BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Koping. Setiap individu dari semua umur dapat mengalami stres dan akan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar. Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. massa baik elektronik maupun non-elektronik yang sepertinya setiap hari tak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994).

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Coping. tekanan (Siswanto, 2007). Copingyaitu proses untuk menata tuntutan yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan di dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut : 2. Menyusun instrumen, pengumpulan data

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. untuk mengendalikan seperti halnya untuk menguasai, menerima, mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia

PERILAKU COPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan karena tidak

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi

GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE SKRIPSI HILMAYANI NASUTION

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI JURUSAN BK ANGKATAN 2008 FIP UNJ

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB I PENDAHULUAN. mempertaruhkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coping adalah usaha untuk mengelola situasi yang membebani atau menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda.

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

Abstrak. Kata kunci:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Kecemasan pada Mahasiswa Kedokteran saat Menghadapi OSCE

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu penduduk Indonesia

SEMINAR PSIKOLOGI & KEMANUSIAAN 2015 Psychology Forum UMM, ISBN:

Metode Penelitian Populasi dan Sampel

ABSTRAK. Kata Kunci:, problem focused coping, emotional focused coping, SECAPA-AD. i Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. umum, dan dianggap memiliki tingkat keparahan paling tinggi. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipilih oleh calon mahasiswa dengan berbagai pertimbangan, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin, 2006). Taylor (2012) mendefinisikan coping sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal dari situasi yang menekan. Coping merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan dan internal, serta mengelola konflik-konflik yang mempengaruhi individu melampaui kapasitas individu (Folkman, 1984). Strategi Coping merupakan suatu proses individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat masalah yang sedang dihadapinya, dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mu tadin, 2002). Menurut Lazarus dan Launier (dalam Martina, 2010) coping sebagai usaha individu yang berorientasi pada tindakan dan intrapsikis untuk mengendalikan, menguasai, mengurangi dan memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan internal dan konflik-konflik yang telah melampaui kemampuan individu tersebut. Kemampuan menurut Lazarus mengacu kepada kemampuan individual, pengetahuan, latar belakang serta

13 keyakinan positif terhadap takdir. Ia juga mengungkapkan bahwa lingkungan juga berperan sama pentingnya seperti kemampuan individu. Dari definisi diatas maka strategi coping dapat diartikan sebagai usaha, proses atau respon individu untuk mengubah kognisi, intrapsikis dan juga tingkah laku dalam tingkatan tertentu, agar dapat mengendalikan, menguasai, mengurangi atau memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan internal, konflik-konflik atau situasi yang dianggap menimbulkan stres atau mengatasi sesuatu terutama yang diperkirakan akan menyita dan melampaui kemampuan seseorang. 2. Aspek Strategi Coping Lazarus & Folkman (Sarafino, 1998; Safaria & Saputra, 2005), membagi aspek strategi coping menjadi dua yaitu: a. Problem focused coping (PFC) merupakan strategi atau usaha untuk mengurangi situasi stress dengan cara mengembangkan kemampuan atau mempelajari keterampilan yang baru untuk mengubah dan menghadapi situasi, keadaan atau pokok permasalahan. Sub aspek problem focused coping, yaitu: 1. Confrontive Coping ialah strategi yang ditandai oleh usahausaha yang bersifat agresif untuk mengubah situasi, termasuk dengan cara mengambil resiko. Hal ini dilakukan individu dengan cara tetap bertahan pada apa yang diinginkan.

14 2. Planful Problem-Solving yaitu menganalisa setiap situasi yang menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi. 3. Seeking social support adalah strategi yang ditandai oleh usaha-usaha untuk mencari nasihat, informasi atau dukungan emosional dari orang lain. b. Emotion focused coping (EFC) merupakan strategi untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan Emotion focused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful. Sub aspek emotion focused coping, yaitu: 1. Distancing adalah usaha mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif. 2. Self-Control strategi dimana seseorang mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya ntuk menyelesaikan masalah. 3. Accepting Responsibility adalah suatu strategi dimana individu menerima bahwa dirinya memiliki peran dalam masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.

