BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

A. KRITERIA AUDIT SMK3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

Kepemimpinan & Komitmen

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN MUTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL

II. TI JAUA PUSTAKA Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (K3 Umum)

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN RESIKO

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN BISNIS AIR MINUM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN ASET/BARANG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Catatan informasi klien

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

MANAJEMEN RESIKO K3I

#11 MANAJEMEN RISIKO K3

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

Sistem manajemen mutu Persyaratan

LAMPIRAN 1 OHSAS 18001:2007

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Sistem manajemen mutu Persyaratan

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

001A SDM. MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DITEMPAT KERJA Follow defined OH&S policies in the workplace

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

Transkripsi:

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI 2009

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 BAB I KATA PENGANTAR 3 1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi 3 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi 3 1.1.2 Kompeten di tempat kerja 3 1.2. Penjelasan materi pelatihan 3 1.2.1. Desain materi pelatihan 3 1.2.2. Isi modul 4 1.2.3. Pelaksanaan materi pelatihan 5 1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC) 5 1.4. Pengertian-pengertian 7 BAB II STANDAR KOMPETENSI 8 2.1. Peta paket pelatihan 8 2.2. Pengertian unit standar 8 2.2.1 Unit standar kompetensi 8 2.2.2 Daftar unit kompetensi 9 2.2.3 Durasi pelatihan 9 2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi 9 2.3. Unit kompetensi yang dipelajari 10 2.3.1 Judul unit 10 2.3.2 Kode unit 10 2.3.3 Deskripsi unit 10 2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja 10 2.3.5 Batasan variabel 11 2.3.6 Panduan penilaian 12 2.3.7 Kompetensi kunci 14 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 15 3.1. Strategi pelatihan 15 3.2. Metode pelatihan 15 Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 1 dari 60

BAB IV SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 17 4.1 Pengelolaan informasi dan data K3 17 4.1.1 Dokumentasi data K3 17 4.1.2 Komunikasi dan informasi 19 4.2 Penerapan strategi, sistem dan program K3 20 4.2.1 Strategi K3 20 4.2.2 Pengembangan rencana tindakan K3 21 4.2.3 Penerapan tindakan K3 23 4.2.3.1 Operasi dan tindakan 23 4.2.3.2 Alat pelindung diri 24 4.2.3.3 Tanggap darurat 25 4.2.4 Pelatihan K3 25 4.3 Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko 27 4.3.1 Identifikasi bahaya dan penilaian resiko 27 4.3.2 Pengendalian resiko 28 4.3.3 Persyaratan perundang-undangan 31 4.4 Evaluasi pengelolaan K3 33 4.4.1 Pemantauan program K3 34 4.4.2 Evaluasi kepatuhan 35 4.4.3 Penyelidikan insiden 35 4.4.4 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 36 4.4.5 Audit sistem manajemen K3 37 4.4.6 Tinjauan manajemen 39 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 41 5.1 Sumber daya manusia 41 5.2 Sumber-sumber perpustakaan 42 LAMPIRAN I LAMPIRAN II PEDOMAN TEKNIS AUDIT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 43 PEMBAGIAN KRITERIA TIAP TINGKAT PENCAPAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 56 LAMPIRAN III FORMULIR LAPORAN AUDIT 57 Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 2 dari 60

BAB I KATA PENGANTAR 1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan. 1.1.2 Kompeten di tempat kerja Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja). 1.2. Penjelasan materi pelatihan 1.2.1. Desain materi pelatihan Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 3 dari 60

Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri. Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapantahapan latihan yang sistematis. 1.2.2 Isi modul Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a. Buku informasi Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan. b. Buku kerja Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi : Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 4 dari 60

c. Buku penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja. Buku penilaian berisi : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan. Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan. Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan. 1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan: Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan. Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. Memberikan jawaban pada buku kerja. Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan. 1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC) Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC, recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 5 dari 60

Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4. Pengertian-pengertian Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. Standarisasi Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / uji kompetensi Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja). Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar kompetensi Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 6 dari 60

kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi. Sertifikasi kompetensi Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi. Sertifikat kompetensi Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 7 dari 60

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta paket pelatihan Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan air minum diantaranya meliputi bidang manajemen. Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan dalam: Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi. Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi. Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi. 2.2. Pengertian unit standar 2.2.1 Unit standar kompetensi Standar kompetensi Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Unit kompetensi Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi. Elemen kompetensi Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Kriteria unjuk kerja (KUK) Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 8 dari 60

2.2.2 Daftar unit kompetensi Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum : A. Kelompok kompetensi umum 1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Melaksanakan manajemen umum. B Kelompok kompetensi inti 1. Melaksanakan manajemen mutu 2. Melaksanakan manajemen strategik 3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia 4. Melaksanakan manajemen aset/barang 5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi 6. Melaksanakan manajemen informasi 7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM 8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM 9. Melakukan komunikasi 10. Melaksanakan konseling 11. Melaksanakan negosiasi bisnis 12. Melakukan manajemen bisnis air minum 13. Melakukan manajemen investasi 14. Melakukan manajemen resiko 15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha C Kelompok kompetensi khusus 1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa 2. Melakukan hubungan masyarakat 2.2.3 Durasi pelatihan Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah 111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 4 JPL. 2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 9 dari 60

kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3. Unit kompetensi yang dipelajari 2.3.1 Judul unit Judul unit kompetensi: menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 2.3.2 Kode unit Kode unit: PAM.MM.01.001.01. 2.3.3 Deskripsi unit Unit ini menjelaskan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. 2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Elemen kompetensi 1. Mengelola informasi dan data K3 Kriteria unjuk kerja 1.1 Persyaratan sistem pencatatan data diidentifikasi, dikelompokkan dan disimpan dengan baik. 1.2 Sumber informasi dan data K3 diidentifikasi, diakses, dievaluasi dan diterapkan di tempat kerja. 1.3 Catatan akurat dan lengkap dipastikan, terkumpul dan tersimpan dengan baik. 1.4 Informasi dan data disediakan untuk para manajer dan pemangku kepentingan dalam bentuk yang mudah dipahami. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 10 dari 60

Elemen kompetensi 2. Menerapkan strategi, sistem dan program K3. Kriteria unjuk kerja 2.1 Prioritas K3 ditentukan melalui konsultasi dengan manajer terkait sejalan dengan prosedur konsultasi di tempat kerja. 2.2 Rencana tindakan K3 dikembangkan berdasarkan skala prioritas. 2.3 Kebutuhan pelatihan K3 diidentifikasi dan didokumentasikan. 2.4 Program K3 dipantau tingkat pencapaiannya dan jika perlu di sempurnakan 3. Mengidentifikasi dampak, rencana perubahan dan saran untuk mengendalikan resiko yang timbul 3.1 Bahaya yang timbul diidentifikasi, dan potensi risiko dinilai. 3.2 Rencana perubahan di tempat kerja yang menimbulkan dampak K3 dievaluasi 3.3 Saran-saran untuk mengendalikan risiko dicatat dan ditindaklanjuti sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya. 3.4 Perubahan peraturan, standar/pedoman industri terkait diidentifikasi dan diinformasikan dampaknya bagi pengelolaan K3 4. Mengevaluasi efektifitas pendekatan pengelolaan K3 4.1 Sumber informasi dan data K3 eksternal dan internal diakses sebagai bahan evaluasi 4.2 Kebutuhan masukan dari luar untuk evaluasi ditindaklanjuti secara memadai. 4.3 Masukan untuk bahan evaluasi dari pemangku kepentingan dikumpulkan 4.4 Bagian yang perlu ditingkatkan diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindaklanjuti 2.3.5 Batasan variabel 1. Konteks variabel : Unit ini berlaku untuk melakukan perencanaan, melakukan pengusahaan, melakukan penggerakan/pemberian motivasi, melakukan pengendalian dan menetapkan ukuran keberhasilan yang digunakan dalam melaksanakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Sumber informasi dan data K3 yang diperoleh dari : 2.1 Perundangan K3 dan sumber lainnya yang relevan. 2.2 Pekerja. 2.3 Konsultan. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 11 dari 60

