Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Rumah Impian Mahasiswa

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Lingkungan Rumah Ideal

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia di Kota Bandung

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Mushola di dalam Rumah

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Ruang Favorit dalam Rumah

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Preferensi Ruang Hobi

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

PURI TERAPI KECANTIKAN DAN KEBUGARAN NATURAL DI SEMARANG

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Daya Tarik dan Karakteristik Taman Idaman pada Rumah

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat

SURVEI MINAT MASYARAKAT UNTUK MENGGUNAKAN FASILITAS OLAHRAGA DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN. Oleh Budi Valianto 1, Dewi Hamda M.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1: mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar yang dapat dicapai. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Medhiansyah P. Prawira Program Studi Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Berolahraga merupakan aktivitas yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Namun seringkali rutinitas dan kesibukan yang padat menyebabkan masyarakat jarang untuk berolahraga. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung praktis menyebabkan segala sesuatu harus dilakukan serba cepat dan efisien. Sehingga sering ditemui masyarakat berolahraga di tempat tempat yang memang tidak digunakan untuk olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria fasilitas olahraga yang ideal menurut preferensi masyarakat perkotaan. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner yang disebar secara online. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis konten yang digunakan untuk menggali informasi dari responden dan analisis distribusi digunakan untuk mengetahui frekuensi persebaran setiap kategori. Ditemukan kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih memilih fasilitas olahraga yang mampu mengakomodir berbagai jenis kegiatan olahraga dan kondisi fasilitas olahraga yang baik. Kata-kunci : olahraga, masyarakat perkotaan, ideal Pengantar Olahraga merupakan aktivitas fisik yang berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan tubuh. Apabila olahraga dilakukan secara teratur dapat mencegah seseorang terkena berbagai macam penyakit kesehatan. Daniel Landers menyebutkan 5 manfaat olahraga yaitu meningkatkan kemampuan latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kesehatan mental, membantu menunda proses penuaan, mengurangi stress, menaikkan daya tahan tubuh dan memperbaiki kepercayaan diri. Banyaknya manfaat olahraga tersebut tidak lantas membuat masyarakat menjadikan olahraga sebagai aktivitas rutin dalam kehidupan sehari harinya. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung tidak sehat menyebabkan berolahraga menjadi sesuatu yang terlihat tidak menarik dan jarang dilakukan. Selain itu rutinitas dan aktivitas kegiatan masyarakat perkotaan yang padat serta kondisi fasilitas olahraga yang tidak terawat menyebabkan masyarakat memilih untuk tidak berolahraga di lokasi sebagaimana mestinya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal bagi masyarakat perkotaan. Metode Pendekatan penelitian yang digunakan penelitian kualitatif grounded theory (Creswell, 2008) yang bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode pengumpulan data bersifat terbuka dan data yang terkumpul cenderung berupa data teks, objek atau gambar, bukan berupa pada angka. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang apa yang dirasakan atau dipikirkan responden terkait fasilitas olahraga. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 055

