportasi dan sektor perdagangan secara rata-rata meningkat lebih dari 20 persen pada tahun 2006, tetapi terjadi penurunan pada tahun berikutnya. Kegiatan rekonstruksi Aceh yang umumnya berakhir pada tahun 2008 berdampak terhadap penurunan kinerja sektor-sektor yang terkait. Sektor bangunan mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,9 persen, sedangkan sektor jasa dan transportasi tercatat masingmasing sebesar 1,2 dan 1,4 persen. Setelah rekonstruksi berakhir, pertumbuhan ekonomi Aceh yang berkelanjutan hanya dapat dilakukan dengan menstimulasi sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar terhadap PDRB. ekonomi pada suatu daerah di negara berkembang dan maju menyebabkan pertumbuhan di daerahdaerah sekitar pusat pertumbuhan ikut meningkat. Pemerintah menyediakan dan memusatkan perhatian khusus terhadap sarana-sarana pendukung perekonomian pada daerah yang ditetapkan berdasarkan analisis yang memadai sebagai pusatpusat pertumbuhan ekonomi. Adanya fokus penyediaan infrastruktur dan fasilitas ekonomi terhadap daerah yang ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan akan mendorong terciptanya efisiensi ekonomi yang berkesinambungan. Tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh terlihat pada daerah-daerah yang relatif berdekatan dengan Provinsi Sumatera Utara sebagai pusat perekonomian di Sumatera. Berdasarkan data resmi dari BPS, pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Banda Aceh sebagai ibukota provinsi memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten disekitarnya, seperti Aceh Besar dan Aceh Jaya. Hal yang sama juga terjadi di kabupaten Aceh tenggara yang memiliki pertumbuhan yang relatif tinggi dan memiliki jarak yang relatif dekat dengan Provinsi Sumatera Utara, tetapi jarak yang relatif dekat tidak menyebabkan daerah disekitarnya ikut berkembang seperti kabupaten Gayo Lues, kota Subulussalam dan Aceh Singkil. Penetapan pusat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi pada beberapa Kabupaten/Kota yang mempunyai potensi secara tepat akan memperkecil kesenjangan perekonomian antar daerah. Pembangunan sarana publik yang mendukung perekonomian hendaknya lebih dipusatkan pada daerah yang menjadi pusat-pusat perekonomian yang diharapkan dapat memberikan efek positip terhadap daerah disekitarnya/daerah satelit (trickling down effect). Daerah satelit dapat menjadi daerah pendukung bagi daerah pusat aktifitas perekonomian, misalnya daerah yang menjadi pemasok bahan baku dan industri pendukung. Tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh terlihat pada daerah-daerah yang relatif berdekatan dengan Provinsi Sumatera Utara sebagai pusat perekonomian di Sumatera. Berdasarkan data resmi dari

3 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei 2012 BPS, pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Banda Aceh sebagai ibukota provinsi memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten disekitarnya, seperti Aceh Besar dan Aceh Jaya. Hal yang sama juga terjadi di kabupaten Aceh tenggara yang memiliki pertumbuhan yang relatif tinggi dan memiliki jarak yang relatif dekat dengan Provinsi Sumatera Utara, tetapi jarak yang relatif dekat tidak menyebabkan daerah disekitarnya ikut berkembang seperti kabupaten Gayo Lues, kota Subulussalam dan Aceh Singkil. Penetapan pusat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi pada beberapa Kabupaten/Kota yang mempunyai potensi secara tepat akan memperkecil kesenjangan perekonomian antar daerah. Pembangunan sarana publik yang mendukung perekonomian hendaknya lebih dipusatkan pada daerah yang menjadi pusat-pusat perekonomian yang diharapkan dapat memberikan efek positip terhadap daerah disekitarnya/daerah satelit (trickling down effect). Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : (i) Menganalisis pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh selama 5 tahun terakhir, (ii) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Aceh; (iii) Merekomendasikan daerah-daerah alternatif sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Aceh berdasarkan tinjauan sumber daya ekonomi dan faktor-faktor lain yang relevan; (iv) Merekomendasikan langkahlangkah yang dapat diambil oleh pemerintah dalam mendorong pusat pertumbuhan perekonomian kewilayahan. Tinjauan Pustaka Dalam konteks keruangan, terdapat beberapa konsep pembangunan wilayah yang telah diperkenalkan. Weber (1909) yang menciptakan konsep lokasi industri, Christaller (1966) yang menerapkan konsep central place, dan Perroux (1955) dengan konsep growth pole. Konsep tersebut kemudian digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan, dalam bentuk strategi pembangunan. Strategi pembangunan yang dianggap berhasil dilaksanakan dan diterapkan di berbagai wilayah di dunia biasanya diikuti oleh negara maupun wilayah lainnya. Salah satu konsep keruangan yang banyak diikuti adalah konsep growth pole (kutub pertumbuhan). Konsep-konsep ekonomi wilayah ini pada kenyataanya memiliki beberapa persamaan. Weber menyatakan bahwa pelaku ekonomi (industrialis) akan menetapkan pusat industri berdasarkan biaya-biaya terendah terhadap input (bahan mentah) dan output (produk)serta biaya tenaga kerja yang terendah. Christaller (1966) mencoba menjelaskan trend tentang pemukiman penduduk, urbanisasi, besaran daerah dan lokasi. Christaller menyatakan bahwa daerah yang menjadi pusat perdagangan memiliki daya tarik tertentu dan pola tertentu (seperti jumlah penduduk dan sumber daya minimum dalam melakukan perdagangan yang efektif). Kedua teori berdasarkan ukuran-ukuran ke-efektifitasan ekonomi dalam menentukan daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Terdapat beberapa konsep dasar dalam growth pole. Menurut Perroux (1955) serta diperbaharui oleh Glasson (1977) konsepkonsep ekonomi dasar dan perkembangan geografik berkaitan dengan teori growth pole, didefinisikan sebagai (a) Konsep leading industries dan perusahaan-perusahaan propulsip, menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaanperusahan propulsip yang besar, yang termasuk dalam leading industries yang mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. (b) Konsep polarisasi, menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leading industries mendorong polarisasi dari unitunit ekonomi lainnya ke dalam kutub pertumbuhan, (c) Konsep spread effect atau trickling down effect menyatakan bahwa pada waktunya, kualitas propulsip dinamik

