PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM

dokumen-dokumen yang mirip
Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN MINYAK NILAM SERTA PEMANFAATAN LIMBAHNYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

I. PENDAHULUAN. Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh para petani sayuran dan umum dikonsumsi oleh masyarakat luas di

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK DALAM PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK KERAJINAN TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

ANALISIS KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG KAYU DAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN VARIASI KOMPOSISI

PELATIHAN PEMBUATAN MINUMAN REMPAH SERBUK BAGI TUTOR DAN PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (PKBM) DI KECAMATAN KRAMAT JATI, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Flavor jeruk merupakan flavor yang banyak dipergunakan dalam

II. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Ipilo adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari daratan Amerika dan Amerika Tengah, termasuk Meksiko, kirakira

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

I. PENDAHULUAN. organik disamping pupuk anorganik (Rubiyo dkk., 2003). Pupuk organik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Zero Waste. [Prinsip Menciptakan Agro-Industri Ramah Lingkungan] Dede Sulaeman [1]

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

ALAT PENGADUK ADONAN WINGKO BABAT KAPASITAS 100 KG UNTUK USAHA PEMBUATAN WINGKO BABAT DI KOTA SEMARANG

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

PESTISIDA ALAMI ALKALOID DENGAN EKSTRAK KECUBUNG PASTI MANJUR DAN AMAN

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

GUBERNUR SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

B.8. Peningkatan Produktivitas dan Perekonomian Industri Minyak Gandapura

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)

EVALUASI PEMANFAATAN FORMULA PESTISIDA NABATI CENGKEH DAN SERAI WANGI UNTUK PENGENDALIAN BUSUK RIMPANG JAHE >50%

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

EKSTRAKSI MINYAK ALGA Spirulina sp. DENGAN DUA JENIS PELARUT, HCL DAN ETANOL. Riana Giarti 1) dan Elida Purba 2)

PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI DARI LIMBAH PENYULINGAN DAUN NILAM L. Kurniasari e-mail: laeli_kurniasari@yahoo.co.id I. Hartati e-mail: indah_hartati@yahoo.com I. Riwayati e-mail: riway79@yahoo.com Laboratorium Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah penghasil minyak nilam yang cukup besar di Jawa Tengah. Lokasi petani penyuling minyak nilam di Kabupaten Pemalang terpusat di Kecamatan Belik dan Watukumpul dengan jumlah petani penyuling sekitar 67 orang. Pada proses penyulingan minyak nilam akan dihasilkan limbah berupa ampas daun dan ranting sisa penyulingan. Namun sampai saat ini limbah hanya dibuang begitu saja, sehingga dalam jumlah banyak dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif pengolahan limbah daun nilam adalah diolah menjadi insektisida nabati. Oleh karenanya dibutuhkan suatu kegiatan pelatihan dan penyuluhan pembuatan insektisida nabati di kalangan pentani penyuling minyak nilam sebagai salah satu upaya meminimalkan dampak limbah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan formulasi insektisida nabati di laboratorium proses kimia Unwahas, dilanjutkan dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan dilapangan serta proses evaluasi. Sasaran yang dituju khususnya adalah para petani penyuling minyak nilam, pemuda dan warga sekitar. Selain itu juga dilakukan koordinasi dengan pihak Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Belik. Hal ini tidak terlepas dari keinginan warga untuk dapat mengolah limbah daun nilam yang selama ini memang menjadi permasalahan utama di kalangan penyuling. Diharapkan dengan adanya penyuluhan dan pelatihan ini dapat membuka wawasan petani dalam mengolah limbahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis. Pendahuluan Dari hasil peninjauan di lapangan, ternyata di kabupaten Pemalang sebagian lahannya ditanami nilam dengan luas areal sebesar 1.210,000 hektar. Petani/pengrajin yang mengolah minyak dari penyulingan daun nilam relatif cukup banyak. Dari 14 kecamatan di Pemalang, sedikitnya terdapat 67 pengrajin minyak nilam yang berlokasi di Kecamatan Watukumpul dan Belik. Penyulingan yang dilakukan dengan menggunakan alat penyuling sederhana dan bahan konstruksi berasal dari drum bekas atau plat besi biasa (mild steel). Para petani/pengrajin minyak nilam, pada umumnya membuang limbah atau ampas hasil sulingan begitu saja, sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal ini sangat disayangkan, untuk itu perlu dilakukan suatu langkah pengembangan lebih lanjut sebelum limbah ini dibuang ke lingkungan. Sementara itu, limbah atau ampas penyulingan daun nilam ternyata mengandung senyawa seperti alkaloid, saponin dan glikosida yang bisa dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan insektisida, pewangi ruangan dan pupuk. Bahkan menurut penelitian Mardiningsih dan Wiratno, 1996, limbah penyulingan minyak nilam dapat digunakan Kata Kunci : limbah, daun nilam, insektisida nabati sebagai penolak serangga ngengat (Thysanura lepismatidae) sampai 73,33 % selama 28 hari, S. zeamais dan Carpophilus sp., juga sebagai penghambat pertumbuhan serangga Stegobium paniceum. Untuk itu perlu diupayakan menerapkan teknologi pengolahan limbah menjadi produk yang berguna dan bernilai ekonomis, yaitu insektisida nabati. Pengembangan insektisida nabati untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah untuk menjawab berbagai tantangan pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan pada masa akan datang. Isu global mengenai dampak lingkungan akibat penggunaan insektisida sintetis yang kurang bijaksana dan era pasar bebas yang akan dihadapi bangsa Indonesia, dimana konsumen sangat menginginkan produk pertanian yang aman, termasuk bebas dari insektisida sintetis. Disamping itu akibat krisis moneter yang berkepanjangan harga barang impor melambung tinggi termasuk insektisida sintetis, akibatnya sangat memberatkan petani. Sehingga pemanfaatan limbah penyulingan daun nilam sebagai insektisida nabati merupakan salah satu alternatif untuk mensubstitusi penggunaan insektisida sintetis dalam budidaya tanaman 41