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner online. Pertanyaan dalam kuisioner dirumuskan terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada responden. Ruang lingkup pertanyaan dibatasi mengikuti tujuan penelitian. Kuesioner online dibagikan secara bebas menggunakan metode convenient sampling (non-random sampling), baik lewat media sosial ataupun melalui kenalan pribadi. Mahasiswa yang menjadi responden juga diminta untuk menyebarkan kuesioner online tersebut kepada teman-teman mereka yang lain (snowball sampling). Jumlah total responden yang diperolah sebanyak 102. Semua responden merupakan mahasiswa dan karyawan yang memiliki domisili di Bandung, Surabaya dan Malang. Kuesioner online berisi pertanyaan yang disusun secara kualitatif dan kuantitatif (mix-method). Pertanyaan kualitatif menggunakan struktur pertanyaan terbuka (open-ended), sedangkan pertanyaan kuantitatif dengan pertanyaan tertutup (close-ended). Dalam pembahasan kali ini, data yang digunakan adalah data teks yang bersifat kualitatif. Pertanyaan kuantitatif dengan pertanyaan tertutup (close-ended) digunakan untuk mengetahui data diri responden, frekuensi responden berolahraga dan keberadaan fasilitas olahraga di sekitar tempat tinggal responden. Pertanyaan kualitatif dengan pertanyaan terbuka (open-ended) digunakan untuk mencari alasan masyarakat tidak tertarik dalam berolahraga dan kriteria fasilitas olahraga yang ideal menurut responden. Karena berbentuk terbuka maka responden dapat lebih secara leluasa memberikan pendapat mereka. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis konten dan analisis distribusi. Analisis konten digunakan untuk mencari informasi sedalam mungkin yang diperoleh dari jawaban para responden. Responden diminta untuk menjelaskan alasan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga. Sebagai pertanyaan lanjutan, responden juga diminta untuk menjelaskan kriteria fasilitas olahraga ideal yang mampu menarik minat masyarakat. Selanjutnya dilakukan analisis distribusi untuk mengetahui frekuensi dari jawaban responden. Dari frekuensi kategori jawaban akan diketahui faktor dominan dan tidak dominan dari masingmasing pertanyaan terbuka. Analisis dan Interpretasi Di tahap pertama analisis konten, dilakukan tahap open coding atau tahapan untuk mengidentifikasi kata-kata kunci dari data teks yang ada. Contoh open coding dari alasan responden tidak tertarik untuk berolahraga dapat dilihat dalam kutipan dari hasil kuesioner di bawah ini. Tidak memiliki waktu, malas, lingkungan atau tempat olahraga yang tidak mendukung untuk melakukan olahraga (Responden 41 ) Terlalu sibuk dan tidak peduli dengan kesehatan jangka panjang (Responden 13) Berdasarkan kutipan hasil kuisioner tersebut, dapat ditemukan beberapa kata kunci. Pada kutipan pertama terdapat 3 kelompok kata kunci yaitu tidak memiliki waktu, lingkungan tidak mendukung. Sedangkan pada kutipan kedua terdapat 2 kelompok kata kunci yaitu sibuk dan tidak peduli kesehatan. Selanjutnya dilakukan axial coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci. Kata-kata kunci yang memiliki kesamaan ciri dan sifat akan dikelompokkan menjadi sebuah kategori. Pengelompokan ini dilakukan untuk memudahkan proses penangkapan informasi dari hasil jawaban responden. Contoh axial coding dari kriteria fasilitas olahraga ideal menurut preferensi masyarakat dapat dilihat dibawah ini. B 056 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Tabel 1. Contoh axial coding untuk pengelompokan kata kunci menjadi kategori. Kata Kunci Aman Luas Lengkap Terawat Bersih Nyaman Rindang Banyak ruang hijau Karakteristik Responden Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 103 orang. Responden laki-laki berjumlah 31 orang dan responden perempuan berjumlah 70 orang. Sedangkan menurut kelompok umur, responden dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 kelompok umur. 32 8 4 Kategori Kondisi Fasilitas Olahraga Gambar 1. Responden menurut kelompok umur. Responden diklasifikasikan berdasarkan 4 kelompok umur yaitu 16 18 tahun sebanyak 4 orang, 19 22 tahun sebanyak 58 orang, 23 25 tahun sebanyak 32 orang dan 25 30 tahun sebanyak 8 orang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari kelompok umur 19 22 tahun dengan jumlah 58 orang yang notabenenya merupakan golongan mahasiswa S1. Untuk mendukung tujuan penelitian, responden juga diminta untuk mengisi intensitas berolahraga dalam seminggu dan keberadaan fasilitas olahraga di lingkungan sekitar. Berdasarkan 58 16-18 19-22 23-25 25-30 Medhiansyah P. Prawira hasil penyebaran kuisioner online diperoleh distribusi sebagai berikut. 17 19 3 Gambar 2. Responden menurut intensitas olahraga dalam seminggu. Responden diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu intensitas berolahraga >5 kali sebanyak 3 orang, intensitas berolahraga 2 4 kali sebanyak 17 orang, intensitas berolahraga 1 2 kali sebanyak 63 orang dan tidak pernah berolahraga sebanyak 19 orang. Hasil tersebut mengindikasikan sebagian besar responden hanya berolahraga sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Intensitas waktu berolahraga sangat dipengaruhi oleh keberadaan fasilitas olahraga. Terkait keberadaan fasilitas olahraga di lingkungan sekitar responden, diperoleh hasil 58 orang menjawab terdapat fasilitas olahraga di lingkungan sekitar dan 44 orang menjawab tidak terdapat fasilitas olahraga di lingkungan sekitar dari jumlah total 103 responden. Alasan Masyarakat Tidak Tertarik Berolahraga 63 >5 kali 1-2 kali 2-4 kali Tidak Pernah Setelah diketahui karakteristik responden, maka selanjutnya dilakukan analisis konten tahap open coding. Pada tahap ini, akan dilakukan open coding untuk mencari kata kunci dari jawaban responden terkait alasan masyarakat enggan untuk berolahraga. Tahap open coding ini menghasilkan 20 kata kunci dari 103 jumlah total jawaban responden yaitu kata kunci malas, motivasi, malu, capek, kebiasaan (gaya hidup), tidak peduli dengan kesehatan, waktu luang digunakan untuk kegiatan lain, kesibukan, lingkungan (eksternal), tidak ada teman/komunitas, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 057

