J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

INTISARI EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Gusti Ayna Yulisa¹, Yugo Susanto2, Rony 3

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

samping, waktu kadaluarsa (obat racikan), dan cara penyimpanan obat. f. Penyediaan tempat khusus untuk konseling sangat menberikan keuntungan bagi

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

resep, memberikan label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien. 4. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek Kimia

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE PEMBAGIAN VISUAL DENGAN DAN TANPA COATING TERHADAP KESERAGAMAN BOBOT PUYER ISONIAZID DOSIS BESAR UNTUK TERAPI ANAK DENGAN HIV/AIDS-TB

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6. Dalam Praktek Kerja Profesi di apotek pro-tha Farma sebaiknya diwajibkan calon apoteker melakukan Home Care yaitu kunjungan terkait pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

5. PKPA di Apotek memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan praktis bagi calon apoteker mengenai sistem managerial obat (pengadaan,

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

8. Pelayanan pasien harus disertai dengan KIE untuk memastikan bahwa setiap perbekalan farmasi dan alat kesehatan dapat digunakan dengan maksimal

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PADA PEMAKAIAN AMOXICILLIN TABLET 500 MG DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga obat tersebut mampu memberikan efek terapi yang diharapkan.

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

DAFTAR PUSTAKA. Anief, M. 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jenis kemasan Bahan pengemas Teknologi pengemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN POTENSI SEDIAAN INJEKSI KERING AMOKSISILIN-KLAVULANAT PADA VARIASI WAKTU PENYIMPANAN

PENETAPAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN PENGGUNAAN OBAT PADA 10 APOTEK DI SURABAYA TAHUN 1997

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

INTISARI PERBANDINGAN KADARNATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN MERK DAGANGMENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PELAKSANA PRODI FARMASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK KETEPATAN DOSIS COTRIMOXAZOLE SUSPENSI PADA BALITA DI PUSKESMAS TAMBARUNTUNG KABUPATEN TAPIN TAHUN 2013.

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN OBAT PNEUMONIA BALITA BERDASARKAN METODE MORBIDITAS DI GUDANG FARMASI KOTA (GFK) SURABAYA

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

SKRIPSI Z003 PENGARUH METODE PEMBAGIAN VISUAL TERHADAP KESERAGAMAN ROBOT PUYER. FAKULTASFARMASI AIRLANGGA RAGlAN FARMAS.

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan obat ketika pasien mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

d. Mahasiswa calon Apoteker memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek, seperti masih sulitnya untuk berkomunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS SERTA PENETAPAN KADAR TABLET FUROSEMIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS ABSTRAK

STABILITAS KIMIA DAN USIA SIMPAN SIRUP PARASETAMOL PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN. Iskandar Zulkarnain

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

Transkripsi:

UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi email : helni_aak@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang uji keseragaman volume suspensi Amoksisilin yang direkonstitusi di apotek di kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketelitian dan keterampilan tenaga farmasi di apotik di kota Jambi dalam merekonstitusi sediaan suspensi Amoksisilin. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 30 sediaan. Pengujian dilakukan menggunakan Uji Volume Terpindahkan. Hasil pengujian menunjukkan volume sediaan suspensi Amoksisilin 60 ml yang direkonstitusi sudah sesuai Farmakope Indonesia edisi IV. Kata kunci : uji volume terpindahkan, suspensi Amoksisilin ABSTRACT A study concerning the uniformity test volume suspense that reconstituted Amoxicillin pharmacy in the city Jambi. The purpose of this study was to determine the skills pharmacy in the city Jambi reconstituting suspense Amoxicillin dosage. The samples were divided into two groups, each group consisting of 30 stocks. Test conducted using Test Volume displaced. The test results showed the volume suspension dosage Amoxicillin 60 ml reconstituted was appropriate Indonesian Pharmacopoeia IV edition. Key words : test volume displaced, suspense Amoxicillin PENDAHULUAN Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antibiotika. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. 5) Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, pelayanan kefarmasian turut berkontribusi dalam usaha menghambat resistensi. Disamping itu pemilihan antibiotik yang tidak tepat, kesalahan penggunaan merupakan komponen utama yang memicu penggunaan antibiotik yang tidak rasional. 7) 15