Momentum, Vol. 5, No. 2, Oktober 2009 : 41-45 Dari kenyataan diatas, maka sangatlah perlu untuk memanfaatkan limbah penyulingan nilam menjadi produk insektisida nabati di kecamatan Belik dan Watukumpul Kabupaten Pemalang, mengingat di kecamatan ini banyak terdapat limbah hasil penyulingan nilam. Pembuatan formulasi insektisida nabati dari limbah penyulingan nilam di Kecamatan Belik dan Watukumpul, dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan. Sehingga dapat memberikan masukan kepada para petani atau industri kecil dalam rangka meningkatkan nilai tambah disamping mengurangi pencemaran lingkungan. Perumusan Masalah Dari penjelasan di atas, maka permasalahan atau kendala yang dihadapi para petani/pengrajin minyak nilam dan masyarakat sekitar adalah: Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah atau buangan daun nilam hasil sulingan industri kecil. Paket teknologi pengolahan dan pemanfaatan limbah penyulingan daun nilam yang belum diketahui. Diperlukan penyuluhan dan pelatihan teknologi tepat guna dalam pembuatan insektisida nabati dari limbah penyulingan daun nilam, sehingga didapatkan insektisida nabati yang relatif sama dengan insektisida sintetis. Tujuan Kegiatan Adapun tujuan kegiatan ini adalah : Memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi tepat guna pengolahan dan pemanfaatan limbah penyulingan daun nilam. Menyampaikan penyuluhan berupa pembuatan insektisida nabati dari limbah penyulingan daun nilam. Manfaat Kegiatan Manfaat yang dapat diperoleh dengan diterapkannya teknologi pembuatan insektisida nabati adalah : Pencemaran lingkungan yang dirasakan masyarakat sekitar relatif berkurang. Para petani/pengrajin dapat memanfaatkan teknologi tepat guna dalam pengolahan limbah, sehingga akan diperoleh insektisida nabati sebagai pembasmi serangga pertanian. Dengan adanya teknologi ini, maka akan menambah produk samping, sehingga nilai jualnya lebih tinggi dan akibatnya pendapatan serta kesejahteraan para pekerja menjadi lebih baik. Survei pengrajin minyak nilam Daun nilam hasil sulingan menjadi limbah Permasalahan Teknologi pengolahan Penyuluhan, pelatihan dan evaluasi Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah dilakukan sesuai dengan tahapan pada Gambar 1 berikut ini. Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan adalah: Limbah yang berupa ampas sisa penyulingan dikeringkan. Kemudian limbah tersebut digiling atau diremas sampai menjadi serbuk. Limbah yang berupa serbuk diekstrak menggunakan pelarut etanol untuk berbagai konsentrasi dalam tangki berpengaduk pada temperatur 40 o C. Hasil ekstrak ini digunakan untuk uji toksisitas terhadap serangga pertanian. Uji ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap serangga. Adapun tahapan proses pembuatan insektisida nabati dari limbah daun nilam tersaji pada Gambar 2. 42

Limbah Penyulingan Daun Nilam Uji karakteristik Pengeringan dan Penggilingan (Rotary Evaporator) Ekstraksi dalam Tangki Berpengaduk dilanjutkan dengan perendaman selama 24 jam Pelarut etanol 70% Pelarut etanol Uji Toksisitas Serangga Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Insektisida Nabati Khalayak Sasaran Adapun khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah : - Para petani / pengrajin penyulingan minyak daun nilam di Kecamatan Watukumpul dan Belik Kabupaten Pemalang. - Masyarakat yang berada disekitarnya dan Karang Taruna. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini didukung pula oleh Dinas Pertanian Pemalang, khususnya pihak Balai Penyuluh Pertanian Kec. Belik Pemalang. Tim dari Balai Penyuluh Pertanian ini memang berhubungan langsung dengan para petani dan penyuling minyak nilam sehingga permasalahan pengolahan limbah daun nilam juga turut menjadi kajian bagi tim penyuluh. Metode yang Digunakan Metode kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Penyuluhan kepada para pengusaha minyak nilam Pelatihan di lapangan Evaluasi Gambar 3. Diagram Alir Metode Kegiatan 43

