POLICY BRIEF PEKERJAAN RUMAH YANG TIDAK TERSELESAIKAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
POLICY BRIEF REKOMENDASI. Partisipasi Masyarakat Sangat Menentukan Keberhasilan Promosi Kesehatan

POLICY BRIEF. Sempitnya Ruang Bicara Peserta BPJS Penyusun: Dini Inayati - Direktur PATTIRO Semarang REKOMENDASI

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

Latar Belakang. Manfaat. a. Bagi Stakeholders/ Pengguna. - Meningkatnya peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap ibu hamil dan ibu nifas;

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROGRAM DAN KEGIATAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN MALANG TAHUN 2013

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah

Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

POLICY BRIEF. Pemenuhan Hak atas Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil bagi Penyandang Disabilitas

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Anggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

Syarifah (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara) Fotarisman Zaluchu (Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

Integrasi Upaya Penanggulangan. Kesehatan Nasional

PENGERTIAN TRAFFICKING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : Non Pemerintah Dalam Penetapan dan Penyusunan RKPD

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Judul Survei: Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan OMS HIV di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

POLICY BRIEF REKOMENDASI Segera menerbitkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Forum Kesehatan Kecamatan yang memuat tujuan, fungsi, pembiayaan, keanggotaan, mekanisme monitoring dan evaluasi forum, pembagian peran yang jelas antar stakeholder di dalamnya, serta responsif gender; Memfasilitasi forum dalam peningkatan kapasitas pemahaman dan ketrampilan yang mendukung kinerja forum; Menganggarkan biaya operasional FMS melalui APBD, dan mendorong pembiayaan lain di luar APBD/ CSR; Menjadikan forum kesehatan kabupaten, kecamatan dan desa/ kelurahan sebagai peserta musrenbang kelurahan sampai musrenbang kabupaten, dan perencanaan kesehatan lainnya. PEKERJAAN RUMAH YANG TIDAK TERSELESAIKAN Penyusun: Widi Nugroho - Aktivis PATTIRO Semarang Partisipasi masyarakat yang rendah dalam promosi kesehatan (promkes) menyebabkan upaya pencegahan penyakit tidak efektif. Keterlibatan seluruh elemen yang ada di masyarakat masih kecil, dominasi kaum perempuan dan bersifat instruktif. Termasuk ruang diskusi bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam melakukan identifikasi masalah, menggali potensi, dan menyelesaikan masalah kesehatan. Di Kabupaten Semarang sudah terbentuk beberapa forum kesehatan di tingkat kabupaten dan kecamatan. Latar belakang pembentukan forum kesehatan tersebut didasari dengan persoalan yang muncul masyarakat. Namun hingga saat ini forum tersebut belum berhasil mencapai tujuan. Sebagai contoh Forum Mother Maternal Infant Meeting (M3) dibentuk untuk mengurangi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)/ Angka Kematian Bayi (AKB). Forum yang dibentuk tiga tahun lalu malah menghasilkan kenaikan AKI yaitu 11 orang di tahun 2012 dan 17 orang di tahun 2013. Dasar peraturan tentang pembentukan dan pengelolaan forum kesehatan belum lengkap. Peraturan tersebut belum mengatur terkait unsur masyarakat yang terlibat, pembagian peran anggota, alokasi anggaran, dan keberlanjutan dimasa datang. Maka perlu dibentuk forum kolaborasi multi-stakeholder kesehatan yang komprehensif. Forum kolaborasi itu seharusnya terdiri dari pemerintah, masyarakat, dan pemangku kesehatan lain sebagai sarana umpan balik kebijakan promkes di Kabupaten Semarang. Policy Brief PATTIRO.indd 1 11/17/2015 7:37:20 PM