Kebanyakan bahan-bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan untuk waktu yang lama, sehingga untuk mempertahankan stabilitas dibuat dalam serbuk kering (dry sirop). Sediaan ditambahkan air sejumlah volume tertentu sesuai yang ditunjukkan pada label, kemudian dikocok sampai semua serbuk kering tersuspensi. Air yang ditambahkan harus tepat sehingga dihasilkan konsentrasi yang tepat per unit dosis. 2,9) Pelayanan Kefarmasian yang dilakukan oleh tenaga farmasi terkait terapi antibiotik, dalam mewujudkan terapi antibiotik yang bijak dan pencegahan resistensi, hendaknya dilakukan secara bertanggung jawab sehingga kualitas hidup pasien meningkat. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian, tenaga farmasi perlu meningkatkan keterampilan, sikap dan pengetahuan secara berkesinambungan sejalan dengan perkembangan terkini. 5,8) Ketelitian dan keterampilan tenaga farmasi salah satunya terlihat dalam merekonstitusi sediaan suspensi. Untuk menjamin jumlah sediaan yang direkonstitusi sesuai dengan volume yang tertera pada etiket dilakukan Uji Volume Terpindahkan. 4) Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian tentang Uji Keseragaman Volume dari sediaan suspensi Amoksisilin yang direkonstitusi oleh apotek di kota Jambi. METODE Bahan dan Alat Dalam penelitian ini bahan dan alat yang digunakan antara lain adalah suspensi Amoksisilin yang rekonstitusi Apotek, gelas ukur dan kain lap/tissue. Prosedur Penelitian Penentuan lokasi pengambilan sampel uji Lokasi pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat. Dari 8 kecamatan yang ada di kota Jambi, dipilih dua kecamatan secara acak. Masing-masing kecamatan ini disebut kelompok I dan Kelompok II. Selanjutnya untuk masing masing kecamatan terpilih (kelompok) ditetapkan 3 apotek yang dipilih secara acak. Pengambilan sampel uji. Dari masing-masing apotek yang telah ditetapkan diambil 10 sampel sediaan suspensi Amoksisilin volume 60 ml yang sudah direkonstitusi dalam waktu yang berbeda selama dua bulan. Pengujian volume sediaan sesuai Uji Volume Terpindahkan menurut Farmakope Indonesia edisi IV. Gelas ukur dengan volume 100 ml disiapkan dalam keaadaan kering dan bersih. Setelah itu sediaan suspensi Amoksisilin rekonstitusi dari kemasannya dituangkan ke dalam gelas ukur secara perlahan dan hati-hati. Suspensi ini didiamkan dahulu sekitar 30 menit, sampai terbebas dari gelembung udara. Kemudian volume larutan diukur dan ditentukan dengan 16

