INTISARI EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Gusti Ayna Yulisa¹, Yugo Susanto2, Rony 3

Transkripsi

1 INTISARI EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Gusti Ayna Yulisa¹, Yugo Susanto2, Rony 3 Permintaan sediaan racikan terutama pulveres (serbuk terbagi) masih dilakukan secara luas oleh dokter baik dokter di Rumah Sakit, Klinik ataupun Puskesmas. Permintaan sediaan racikan pulveres ini pada umumnya ditujukan pada pasien anak-anak yang mengalami kesulitan menelan obat dalam bentuk sediaan padat seperti tablet. Pembagian sediaan puyer seperti yang tertulis pada resep umumnya dilakukan secara visual, sehingga kemungkinan besar menghasilkan heterogenitas dari bobot antara satu puyer dengan puyer yang lain. Keseragaman bobot merupakan parameter yang penting karena dapat mencerminkan kadar (dosis) obat dalam pulveres dan menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan terapi adalah ketepatan dosis obat.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keseragaman bobot sediaan pulveres yang dibuat di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Uji dilakukan selama bulan Juni 2017 dan diperoleh 6 jenis puyer yang dibuat yaitu Puyer Batuk III, Puyer Flu I, Puyer Flu II, Puyer Flu III, Puyer Gatal III, dan Puyer MTBS III. Uji dilakukan berdasarkan ketentuan Uji Keseragaman Bobot Sediaan Pulveres di Farmakope Indonesia Edisi III dan sampel diambil pada tiap pembuatan puyer yaitu sebanyak 20 bungkus secara random sampling. Hasil uji keseragaman bobot menunjukkan bahwa keenam jenis puyer tersebut tidak memenuhi syarat keseragaman bobot. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua jenis puyer yang dibuat di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin selama bulan Juni 2017 tidak memenuhi syarat keseragaman bobot. Kata Kunci : Keseragaman Bobot, Pulveres, Puskesmas ¹Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin ²Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin 1

2 ABSTRACT EVALUATION OF WEIGHT UNIFORMITY OF PULVERES AT PUBLIC HEALTH CENTER KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Gusti Ayna Yulisa¹, Yugo Susanto¹, Rony² Request of mixed preparations especially pulveres (divided powder) still performed extensively by doctors in Hospital, Clinic, or Public Health Center. Request of mixed preparation such as pulveres in general given to pediatric patients who have difficulty swallowing drugs in tablet form. The distribution of pulveres written on praescription is generally done visually, so it most possible produces heterogenity of weight between one pulveres with another pulveres. Weight uniformity is an important parameter because it can describe the dose of drug in pulveres and being one of the decisive factors in the success of therapy is the accuracy of drug dosage. The purpose of this research is to know the uniformity of pulveres weights made in Public Health Center Kelayan Timur Banjarmasin. This research is a non experimental research conducted in Pharmacy Technology Laboratory of Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin. Test was done during June 2017 and obtained 6 types of pulveres is Puyer Batuk III, Puyer Flu I, Puyer Flu II, Puyer Flu III, Puyer Gatal III, and Puyer MTBS III. The test was conducted based on the uniform test of pulveres weights in Pharmacopoeia Indonesia Edition III and samples taken on each pulveres manufacture that is as much as 20 packs by random sampling. Uniformity weight test results indicate that all types of pulveres is not qualified uniformity of weight. Based on the results of the study it can be concluded that pulveres made in Public Health Center Kelayan Timur Banjarmasin during the month of June 2017 is not qualified uniformity of weight. Key Words : Uniformity of weights, Pulveres, Public Health Center ¹Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin ²Public Health Center Kelayan Timur Banjarmasin 2

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan sediaan racikan terutama pulveres (serbuk bagi) masih dilakukan secara luas oleh dokter baik dokter di Rumah Sakit, Klinik atau pun Puskesmas.Permintaan sediaan racikan pulveres ini pada umumnya ditujukan pada pasien anak-anak. Pasien anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk menerima obat dalam bentuk sediaan padat seperti tablet, sehingga dapat dilakukan peracikan ulang dari bentuk sediaan padat tersebut menjadi bentuk sediaan pulveres. Sediaan pulveres atau yang sering disebut masyarakat dengan puyer pada umumnya berasal dari sediaan tablet (Helni, 2014). Pemberian obat dalam bentuk sediaan puyer masih banyak diresepkan, dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bentuk sediaan jadi buatan pabrik, yaitu mudah untuk mengatur dosis dan kombinasi obatnya sesuai dengan kebutuhan pasien (Maharani dkk., 2013). Pembagian sediaan puyer seperti yang tertulis pada resep umumnya dilakukan secara visual (kasatmata). Teknik pembagian tersebut kemungkinan besar akan menghasilkan heterogenitas dari bobot antara satu puyer dengan puyer yang lain. Keseragaman bobot merupakan parameter yang penting karena dapat mencerminkan kadar (dosis) obat dalam pulveres dan menjadi salah satu factor penentu dalam keberhasilan terapi adalah ketepatan dosis obat (Sugianto dkk., 2008). Tidak adanya keseragaman bobot tentu saja menyebabkan tidak adanya keseragaman dosis dari pulvere stersebut, sehingga keberhasilan terapi pun tidak tercapai (Helni, 2014). 3

4 Menurut Soedibyo dan Koesnandar (2009) ketidaktepatan dosis pada sediaan puyer dapat terjadi ketika proses pembuatannya yang dapat menyebabkan sebagian obat tertinggal pada wadah yang digunakan untuk menggerus, juga pada pembungkus yang digunakan. Terjadinya variasi dalam bobot dan kandungan puyer juga dapat disebabkan oleh keterbatasan dalam kemampuan pengamatan secara visual, ketelitian, keterampilan, serta waktu dalam menyiapkan suatu sediaan puyer (Maharani dkk., 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sugianto dkk., (2008) bahwa dari sepuluh apotek yang membuat pulveres hanya 4 apotek yang memenuhi persyaratan keseragaman bobot dan kadar ata uhanya 40% dari jumlah pulveres yang diteliti. Semua pulveres yang tidak memenuhi syarat keseragaman bobot ternyata juga tidak memenuhi keseragaman kadar. Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan Helni (2014) di Jambi bahwa dari 16 apotek yang membuat sediaan pulveres, ada 13 apotek (81,25%) sudah memenuh isyarat keseragaman bobot dan ada 3 apotek (18,75%) yang belum memenuh isyarat keseragaman bobot. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas KelayanTimur Banjarmasin bahwa permintaan dokter terhadap sediaan pulveres di Puskesmas tersebut sangat tinggi, yaitu pada bulan Januari, Februari, dan Maret berturutturut sebanyak bungkus, bungkus, dan bungkus. Mengingat masih banyaknya permintaan dokter untuk sediaan pulveres, sehingga timbul pertanyaan apakah pulveres yang dibuat di Puskesmas KelayanTimur Banjarmasin memenuhi keseragaman bobot karena pembagiannya dilakukan atas dasar penglihatan.berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang 4

5 evaluasi uji keseragaman bobot sediaan pulveres yang dibuat di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. 5