KAJIAN RINGKAS REGULASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

Prioritas dan Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Rencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Inilah 6 Fakta Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia, No 3 Potensi Babel, No 6 Paling Ditunggu

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI INDONESIA

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DALAM PERSEPEKTIF DESENTRALISASI. Dr. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

Materi Paparan Menteri ESDM

PROGRAM AKSI DI BIDANG ENERGI

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

PROGRAM PENDIRIAN LABORATORIUM ENERGI BARU DAN TERBARUKAN. Djarot S. Wisnubroto

NOMOR 57 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU SIDRAP 75 MW. Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB IV PEMBENTUKAN DEN (DEWAN ENERGI NASIONAL) DAN KERJASAMA DENGAN IEA (INTERNATIONAL ENERGY AGENCY)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

Pengantar. i h a l a m a n

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil suatu pengamatan dan analisis mengenai suatu penerbitan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Indonesia Water Learning Week

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA

Untuk mewujudkan kesejahteraan

Optimizing the Utilization of Renewable Energy for National Energy Security

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KAJIAN RINGKAS REGULASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR REGHI PERDANA, SH, LLM Disampaikan pada QRA Perencanaan Pasokan Tenaga Listrik Melalui Pemanfaatan Nuklir 20 Januari 2016

PERTANYAAN 1. Apakah rencana pemanfaatan nuklir untuk listrik dapat dilaksanakan sesuai dengan UU 17/2007? 2. Kenapa rencana pembangunan PLTN tidak mengalami kemajuan yang signifikan? 3. Perlukah melanjutkan rencana pembangunan PLTN tersebut? Apakah perlu tetap mempercayai UU 17/2007? 4. Langkah apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan PLTN pertama?

LANDASAN FIKIR HIRARKI PER-UU-AN (UU 12/2011) UUD 45 TAP MPR UU/PERPPU PP PERPRES PERDA PROV PERDA KAB/KOTA TEORI lex superior derogat legi inferior Aturan yg bawah tidak boleh melawan aturan yang atas Bahasa Per-UU-an : jernih, lugas, tegas, pasti Salah satu AUPB (sesuai UU 30/2014) : Kepastian Hukum /Patuh pada aturan Pemerintah memiliki Diskresi (sesuai UU 30/2014) KONSEKUENSI HUKUM UJI MATERIIL DI MA/JUDICIAL REVIEW DI MK PERATURAN TAK PASTI, TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN Gugatan Perdata Perbuatan Melawan Hukum Gugatan TUN terhadap Keputusan yang ditetapkan Pejabat TUN Upaya Metalegal : Advokasi, campaign, dll

PETA REGULASI PENGEMBANGAN PLTN UUD 45 UU PP Preambule : Memajukan kesejateraan bangsa UU 17/2007 : RPJPN 2005-2025 Arah Pembangunan 2005-2025 (Bab IV.1.2.D.32.(3)): pengembangan diversifikasi energi untuk pembangkit listrik yang baru terutama pada pembangkit listrik yang berbasis batubara dan gas secara terbatas dan bersifat jangka menengah agar dapat menggantikan penggunaan bahan bakar minyak dan dalam jangka panjang akan mengedepankan energi terbarukan, khususnya bioenergi, geothermal, tenaga air, tenaga angin, tenaga surya, bahkan tenaga nuklir dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat. Arah Pembangunan 2005-2025 (Bab IV.1.6.2) : Pengembangan sumber-sumber energi alternatif itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Tahapan dan Skala Priotitas RPJMN Ke-3 Bab IV.2.3 :terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai, serta mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat Pasal 11 ayat (3) PP 79/2014 : Kebijakan Energi Nasional Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan bagi Energi nuklir yang dimanfaatkan dengan mempertimbangkan keamanan pasokan Energi nasional dalam skala besar, mengurangi emisi karbon dan tetap mendahulukan potensi Energi Baru dan Energi Terbarukan sesuai nilai keekonomiannya, serta mempertimbangkannya sebagai pilihan terakhir dengan memperhatikan faktor keselamatan secara ketat PP 79/2014 menggantikan kebijakan dalam Perpres 5/2006 ttg KEN, dimana sampai dgn sebelum PP 79/2014 ditetapkan peranan EBT lainnya terhadap konsumsi energi nasional sampai dengan tahun 2025, khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5% PERPRES Perpres 7/2005 : RPJMN 2005-2009 Dimulainya pemanfaat energi alternatif, termasuk nuklir Litbang EBT termasuk nuklir Pengawasan litbang & penerapan teknologi tinggi, termasuk nuklir Perpres 5/2010 : RPJMN 2010-2014 Persiapan pembangunan PLTN : koordinasi kebijakan, sosialisasi, FS, DED, penyiapan aturan, sistem perizinan & inspeksi, sistem kesiapsiagaan & keadaan darurat Perpres 2/2015 : RPJMN 2015-2019 akan dimulai pembangunan PLTN Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengawasan nuklir menyongsong era PLTN Penyiapan pembangunan PLTN termasuk meningkatkan penerimaan publik Kajian pengembangan PLTN dan fasilitasi BU yang akan mengembangkannya Menyusun Roadmap & Pengembangan Kelembagaan PLTN Pilot Project PLTN (10 MW)