4 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin dari kutub pertumbuhan akan memencar keluar dan memasuki ruang di sekitarnya. Strategi ini secara khusus didasarkan pada asumsi bahwa daerah atau lokal bisa mencari alternatif bagi posisi pasar mereka dengan menawarkan insentif dan subsidi bagi pembangunan baru. dihasilkan melalui kenaikan penerimaan pajak dan kenaikan output ekonomi yang melebihi biaya dari insentif dan subsidi. Beberapa tahap yang biasanya dilakukan dalam penciptaan kutub pertumbuhan adalah; Pertama, proyek-proyek yang dapat dirasionalkan pada basis kontribusinya terhadap basis ekonomi biasanya menerima dukungan kuat dari kelompok masyarakat. Kedua, membuat keterkaitan sekelompok proyek terkait dalam bagian berbeda dari suatu daerah bisa digunakan untuk mendorong program pengembangan basis ekonomi yang sering menjadi satu-satunya cara untuk mengakses barang-barang di daerah perkotaan yang didesentralisasi. Ketiga, sejumlah pendekatan menggunakan strategi substitusi impor untuk mencapai pengembangan dalam basis ekonomi. Dalam perkembangannya, teori Growth Pole telah dikritisi dari manfaat yang tidak lengkap. Kritik ini memberi kontribusi pada konflik pertumbuhan antara balanced vs unbalanced. Beberapa ahli ekonomi wilayah mendiskusikan bahwa konsep growth pole menjadi penyebab ketidakseimbangan wilayah. Seperti Stohr dan Todtling (1977) menyusun suatu studi kasus dan menyimpulkan bahwa strategi growth pole tidak dapat membawa pembangunan ke wilayah belakangnya (hinterland). Strategi ini mungkin sukses dalam mengurangi disparitas interregional, tetapi spread effect terhadap wilayah sekitarnya sangat lemah, bahkan menyebabkan terjadinya disparitas intra-regionalkonsentrasi ini di satu sisi akan didapatkan efisiensi, tetapi di pihak lain bila konsentrasi semakin besar, efisiensi sebagai hasil dari trickling dowmn effect, atau penetesan kesejahteraan pada wilayah sekitarnya ternyata tidak terjadi, bahkan sebaliknya terjadi backwash effect, penyapuan sumberdaya yang ada di sekitar pusat atau pole yang ada. Seperti halnya di negara asalnya dan di negara-negara lain, penerapan konsep growth pole di Indonesia juga menimbulkan dampak yang tidak dapat dihindari, seperti sentralisasi, urbanisasi dan mega urban, pengangguran di perkotaan dan pedesaan, bias perkotaan dan pro Jawa (Martina, 2004). Didalam konteks Aceh, terlepas dari penerapan konsep growth pole, adalah penting untuk dahulu mengetahui sebaran perekonomian Aceh, pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di Aceh, sekaligus memetakan disparitas pertumbuhan serta mengetahui secara lebih jelas strategi dalam memperkecil disparitas, seperti tujuan dari penelitian ini. Ketertimpangan pertumbuhan antar daerah tentunya merupakan salah satu alat ukur lainnya dalam analisis pusat pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan menggunakan Typologi Klassen seperti pada table dibawah ini, pemerintah seyogyanya dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam memperkecil disparitas ekonomi yang terjadi antar daerah yang Tabel 1 Tipology Klassen Klassen Typology yi > Y yi < Y ri > R ri < R Sumber: Klassen, 2006 Kuadran I Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh Kuadran III Daerah Berkembang Cepat Kuadran II Cepat Maju tapi tertekan Kuadran IV Daerah Tertinggal

5 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei 2012 memiliki karakteristik ekonomi tertentu. Daerah-daerah yang terkumpul dalam suatu kuadran biasanya memiliki karakteristik domgrafi, ekonomi termasuh investasi pemerintah yang menunjukkan kemiripan ( Klassen, 2006). Tipologi Klassen aken menjadi dasar analisis dalam laporan ini. Klassen mengklasifikasikan ekonomi wilayah menjadi empat bagian, yaitu : (1) Daerah yang cepat-maju dan cepat-tumbuh; daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita diatas rata-rata regional, (2) Daerah maju tapi tertekan; yaitu daerah yang yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah, (3) daerah berkembang-cepat; memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, namun pendapatan perkapita yang lebih rendah, (4) daerah yang memiliki pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dari rata-rata regionalnya, Pendekatan selanjutnya dalam melihat ketimpangan kemajuan daerah dengan menggunakan indeks Williamson. Indeks ini mengukur ketimpangan melalui perhitungan PDRB perkapita dengan kaitannya dengan jumlah penduduk. Indeks Williamson juga merupakan ukuran dalam menghitung koefisien persebaran (coffeciient of variation) dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari wilayah yang dikaji. Semakin mendekati nol, semakin kecil ketimpangan daerah. Ketimpangan diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita rata-rata dari penduduk di suatu daerah. Apabila IW ( Indeks Williamson) tercatat semakin mendekati nol, ini menunjukkan semakin kecil ketimpangan distribusi pendapatan di Aceh serta semakin merata tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah. Rumus sebagai berikut; Dimana; IW = Indeks Williamson Yi = PDRB perkapita rata-rata di Kabupaten i Y = PDRB perkapita rata-rata di Aceh Fi = Jumlah penduduk di Kabupaten I n = Jumlah penduduk di Aceh Metodologi Penelitian Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukanterhadap data-data kuantitatif yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti BPS, Bank Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum dan beberapa laporan serta data resmi dari berbagai sumber-sumber resmi yang bersifat sekunder. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah di diskusikan dengan pihak-pihak terkait untuk menjamin keakuratan alat analisis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan beberapa data seri dengan menggunakan angka konstan tahun Data-data PDRB untuk setiap kabupaten/kota serta provinsi untuk menjaga konsistensi perbandingan digunakan angka konstan 2000 ( kecuali dinyatakan lain didalam laporan ini). Beberapa analisis yang dilakukan juga menggunakan dasar-dasar teori yang telah dibahas pada tinjauan pustaka. Beberapa diskusi non-formal juga dilakukan terhadap pihak-pihak lain. Diskusi ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap objek penelitian. Diskusi ini juga sekaligus bertujuan untuk mengkonfirmasi data-data kuantitatif yang didapat. Informasi serta data-data kualitatif juga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi yang diajukan dalam bagian akhir dalam penelitian ini. Pusat Ekonomi Pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Aceh. Sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian

6 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Aceh pada tahun 2009 tercatat sebesar 20%, sedikit lebih besar dibandingkan dengan tingkat nasional yang terhitung sebesar 15%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian pada saat ini merupakan sektor yang paling penting dalam perekonomian Aceh. Tinggirendahnya kinerja sektor ini akan sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Aceh. Di tingkat nasional bahkan di banyak negara berkembang dan maju, sektor industri pengolahan yang merupakan sektor andalan dalam perekonomian. Di Aceh, sektor industri hanya berkontribusi sebesar 7,93% terhadap perekonomian, Gambar 1. Terjadi pergeseran terhadap struktur ekonomi Aceh. Sektor pertanian semakin menjadi sektor penting sebagai penopang perekonomian Aceh. Sektor ini semakin memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian searah dengan menurunnya sektor-sektor lain yang terkait dengan ketersediaan cadangan migas di sepanjang pantai timur Aceh. Pada tahun 2004, sektor pertanian tercatat menyumbangkan hanya sekitar 19% dari keseluruhan PDRB Aceh. Untuk Sektor pertambangan dan industri Jika dibandingkan dengan tahun tahun 2004, kedua sektor ini menyumbangkan sekitar 48% dari perekonomian Aceh, sedangkan pada tahun 2009 sumbangan kedua sektor ini secara total hanya tercatat sebesar 20 persen, Gambar 2. Selain penurunan cadangan migas, proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa dan tsunami serta kondisi keamanan setelah MOU Helsinki telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahna struktur ekonomi Aceh. Dimana sektor seperti, perdagangan dan jasa-jasa memiliki komposisi semakin besar dalam perekonomian. Penetapan fondasi dan arah perekonomian yang kuat dalam masa transisi menjadi semakin penting untuk menjaga momentum tingkat pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Aceh terus menunjukkan tanda-tanda positif, meskipun tercatat lebih rendah pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 dan 2007, pertumbuhan ekonomi non migas Aceh tercatat sebesar 7%, meningkat secara signifikan, bahkan lebih tinggi dari tingkat Gambar 1. Struktur Perekonomian Aceh, 2009 (Persentase) Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka, 2009