2.4 Instansi pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan K3 seperti Depnaker atau instansi teknis lainnya. 2.5 Surat kabar, jurnal, publikasi industri, dll. 2.6 Portal internal. 2.7 Jaringan industri dan asosiasi. 2.3.6 Panduan penilaian 1. Persyaratan umum kompetensi Kandidat yang akan menunjukkan kompetensi dalam unit ini harus mampu memperlihatkan dan memperagakan kemampuan dan keahlian berkaitan dengan implementasi pendekatan sistematik untuk mengelola K3, baik dalam tempat kerja sebenarnya, atau latihan simulasi atau skenario 2. Pembuktian khusus yang disyaratkan Panduan penilaian ini merupakan acuan dalam melakukan penilaian kompetensi menurut unit kompetensi ini. Panduan ini memuat tinjauan umum mengenai persyaratan penilaian dilanjutkan dengan identifikasi persyaratan khusus yang diperlukan dalam melakukan penilaian. 3. Persyaratan pengetahuan dan pemahaman 3.1 Peran dan tanggung jawab penyelia, pekerja, kontraktor, disainer dan lain-lain menurut perundang-undangan K3. 3.2 Persyaratan perundangan mengenai informasi, data dan konsultasi K3. 3.3 Peran dan tanggung jawab dalam komunikasi dan konsultasi untuk P2K3/komite K3, manajemen lini, pekerja dan pegawai pengawas/pegawai penyelia. 3.4 Persyaratan sistem pencatatan K3, kerahasiaan dan peraturan lain yang sesuai. 3.5 Persyaratan tentang kewajiban pelaporan insiden sesuai dengan perundangan yang berlaku. 3.6 Peraturan perundangan mengenai K3 (undang-undang, peraturan, norma, standar-standar terkait dan bahan panduan). 3.7 Konsep pengukuran kinerja K3 seperti indikator kinerja positif (PPIs), frekuensi kecelakaan (frequency rate-fr) dan tingkat keparahan (severity rate- SR). 3.8 Hierarki pengendalian dan pertimbangan dalam memilih tindakan pengendalian yang sesuai. 3.9 Prinsip dan pendekatan sistematik dalam mengelola K3. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 12 dari 60

3.10 Sumber data dan informasi K3 internal dan eksternal. 3.11 Karakteristik dan komposisi tenaga kerja yang beresiko. 4. Persyaratan keterampilan dan kemampuan 4.1 Kemampuan berhubungan dengan orang dari bermacam golongan sosial, budaya, latar belakang etnik dan kemampuan fisik dan mental 4.2 Kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan personil pada semua tingkat perusahaan dan spesialis K3 dan pihak luar terkait. 4.3 Kemampuan untuk menyiapkan laporan untuk bermacam kelompok sasaran termasuk komite K3, para manajer dan para penyelia. 4.4 Kemampuan untuk menerapkan perbaikan dan proses perencanaan tindakan berkelanjutan. 4.5 Kemampuan untuk mengatur tugasnya sendiri di dalam waktu yang ditentukan. 4.6 Kemampuan untuk menggunakan keterampilan konsultasi dan negosiasi, terutama dalam hubungannya dengan pengembangan rencana dan mengimplementasikan dan memantau tindakan yang direncanakan. 4.7 Kemampuan untuk berkontribusi dalam penilaian sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola K3 secara sistematik dan dimana perlu mengakses sumber daya. 4.8 Kemampuan untuk berpartisipasi dalam kinerja K3 perusahaan. 4.9 Kemampuan untuk menganalisis informasi dan data yang relevan di tempat kerja dan melakukan pengamatan tugas dan interaksi antar pekerja di tempat kerja, peralatan, lingkungan dan sistem. 4.10 Kemampuan untuk melakukan perhitungan matematika sederhana (seperti persen perubahan), dan membuat grafik di tempat kerja untuk mengidentifikasi kecenderungan dan memahami keterbatasan data. 4.11 Kemampuan untuk menggunakan komputer dasar dan keterampilan teknologi informasi untuk mengakses informasi dan data K3 internal dan eksternal. 4.12 Kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan hubungan antar aktivitas yang berbeda di tempat kerja. 5. Hasil kerja yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian yang mencakup : 5.1 Rencana tindakan tertulis. 5.2 Saran khusus yang diberikan dan diterima. 5.3 Dokumen yang digunakan untuk menginformasikan dan melaporkan kepada orang-orang lain di dalam perusahaan. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 13 dari 60