secara akurat. Prosedur yang sama dilakukan terhadap setiap sediaan (60 sediaan). Analisa Data Analisa data dilakukan berdasarkan persentase penyimpangan volume sediaan suspensi, untuk mengetahui volume sediaan seperti yang tertera pada etiket. 4) PEMBAHASAN Dalam pelayanan kefarmasian seperti di apotek sediaan suspensi merupakan salah satu bentuk sediaan yang paling banyak diresepkan oleh dokter. Salah satu sediaan suspensi adalah dry sirop. Sediaan ini diserahkan kepada pasien dengan melakukan rekonstitusi yaitu dengan menambahkan cairan pembawa (air murni) hingga menghasilkan bentuk sediaan cair yang cocok untuk diberikan terutama untuk anak-anak dan orang tua (lanjut usia). Penambahan air murni jumlahnya harus tepat sampai dihasilkan sediaan sirup seperti yang tertera pada etiket. Suspensi Amoksisilin merupakan salah satu sediaan antibiotik oral yang banyak tersedia baik generik maupun dengan merek dagang, dengan volume 60 ml, 100 ml, 120 ml. 6,10) Pada penelitian ini yang digunakan adalah sediaan suspensi Amoksisilin generik volume 60 ml dengan komposisi 125 mg/5 ml. Pengujian volume sampel dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV. Dari setiap kelompok yang diambil dari satu wilayah kecamatan terdiri dari 3 (tiga) apotek. Setiap apotek diambil 10 sampel. Pengujian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk setiap wilayah dilakukan pengujian untuk masing-masing apotek (10 sampel). Tahap kedua dilakukan pengujian untuk setiap wilayah (3 apotek) dengan jumlah sampel 30. Hasil pengujian terhadap suspensi Amoksisilin sediaan rekonstitusi dari apotek pada dua wilayah di kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi suspensi Amoksisilin berdasarkan volume pengujian (ml) dari sediaan rekonstitusi (Kelompok I) No Lokasi N Volume Min Mak Rerata 1 Apotik 10 56,50 62,00 59,50 A 2 Apotik 10 58,00 61,00 60.50 B 3 Apotik C 10 57,00 62,50 62,00 Pengujian dilakukan terhadap 30 sediaan yang diambil dari 3 apotek, untuk setiap apotek dilakukan pengujian terhadap 10 sediaan. Hasil pengujian didapatkan pada lokasi A volume pengujian sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin terbesar adalah 62,0 ml, terendah adalah 56,50 ml dan rata-rata 59,50 ml. Pada lokasi B pengujian sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin terbesar adalah 61,0 ml, terendah adalah 58,0 ml dan rata-rata 60,50 ml. Pada lokasi C pengujian sediaan rekonstitusi 17

suspensi Amoksisilin terbesar adalah 62,50 ml, terendah adalah 57,0 ml dan rata-rata 62,0 ml. Dari hasil pengujian pada kelompok I (Tabel 1), pada lokasi Apotek A volume rata-rata pengujian adalah 59,50 ml artinya kecil dari 100 % volume yang tertera pada etiket (60 ml), volume paling kecil adalah 56,50 ml artinya kecil dari 95 % dan besar dari 90 % volume yang tertera pada etiket (60 ml). Pada lokasi Apotek B volume rata-rata pengujian adalah 60,50 ml yang berarti lebih besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 58,0 ml artinya besar dari 95% volume yang tertera pada etiket. Pada lokasi Apotek C volume rata-rata pengujian adalah 62,0 ml yaitu besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 57,0 ml yaitu 95% dari volume yang tertera pada etiket. Untuk pengujian sampel dari semua lokasi yang terdapat pada kelompok I (30 sampel), volume rata-rata pengujian adalah 60,67 ml yang berarti besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 56,50 ml yang berarti kecil dari 95% dan besar dari 90% volume yang tertera pada etiket. Penyimpangan volume untuk masingmasing lokasi Apotek pada Kelompok I ditemukan pada lokasi Apotek A dengan volume rata-rata pengujian adalah kurang dari 100%, terdapat 1 sampel yang pengujiannya kurang dari 95% volume yang tertera pada etiket. Pada lokasi apotek B volume rata-rata pengujian adalah lebih besar dari 100%, tidak terdapat sampel yang pengujiannya kurang dari 95% volume yang tertera pada etiket. Pada lokasi Apotek C volume rata-rata pengujian adalah lebih besar dari 100%, tidak terdapat sampel yang pengujiannya kurang dari 95% volume yang tertera pada etiket. Penyimpangan Volume dari sediaan Rekonstitusi Kelompok I dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi frekuensi suspensi Amoksisilin berdasarkan persentase penyimpangan volume sediaan rekonstitusi (Kelompok I) No Penyimpangan Jumlah 1 0 % 4 2 0,1 % s/d 5 % 25 3 5,1 % s/d 10 % 1 Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 30 sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin yang volumenya menyimpang 0 % adalah 4 sediaan, yang menyimpang 0,1 % s/d 5 % adalah 25 sediaan dan 1 sediaan yang menyimpang 5,1 % s/d 10 %. 18