7 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei 2012 Gambar 2 Pergeseran Struktur Perekonomian Aceh, Sumber : BPS, Aceh Dalam Angka, 2009 nasional yang tercatat sebesar 6%. Kenaikan ini diakibatkan dari usaha-usaha rehabilitasi dan rekonstruksi yang terjadi di berbagai daerah di Aceh. Sektor-sektor yang terkait langsung oleh rekonstruksi, seperti sektor bangunan, transportasi serta perdagangan dan jasa mencatat kenaikan yang signifikan. Sektor pertanian juga tercatat tumbuh sebesar 3,6% pada tahun 2007 setelah mengalami konstraksi pada tahun 2005 yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami, Tabel 2. Meskipun terus meningkat, pertumbuhan perekonomian Aceh tercatat melambat pada tahun Searah dengan melambatnya usaha-usaha rekonstruksi pada tahun 2008, perekonomian Aceh hanya tumbuh sebesar 1.9% pada tahun 2008, meskipun terlihat kembali meningkat pada tahun Sektor-sektor yang terkait dengan rekonstruksi tercatat melambat. Sektor transportasi pada tahun 2008 hanya mencatat pertumbuhan sekitar 1.4 persen, sedangkan jasa tercatat sebesar 1.2%. Sedangkan sektor Tabel 2 Perekonomian Aceh, PDRB (%) Produksi * 2009** Pertanian, Kehutanan dan Kelautan ,09 Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Telekomunikasi ,86 Keuangan ,61 Jasa ,68 PDRB PDRB Non Migas Sumber : BPS, Aceh Dalam Angka, 2009

8 8 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin pertambangan tercatat terus menurun, hal ini disebabkan turunnya produksi migas di sepanjang pantai timu Aceh secara signifikan. Kinerja sektor pertanian berkaitan erat dengan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Terdapat banyak tantangan pada sektor pertanian. Bencana Tsunami yang mengakibatkan kerusakan pada lahan-lahan produktif, pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, ketergantungan terhadap iklim tanpa didukung sarana irigasi yang memadai adalah beberapa tantangan utama yang menyebabkan produktifitas dari sektor pertanian terlihat berfluktuatif. Kondisi keamanan yang semakin kondusif tentunya berpengaruh terhadap pertumbuhan di sektor pertanian. Pada tahun 2009, sektor pertanian meningkat sebesar 3%, akan tetapi tingkat pertumbuhan ini masih lebih rendah dari tahun 2004, yang terhitung sebesar 6%. Gambar 3. Sarana publik pendukung sektor pertanian merupakan salah satu dari banyak tantangan dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian lebih tinggi. Sarana infrastruktur seperti irigasi, akses terhadap pusat-pusat produksi pertanian serta akses terhadap pasar merupakan beberapa hal utama yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Data data menunjukkan keterbatasan infrasturktur pertanian berdampak luas terhadap menurunnya produktifitas pertanian. Penyediaan sarana infrastruktur pokok seperti irigasi yang memadai akan dapat mendorong pertumbuhan sektor pertanian lebih tinggi. Perekonomian Aceh perlu tumbuh lebih cepat sehingga dapat setara dengan tingkat nasional. Dibandingkan dengan pendapat perkapita nasional, Aceh masih tertinggal dengan rata-rata provinsi lain. Pada tahun 2008, pendapatan perkapita Aceh tercatat sebesar Rp 7,7 juta sedangkan Aceh RP 6 juta. Meskipun tercatat pertumbuhan ekonomi yang baik pada beberapa tahun belakangan ini, akan tetapi jika dibandingkan dengan tingkat nasional, celah pendapatan per kapita antara Aceh dan Nasional terhitung semakin besar. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan kebijakan-kebijakan dan strategi khusus yang menjadi stimulant pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dengan tingkat pengangguran sebesar 9 persen pada tahun 2009, penciptaan lapangan kerja masih merupakan tantangan utama. Masalah ini sepertinya akan terus terjadi sebagaimana Aceh masih terus Gambar 3. Ekonomi dan Sektor Pertanian Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka, 2009

9 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei Gambar 4. Pendapatan Perkapita Aceh (Non Migas, konstan, 2000) Sumber : BPS, Diolah Gambar 5 Tingkat Pengangguran Aceh, Sumber : BPS, Aceh Dalam Angka, 2009

10 10 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Gambar 6 Komposisi Tenaga Kerja Aceh, Sumber : BPS, Aceh Dalam Angka, 2009 berupaya keras untuk menarik investasi demikian juga usaha rekonstruksi yang akan berakhir tentunya akan menambah jumlah angka pengangguran pada tahun mendatang. Meskipun angka pengangguran tidak melonjak tinggi ditengah perlambatan ekonomi Aceh, data ketenaga kerjaan menunjukkan sebanyak 50,000 orang keluar dari angkatan kerja, hal ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Aceh semakin langka. Pada tahun 2009, angka pengangguran pada tingkat nasional tercatat sebesar 8%, jauh lebih rendah dari Aceh, Gambar 5. Pertanian masih merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja, lebih dari 50 persen dari angkatan kerja. Meskipun jumlah ini terus menurun, komposisi pekerja di sektor ini masih lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional yang tercatat sebesar 41 persen. Hal ini juga menunjukkan terbatasnya pilihan lapangan pekerjaan di Aceh. Di sisi lain, terdapat peningkatan yang berarti terhadap jumlah tenaga kerja di sektor jasa dan industri kecil, yang juga disebabkan dari besarnya bantuan terhadap sektor UKM pada massa rekonstruksi, Gambar 6. Mendorong investasi swasta merupakan salah satu prioritas utama dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Dimana melalui investasi swasta lapangan pekerjaan baru dapat tercipta, demikian juga peningkatan produktivitas serta terjadinya proses transfer of knowledge. Penanganan yang menyeluruh terhadap issue keamanan dan solusi yang kreatif terhadap keterbatasan terhadap pasokan sumber daya listrik di Aceh adalah faktor penting yang dapat mendorong investasi. Perdagangan Ekspor non migas terus meningkat pada tahun Aceh banyak memiliki potensi ekspor yang berbasis sumber daya alam, meskipun masih dalam jumlah yang relatif kecil. Ekspor komoditas kopi tercatat meningkat tajam pada tahun 2008, tercatat bernilai sebesar US$20 juta meningkat sebesar 31% dari tahun Nilai perdagangan perikanan juga tercatat meningkat sebesar 73% dari tahun Ekspor perikanan Aceh dibandingkan tahun 2000 masih tercatat rendah. Hal ini sebahagian dikarenakan berkurngnya sarana tangkap perikanan laut yang lebih memadai, sedangkan investasi