LATAR BELAKANG TELAAH KRITIS Promkes merupakan langkah strategis meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya promkes tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas tetapi juga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain, instansi vertikal dan masyarakat. Sebagai contoh, persoalan tingginya angka pernikahan dini di Ungaran Timur yang disebabkan pasangan remaja yang berhubungan sebelum menikah. Pandangan banyak orang menyimpulkan akar persoalan ini adalah keluarga yang belum memberikan pendidikan seks sedari dini. Namun sebenarnya persoalan ini menjadi tanggung jawab banyak pihak antara lain Puskesmas dan penyuluh KB yang kurang melakukan sosialisasi kesehatan reproduksi, KUA yang terlalu mudah memberikan keputusan pengesahan menikah pasangan tersebut dan mungkin juga tugas-tugas lembaga lain. Sejak Oktober 2014, PATTIRO Semarang melakukan uji coba pengelolaan Forum Kesehatan Kecamatan untuk mengetahui efektivitas koordinasi antar stakeholder dan pelibatan masyarakat dalam implementasi promkes di Kecamatan Ungaran Timur dan Bandungan. Di masing-masing kecamatan mempunyai dua puskesmas. Uji coba ini dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) rutin dengan ruang lingkup pembahasan peta masalah kesehatan yang ada, menggali potensi wilayah yang memberikan solusi, dan menyusun rekomendasi sinergi upaya promosi kesehatan antar stakeholder di tingkat kecamatan. Adapun yang terlibat dalam FGD tersebut antara lain DPRD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, Bapermasdes, Badan KBPP, kecamatan, Puskesmas, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader kesehatan. JUMLAH SDM PROMKES TIDAK MEMADAI Upaya promkes masih belum menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan kesehatan. Hal ini terbukti dengan jumlah tenaga promosi kesehatan di Puskesmas masih belum memadai. Setiap puskesmas hanya mempunyai dua sampai tiga tenaga promosi kesehatan. Kecamatan Ungaran Timur, rasio tenaga promkes dibandingkan dengan jumlah penduduk 9 : 100.000. Sedangkan di Kecamatan Bandungan, rasio tenaga promkes dibandingkan dengan jumlah penduduk 14 : 100.000. Padahal standar Indonesia Sehat seharusnya 102 : 100.000 artinya setiap 100.000 penduduk harus ada minimal 102 orang tenaga promkes dengan tiga spesifikasi yaitu tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi dan tenaga sanitasi. SASARAN PROMKES BELUM RESPONSIF GENDER Keterlibatan kaum laki-laki dalam upaya promkes yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan masih minim. Di masyarakat masih ada anggapan persoalan kesehatan adalah urusan domestik perempuan. Padahal pengambil kebijakan dalam rumah tangga biasanya kaum laki-laki. Mayoritas kader kesehatan adalah kaum perempuan yang bekerja melalui struktur PKK dari tingkat kabupaten hingga desa/kelurahan. Dampaknya sasaran promkes cenderung hanya kepada kelompok perempuan. Sebagai contoh, informasi tentang kesehatan ibu dan anak pada saat kehamilan hingga pasca persalinan seharusnya diketahui oleh perempuan maupun laki-laki. Sehingga perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga dapat bersama-sama membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Dengan demikian kematian ibu dan anak dapat dicegah. Namun yang sering terjadi hanya ibu-ibu saja yang terlibat dalam pemberian informasi KIA. Policy Brief PATTIRO.indd 2 11/17/2015 7:37:24 PM

DISORIENTASI FORUM KESEHATAN. Di Kabupaten Semarang setidaknya ada tiga forum kesehatan yang bergerak di promkes. Adapun forumnya adalah Forum Kesehatan Kelurahan/ Desa (FKK/ FKD), Mother Maternal Infant Meeting (M3), Masyarakat Peduli AIDS (MPA). FKD/FKK dalam kondisi mati suri, punya struktur namun tidak ada kegiatan yang dilakukan. Faktor penyebab utamanya adalah anggota di FKK/FKD belum mempunyai orientasi lembaga ini mau diarahakan kemana. Forum M3 dan MPA belum berjalan optimal. Hal ini terlihat dari pelaksanaan forum yang tidak rutin, unsur yang terlibat dalam forum tidak merepresentasikan seluruh kelompok masyarakat yang ada. Anggota yang terlibat dalam ketiga forum tersebut biasanya tokoh masyarakat yang karena statusnya maka dilibatkan. Walaupun sudah menjadi tokoh masyarakat belum tentu memahami terkait persoalan kesehatan. Misalnya seorang kepala desa yang baru terpilih, diundang mewakili PKK desa di forum M3. Kepala desa ini tidak memahami detail permasalahan kesehatan di wilayahnya dibandingkan anggota PKK desa lain yang sudah lama. SKPD selain dinas kesehatan belum dilibatkan dalam forum sehingga kebijakan SKPD terkait dengan pembangunan kesehatan tidak berdasarkan peta persoalan yang seharusnya dapat diidentifikasi dalam forum. Bahkan seringkali antar SKPD tidak ada sinkronisasi baik dalam perencanaan maupun implementasi kebijakan terkait pembangunan kesehatan. Di tahun 2015 pemerintah menargetkan program bebas Open Defecation Free (ODF). Dinas kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Bapermasdes dan BLH mempunyai program ini. Fakta yang terjadi program pemberian jamban tidak mampu mengubah budaya buang air besar secara sehat. Fakta lain pengelolaan forum, hanya untuk sosialisasi tentang perkembangan AKI/AKB di wilayah kerja puskesmas. Anggota M3 tidak memberikan umpan balik atas informasi yang disampaikan oleh puskesmas sehingga forum tidak menghasilkan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak. Masalah lainnya, tidak tepatnya identifikasi persoalan dan identifikasi penanganan yang dilakukan oleh forum. Di dalam kasus AIDS di Kecamatan Bandungan, MPA mengadakan rapat untuk menekan angka terinfeksi. Forum meminta puskesmas untuk mengoptimalkan VCT, padahal dokter hanya dua orang. Setelah dianalisa mendalam, ternyata orang yang terinfeksi AIDS bukan penduduk Kabupaten Semarang. Solusi yang dibutuhkan yaitu razia Pekerja Seks Liar oleh Satpol PP. Akibat dari pengelolaan forum yang belum tepat maka upaya promosi kesehatan untuk mencegah kenaikan AKI, kasus HIV/ AIDS dan persoalan kesehatan lainnya belum dilakukan oleh semua pihak. Policy Brief PATTIRO.indd 3 11/17/2015 7:37:25 PM