Tabel 3. Distribusi suspensi Amoksisilin berdasarkan volume pengujian (ml) dari sediaan rekonstitusi (Kelompok II) No Lokasi N Volume Min Mak Rerata 1 Apotik D 10 56,50 62,00 60,50 2 Apotik E 10 57,50 61,50 61,00 3 Apotik F 10 59,00 62,50 61,00 Pada Tabel 3 diatas terlihat ada 10 sediaan yang diuji untuk masing masing apotek. Pada lokasi D volume pengujian sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin terbesar adalah 62,0 ml, terendah adalah 56,50 ml dan rata-rata 60,50 ml. Pada lokasi E pengujian sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin terbesar adalah 61,50 ml, terendah adalah 57,50 ml dan rata-rata 61,0 ml. Pada lokasi F pengujian sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin terbesar adalah 62,50 ml, terendah adalah 59,0 ml dan rata-rata 61,0 ml. Pengukuran pada kelompok II (Tabel 3), pada lokasi Apotek D volume rata-rata pengujian adalah 60,50 ml artinya besar dari 100 % volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 56,50 ml artinya kecil dari 95 % dan besar dari 90 % volume yang tertera pada etiket. Pada lokasi Apotek E volume rata-rata pengujian adalah 61,0 ml yang berarti lebih besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 57,50 ml artinya besar dari 95% volume yang tertera pada etiket. Pada lokasi Apotek F volume rata-rata pengujian adalah 61,0 ml yaitu besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 59,0 ml yaitu besar dari 95% volume yang tertera pada etiket. Untuk pengujian sampel dari semua lokasi yang terdapat pada kelompok II (30 sampel), volume rata-rata pengujian adalah 60,83 ml yang berarti besar dari 100% volume yang tertera pada etiket, volume paling kecil adalah 56,50 ml yang berarti kecil dari 95% dan besar dari 90% volume yang tertera pada etiket. Pada kelompok II penyimpangan untuk masing-masing lokasi Apotek ditemukan pada lokasi Apotek D volume rata-rata pengujian adalah besar dari 100%, terdapat 1 sampel yang pengujiannya kurang dari 95% volume yang terterapada etiket. Pada lokasi apotek E volume ratarata pengujian adalah besar dari 100%, tidak terdapat sampel yang pengukujiannya kurang dari 95% volume yang terterapada etiket. Pada lokasi Apotek F volume ratarata pengujian adalah besar dari 100%, tidak terdapat sampel yang pengujiannya kurang dari 95% volume yang tertera pada etiket. Volume paling kecil adalah 56,50 ml yang berarti kecil dari 95% dan besar dari 90% volume yang tertera pada etiket. 19

Tabel 4. Distribusi frekuensi suspensi Amoksisilin berdasarkan persentase penyimpangan volume dari sediaan rekonstitusi (Kelompok II) No Penyimpangan Jumlah 1 0 % 3 2 0,1 % s/d 5 % 26 3 5,1 % s/d 10 % 1 Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 30 sediaan rekonstitusi suspensi Amoksisilin yang volumenya menyimpang 0 % adalah 3 sediaan, yang menyimpang 0,1 % s/d 5 % adalah 26 sediaan dan yang menyimpang 5,1 % s/d 10 % adalah 1 sediaan. Dari kelompok I (30 sampel) ditemukan 4 sampel yang volume pengujiannya sama dengan volume seperti yang tertera pada etiket, 25 sampel yang volume pengujiannya antara 57,0 ml 63,0 ml artinya penyimpangannya antara 0,1-5%, 1(satu) sampel yang volume pengujiannya antara 54,0 ml - 66,0 ml atau mempunyai penyimpangan 5,1 10% (seperti pada tabel 2). Distribusi penyimpangan pada kelompok II (30 sampel) adalah 3 sampel yang volume pengujannya sama dengan volume seperti yang tertera pada etiket, 26 sampel yang volume pengujiannya antara 57,0 ml 63,0 ml artinya penyimpangannya antara 0,1-5%, 1(satu) sampel yang volume pengujiannya antara 54,0 ml 66,0 ml atau mempunyai penyimpangan 5,1 10% (Tabel 4). Mengacu pada Farmakope Indonesia edisi IV untuk melakukan uji volume terpindahkan, pengujian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap I dilakukan pada 10 sampel kemudian dilanjutkan dengan tahap II dengan melanjutkan pengujian terhadap 20 sampel berikutnya sehingga total pengujian dilakukan terhadap 30 sampel. Pada penelitian ini seperti pembahasan sebelumnya pada kelompok I untuk pengujian tahap I Apotik A tidak memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia karena rata-rata volume pengujian kurang dari volume yang tertera pada etiket, sementara apotik B dan C sudah memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia karena rata-rata volume pengujian besar dari volume yang tertera pada etiket dan tidak ada sampel yang mempunyai volume kurang 90% (walaupun ada yang kurang dari 100%). Secara keseluruhan pada pengujian tahap II sampel yang berasal dari kelompok I memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia karena volume ratarata pengukuran sama atau besar dari volume yang tertera pada etiket (hasil yang didapat 60,67 ml) dan tidak lebih dari satu sampel yang volume pengujiannya kurang dari 95% tapi besar dari 90% volume yang tertera pada etiket. Pada kelompok II untuk pengujian tahap I Apotik D tidak memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia 20