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan tidak tersedia fasilitas olahraga, kurangnya informasi kesehatan, jarak jauh dari rumah, fasilitas olahraga mahal, fasilitas olahraga rusak, fasilitas olahraga kotor, fasilitas olahraga kurang atraktif, fasilitas olahraga kurang lengkap, fasilitas olahraga kurang nyaman dan fasilitas olahraga kurang aman. Selanjutnya dilakukan tahapan axial coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci yang didapatkan menjadi sebuah kategori. Tujuan pengelompokan ini adalah untuk memudahkan dalam menemukan informasi dari jawaban keseluruhan responden. Tabel 2. Tahap axial coding untuk alasan masyarakat tidak tertarik berolahraga. No Kategori Kata Kunci 1. Faktor Internal 2. Waktu 3. 4. Faktor Eksternal Kondisi Fasilitas Malas Motivasi Malu Capek Kebiasaan (gaya hidup) Tidak peduli dengan kesehatan Waktu luang digunakan untuk kegiatan lain Kesibukan Lingkungan Tidak ada teman / komunitas Tidak tersedia fasilitas olahraga Kurangnya informasi kesehatan Jarak jauh dari rumah Fasilitas olahraga mahal Fasilitas olahraga rusak Fasilitas olahraga kotor Fasilitas olahraga kurang atraktif Fasilitas olahraga kurang lengkap Fasilitas olahraga kurang nyaman Fasilitas olahraga kurang aman Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan apabila terdapat 4 kategori yang menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga yaitu Faktor Internal, Waktu, Faktor Eksternal dan Kondisi Fasilitas. Berikut merupakan penjelasan untuk masing-masing kategori yaitu : 1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal individu sendiri. Faktor internal dipengaruhi oleh sifat dan kebiasaan setiap individu. Komponen faktor internal yaitu sifat malas, kurang motivasi, malu, capek, kebiasaan kurang berolahraga dan tidak peduli dengan kesehatan. 2. Waktu merupakan faktor yang menyebabkan individu tidak menggunakannya untuk berolahraga, entah karena kesibukan maupun waktu luang yang digunakan untuk kegiatan lain. 3. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Keberadaan faktor eksternal ini menyebabkan individu tidak tertarik untuk berolahraga. Komponen faktor eksternal yaitu lingkungan yang kurang mendukung, tidak ada teman atau komunitas olahraga, tidak tersedia fasilitas olahraga, jarak fasilitas olahraga yang jauh dari rumah serta kurangnya informasi tentang pentingnya kesehatan. 4. Kondisi fasilitas merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat enggan untuk datang ke fasilitas olahraga. Komponen tersebut yaitu kondisi fasilitas olahraga yang mahal, rusak, kotor, kurang atraktif, kurang lengkap, kurang nyaman dan kurang aman. Setelah diketahui terdapat 4 kategori yang menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga. Maka tahapan selanjutnya adalah menemukan distribusi untuk setiap kategori. Analisis distribusi digunakan untuk menemukan frekuensi dari masing-masing kategori. Tujuan dari analisis distribusi adalah untuk menemukan kategori yang dominan dan tidak dominan. Histogram analisis distribusi (lihat gambar3) menunjukkan bahwa kesibukan, malas dan tidak tersedianya fasilitas olahraga menjadi alasan utama masyarakat enggan untuk berolahraga. Kesibukan memiliki frekuensi sebesar 55 responden, malas memiliki frekuensi sebesar 35 responden sedangkan tidak tersedianya fasilitas olahraga memiliki frekuensi sebesar 32 responden. Kesibukan tergolong dalam kategori B 058 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