ALOKASI ANGGARAN PROMKES CENDERUNG TURUN. Rasio alokasi anggaran untuk program promkes di dinkes setiap tahun cenderung turun. Di tahun 2013 dianggarkan 873.275.000, 2014 menjadi 844.620.000 dan 2015 turun lagi menjadi 654.306.000. Dari tren alokasi anggaran tersebut menunjukkan rendahnya komitmen politik anggaran pemerintah daerah Kabupaten Semarang dalam promkes. Dampaknya dapat dipastikan kegiatan kegiatan promkes di SKPD ke depan jauh akan lebih sedikit. Padahal sebenarnya masyarakat punya harapan besar dengan kepala daerah yang mempunyai latar belakang dokter seharusnya alokasi anggaran promkes lebih besar. Selama tiga bulan implementasi model partisipasi masyarakat dalam promkes, PATTIRO Semarang menemukan bahwa model FMS cukup efektif dalam menjawab persoalan utama terkait ketidakefektifan promkes. Dalam waktu yang singkat ini, indikasi baik sudah terlihat dari peningkatan partisipasi masyarakat di luar kader pasca diterapkannya FMS di 2 (dua) kecamatan, serta perbaikan pola koordinasi antar stakeholder di tingkat kecamatan. Keberadaan FMS ini menjawab kebutuhan forum partisipasi masyarakat yang tertuang dalam Perbermendagri dan Menteri Kesehatan 34/2005 dan 1138/Menkes/PB/ VIII/2005. Adapun di tingkat kota, efektivitas forum ini merupakan salah satu indikator utama dalam penilaian Kota Sehat tingkat nasional tahun 2015. Meskipun Bupati sudah menerbitkan surat edaran yang mengatur tentang pembentukan forum kecamatan sehat, surat tersebut belum memuat petunjuk teknis operasional forum. Ketiadaan petunjuk operasional pengelolaan forum akan menghambat operasional forum. Dalam hal ini, FMS menjadi alternatif untuk menjawab persoalan rendahnya partisipasi dan pola koordinasi antar stakeholder dalam promkes Oleh karena itu, PATTIRO Semarang merekomendasikan beberapa hal penting yang harus segera dilakukan. Memperluas stakeholder Forum Kesehatan Kabupaten, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Kesehatan Desa/Kelurahan. Stakeholder di tingkat kabupaten yang perlu dilibatkan dalam Forum Kesehatan Kabupaten adalah SKPD terkait sesuai tatanan Kota Sehat, LPMK/ LKMD, Perguruan Tinggi, rumah sakit, LSM, media, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ikatan Bidan Indonesia (IBI), BUMN/perusahaan swasta dan pemangku kepentingan lain tingkat kabupaten. Policy Brief PATTIRO.indd 4 11/17/2015 7:37:26 PM