15 4. Escape-avoidance strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan diri dari masalah dan situasi stres dengan cara berkhayal atau berangan-angan juga dengan cara makan, minum, merokok, menggunakan obat-obatan dan beraktivitas. Dengan melakukan strategi ini individu berharap bahwa situasi buruk yang dihadapi akan segera berlalu. 5. Positive Reappraisal strategi yang ditandai oleh usaha-usaha untuk menemukan makna yang positif dari masalah atau situasi menekan yang dihadapi, dan dari situasi tersebut individu berusaha untuk menemukan suatu keyakinan baru yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi. Carver, Scheier, and Weintraub (1989) menyebutkan strategi coping terdiri dari empat aspek yaitu: a. Problem focused coping, merupakan strategi atau usaha untuk mengurangi situasi stres dengan cara mengembangkan kemampuan atau mempelajari keterampilan yang baru untuk mengubah dan menghadapi situasi, keadaan atau pokok permasalahan. Problem focused coping dengan sub aspek sebagai berikut: 1. Active coping, yaitu proses mengambil langkah-langkah aktif untuk mencoba untuk menghapus atau menghindari stressor atau untuk memperbaiki dampaknya. Active coping termasuk memulai aksi langsung, meningkatkan upaya seseorang, dan

16 berusaha untuk menjalankan upaya coping dengan cara bertahap. 2. Planning, memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dengan membuat strategi untuk bertidak, memikirkan tentang langkah atau upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah. 3. Suppresion of competing, berarti berusaha untuk menghindari agar tidak terganggu oleh peristiwa lain, bahkan mengenyampingkan hal-hal lain, untuk menghadapi stressor. 4. Restrain Coping, menunggu sampai sebuah kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri, dan tidak bertindak sebelum waktunya. 5. Seeking instrumental social support, yaitu mencari saran, bantuan atau informasi. b. Emotional focused coping merupakan suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Emotional focused coping dengan sub aspek sebagai berikut: 1. Positive reinterpretation and growth, tumbuh sebagai hasil pengalaman dan mengambil sisi positif dari hal yang terjadi. 2. Acceptance, menerima kenyataan bahwa peristiwa stress telah terjadi dan nyata.

17 3. Denial, upaya untuk menolak kenyataan peristiwa yang menekan. 4. Religious, peningkatan keterlibatan dalam kegiatan religius. 5. Seeking emotional social support, yaitu melalui dukungan moral, simpati atau pengertian. c. Dysfunctional coping merupakan usaha yang mencerminkan pencarian dukungan sosial untuk memperoleh saran atau mengekspresikan emosi. Dysfunctional coping dengan sub aspek sebagai berikut: 1. Focusing on and venting of emotional, fokus pada kesulitan atau gangguan apa pun yang dialami seseorang dan meluapkan perasaan. 2. Behavioral disengagement, mengurangi upaya seseorang untuk menangani stressor, bahkan menyerah untuk berupaya mencapai tujuan yang berkaitan dengan stressor. Behavioral disengagement dikenal dengan istilah-istilah seperti ketidakberdayaan. 3. Mental disengagement, berbagai kegiatan yang berfungsi untuk mengalihkan perhatian orang agak pikiran tidak diganggu oleh sressor d. Recently developed, yaitu usaha yang berhubungan dengan upaya untuk menghindari hal-hal yang terkait tentang masalah maupun emosi.

18 Recently developed dengan sub aspek sebagai berikut: 1. Alkohol/Penggunaan Obat: beralih ke penggunaan alkohol atau obat lain sebagai cara melepaskan diri dari stressor. 2. Humor: membuat lelucon tentang stressor Beranjak pada uraian di atas, maka aspek strategi coping pada penelitian ini didasari oleh aspek strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier, and Weintraub (1989) yang membagi aspek strategi coping menjadi empat yaitu problem focused coping, yang terdiri dari beberapa sub aspek yaitu active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping, seeking instrumental social support. Emotional focused coping, yang terdiri dari beberapa sub aspek yaitu: positive reinterpretation, acceptance, denial, turning to religion, emotional social support. Dysfunctional coping, yang terdiri dari beberapa sub aspek yaitu focus on and venting emotions, behavioral disengagement, mental disengagement. Serta recently developed, yang terdiri dari beberapa sub aspek yaitu substance use dan humor. 3. Proses Strategi Coping Lazarus (dalam Safaria, 2009) mengatakan bahwa ketika individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau perubahan lingkungan (situasi yang penuh tekanan), maka akan melakukan penilaian awal ( primary appraisal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian tersebut dapat diartikan sebagai hal yang positif, netral, atau negatif. Setelah penilaian awal terhadap halhal yang mempunyai potensi untuk terjadinya tekanan, maka penilaian sekunder