waktu dan malas tergolong dalam faktor internal yang berasal dari individu sendiri. Sedangkan tidak tersedianya fasilitas olahraga merupakan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan individu. Fas. Olahraga Kurang Aman Fas. Olahraga Kurang Nyaman Fas. Olahraga Kurang Lengkap Fas. Olahraga Kurang Atraktif Fas. Olahraga Kotor Fas. Olahraga Rusak Fas. Olahraga Mahal Jarak Jauh dari Rumah Kurangnya Informasi Kesehatan Tidak Tersedia Fasilitas Olahraga Tidak ada Teman / Komunitas Lingkungan (Eksternal) 1 1 1 2 2 3 5 5 7 7 9 32 Medhiansyah P. Prawira tidak terfasilitasi oleh sarana yang ada. Mayoritas masyarakat terpacu untuk melakukan olahraga apabila terdapat fasilitas olahraga di sekitar lingkungan mereka. Sedangkan faktor tidak dominannya adalah kondisi fasilitas yaitu kondisi fasilitas olahraga yang mahal, rusak, kotor, kurang atraktif, kurang lengkap, kurang nyaman dan kurang aman. Distribusi untuk masing-masing faktornya berkisar antara 1 hingga 10 responden. Faktor fasilitas olahraga mahal menjadi faktor terbesar dengan 9 responden dan faktor fasilitas olahraga yang kurang atraktif menjadi faktor terkecil dengan 1 responden. Hal ini menunjukkan apabila kondisi fasilitas olahraga kurang begitu mempengaruhi penyebab masyarakat tidak tertarik untuk berolaharaga. Kesibukan Waktu Luang digunakan untuk Kegiatan Lain 2 55 Fasilitas Olahraga yang Ideal Tidak Peduli dengan Kesehatan Kebiasaan (Gaya Hidup) Capek Malu Motivasi Malas 1 Gambar 3. Analisis distribusi alasan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga. 3 Berikut merupakan intepretasi untuk masingmasing faktor dominan penyebab masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga. 4 4 1. Faktor kesibukan dipengaruhi oleh aktivitas dan rutinitas kegiatan baik di kantor maupun kuliah. Masyarakat tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga karena padatnya aktivitas mereka di tempat lain. 2. Faktor malas dipengaruhi oleh sifat dan karakter setiap individu. Mayoritas masyarakat enggan untuk berolahraga di pagi hari karena merasa lebih tertarik untuk tidur maupun melakukan aktivitas lainnya. 3. Faktor tidak tersedianya fasilitas olahraga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar masyarakat yang tidak mendukung untuk kegiatan olahraga. Tidak tersedianya fasilitas olahraga tersebut menyebabkan masyarakat tidak dapat berolahraga karena 6 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 35 Setelah diketahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga maka tahapan selanjutnya adalah menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal menurut masyarakat perkotaan. Untuk menemukan kriteria fasilitas olahraga ideal tersebut dilakukan analisis konten dan analisis distribusi terhadap jawaban keseluruhan responden yang berjumlah 103 orang. Analisis konten pada tahap awal adalah open coding. Tahap open coding digunakan untuk menemukan kata kunci terkait fasilitas olahraga seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat. Pada tahap open coding ini dihasilkan 36 kata kunci dari jawaban masing-masing responden. Setelah diketahui kata kunci tersebut, maka tahap selanjutnya adalah axial coding. Tahap axial coding merupakan tahapan pengelompokkan kata kunci yang telah diperoleh menjadi bentuk-bentuk yang lebih mudah dipahami yaitu kategori. Pengelompokan berdasarkan kategori ini dilakukan berdasarkan kesamaan sifat dan ciri khas dari masing-masing kata kunci. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 059