27.894.154 25.000.000 120 20.000.000 100 15.000.000 14.209.708 80 102 No Tenaga Kondisi Tahun 2013 Target IS 1 Gizi 7:100.000 22:100.000 2 Kesehatan 6:100.000 40:100.000 Masyarakat 10.000.000 11.478.736 60 3 Sanitasi 3,1:100.000 40:100.000 5.000.000 40 837.275 844.620 642.803 4 6 Perbandingan anggaran promosi kesehatan dan kuratif 2013 2015. Perbandingan jumlah tenaga PromKes Tenaga Promkes Kota Semarang 2013 Pelaksanaan M3 pada awalnya baik, banyak elemen dari masyarakat terlibat. Tetapi semakin lama kok yang datang hanya bu lurah dan PKK jadinya kan hasilnya kurang menggambarkan masalah kesehatan sebenarnya (tokoh masyarakat) Dalam forum kesehatan kecamatan antara lain kecamatan, SKPD yang memiliki tim teknis tingkat kecamatan sesuai tatanan yang dipilih, PKK, bidan swasta, kader kesehatan, LPMK/ LKMD, LSM, rumah sakit, perguruan tinggi di wilayah kecamatan dan pemangku kepentingan tingkat kecamatan lainnya. Di tingkat desa/ kelurahan, forum kesehatan perlu untuk melibatkan Kepala Desa/ Lurah, kader kesehatan, PKK, dan pemangku kepentingan lainnnya di tingkat desa/ kelurahan. Reorientasi pengelolaan forum. Untuk memperkuat dan keberlanjutan forum yang sudah terbentuk maka diperlukan peningkatan kapasitas bagi anggota yang meliputi pemahaman tujuan dan fungsi forum, serta pembagian peran masing-masing anggota. Selain itu peningkatan ketrampilan komunikasi, fasilitasi dan lobi juga dibutuhkan. Kegiatan kegiatan di atas akan menjadi tanggung jawab dari pemerintah disesuaikan dengan tupoksi masing-masing SKPD. Memberikan dukungan anggaran pengelolaan forum. Forum kesehatan yang sudah terbentuk harus didukung oleh penganggaran yang memadai untuk operasional forum. Dukungan anggaran bisa diperoleh dari APBD, APBDes maupun sumber pembiayaan lain yang sah seperti dana CSR Perusahaan. Khusus untuk APBDes, alokasi untuk pengelolaan forum kesehatan bisa membantu menyerap anggaran yang alokasinya tahun ini cukup besar. Mengintegrasikan forum ke dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan. Hasil diskusi di forum kesehatan dari level kelurahan sampai tingkat Kabupaten penting untuk didokumentasikan dan disampaikan dalam proses-proses perencanaan pembangunan tahunan. Selain untuk memetakan permasalahan wilayah, juga alokasi anggaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada jika diperlukan. Hasil rekomendasi yang dihasilkan selain didorong melalui institusi anggota forum, juga diupayakan melalui forum Musrenbang. CATATAN PENUTUP Selama ini pelibatan masyarakat yang terbatas pada kaum perempuan dan bersifat instruktif tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada capaian promkes. Masalah lainnya adalah tidak sinergisnya para stakeholder dalam upaya promkes karena tidak ada ruang koordinasi. Dari uji coba FMS yang dilakukan PATTIRO Semarang di Kecamatan Bandungan dan Ungaran Timur menunjukkan bahwa pelibatan multi-stakeholder kecamatan dapat menjadi upaya strategis peningkatan capaian promkes. FMS berfungsi sebagai sarana mempertemukan multi-stakeholder untuk merumuskan rekomendasi atas permasalahan kesehatan sesuai kondisi kewilayahan. Pemerintah Kabupaten Semarang bisa menerapkan pola yang sama dengan FMS untuk forum kesehatan kecamatan, dengan menerbitkan perwal yang mengatur juklak juknis pengelolaan forum. Dengan adanya petunjuk operasional, diharapkan forum bisa menjadi solusi permasalahan promkes ke depan. Policy Brief PATTIRO.indd 5 11/17/2015 7:37:26 PM

PROFIL PATTIRO adalah organisasi non profit yang mendorong terwujudnya tata pemerintahan lokal yang baik, transparan, dan adil bagi kesejahteraan sosial masyarakat. PATTIRO, yang didirikan pada 17 April 1999 di Jakarta, bergerak di bidang riset dan advokasi dengan fokus pada isu local governance, terutama desentralisasi. Saat ini, kami telah bekerja di 17 provinsi dan 70 kabupaten/ kota di Indonesia melalui riset, bantuan teknis kepada pemerintah daerah, pendampingan masyarakat dan advokasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mereformasi kebijakan, memperbaiki pelayanan publik dan memperbaiki pengelolaan anggaran publik. Fokus Area PAT- TIRO terdiri dari: akuntabilitas sosial untuk pelayanan publik (social accountability for public service); keuangan publik (public finance); dan transparansi (transparency). Pada 2011, 2012, dan 2013, PATTIRO telah meraih penghargaan sebagai lembaga think tank untuk riset dan advokasi kebijakan Top 30 Good Governance and Transparency Think Tank in the World oleh University of Pennsylvania, USA. Office Jalan Mawar, Komplek Kejaksaan Agung Blok G 35, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12520, Indonesia. Telepon: 021-7801314. Fax: 021-782 3800. Email: info@pattiro.org Website: www.pattiro.org Disclaimer Penelitian ini terlaksana dengan dukungan dari Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)/ Program Representasi. Konten dari policy brief ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari PATTIRO dan tidak mencermikan pandangan dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat. Twitter: @InfoPattiro Facebook: @ PATTIROIndonesia Policy Brief PATTIRO.indd 6 11/17/2015 7:37:32 PM