ANALISA REGULASI PENGEMBANGAN PLTN Pada Level UU Bahasa yang digunakan dalam UU 17/2007 bukan bahasa yang tegas dan pasti, melainkan bahasa pilihan dan bersyarat. Pengembangan Pembangkit Listrik dengan Tenaga Nuklir merupakan pilihan diantara sumber energi lain seperti bioenergi, geothermal, tenaga air, tenaga angin, tenaga surya. Pengembangan PLTN dapat dilakukan dengan syarat a. mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat. b. disesuaikan dengan kondisi masyarakat c. mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Pada Level Aturan Pelaksana UU Terjadi perubahan kebijakan (Diskresi) yang semula peran nuklir bersama sumber energi lainnya : Biomasa, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5% pada tahun 2025, menjadi pemanfaatan nuklir : a. mempertimbangkan keamanan pasokan Energi nasional dalam skala besar, b. mengurangi emisi karbon c. Mendahulukuan EBT sesuai nilai keekonomian d. merupakan pilihan terakhir Terjadi perubahan payung hukum, yang semula KEN ditetapkan dengan Perpres 5/2006, diubah setingkat lebih tinggi menjadi PP 79/2014 Pada RPJMN RPJMN ke 1 & ke 2, pengembangan PLTN dalam tahapan penelitian & persiapan (FS, DED, persiapan regulasi) Demikian pula pada RPJMN ke 3 masih dalam tahapan penyiapan (kajian, Roadmap) yang diakhir periode nanti terbangun pilot project PLTN yang kapasitasnya kecil (10 MW) bandingan dgn lampu jalan di DKI yang perlu 200 MW/hari Dengan demikian maka selama keselamatan belum terjamin, masyarakat belum menerima, dan berpotensi merusak lingkungan, secara hukum tidak ada kewajiban Pemerintah membangun PLTN. Pemerintah dapat memilih PL dengan sumber energi lain Perubahan Kebijakan tersebut secara hukum diperkenankan dan tidak melanggar UU 17/2007, hal ini dikarenakan bahasa UU 17/2007 merupakan bahasa pilihan dan bersyarat Penetapan KEN dengan PP membuat posisi KEN diatas Perpres RPJMN. Perpres RPJMN tidak boleh bertentangan dengan PP KEN Perpres RPJMN ke 1 hingga ke 3 tidak bertentangan dengan UU 17/2007 dan PP 79/2014

KONDISI MASYARAKAT SALAH SATU SYARAT DALAM UU 17/2007 : MEMPERHATIKAN KONDISI MASYARAKAT PRO KONTRA PT PLN Prof. Dr. BJ Habibie Dr. Djarot Wisnusubroto (Kepala BATAN) ISU: KEMAMPUAN SDM MENGELOLA KESELAMATAN BAHAYA LINGKUNGAN ALTERNATIF SUMBER ENERGI LAIN YANG BELUM DIKEMBANGKAN Purnomo Yusgiantoro (mantan Mentamben) Sonny Keraf (anggota DEN, mantan Menteri) Herman Darnel Ibrahim (mantan anggota DEN) Romo Franz Magnis Suseno (Tokoh Masyrakat) JAKARTA, KOMPAS.com Tak mengikuti jejak India, ternyata pemerintah Indonesia menolak dengan tegas tawaran dari Rusia untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menuturkan, alasannya sumber energi tenaga nuklir masih kontroversial di masyarakat kita. Mereka (Rusia) bicara tentang kapasitas listrik nuklir. Saya bilang itu masih jauh, kita belum pikirkan hal tersebut, kata Sofyan kepada wartawan, Senin (22/12/2014). Sofyan melanjutkan, pemerintah Indonesia menjelaskan sumber energi tenaga nuklir tidak menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt

JAWABAN ATAS PERTANYAAN 1. Apakah rencana pemanfaatan nuklir untuk listrik dapat dilaksanakan sesuai dengan UU 17/2007? Rencana pemanfaatan nuklir dapat dilaksanakan namun harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di dalam UU 17/2007. Selama persyaratan tersebut belum dapat dipenuhi atau diyakini belum dapat terpenuhi, maka nuklir hanya sebatas pada pengembangan, penelitian, dan pilot project. 2. Kenapa rencana pembangunan PLTN tidak mengalami kemajuan yang signifikan? Dari aspek hukum, Karena regulasi menyatakan : Sumber energi nuklir merupakan pilihan diantara sumber energi lain. Pemanfaatannya membutuhkan persyaratan yang harus dipenuhi. Dilevel PP telah dinyatakan nuklir merupakan pilihan terakhir.

JAWABAN ATAS PERTANYAAN 3. Perlukah melanjutkan rencana pembangunan PLTN tersebut? Apakah perlu tetap mempercayai UU 17/2007? Mengubah UU biaya nya besar Tetap mempercayai UU 17/2007 Tetap melanjutkan rencana pembangunan mulai dari pengembangan, membangun akseptansi, persiapan, konstruksi, sampai pengoperasian jika memungkinkan, jika tidak setidaktidaknya sampai pilot project untuk menguji dan membuktikan bahwa pemerintah mampu mengelola PLTN. 4. Langkah apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan PLTN pertama? Dari aspek hukum, langkah yang harus dilakukan: Membangun trust dan akseptansi bukan hanya masyarakat, tetapi juga pengambil keputusan Jika trust dan akseptansi sudah terbangun, perlu mengubah kebijakan nuklir yang tertuang dalam PP 79/2014

TERIMA KASIH