11 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei Gambar 7 Ekspor Aceh, Sumber : BPS, Aceh Dalam Angka, 2009 swasta terhadap sarana-sarana baru semakin berkurang. Gambar 7. Ekspor komoditas pertanian semakin meningkat akan tetapi tercatat masih dalam volume yang relatif rendah. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki, peningkatan ekspor Aceh yang berkelanjutan seharusnya terfokus pada peningkatan produktivitas pertanian, yang merupakan keunggulan komparatif Aceh. Rantai pemasaran yang panjang dan keterbatasan akses langsung pasar mancanegara merupakan tantangan lain dari dari ekspor komoditas Aceh yang menyebabkan disparitas harga yang besar. Sektor perdagangan domestik semakin memiliki kontribusi yang semakin besar di Aceh, akan tetapi di dominasi oleh barang jadi yang berasal dari luar Aceh. Meskipun tidak terdapat data perdagangan langsung, indikator perdagangan dapat dilihat dari jumlah bobot barang keluar-masuk seperti pada Gambar 8. Perdagangan barang jadi yang memiliki nilai tambah yang lebih besar daripada barang mentah di Aceh di dominasi oleh barang-barang dari luar Aceh. Perdagangan domestik yang berorientasi kedalam seperti terlihat pada cenderung rentan terhadap guncangan ekonomi. Perbankan Kredit semakin meningkat dan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kredit pada tahun 2009 tercatat lebih dari Rp 12 trilliun, meningkat tajam dari tahun sebelumnya, yang juga mengakibatkan peningkatan LDR yang lebih tinggi. Aktivitas rekonstruksi dan sisa anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten kota juga berkontribusi terhadap tingginya tingkat simpanan pada perbankan di Aceh. Peningkatan jumlah simpanan di Aceh juga di dorong oleh bertambahnya cabang-cabang baru dari bank-bank swasta di Aceh. Meskipun tercatat meningkat, ternyata pertumbuhan kredit di Aceh belum dinikmati oleh UMKM. Peningkatan kredit yang disalurkan oleh perbankan di Aceh yang tercatat sebesar 34 % ternyata tidak di ikuti oleh peningkatan kredit di sektor UMKM. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun 2006, pangsa UMKM terhadap kredit semakin mengecil. Pada tahun 2009, pangsa UMKM tercatat sebesar 63%, lebih kecil daripada tahun 2006 sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa akses permodalan terhadap masih merupakan tantangan utama

12 12 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Ribu Ton Muat Bongkar Gambar 8. Jumlah Muatan Bongkar Muat Bandara Sultan Iskandar Muda Sumber: PT. Angkasa Pura Tabel 3 Kinerja Perbankan Aceh, Indikator (Rp. Milyar) Asset 16, , , , ,207.6 Dana Pihak Ketiga 13, , , , , Kredit 3, , , , ,600 Laba / Rugi ,68 LDR Aceh (%) LDR Nasional (%) Sumber : Bank Indonesia Tabel 4 Kredit UMKM Aceh, Tahun Kredit Total UMKM Pangsa (Juta Rp) Kredit (%) (Juta Rp) UMKM (%) UMKM ,598, ,069, ,573, ,152, ,382, ,082, ,600, ,016, Sumber : Bank Indonesia bagi UMKM untuk berkembang, Tabel 3. Kredit di sektor Pertanian ( termasuk perkebunan) tercatat sangat rendah demikian juga di sektor produktif lainnya. Meskipun terdapat peningkatan kredit di sektor ini pada tahun 2009, jika dibandingkan pada tahun 2005, kredit di sektor pertanian masih terbilang rendah daripada sektor konstruksi yang meningkat pesat pada tahun Rendahnya pertumbuhan di sektor ini diakibatkan resiko yang oleh banyak perbankan dianggap relatif tinggi daripada sektor lainnya. Dibandingkan dengan sektor-sektor lain, seperti konstruksi yang meningkat pesat pada tahun tahun Kredit produktif seperti di sektor industri juga tercatat menurun pada tahun 2009, tercatat sebesar 4,71% pada tahun 2009, yang pada tahun 2005 terhitung sebesar 12,83%, Tabel 4. Diperlukan terobosan-terobosan baru dalam skema kredit pada sisi supply juga peningkatan kapasitas manajemen usaha pada sisi demand. Dari paparan

13 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei diatas, terdapat berbagai tantangan dalam meningkatkan kredit UMKM, seperti diperlukannya skema-skema baru dalam kredit UMKM yang dapat menstimulasi pertumbuhan UMKM. Pada sisi demand, pengelolaan unit usaha UMKM yang lebih profesional yang dapat meminimkan resikoresiko usaha juga sangat diperlukan dalam mendapatkan akses pendanaan yang lebih mudah dan murah. Gambaran Umum Sebaran Ekonomi Banyak daerah di Aceh mencatat tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara rata-rata tingkat pertumbuhan Aceh dari tahun 2003 hingga 2008 tercatat sebesar 3,9%, masih jauh lebih rendah dari tingkat nasional yang tercatat sebesar 5,6%. Meskipun demikian beberapa daerah di Aceh mencatat tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Aceh Tenggara, secara rata-rata mencatat pertumbuhan sebesar 13,78%, sedangkan Aceh Timur yang relatif dekat dengan provinsi tetangga mencatat pertumbuhan yang masih dibawah rata-rata daerah lain di Aceh, Gambar 9. Meski pertumbuhan ekonomi tercatat tinggi, sebagian besar daerah di Aceh memiliki pertumbuhan pendapatan perkapita yang relatif lambat. Daerah- daerah yang termasuk tumbuh relative lambat (pendapatn per kapita) adalah daerah-daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih rendah daripada rata-rata Aceh. Pendapatan perkapita rata-rata dari tahun 2003 hingga 2008 di Aceh tercatat sebesar Rp5,2 juta. Hanya terdapat lima kabupaten di Aceh yang dapat dikategorikan tumbuh dengan cepat. Kota Lhokseumawe merupakan daerah yang tumbuh paling cepat sejak tahun 2003 hingga tahun 2008, dengan pendapatan perkapita tercatat sebesar Rp9,86 juta. Sedangkan Simeulu tercatat sebagai daerah yang memiliki PDRB perkapita yang terendah, Gambar 10. Sumbangan perekonomian Aceh sebahagian besar dari pesisir timur Aceh dan Banda Aceh. Sumbangan terbesar perekonomian Aceh disumbangkan dari Aceh Utara sebesar 11% (tanpa migas) yang didominasi oleh sektor industri nonmigas. industri pupuk dan beberapa bahan kimia tercatat mendominasi sektor industri. Kedua industri ini sangat tergantung dengan pasokan gas sebagai salah satu bahan dasarnya. Pada masa mendatang, kontribusi Aceh Utara terhadap perekonomian Aceh akan terus mengecil, searah dengan berkurangnya pasokan gas terhadap kedua industri ini, Gambar 11. Pantai Timur Aceh merupakan daerah Gambar 9 Ekonomi Rata-Rata, (konstan,2000) Sumber : BPS, Diolah