5.4 email, surat, laporan dan rekam lain dari proses yang diambil dalam mengelola K3 di wilayah tertentu. 5.5 Studi kasus, simulasi, skenario, permainan peran. 2.3.7 Kompetensi kunci Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2. Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Kompetensi kunci Tingkat Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis informasi 2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2 Merencanakan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2 Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2 Memecahkan masalah 3 Menggunakan teknologi 2 Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 14 dari 60

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi pelatihan Persiapan dan perencanaan pelatihan: Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda. Permulaan dari proses pembelajaran: Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. Pengamatan terhadap tugas praktik: Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. Implementasi dan penilaian: Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja. 3.2 Metode pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar secara mandiri: Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 15 dari 60

bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 16 dari 60

BAB IV SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 4.1 Pengelolaan informasi dan data K3 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disebut sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, yang meliputi struktur perusahaan, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pihak manajemen harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap karyawan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan K3. b. Undang-undang, standar, dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat. c. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan. d. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara. e. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara. 4.1.1 Dokumentasi data K3 Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen K3 dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pencatatan atau pendokumentasian merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukkan kesesuaian penerapan sistem Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 17 dari 60

manajemen K3. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan dan didokumentasikan serta diperbaharui apabila diperlukan. Pendokumentasian sistem manajemen K3 akan mendukung: (i) kesadaran karyawan dalam rangka mencapai tujuan K3, dan (ii) evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3. Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan. Apabila unsur sistem manajemen K3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara menyeluruh, maka sistem manajemen K3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumentasi yang ada. Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa, serta laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan. Demikian juga perusahaan harus memiliki prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang mencantumkan status dari tiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang. Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendalian dokumen yang efektif. Catatan K3 mencakup : a. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan dan internal/indikator kinerja K3. b. Izin kerja. c. Resiko dan sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, alat kerja dan peralatan lain, bahan kimia dan bahan lain, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, serta proses produksi. d. Kegiatan pelatihan K3. e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan. f. Pemantauan data. g. Rincian insiden, keluhan dan tindak lanjut. h. Identifikasi produk termasuk komposisinya. i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor. j. Audit dan peninjauan ulang sistem manajemen K3. Perusahaan harus mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk: a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3. b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3. c. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur. d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 18 dari 60

e. Menunjukkan bahwa unsur-unsur sistem manajemen K3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan. Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan data yang disyaratkan, sebagai berikut: a. Dokumen yang diperlukan tersedia di lokasi kerja. b. Dokumen secara periodik ditinjau, direvisi seperlunya dan disetujui ulang cakupannya oleh personil yang berwenang. c. Dokumen yang relevan versi terakhir tersedia di semua lokasi dimana terdapat kegiatan operasi yang penting, untuk menjaga efektivitas sistem manajemen K3. d. Dokumen dan data kadarluarsa ditarik dari penggunaannya, atau memastikan dokumen dan data kadarluarsa itu tidak akan digunakan e. Dokumen dan data yang disimpan untuk keperluan perundang-undangan dan atau tujuan pengetahuan/referensi diidentifikasi. Dalam pengendalian dokumen, perusahaan harus menjamin bahwa : a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan. b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi. c. Dokumen sebelum diterbitkan harus terlebih dahulu disetujui oleh personel yang berwenang. d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu. e. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan. f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. 4.1.2 Komunikasi dan informasi Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan sistem manajemen K3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi karyawan dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan K3. Dalam kaitannya dengan bahaya K3 dan sistem manajemen K3, perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk: a. Komunikasi internal antara berbagai tingkat dan fungsi perusahaan. b. Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung di tempat kerja. c. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi yang sesuai dari pihak luar yang terkait. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 19 dari 60

Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi K3 terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Ketentuan dalam prosedur tersebut harus dipenuhi untuk: a. Mengkomunikasikan hasil, sistem manajemen, pemantauan, audit dan tinjauan ulang manajemen pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan. b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 yang terkait dari luar perusahaan. c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada pihak luar yang membutuhkan. Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk : a. Partisipasi pekerja dalam hal : Keterlibatan yang cukup saat identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan pengendalian. Keterlibatan yang cukup saat penyelidikan insiden. Keterlibatan dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan-kebijakan dan tujuantujuan K3. Konsultasi jika ada beberapa perubahan yang mempengaruhi K3 mereka. Perwakilan atas hal-hal yang berkaitan dengan K3. Pekerja harus diinformasikan tentang peraturan partisipasinya, termasuk siapa yang mewakili jika terkait dengan hal-hal K3. b. Konsultasi dengan kontraktor jika ada perubahan yang berdampak/berhubungan dengan K3 nya. Perusahaan harus memastikan bahwa pihak luar yang terkait telah dikonsultasikan tentang hal-hal K3. 4.2 Penerapan strategi, sistem dan program K3 4.2.1 Strategi K3 Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau manajer, yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, serta kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum atau operasional. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 20 dari 60

Manajemen puncak harus menetapkan dan mengesahkan kebijakan K3 dan memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan lingkup sistem manajemen K3 yang telah ditetapkan, yaitu: a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 perusahaan. b. Mencakup komitmen untuk mencegah cidera dan sakit, serta peningkatan berkelanjutan dalam manajemen dan kinerja K3. c. Mencakup komitmen mematuhi paling kurang terhadap persyaratan perundangan dan persyaratan lain yang terkait yang biasa diikuti perusahaan sesuai bahaya K3-nya. d. Memberi kerangka untuk menyusun dan mengkaji tujuan K3. e. Terdokumentasi, diterapkan dan dipelihara. f. Dikomunikasikan ke semua personal yang bekerja di bawah pengendalian perusahaan dengan maksud mereka peduli akan kewajiban K3. g. Tersedia bagi pihak terkait. h. Dikaji secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3-nya relevan dan sesuai untuk perusahaan. Kebijakan K3 tersebut di atas disusun melalui proses konsultasi antara manajer dengan karyawan maupun pihak lain yang terkait dalam penerapan, pengembangan, dan pemeliharaan sistem K3. Selanjutnya kebijakan K3 harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua karyawan, pemasok dan pelanggan. Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan K3, yang terdokumentasi pada fungsi dan tingkat yang relevan di dalam perusahaan. Tujuan harus terukur, dapat diterapkan, dan sesuai dangan kebijakan K3, termasuk komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit, untuk memenuhi persyaratan peraturan dan persyaratan lain yang terkait yang biasa diikuti perusahaan, dan untuk peningkatan yang berkelanjutan. Pada saat membuat dan mengkaji tujuan, perusahaan harus mempertimbangkan persyaratan peraturan dan perundangan, persyaratan lain yang biasa diikuti perusahaan, serta resiko K3 yang mengikutinya. Juga harus dipertimbangkan pilihan teknologi, persyaratan keuangan, operasional dan bisnisnya, dan pandangan pihak terkait yang relevan. 4.2.2 Pengembangan rencana tindakan K3 Perencanaan yang efektif diperlukan guna mencapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran, dan indikator kerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 21 dari 60