19 (secondary appraisal) akan muncul. Penilaian sekunder adalah pengukuran terhadap kemampuan individu dalam mengatasi tekanan yang ada. Penilaian sekunder mengandung makna pertanyaan, seperti apakah saya dapat menghadapi ancaman dan sanggup menghadapi tantangan terhadap kejadian. Setelah memberikan penilaian primer dan sekunder, individu akan melakukan penilaian ulang ( re-appraisal) yang akhirnya mengarah pada pemilihan strategi coping untuk penyelesaian masalah yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Keputusan pemilihan strategi coping dan respon yang dipakai individu untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan tergantung dari dua faktor. Pertama, faktor ekternal dan kedua, faktor internal. Faktor eksternal termasuk di dalamnya adalah ingatan pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan sosial, serta seluruh tekanan dari berbagai situasi yang penting dalam kehidupan. Faktor internal, termasuk didalamnya adalah gaya coping yang biasa dipakai seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan kepribadian seseorang tersebut. Setelah keputusan dibuat untuk menentukan strategi coping yang dipakai, dengan mempertimbangkan dari faktor eksternal dan internal, individu akan melakukan pemilihan strategi coping yang sesuai dengan situasi tekanan yang dihadapinya untuk penyelesaian masalah. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping coping yaitu : Menurut Muta adin (2002) faktor -faktor yang mempengaruhi strategi

20 a. Kesehatan Fisik Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. b. Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan disini berhubungan dengan locus of control. Locus of control sendiri berkaitan dengan karakter kepribadian dan harapan umum individu tentang apa yang akan dicapai nanti. c. Ketrampilan memecahkan masalah Menurut Muta adin (2002) bahwa ketrampilan ini berkaitan erat dengan kemampuan individu menganalisis masalah sehingga dapat dipecahkan. Kemampuan ini melliputi ketrampilan mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah sehingga memunculkan alternatif tindakan dan mempertimbangkan apakah tindakan tersebut sesuai dengan hasil yang akan dicapai. d. Ketrampilan sosial Hal ini berkaitan dengan bagaimana individu tersebut membangun hubungan dengan orang lain beserta norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat (Mu'tadin, 2002). e. Dukungan sosial Dukungan sosial juga berarti pemenuhan secara emosional dan informasi dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman atau saudara.

21 f. Materi Materi disini sangat jelas berkaitan dengan keuangan, barangbapenunjang ang atau layanan yang dapat dibeli. B. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan disebutkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Dalam hal ini narapidana termasuk juga di dalamnya anak pemasyarakatan, dan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka 8 dijelaskan mengenai Anak Didik Pemasyarakatan. Anak Didik Pemasyarakatan adalah: a. Anak Pidana yaitu : anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai umur 18 tahun. b. Anak Negara yaitu : anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada negara untuk di didik dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 tahun. c. Anak Sipil yaitu : anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk di didik di LAPAS Anak paling lama sampai berusia 18 tahun.

22 C. Kerangka Berfikir Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Carver, Scheier, and Weintraub, tentang strategi coping. Penelitian ini menggunakan teori tersebut karena dapat menjelaskan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Kriminalitas atau kejahatan saat ini hampir setiap waktu terjadi bahkan dalam hitungan persekian menit tiap harinya. Namun yang disayangkan pelaku tindak kriminalitas bukan hanya orang dewasa namun anak dan remaja. Masa remaja memang masa yang penuh dengan perubahan bukan hanya perubahan fisik namun juga perubahan emosi. Setiap periode perkembangan memang mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Emosi yang belum stabil, mudah tersinggung dan peka terhadap kritikan, sehingga mempengaruhi remaja untuk bertindak yang tidak umum dan di luar aturan yang berlaku di masyarakat. Kriminalitas atau kejahatan yang dilakukan anak dan remajapun bukan hal-hal yang ringan saja namun sudah seperti kejahatan yang dilakukan orang dewasa seperti penggunaan obat-obatan, tindak asusila, pembunuhan, pengeroyokan dan masih banyak lagi. Akibatnya dari tindak kriminalitas tersebut anak-anak dan remaja harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dan merubah status mereka menjadi anak didik pemasyarakatan dan membawa mereka mendekam di lembaga pemasyarakatan untuk waktu tertentu sesuai dengan undang-undang yang mereka langgar.