14 14 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Gambar 11 Sumbangan Perekonomian Aceh tanpa migas (konstan, 2000) Sumber : BPS, Diolah Tabel 6 Perubahan Kontribusi Ekonomi, ( Beberapa Kabupaten, konstan, 2000) Kabupaten Share 2003 Share 2008 Perubahan Aceh Barat 5% 5% 0% Aceh Barat Daya 3% 2% 0% Aceh Besar 9% 8% -1% Aceh Jaya 2% 1% -1% Kab. Aceh Pidie 6% 6% 1% Kab. Aceh Selatan 5% 5% 0% Kab. Aceh Singkil 2% 2% 0% Kab. Aceh Tamiang 5% 4% -1% Kab. Aceh Tengah 4% 4% 0% Kab. Aceh Tenggara 2% 3% 1% Kab. Aceh Timur 7% 6% 0% Kab. Aceh Utara 12% 11% -1% Kab. Bener Meriah 3% 3% 0% Kab. Bireuen 9% 9% 0% Kab. Simeulue 1% 1% 0% Kota Banda Aceh 7% 10% 3% Kota Langsa 4% 3% 0% Kota Lhokseumawe 7% 7% 0% Kota Sabang 1% 1% 0% Kota Subulussalam 2% 1% -1% Sumber : BPS, Diolah

15 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei penyumbang perekonomian terbesar terhadap perekonomian Aceh, tercatat sebesar 68%. Sedangkan daerah pantai Barat menyumbangkan sebesar 20%, sedangkan daerah tengah (hinterland) Aceh tercatat sebesar 12%. Meskipun secara umum, sektor pertanian masih mendominasi struktur ekonomi,hal ini juga diakibatkan terdapat beberapa industry besar di sepanjang pantai timur Aceh. Sarana infrastruktur yang lebih baik serta populasi yang lebih banyak juga faktor lain dari besarnya kontribusi daerah pantai timur terhadap perekonomian Aceh secara keseluruhan Terjadi sedikit pergeseran terhadap sumbangan perekonomian Aceh dari sisi kewilayahan. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2008, sumbangan perekonomian dari berbagai daerah di Aceh tidak banyak berubah, kecuali Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie. Kontribusi kedua daerah ini terhadap keseluruhan perekonomian Aceh meningkat sebesar 3% dan 1%. Sedangkan sumbangan Aceh Utara tercatat menurun sebesar 1%. Daerah pantai barat dan tengah dari Aceh meski tercatat lebih rendah, pada masa jangka panjang akan menjadi penyumbang ekonomi yang besar searah dengan pergeseran sumbangan ekonomi. Kontribusi Kota Banda Aceh tercatat semakin besar terhadap perekonomian Aceh keseluruhan. Meskipun masih jauh lebih rendah daripada Kabupaten Aceh Utara (11%), dari tahun 2003 hingga tahun 2008, sumbangan Kota Banda Aceh terhadap perekonomian tercatat meningkat sebesar 3%. Usaha-usaha rekonstruksi serta skala perdagangan yang lebih besar di ibukota provinsi Aceh merupakan salah satu penyebab meningkatnya sumbangan kota Banda Aceh terhadap ekonomi Aceh. Sedangkan sumbangan kota Lhokseumawe sebagai kota industri, tercatat tetap sebesar 7%. Tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah tidak merata. Meskipun usahausaha rehabilitasi-rekonstruksi di Aceh terkonsentrasi di hanya beberapa daerah di Pantai Barat dan Timur Aceh, beberapa daerah diluar wilayah rekonstruksi mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Aceh Tenggara dari tahun 2003 hingga 2008 mencatat pertumbuhan tertinggi, secara rata-rata tercatat sebesar 13,78%, diikuti oleh Kota Sabang dan Kota Banda Aceh sebesar 13,71% dan 11,97%. Sedangkan Aceh Jaya dan Aceh Barat mencatat pertumbuhan yang lebih rendah, Gambar 12. ekonomi lebih tinggi tercatat di daerah tengah dari provinsi Aceh. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2008, secara rata-rata daerah tengah Aceh khususnya Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara mencatat pertumbuhan lebih dari 10%, meskipun tidak terjadi banyak usaha-usaha rehabilitasi dan rekonstruksi. Perekonomian kedua daerah ini ditopang oleh sektor pertanian (sub-sektor perkebunan). Beberapa komoditas unggulan yang berasal dari daerah ini yaitu kopi, kakao dan karet menjadi komoditas utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kota Sabang juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi,tercatat hampir sebesar 14%. Meskipun daerah tengah dari provinsi Aceh mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada daerah lain, pendapatan perkapita daerah ini masih lebih rendah. Aceh tenggara yang mencatat rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi memiliki pendapatan perkapita yang paling rendah dari kabupaten lain di Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak sertamerta harus searah dengan tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita, karena tergantung dari jumlah penduduk di suatu daerah. Didalam jangka panjang dan di beberapa daerah;

16 16 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Gambar 12 Rata-rata Tingkat Ekonomi Aceh, ( Konstan, 2000) Sumber : BPS- Diolah Gambar 13 Pendapatan Perkapita Aceh ( , konstan 2000) Sumber : BPS- Diolah

17 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei pertumbuhan pendapatan perkapita melebihi dari pertumbuhan ekonomi. Pendapatan perkapita di Aceh Tenggara tercatat tumbuh hanya sebesar 2,68% dari tahun 2003 hingga tahun Sedangkan Nagan Raya mencatat pertumbuhan pendapatan perkapita yang termasuk tinggi, hampir sebesar 7%. Kota Lhokseumawe tercatat sebagai daerah yang mengalami pertumbuhan pendapatan perkapita tertinggi, hampir sebesar 10%, Gambar 13. Pendapatan Perkapita tumbuh sebesar 18% dari tahun 2003 hingga tahun Secara rata-rata laju pertumbuhan perkapita Aceh selama lima tahun ( ) tercatat sebesar 3%. Beberapa daerah kabupaten mencatat tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita rata-rata tinggi secara berarti. Kabupaten Aceh Tengah mencatat laju pertumbuhan perkapita tertinggi ( ) sebesar 21%, sedangkan Banda Aceh tercatat sebesar 15%. Kedua daerah ini mengalami lonjakan pendapatan perkapita tertinggi pada tahun Menentukan kategori wilayah dalam strategi pembangunan ekonomi Aceh menjadi semakin penting. Kebijakan pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari konsep kewilayahan. Berdasarkan berbagai analisis diatas, strategi pembangunan ekonomi hendaknya berdasarkan beberapa prisnip dasar; yaitu meningkatkan atau menjaga tingkat pertumbuhan, serta pertumbuhan yang bertujuan memperkecil ketinggalan melalui strategi serta kebijakan-kebijakan khusus. Pusat Ekonomi dan Klassen Sebahagian dari Aceh merupakan daerah yang berkembang dengan cepat. Terhitung sebanyak 14 kabupaten yang memiliki karakteristrik yang termasuk ke kuadran III yaitu; daerah yang memiliki pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dari rata-rata Aceh, namun memiliki pendapatan perkapita yang lebih rendah. Sedangkan terhitung hanya empat kabupaten yang termasuk daerah tertinggal. Aceh juga tidak memiliki daerah yang cepat maju tapi tertekan; yaitu daerah yang memiliki pertumbuhan yang lebih rendah namun memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, Gambar 14. Banda Aceh yang merupakan ibu kota provinsi termasuk daerah yang termasuk dalam kuadran I. Beberapa daerah lainnya seperti Aceh Besar, Lhokseumawe, Nagan Raya dan Aceh Barat juga daerah yang Gambar 14 Aceh - Tipology Klasen Sumber : BPS- Diolah