Momentum, Vol. 5, No. 2, Oktober 2009 : 41-45 1. Memberikan penyuluhan untuk para petani / pengrajin minyak nilam, Karang Taruna, dan masyarakat sekitarnya. 2. Mengadakan pelatihan bagaimana cara membuat formulasi bahan untuk pembuatan insektisida nabati. 3. Melaksanakan evaluasi hasil penyuluhan maupun penerapan prosesnya. Hasil dan Pembahasan Kegiatan program penerapan ipteks ini diawali dengan studi lapangan di sentra penyulingan minyak nilam. Disana ditemukan permasalahan yang terkait dengan pengolahan limbah daun nilam. Sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah daun nilam ini adalah dengan mengubahnya menjadi bahan insektisida nabati. Kegiatan dilanjutkan dengan formulasi pembuatan insektisida nabati dari limbah daun nilam. Pada proses pembuatan ini dicoba beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produk insektisida yang dihasilkan. Diantaranya adalah konsentrasi alkohol yang digunakan serta lama waktu perendaman. Hasil insektisida kemudian di uji kepada serangga perusak tanaman sampai diperoleh tahap pembuatan yang paling optimum. Adapun tahap pembuatan insektisida nabati dari limbah daun nilam seperti tersaji pada Gambar 2. Seluruh kegiatan formulasi insektisida ini dilakukan di laboratorium proses, Program studi Teknik Kimia Univ. Wahid Hasyim Semarang. Setelah diperoleh formulasi yang efektif, tahapan kegiatan selanjutnya adalah berkoordinasi dengan pengelola UKM penyuling minyak nilam (UKM Sari Daun Kuning) untuk tahap sosialisasi dan pelaksanaan pelatihan pembuatan insektisida nabati. Koordinator UKM bersama dengan tim dari LP3M Unwahas bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, dalam hal ini diwakili oleh pihak Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Belik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik dan lancar, dihadiri sekitar 30 petani penyuling minyak nilam, tim penyuluh lapangan Dinas Pertanian, perwakilan pemuda serta koperasi. Antusiasme peserta pelatihan juga cukup tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul seputar cara pembuatan dan pemakaian insektisida nabati dari limbah daun nilam. Selama ini limbah daun nilam hanya dibuang dan tidak pernah dimanfaatkan, sehingga adanya penyuluhan dan pelatihan dapat memberikan wawasan dan membuka adanya peluang usaha baru. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersaji pada Gambar 4. Gambar 4. Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Setelah kegiatan penyuluhan selesai, warga mencoba mempraktekkan sendiri cara pembuatan insektisida nabati dari limbah daun nilam. Dengan demikian, diharapkan limbah daun nilam yang selama ini dibuang dapat memiliki nilai ekonomis sekaligus mencegah kerusakan alam yang semakin parah akibat penggunaan insektisida sintetis. Kesimpulan 1. Limbah penyulingan minyak nilam yang berupa ampas daun dan ranting masih dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan insektisida nabati. 2. Pembuatan insektisida nabati dari limbah daun nilam dapat dilakukan dengan proses ekstraksi dengan pengadukan dan perendaman menggunakan alkohol 70 % sebagai pelarut/solven. 3. Pemanfaatan limbah daun nilam sebagai insektisida nabati merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis, disamping penggunaan insektisida nabati juga lebih baik bagi lingkungan hidup Saran 1. Perlu ada bantuan lebih lanjut, khususnya dari dinas terkait tentang proses produksi insektisida nabati dalam skala besar. 2. Perlu ada penanganan lebih lanjut terkait pemasaran dan penggunaan insektisida nabati di kalangan pemakai/petani. 44

Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas dukungan dana dalam kegiatan ini sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor : 058/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada UKM Sari Daun Kuning Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini dan pihak lain yang tidak tersebutkan di sini. Daftar Pustaka Guenther E. 1948. The Essential Oils. Volume 2. New York : D van Nostrand Company Inc.Hassler JW. 1945. The Nature of Active Carbon. New York:Mc Graw Hill. Kastaman, R, 2003, Kajian Teknis Budidaya dan Manajeman Produksi Pengolahan Minyak Nilam di Beberapa Sentra Nilam Jawa Barat, Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Universitas Padjajdaran Bandung. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN. Balai Pustaka, Jakarta. Manoi, F, 2007, Perkembangan Teknologi Pengolahan dan Penggunaan Minyak Nilam serta Pemanfaatan Limbahnya. Ramadani, 2009, Insektisida Nabati, Website BBPP Lembang. Rusli S. 2000. Penanganan bahan baku, penyulingan dan pemurnian minyak atsiri. Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan Minyak Atsiri; di Garut 7-16 September 2000. Laksamanahardja, M.P. 2003. Pengembangan Model Agroindustri Skala Kecil Menengah Minyak Nilam Terpadu. Laporan Hasil Penelitian. Bagian Proyek Pengembangan Teknologi Pascapanen, Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Treybal, R.E., Mass-Transfer Operations, Mc Graw Hill International Book Company, 1984. 45