identifikasi sumber bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku, serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3. Perusahaan harus menetapkan dan menerapkan rencana strategi K3 untuk pengendalian potensi bahaya dan resiko K3 yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi. Penyusunan rencana strategi K3 didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan K3 sebelumnya Dalam rencana tersebut, perusahaan harus menentukan tujuan K3 yang dapat diukur, menetapkan prioritas, dan menyediakan sumber daya. Rencana khusus strategi K3 yang berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu juga harus disusun. Identifikasi dan penilaian potensi bahaya dan resiko K3 yang berkaitan dengan operasi dilakukan oleh petugas yang kompeten. Peninjauan awal kondisi K3 perusahaan saat ini merupakan bahan masukan dalam perencanaan dan pengembangan sistem manajemen K3. Peninjauan awal dilakukan dengan: a. Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan dalam peraturan perundangan, standar, dan pedoman yang berlaku. b. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. c. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3. d. Membandingkan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik. e. Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan K3. f. Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan. Dalam penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuanketentuan sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3 b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3. c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3. d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 22 dari 60

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga penerapan sistem manajemen K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan. Setiap karyawan dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3. Seorang manajer harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3 dengan menyediakan sumber daya yang memadai. 4.2.3 Penerapan tindakan K3 4.2.3.1 Operasi dan tindakan Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuannya. Program harus dikaji secara rutin dan terencana, dan disesuaikan jika perlu, untuk memastikan agar tujuan dapat dicapai. Program tersebut harus mencakup minimum : a. Penunjukan tanggung jawab dan kewenangan untuk mencapai tujuan pada fungsi dan tingkat perusahaan yang relevan ; dan b. Cara dan jangka waktu guna pencapaian tujuan. Perusahaan harus menentukan operasi dan kegiatan untuk menerapkan pengendalian dan mengatur resiko K3 yang berkaitan dengan bahaya yang telah diidentifikasi. Hal ini harus dimasukkan dalam manajemen perubahan. Perusahaan harus membuat, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara, dan menyempurnakan sistem manajemen K3 secara berkelanjutan, serta menentukan bagaimana pemenuhan pengendalian K3. Untuk operasi dan kegiatan pengendalian, perusahaan harus menerapkan dan memelihara: a. Pengendalian operasional, yang harus dihubungkan ke dalam seluruh sistem manajemen K3-nya. b. Mengendalikan barang, peralatan dan jasa yang dibeli. c. Mengendalikan kontraktor dan pengunjung. d. Prosedur terdokumentasi, untuk mengatasi situasi dimana ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-tujuan K3. e. Menentukan kriteria operasi dimana ketiadaannya dapat menyebabkan penyimpangan dari kebijakan dan tujuan-tujuan K3. Selain itu perusahaan harus membuat, menerapkan serta memelihara prosedur agar karyawan peduli akan : Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 23 dari 60

a. Konsekuensi terhadap K3, baik aktual ataupun potensial, yang diakibatkan dari pekerjaan mereka dan perilaku mereka. b. Keuntungan kinerja K3 yang bisa diperoleh dari peningkatan kinerja personel. c. Peranan dan tanggung jawab karyawan dan kepentingannya dalam memenuhi kebijakan prosedur K3 dan persyaratan sistem manajemen K3, termasuk persyaratan kesiagaan dan tanggap darurat. d. Konsekuensi K3 potensial yang berasal dari suatu prosedur khusus. 4.2.3.2 Alat pelindung diri Karyawan harus memahami serta mendukung tujuan dan sasaran sistem manajemen K3, dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomik, radiasi, biologis dan psikologis yang mungkin dapat mencederai dan melukai karyawan pada saat bekerja, serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah pada terjadinya insiden. Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenis disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masingmasing pekerja. Alat-alat penyelamat dan pelindung diri harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditentukan setiap waktu. Para pekerja dari luar yang memasuki tempat kerja diwajibkan menggunakan alat-alat penyelamat dan pelindung diri. Kepala unit/teknik wajib mengawasi bahwa alat-alat tersebut benar-benar digunakan sesuai dengan kegunaannya oleh setiap pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Berbagai macam alat pelindung diri (APD), yaitu : a. Alat pelindung kepala. b. Alat pelindung wajah/mata. c. Alat pelindung telinga. d. Alat pelindung pernafasan. e. Alat pelindung tangan. f. Alat pelindung kaki. g. Alat pelindung pakaian pelindung. h. Sabuk dan tali pengaman. Pada Tabel 4.1 berikut ini diberikan contoh alat pelindung diri (APD) yang digunakan dalam operasional PDAM. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 24 dari 60