18 18 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Gambar 15 Tipologi Klassen Aceh, ( Konstan 2000) Sumber : BPS- Diolah Gambar 16 Indeks Williamson Aceh, Sumber : BPS- Diolah Gambar 17 Komposisi Jalan Aceh, 2008 Sumber : Dinas Cipta Marga, 2008

19 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei masuk kuadran I. Sedangkan Aceh selatan, Subulussalam, Aceh Timur dan Aceh Jaya termasuk daerah yang dianggap tertinggal atau kuadran IV. Karakter ekonomi Aceh berdasarkan Klassen secara kewilayahan tersebar. Beberapa daerah di Pantai Barat Aceh termasuk daerah yang dikategorikan cepat maju dan cepat tumbuh, meskipun mencatat pertumbuhan yang relatif rendah daripada daerah-daerah lain, seperti Nagan Raya dan Aceh Barat. Daerah-daerah yang termasuk kuadran I lainnya adalah; Banda Aceh, Lhokseumawe dan Aceh Besar. Sedangkan Aceh tenggara yang mencatat laju pertumbuhan tertinggi termasuk kuadran ke III, dimana tingkat pertumbuhan nya meskipun tinggi tapi memiliki pendapatan perkapita yang masih rendah dari rata-rata Aceh. Indeks Williamson Pendekatan selanjutnya dalam melihat ketimpangan kemajuan daerah dengan menggunakan indeks Williamson. Indeks ini mengukur ketimpangan melalui perhitungan PDRB perkapita dengan kaitannya dengan jumlah penduduk. Indeks Williamson juga merupakan ukuran dalam menghitung koefisien persebaran (coffeciient of variation) dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari wilayah yang dikaji. Ketimpangan kemajuan daerah Aceh pada tahun 2008 sedikit meningkat. Pada tahun 2008, indeks Williamson tercatat pada 0,013, sedikit meningkat dari tahun 2005 yang tercatat sebesar Terjadi peningkatan indeks yang berarti pada tahun 2006, yang diakibatkan oleh tingginya aktifitas rekonstruksi di beberapa daerah yang terkena bencana tsunami. Pada tahun 2008, indeks Williamson tercatat sedikit meningkat diakibatkan banyak dari daerah pesisir timur tumbuh cepat yang didorong oleh sektor perdagangan dan jasa. Analisis Infrastruktur Infrastruktur merupakan tantangan utama dari pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun daerah. Meskipun beberapa jenis infrastruktur penting seperti jalan nasional dan provinsi di Aceh sedikit lebih baik dari tingkat nasional akan tetapi jalan kabupaten yang seringkali merupakan sarana penting dalam menjangkau pusatpusat sumber daya ekonomi masih merupakan tantangan utama. Jalan kabupaten merupakan sarana infrastruktur utama untuk penunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Banyak studi yang menekankan tentang pentingnya sarana jalan yang merupakan akses terhadap pusat pusat kegiatan ekonomi lokal. Komposisi jalan kabupaten terhadap keseluruhan sarana jalan di Aceh tercatat sebesar 80%, sedangkan jalan nasional dan provinsi hanya sebesar 10%. Hal ini menekankan bahwa kondisi jalan kabupaten merupakan salah satu faktor utama dalam perekonomian Aceh, Gambar 17. Hanya 17% dari jalan kabupaten dalam kondisi baik. Kondisi jalan nasional yang merupakan jalan strategis yang menghubungkan antar ibukota provinsi sebahagian besar tercatat dalam kondisi baik, sedangkan jalan provinsi dan jalan kabupaten yang menghubungkan antar kabupaten dalam kondisi rusak tercatat sebesar 38% dan 32%. Kedua jalan ini merupakan sarana infrastruktur yang penting dalam perekonomian karena merupakan akses terhadap pusat-pusat kegiatan ekonomi wilayah, antar kecamatan dan antar pusat kegiatan lokal, Tabel 8. Daerah di sepanjang pantai timur memiliki cakupan jalan kabupaten yang relatife luas dibandingkan daerah di wilayah barat dan tengah. Secara rata-rata Aceh memiliki 0.23 Km jalan kabupaten untuk setiap Km persegi wilayah. Cakupan jalan kabupaten tertinggi tercatat untuk kota

20 20 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Jenis Jalan Tabel 8 Kondisi Jalan Aceh, Kondisi Baik Sedang Rusak Nasional 65% 17% 18% Provinsi 26% 36% 38% Kabupaten 17% 51% 32% Rata-Rata 35% 35% 30% Sumber : Dinas Cipta Marga, 2008 Gambar 18 Cakupan Jalan Kabupaten (Km /Km2), Sumber : Dinas Bina Marga, 2008 Tabel 9 Konsumsi Tenaga Listrik Aceh (KwH), Tahun Rumah Tangga Bisnis Industry Umum Jumlah ,022,912 60,359,439 54,755,503 54,750, ,888, ,074,699 81,723,803 47,728, ,957, ,484, ,927,660 84,760,046 35,387, ,856, ,932, ,573, ,859,946 34,996, ,802, ,232, ,588, ,789,919 41,778, ,654,090 1,022,810, ,554, ,632,565 43,223, ,653,482 1,119,063,873 Sumber : PLN Aceh