23 Lingkungan lembaga pemasyarakatan yang berbeda dengan kehidupan diluar lembaga pemasyarakatan membuat anak didik harus menyesuikan diri dengan lingkungan baru dalam ketidaknyamanan, menakutkan serta mengkhawatirkan, sehingga tidak jarang membuat anak didik yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan lembaga pemasyarakatan tersebut membuat mereka menjadi stress. Agar terhindar dari stress tersebut individu melakukan berbagai usaha untuk menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai tekanan yang dialaminya yang sering di kenal dengan sebutan strategi coping. Strategi coping yang efektif akan membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Mengamati bagaimana strategi coping yang digunakan oleh remaja dipenjara merupakan upaya yang penting. Dalam kondisi terbaiknya, remaja mengembangkan respon coping melalui modeling peran orangtua, interaksi teman sebaya, dan trial and error Moos & Holahan (dalam Newhard, 2014), namun lingkungan lembaga pemasyarakatan sudah pasti berbeda dengan lingkungan diluar lembaga pemasyarakatan. Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan strategi coping merupakan upaya baik kognitif dan perilaku yang terus berubah yang bertujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan eksternal dan internal yang dinilai berat serta melampaui kapasitas individu. Strategi coping sering dibagi menjadi dua aspek yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Problem focused coping bertujuan

24 memecahkan masalah, atau secara aktif melakukan sesuatu untuk mengubah sumber yang menekan. Emotional focused coping mengurangi atau mengelola tekanan emosional yang dihasilkan dari stressor. Sementara Carver, Scheier, and Weintraub (1989) mengatakan kita harus menekankan bahwa respon coping mungkin bermanfaat bagi beberapa orang dalam beberapa situasi, sedangkan tidak bermanfaat bagi orang lain atau dalam situasi lain. Dengan kata lain, strategi coping diberikan mungkin tidak pada hakekatnya maladaptif, tetapi dapat menjadi disfungsional. Seperti beberapa faktor yang terkait dengan strategi coping dalam suasana penahanan. Pertama, interaksi sosial terutama dengan para remaja nakal lainnya. Kondisi kehidupan ini dapat mengurangi dampak manfaat pencarian dukungan sosial. Bahkan, penelitian yang menguji efek interaksi sosial di antara anak didik menemukan bahwa hubungan dengan rekan-rekan nakal dapat menyebabkan peningkatan perilaku antisosial Dishion, McCord, & Poulin, 1999; Poulin, Dishion, & Burraston, 2001 (dalam Shulman and Cauffman 2011). Kedua, berkurang kebebasan individu, yang membatasi pilihan untuk diri mengalihkan perhatian. Sebagai contoh, seorang pemuda dipenjara tidak bisa memutuskan untuk pergi untuk berjalan-jalan agar tidak terlalu memikirkan masalahnya. Oleh sebab itulah, Scheier, and Weintraub membagi aspek strategi coping menjadi empat aspek yaitu, problem focused coping, emotional focused coping, dysfunction coping dan recently developed. Mengingat bahwa masa remaja memiliki emosi yang belum stabil seperti yang sudah dipaparkan diatas banyak penelitian yang mengatakan bahwa remaja lebih cenderung menggunakan emotional focus coping, namun Compas et al.,

25 (dalam Shulman and Cauffman 2011) mengatakan bahwa pada umumnya penggunaan emotion-focused dan avoidance coping pada remaja cenderung maladaptif. Perbedaan dalam menggunakan strategi coping dapat disebabkan karena adanya penilaian kognitif terhadap stressor dan faktor yang mempengaruhi setiap individu apalagi invividu yang telah berada dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan yang terkait dengan berbagai tindak kriminalitas. Pemaparan diatas memunculkan permikiran peneliti untuk melakukan penelitian di lembaga pemasyarakatan anak kelas II B Pekanbaru, dengan bentuk pernyataan penelitian, Bagaimanakah strategi coping anak didik di lembaga pemasyarakatan anak kelas II B Pekanbaru?