karena ada sampel dengan hasil pengujian kurang dari 95% volume yang tertera pada etiket, sementara apotik E dan F sudah memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia karena rata-rata volume pengujian tidak kurang dari 100% volume yang tertera pada etiket dan tidak ada sampel yang mempunyai volume kurang 90% (walaupun ada yang kurang dari 100%). Secara keseluruhan pada pengujian tahap II sampel yang berasal dari kelompok II memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia karena volume rata-rata pengujian sama atau besar dari volume yang tertera pada etiket (hasil yang didapat 60,83 ml) dan tidak lebih dari satu sampel yang volume pengujiannya kurang dari 95% tapi besar dari 90% volume yang tertera pada etiket. Suspensi kering merupakan campuran serbuk yang mengandung bahan obat dan bahan pensuspensi, dengan cara menambahkan cairan pembawa dapat menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan. Sediaan suspensi dibuat salah satunya karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan, tetapi stabil bila disuspensi. Keuntungan lain dari sediaan suspensi adalah mudah digunakan dibanding sediaan tablet terutama untuk anak-anak, lebih mudah untuk memberikan dosis yang relative besar untuk orang tua, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. 1) Suspensi Amoksisilin merupakan salah satu sediaan suspensi kering yang paling banyak digunakan. 11) Penambahan pelarut (air murni) dalam proses rekonstitusi sediaan suspensi (dry sirop) memerlukan ketelitian dan keterampilan. Penambahan jumlah pelarut yang tidak tepat, menghasilkan volume sediaan yang tidak sesuai dengan yang tertera pada etiket. Dampaknya adalah dosis sediaan untuk sekali pakai tidak sesuai dengan ketentuan. Seiring dengan upaya penggunaan antibiotika secara rasional khususnya dalam hal ketepatan dosis, keterampilan dan pengetahuan tenaga farmasi dalam melakukan rekonstitusi sangat besar kontribusinya. Pemberian dosis yang tepat untuk setiap kali pemakaian merupakan salah satu upaya untuk menghambat resistensi. KESIMPULAN Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ketelitian dan keterampilan tenaga farmasi apotek di kota Jambi dalam merekonstitusi sediaan suspensi Amoksisilin 60 ml sudah baik dengan menghasilkan sediaan yang sudah sesuai standar Farmakope Indonesia edisi IV. DAFTAR PUSTAKA 1. Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta. 21

2. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia edisi III 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV 5. Dirjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2004, KepMenKes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik No 1027/Menkes/SK/IX/2004, Jakarta 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Daftar Obat Esensial Nasional, Jakarta 7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Jakarta 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 9. Suharmi, S., Murini, T., 2009, Bentuk Sediaan Obat, Bagian Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. 10.Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, thirty sixth edition, Pharmaceutical Press, USA. 11.Voigt, R., 1995, Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 22