21 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei banda Aceh sebesar 5,4Km untuk setiap Km persegi, sedangkan cakupan terendah ditempati oleh Aceh Jaya dan Gayo Lues. Ketenagalistrikan Infrastruktur penting lainnya adalah ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi khususnya dalam memacu investasi di bidang industri. konsumsi tenaga listrik meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Aceh. Konsumsi tenaga listrik Aceh meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun Komposisi konsumsi tenaga listrik didominasi oleh konsumen rumah tangga, secara rata-rata terhitung sebesar 67%. Konsumsi listrik untuk industri tercatat menurun, sedangkan untuk kalangan bisnis tercatat semakin meningkat sejak tahun Ketenagalistrikan secara nasional merupakan tantangan utama dalam pertumbuhan ekonomi termasuk di Aceh. Meskipun secara rata-rata cakupan pelayanan listrik rumah tangga di Aceh telah mencapai 89% namun keberlangsungan pasokan listrik di Aceh masih menjadi masalah. Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah menyatakan bahwa frekuensi pemadaman listrik di Aceh memburuk signifikan dalam dua tahun terakhir. Secara rata-rata, responden menyatakan bahwa pemadaman listrik terjadi enam kali dalam seminggu. Hal ini menunujukkan kondisi yang lebih buruk daripada hasil TKED Aceh 2008 di mana listrik hanya padam rata-rata empat kali dalam seminggu. Sarana Irigasi Cakupan layanan irigasi terlihat sedikit lebih rendah, secara rata-rata sebesar 61%, dibandingkan dengan tingkat nasional sebesar 68%. Beberapa daerah masih tercatat jauh lebih rendah daripada daerah lain. Struktur perekonomian yang didominasi oleh pertanian, mestinya memiliki sarana irigasi yang memadai untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Aceh Jaya tercatat memiliki sarana irigasi yang mencukupi dibandingkan daerah lain. Tabel 10 Sarana Irigasi Aceh, 2008 Daerah Luas Potensial Areal Luas Areal Irigasi Cakupan Pelayanan Pertanian (Ha) (Ha) Irigasi (%) Kab. Simeulue % Kab. Aceh Singkil % Kab. Aceh Selatan % Kab. Aceh Tenggara % Kab. Aceh Timur % Kab. Aceh Tengah % Kab. Aceh Barat % Kab. Aceh Besar % Kab. Pidie % Kab. Bireun % Kab. Aceh Utara % Kab. Aceh Barat Daya % Kab. Gayo Lues % Kab. Aceh Tamiang % Kab. Nagan Raya % Kab. Aceh Jaya % Kab. Bener Meriah % Kota Banda Aceh % Kota Sabang 10 (na) 0% Kota Langsa 2223 (na) 0% Kota Lhokseumawe % Jumlah % Sumber : Dinas Pertanian Aceh, 2008

22 22 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Karakteristik Karakteristik pertumbuhan ekonomi tentunya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Sesuai dengan tipologi Klassen yang juga bertujuan untuk menjaga pertumbuhan dan mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi diperlukan kebijakan-kebijakan yang bersifat sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Bagian ini akan menelaah karakteristik pertumbuhan ekonomi tiap-tiap daerah sesuai kuadran Klassen. Kuadran I Lhokseumawe merupakan daerah yang menempati urutan teratas dalam kuadran I. Daerah-daerah pada Tabel 10 adalah daerahdaerah yang memiliki pendapatan perkapita rata-rata lebih tinggi dari Aceh serta tingkat pertumbuhan diatas rata-rata Aceh dari tahun 2003 hingga tahun Daerahdaerah ini dikategorikan sebagai daerah yang cepat tumbuh dan cepat maju. Nagan Raya yang termasuk daerah baru pemekaran juga termasuk dari daerah dalam kuadran I. Struktur serta pertumbuhan ekonomi pada daerah-daerah kuadran I lebih berbasiskan kepada sektor perdagangan dan jasa. Secara rata-rata pada tahun 2003 hingga tahun 2008 sumbangan sektor pertanian dibeberapa daerah yang masih berbasiskan pertanian seperti Aceh Barat dan Aceh Besar mencatat pertumbuhan yang sangat kecil di sektor ini. Namun memiliki pertumbuhan yang tinggi secara signifikan pada sektor perdagangan dan jasa. Usaha rekonstruksi serta kondisi keamanan yang lebih kondusif merupakan salah satu penyebab tingginya pertumbuhan di sektor-sektor ini. Kota Banda Aceh bahkan mencatat pertumbuhan yang signifikan pada sektor perdagangan, secara rata-rata dari tahun 2003 hingga tahun 2008 sektor ini tercatat meningkat sebesar 63%. Nagan Raya mencatat pertumbuhan di sektor pertanian yang cukup signifikan. Sedikit berbeda dengan karakteristik struktur ekonomi di daerah pada kuadran I, pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian sedikit lebih tinggi dari sektor Tabel 11 Kuadran I,Klassen (Rata-rata , Konstant 2000=100) Kabupaten Pendapatan Percapita (Rp Juta) Ekonomi ( %) Kabupaten Lhokseumawe Banda Aceh Nagan Raya Aceh Besar Aceh Barat Aceh Sumber : BPS, Diolah Tabel 11 Karakteristik Ekonomi Kuadran I ( , Konstant 2000=100) Ekonomi (%) Komposisi Pertanian (%) Pertanian (%) Komposisi Perdagangan & Jasa (%) Perdagangan & Jasa (%) Lhokseumawe / 57 Banda Aceh / 3 Nagan Raya / 5 Aceh Besar / 13 Aceh Barat / 9 Aceh / 9 Sumber : BPS, Diolah

23 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei perdagangan dan jasa. yang signifikan didapat dari sub-sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Sub sektor perkebunan pada tahun 2008 tercatat tumbuh sebesar 20% dibandingkan pada tahun Di Kabupaten Nagan Raya juga terdapat dua buah pabrik pengolahan CPO. Sektor industry ini tercatat tumbuh sebesar 10% pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun Daerah pada kuadran I, cenderung memiliki sarana infrastruktur yang lebih baik dari rata-rata di Aceh. Dilihat dari kondisi jalan kabupaten dalam kondisi baik dan sedang, kota Lhokseumawe menduduki tempat tertinggi dengan memiliki jalan kabupaten dalam kondisi baik dan sedang sebesar 98%, sedangkan Aceh Barat, memiliki persentase yang paling rendah, bahkan dibawah rata-rata Aceh, yang tercatat sebesar 70%, Tabel 12. pengalokasian kredit tumbuh relatif rendah, namun demikian komposisi yang besar diberikan pada jenis kredit investasi dan modal kerja. Dibandingkan rata-rata Aceh, pertumbuhan ekonomi di Kuadran I, masih sedikit lebih rendah. kredit di Lhokseumawe tercatat sebesar 25%, lebih kecil dari rata-rata Aceh, akan tetapi alokasi terhadap kredit produktif jauh lebih tinggi, sebesar 55%. Secara keseluruhan pertumbuhan kredit rata-rata di daerahdaerah Kuadran I tercatat sebesar 30%, akan tetapi memiliki komposisi yang besar pada kredit investasi dan modal kerja sebesar 45%. Tabel 13. Kuadran III Langsa tercatat sebagai daerah yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi dibandingkan dengan daerah lain pada kuadran III. Daerah yang termasuk pada kuadran ini adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada rata-rata Aceh, tetapi memiliki pendapatan perkapita rata-rata dibawah Aceh. Daerah pada kuadran III ini dapat juga disebut sebagai daerah yang berkembang cepat. Meskipun Langsa memiliki pendapatan perkapita tertinggi, akan tetapi mencatat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dibandingkan Aceh Tenggara, Tabel 14. Pertanian merupakan sektor utama Tabel 12 Ekonomi dan Infrastruktur Jalan Kuadran I Kabupaten Rata-rata (%) Ekonomi Jalan Kabupaten (Baik / Sedang) - (%) Lhokseumawe Banda Aceh Nagan Raya Aceh Besar Aceh Barat Aceh Sumber: Dinas Bina Marga 2008, Diolah Kabupaten Ekonomi (%) Tabel 13 Alokasi Kredit, Kuadran I kredit Rata-rata (%) Komposisi (%) KMK/ Investasi Rata-rata Lhokseumawe Banda Aceh Nagan Raya 6.55 n/a n/a Aceh Besar Aceh Barat Aceh