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Tabel 3. Tahap axial coding untuk kriteria fasilitas olahraga yang ideal dibangun di perkotaan. No Kategori Kata Kunci 1. 2. Kondisi Fasilitas Olahraga Aktivitas Fasilitas Olahraga 3. Jarak 4. 5. Tipe Fasilitas Olahraga Jenis Fasilitas Olahraga Aman Luas Lengkap Terawat Bersih Nyaman Rindang Banyak ruang hijau Murah / gratis Informatif Atraktif Ada aktivitas / event menarik Bisa membawa hewan peliharaan Terbuka untuk umum Aksesibel Dekat dengan rumah Indoor Outdoor Car Free Day Tempat senam bersama Foot therapy Gym Lapangan basket Jalan khusus pejalan kaki Track line jalur sepeda Lapangan futsal Lapangan tennis Jogging track Lapangan bulu tangkis Taman bermain anak GOR Taman / ruang terbuka Kolam renang Tempat olahraga terpadu Taman yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga Wahana olahraga jaman dahulu Berdasarkan tabel tersebut terdapat 5 kelompok kategori yang menjadi kriteria fasilitas olahraga ideal menurut para responden yaitu kategori kondisi fasilitas olahraga, aktivitas fasilitas olahraga, jarak, tipe fasilitas olahraga dan jenis fasilitas olahraga. Berikut merupakan penjelasan masing-masing kategori yaitu : 1. Kondisi fasilitas olahraga merupakan kondisi fisik yang diharapkan oleh masyarakat di suatu fasilitas olahraga. Kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi minat masyarakat dalam berolahraga. Komponen kondisi fasilitas olahraga adalah fasilitas olahraga yang aman, luas, lengkap, terawat, bersih, nyaman, rindang serta banyak ruang hijau. 2. Aktivitas fasilitas olahraga merupakan aktivitas atau jenis kegiatan yang diharapkan oleh masyarakat ada di suatu fasilitas olahraga. Sehingga dengan adanya aktivitas tersebut dapat menarik minat masyarakat berolahraga. Komponen aktivitas fasilitas olahraga adalah fasilitas olahraga yang murah/gratis, informatif, atraktif, terdapat aktivitas atau event menarik, pengunjung boleh membawa hewan peliharaan serta terbuka untuk umum. 3. Jarak dipengaruhi oleh kedekatan masyarakat untuk mengakses fasilitas olehraga tersebut. Fasilitas olahraga tersebut harus mampu dijangkau dari segala tempat baik lingkungan rumah maupun kantor. Komponen jarak yaitu aksesibilitas dan kedekatan dengan rumah. 4. Tipe fasilitas olahraga merupakan kondisi fasilitas olahraga yang terdapat di lingkungan masyarakat. Komponen tipe fasilitas olahraga yaitu fasilitas olahraga outdoor maupun indoor. 5. Jenis fasilitas olahraga merupakan jenis fasilitas olahraga seperti apa yang cocok berada di lingkungan masyarakat. Komponen jenis fasilitas olahraga adalah car free day, tempat senam bersama, foot therapy, gym, lapangan basket, jalan khusus pejalan kaki, track line jalur sepeda, lapangan futsal, lapangan tennis, jogging track, lapangan bulu tangkis, taman bermain anak, GOR, taman/ruang terbuka, kolam renang, tempat olahraga terpadu, taman yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga serta wahanan olahraga jaman dahulu. B 060 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Medhiansyah P. Prawira Setelah diketahui kategori-kategori terkait fasilitas olahraga yang ideal bagi masyarakat perkotaan maka tahapan selanjutnya analisis distribusi. Analisis distribusi digunakan untuk melihat faktor dominan dan tidak dominan dari masing-masing kategori. Faktor dominan dan tidak dominan dapat dilihat dari frekuensi untuk setiap kategori. Jenis Fasilitas Olahraga Tipe Fasilitas Olahraga Jarak Aktivitas Fasilitas Olahraga Kondisi Fasilitas Olaharaga 2 6 17 Gambar 4. Analisis distribusi kriteria fasilitas olahraga ideal bagi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis distribusi menunjukkan bahwa jenis fasilitas olahraga dan kondisi fasilitas olahraga menjadi faktor dominan dalam penentuan kriteria fasilitas olahraga yang ideal. Jenis fasilitas olahraga memiliki distribusi frekuensi sebesar 102 responden sedangkan kondisi fasilitas olahraga memiliki distribusi frekuensi sebesar 45 responden. Berikut merupakan interpretasi untuk masing-masing faktor dominan dalam penentuan kriteria fasilitas olahraga yang ideal yaitu : 1. Jenis fasilitas olahraga menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk memilih jenis fasilitas olahraga yang dibangun berdasarkan preferensi atau kesukaan jenis olahraga yang sering mereka lakukan. Sebagai contoh masyarakat yang senang bermain futsal maka lebih menginginkan dibangun lapangan futsal di sekitar lingkungan mereka. Oleh sebab itu semakin lengkap jenis olahraga yang bisa dilakukan di fasilitas olahraga tersebut maka semakin besar antusiasme atau minat masyarakat untuk berolahraga di fasilitas olahraga tersebut. Sebagai contoh apabila terdapat taman maupun tempat 45 0 20 40 60 80 100 120 102 olahraga terpadu yang menyediakan berbagai macam peralatan maupun fasilitas olahraga, maka semakin besar juga minat masyarakat untuk berolahraga di tempat tersebut. 2. Kondisi fasilitas olahraga menjadi faktor dominan kedua dalam penentuan kriteria fasilitas olahraga yang ideal. Masyarakat menginginkan kondisi fasilitas olahraga yang baik apabila terdapat fasilitas olahraga di lingkungan mereka. Sebagai contoh fasilitas olahraga tersebut haruslah bersih, terdapat utilitas berupa tempat sampah maupun keberadaan petugas kebersihan yang senantiasa membersihkan. Selain itu fasilitas olahraga tersebut haruslah nyaman, lengkap dengan berbagai macam peralatan olahraga, rindang dengan berbagai macam pohon peneduh dan vegetasi lainnya serta aman dengan adanya petugas keamanan dan fasilitas parkir yang aman. Sedangkan faktor tidak dominan yang tidak menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal adalah aktivitas fasilitas olahraga, jarak fasilitas olahraga tersebut serta tipe fasilitas olahraga yang akan dibangun. Distribusi untuk masing- masing faktor adalah 17 responden untuk aktivitas fasilitas olahraga, 6 responden untuk jarak dan 2 responden untuk tipe fasilitas olahraga. Berikut merupakan intepretasi untuk masing-masing faktor tidak dominan yaitu : 1. Aktivitas fasilitas olahraga kurang menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal. Masyarakat tidak begitu mempertimbangkan pola aktivitas yang ada di fasilitas olahraga tersebut. Apakah terdapat even yang diselenggarakan di fasilitas olahraga tersebut, maupun fasilitas olahraga tersebut bersifat publik yang terbuka untuk umum atau privat yang mengharuskan pemakainya membayar untuk bisa menggunakannya. Namun masyarakat lebih mempertimbangkan kelengkapan jenis olahraga yang mampu dilakukan di fasilitas olahraga tersebut maupun kondisi dari fasilitas olahraga Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 061

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan tersebut apakah nyaman, bersih, aman dan sebagainya. 2. Jarak kurang menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal menurut masyarakat. Masyarakat tidak begitu mempertimbangkan aksesibilitas terhadap fasilitas olahraga tersebut. Apakah lokasi fasilitas olahraga tersebut dekat maupun jauh dari lingkungan sekitar mereka. Meskipun jauh, masyarakat akan tetap menggunakan fasilitas olahraga tersebut apabila jenis olahraga yang ditawarkan di fasilitas tersebut lengkap serta kondisi fasilitas olahraga yang baik. 3. Tipe fasilitas olahraga kurang menentukan kriteria fasilitas olahraga yang ideal menurut masyarakat. Mayoritas responden tidak begitu mempertimbangkan apakah fasilitas olahraga tersebut berbentuk outdoor maupun indoor. Masyarakat lebih mempertimbangkan jenis fasilitas olahraga yang dibangun serta kondisi dari fasilitas olahraga tersebut. untuk berolahraga. Sedangkan penelitian ini memiliki kekurangan dalam pengambilan informasi untuk setiap jawaban responden. Dikarenakan merupakan penelitian kualitatif sehingga dikhawatirkan akan bersifat subyektif dan bias. Diharapkan penelitian ini mampu menginisiasi untuk dilakukan penelitian serupa terkait fasilitas olahraga yang membahas kategori untuk setiap kriteria fasilitas olahraga yang ideal secara spesifik. Daftar Pustaka Landers, D.N (2003). Arousal, anxiety, and performance. A re-examination of the inverted-u hypothesis. Research Quarterly for Exercise and Sport. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Kesimpulan Terdapat alasan yang menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk berolahraga yaitu kesibukan karena padatnya aktivitas dan rutinitas, serta malas yang merupakan faktor internal dari individu; dan tidak tersedianya fasilitas olahraga di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu perlu dirumuskan fasilitas olahraga ideal seperti apa yang mampu menarik minat masyarakat untuk berolahraga. Kriteria fasilitas olahraga ideal tersebut antara lain fasilitas olahraga yang mampu menampung berbagai macam jenis kegiatan olahraga sehingga masyarakat mampu melakukan berbagai macam kegiatan olahraga sekaligus. Selain itu kondisi fasilitas olahraga yang baik meliputi aman, nyaman, lengkap, bersih, terawat, luas, rindang dan banyak ruang terbuka hijau. Kelebihan penelitian ini adalah kuantitas responden yang banyak, sehingga dapat menggambarkan kondisi sebenarnya di perkotaan. Dimana mayoritas masyarakat perkotaan jarang B 062 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015