Tabel 4.1 Contoh penggunaan alat pelindung diri dalam operasional PDAM Lokasi Potensi Dampak Pengendalian Sumber air baku (Intake) Instalasi Produksi (Resevoir, unit produksi) Gudang 1. Kebakaran 2. Kecelakaan kerja mesin 3. Kebisingan 1. Kecelakaan kerja mesin 2. Kebakaran 3. Bahan kimia berbahaya 1. Kebakaran 2. Bahan kimia Alat pelindung kepala (helmet) Alat pelindung kaki (sepatu) Alat pelindung pernafasan (masker) Alat pelindung telinga Alat pelindung kepala (helmet) Alat pelindung kaki (sepatu) Alat pelindung tangan (sarung tangan) Alat pelindung pernafasan (masker) Alat pelindung pakaian pelindung Alat pelindung telinga Alat pelindung kaki (sepatu) Alat pelindung tangan (sarung tangan) Alat pelindung pernafasan (masker) Alat pelindung pakaian pelindung 4.2.3.3 Tanggap darurat Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur : a. Mengidentifikasi potensi situasi darurat. b. Untuk menanggapi situasi darurat. Perusahaan harus menganggapi situasi darurat yang sebenarnya dan menjaga atau mencegah kerugian yang terkait dengan konsekuensi K3. Saat merencanakan tanggap darurat, perusahaan harus mempertimbangkan pihak-pihak terkait yang diperlukan, seperti jasa dan pihak terdekat terkait dengan situasi darurat. Perusahaan juga harus secara berkala menguji prosedurnya dapat diterapkan dalam menanggapi situasi darurat, melibatkan pihak-pihak terkait yang diperlukan. Bila diperlukan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat dapat direvisi, khususnya setelah pengujian berkala dan sesudah terjadinya sutuasi darurat. 4.2.4 Pelatihan K3 Penerapan dan pengembangan sistem manajemen K3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap karyawan di perusahaan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan ke dalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja karyawan, serta pelatihan. Perusahaan harus memastikan bahwa setiap karyawan -- yang bekerja di perusahaan yang dapat berdampak pada K3 -- adalah kompeten, berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang sesuai, dan harus menyimpan rekaman bukti terkait dari tiap karyawan tersebut. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 25 dari 60

Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3. Untuk itu perusahaan harus memiliki prosedur guna (i) melakukan identifikasi standar kompetensi kerja, serta (ii) menerapkan standar kompetensi kerja melalui program pelatihan. Standar kompetensi kerja K3 dapat disusun dengan cara: a. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada. b. Memeriksa uraian tugas dan jabatan. c. Menganalisis tugas kerja. d. Menganalisis hasil inspeksi dan audit. e. Meninjau ulang laporan insiden. Setelah penilaian gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan selesai dilaksanakan, program pelatihan yang terkait dengan resiko K3 dan sistem manajemen K3 harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya. Selanjutnya prosedur pendokumentasian kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan serta evaluasi efektivitas pelatihan harus ditetapkan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam strategi pelatihan K3 adalah : a. Lakukan analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3. b. Susun rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan dalam perusahaan. c. Dalam pelatihan harus dipertimbangkan perbedaan tingkat kemampuan dan keahliannya. d. Pelatihan harus dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai serta terakreditasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. e. Memiliki fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif. f. Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan. g. Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin peningkatan secara berkelanjutan. h. Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan efektif. Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkatan untuk (i) tanggung jawab, kemampuan, keterampilan bahasa dan pendidikan (ii) resiko; sebagaimana diuraikan di bawah ini. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 26 dari 60

a. Pelatihan bagi manajemen dan supervisor : 1) Anggota manajemen eksekutif dan pengurus menerima pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan K3. 2) Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. b. Pelatihan bagi karyawan : 1) Pelatihan diberikan kepada semua karyawan termasuk karyawan baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman. 2) Pelatihan diselenggarakan kepada karyawan apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses. 3) Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua karyawan. c. Pelatihan untuk pengenalan bagi pengunjung dan kontraktor : 1) Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua karyawan dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3. 2) Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin K3. Dalam pelatihan keahlian khusus, perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan. 4.3 Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko 4.3.1 Identifikasi bahaya dan penilaian resiko Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Karena itu prosedur untuk identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko harus ditetapkan dan dipelihara. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko, dan merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dimana selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko. Penilaian resiko merupakan proses menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 27 dari 60

Prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan: a. Kegiatan rutin dan non rutin. b. Kegiatan seluruh orang yang mempunyai akses terhadap tempat kerja (termasuk kontraktor dan pengunjung). c. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya. d. Mengidentifikasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat merugikan kesehatan dan keselamatan personal di bawah pengendalian perusahaan di tempat kerja. e. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja di bawah pengendalian perusahaan. Hal ini lebih sesuai untuk bahaya yang dianalisa sebagai aspek lingkungan. f. Infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat kerja, baik yang disediakan perusahaan maupun dari pihak lain. g. Perubahan ataupun perubahan terencana di perusahaan, baik kegiatannya ataupun bahan. h. Modifikasi sistem manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatan. i. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan pengendalian penting. j. Rancangan lokasi kerja, proses instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi, termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia. Metodologi perusahaan untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko, harus: a. Sesuai dengan lingkup, sifat dan waktunya untuk menjamin lebih bersifat proaktif; dan b. Terdapat identifikasi, prioritas dan pendokumentasikan resiko, dan pelaksanaan pengendalian jika ada. Untuk manajemen perubahan, perusahaan harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3 terkait dengan perubahan dalam perusahaan, sistem manajemen K3, atau kegiatannya, sebelum masuknya perubahan. Perusahaan harus memastikan bahwa hasil penilaian ini dipertimbangkan dalam penentuan pengendalian. 4.3.2 Pengendalian resiko Perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian dari kegiatan-kegiatan serta produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan (i) mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 28 dari 60

standar bagi tempat kerja, (2) perancangan pabrik dan bahan, (3) prosedur dan instruksi kerja, untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Dalam menentukan pengendalian, atau mempertimbangkan perubahan terhadap pengendalian yang ada, harus mempertimbangkan pengurangan resiko berdasarkan hirarki berikut: a. Penghilangan; b. Penggantian; c. Pengendalian teknis; d. Penandaan/peringatan dan/atau pengendalian administratif; e. Peralatan pelindungan personal. Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode : a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi. b. Pendidikan dan pelatihan. c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri. d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi. e. Penegakan hukum. Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Perancangan dan rekayasa. 1) Setiap tahap dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2) Menentukan, memberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas kepada personel yang memiliki kompetensi kerja, untuk melakukan verifikasi persyaratan sistem manajemen K3. b. Pengendalian administratif. 1) Dalam setiap tahapan penyusunan prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi harus mempertimbangkan aspek K3. Rancangan dan tinjauan ulang prosedur hanya dapat dibuat oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan melibatkan para pelaksana. Judul modul : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Halaman : 29 dari 60