24 24 Harry Hasan Masyrafah dan Wahyuddin Tabel 14 Kuadran III,Klassen (Rata-rata , Konstant 2000=100) Kabupaten Pendapatan Perkapita ( Rp Juta) Ekonomi (%) Langsa Bireuen Sabang Bener Meriah Aceh Barat Daya Aceh Tengah Aceh Tamiang Aceh Utara Gayo Lues Pidie Jaya Aceh Singkil Aceh Pidie Aceh Tenggara Simeulue Aceh Sumber : BPS, Diolah Tabel 15 Karakteristik Ekonomi Kuadran II ( , Konstant 2000=100) Kabupaten Ekonomi (%) Komposisi Pertanian (%) Pertanian (%) Komposisi Perdagangan & Jasa (%) Perdagangan/ Jasa (%) Langsa / 5 Bireuen / 39 Sabang / 57 Bener Meriah / 38 Aceh Barat Daya /24 Aceh Tengah / 18 Aceh Tamiang / 59 Aceh Utara / 40 Gayo Lues / 80 Pidie Jaya / 3 Aceh Singkil / 17 Aceh Pidie / 76 Aceh Tenggara / 3 Simeulue / 54 Aceh / 9 Sumber : BPS, Diolah

25 Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Mei dalam perekonomian pada daerah Kuadran III. Sub tanamana pangan masih merupakan komoditas utama pada daerah kuadran II ini, searah dengan struktur perekonomian Aceh secara keseluruhan, kecuali pada beberapa daerah seperti Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. Daerah ini memiliki komposisi tanaman perkebunan seperti kopi dan kakao sebagai komoditas utama dan penyumbang utama dalam perekonomian, Tabel 15. Daerah-daerah di kuadran II memiliki karakteristik pertumbuhan pada sektor sekunder yang cukup tinggi. Sektor perdagangan dan jasa secara rata-rata pada daerah ini memiliki komposisi sepertiga dari perekonomian dan mencatat pertumbuhan yang sangat signifikan khususnya sektor jasa. Tingginya pertumbuhan di sektor jasa juga menyiratkan tingginya permintaan terhadap barang dan jasa di masyarakat. Tingginya pertumbuhan di sektor ini biasanya diikuti dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor lain (biasanya dari sektor pertanian). Meskipun tercatat tinggi, sektor sekunder ini tidak begitu memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun 2003 hingga tahun sektor masih pertanian berperan penting terhadap pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan,gambar 19. Meskipun sektor ini memiliki pertumbuhan yang relative rendah dibandingkan dengan sektor perdagangan dan jasa, akan tetapi dikarenakan komposisinya yang besar terhadap struktur perekonomian, sedikit pertumbuhan di sektor ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dibandingkan sektor-sektor tertier, seperti perdagangan dan jasa, Gambar 20. Banyak daerah di kuadran II memiliki sarana jalan kabupaten yang jauh dari rata-rata tingkat Aceh, namun tetap mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Aceh Tamiang memiliki 98% jalan kabupaten dalam keadaan baik, namun pertumbuhan ekonomi masih tercatat relatif rendah, sedangkan kota Sabang, mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi dengan kondisi jalan yang juga cukup baik. kredit di daerah kuadran II secara keseluruhan tercatat sebesar 38%, sedikit lebih rendah daripada rata-rata pertumbuhan kredit di Aceh. Kota Langsa bahkan mencatat pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, sebesar 60%, namun memiliki pertumbuhan yang hanya sedikit lebih tinggi dari keseluruhan Aceh. Karakteristik kredit yang dikucurkan pada kuadran ini berbeda dengan kuadran I, dimana alokasi kredit investasi dan modal kerja hanya tercatat sebesar 37%, lebih rendah daripada rata-rata di Aceh, Tabel 17. Kuadran IV Aceh Jaya merupakan daerah yang paling tertinggal di Aceh. Dibandingkan dengan daerah lain di Aceh, Aceh Jaya memiliki pertumbuhan ekonomi yang negative secara rata-rata dari tahun , serta pendapatan perkapita yang sangat rendah dari tahun 2003 hingga tahun Daerah yang dikategorikan tertinggal adalah daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dibawah rata-rata Aceh. Sektor primer (pertanian) mengalami pertumbuhan yang sangat rendah. Karakteristik utama dari daerah pada kuadran ini adalah bertumpunya ekonomi (hampir separuh bahkan lebih dari separuh) terhadap sektor pertanian yang juga tumbuh relative rendah. Komposisi perdagangan dan jasa meskipun tidak begitu rendah, tetapi memiliki pertumbuhan yang cukup rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Aceh. Karakteristik infrastruktur jalan kabupaten pada daerah kuadran IV tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Ratarata kondisi jalan kabupaten pada daerah ini terhitung lebih baik dari pada ratarata Aceh pada keseluruhan. Akan tetapi cakupan irigasi pada daerah ini tercatat jauh lebih rendah. Beberapa daerah di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH i Kebijakan otonomi memberikan peluang bagi daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk mengaktualisasi kewenangan dan kemandiriannya dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan merupakan sektor dalam perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. Pentingnya sektor-sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN 2013 Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 PENERIMAAN DAERAH 2 Penerimaan Aceh Tengah meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) C78 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko

Lebih terperinci

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar) Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut (hektar) Dicetak Tanggal : Penggunaan Lahan Total Pertanian Bukan Luas Lahan Sawah Bukan Sawah Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) 01 Simeulue 10.927 74.508

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Aceh

Perkembangan Ekonomi Aceh Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Perkembangan Ekonomi Aceh Mei 29 GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi non migas Aceh menurun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012

PECAPP. Now or Never. Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012 Now or Never Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih Baik Analisa Belanja Publik Aceh 2012 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Aceh akan menerima lebih dari Rp 100T pada akhir

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 Hakim Muttaqim Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012 No. 42/09/12/Th I, 03 September 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH JANUARI APRIL 2012 SEBANYAK 201.605,53 TON Produksi beras provinsi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 46/11/11/Th.V, 5 November 2012 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,10 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi spasial maka yang menjadi kutub pertumbuhan adalah Kota Medan. Karakteristik utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan 13 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kopi sudah pula menjadi bagian dari kehidupan manusia seharihari. Kopi diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH Abstract This study aimed to analyze the level of income disparity in the district / city in the province of Aceh. The study used secondary data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BADAN PUSAT STATISTIK No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 276.729 RUMAH TANGGA, NAIK 11,22 DARI TAHUN 2009 Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Tingkat Pengangguran 1.3 Tingkat Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 No. 39/08/THXVIII.3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 501.893 KUINTAL, CABAI RAWIT SEBESAR 528.704 KUINTAL, DAN BAWANG MERAH SEBESAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pada analisis ini hanya melihat dari sisi penerimaan kabupaten/kota di provinsi Aceh. Kinerja keuangaan dari sisi penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015

TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015 i BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015 Banda Aceh, 2016 xii + 123 halaman 18,2 x 25,7 cm ii KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci