dokumen-dokumen yang mirip
Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

2.1. Konsep dan Definisi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

Bupati Kepulauan Anambas

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015


ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN UTARA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015


PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL


Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,


BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA(IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

jayapurakota.bps.go.id

Transkripsi:

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) KABUPATEN SORONG SELATAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG SELATAN 2011 ISSN : No Publikasi : 9106.12. Katalog BPS : 4102002.9116 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xvii + 46 halaman Naskah : Seksi Sta s k Neraca Wilayah dan Analisis Sta s k (BPS Kabupaten Sorong Selatan (Es Nur Wijaya, S.ST) Gambar Kulit : Seksi Integrasi, Pengolahan dan Diseminasi Sta s k (Khaerul Umam, S.ST) Penyun ng : BPS Kabupaten Sorong Selatan Diterbitkan oleh : BPS Kabupaten Sorong Selatan Dicetak oleh : Boleh diku p dengan menyebutkan sumbernya

BUPATI KABUPATEN SORONG SELATAN SAMBUTAN Saya menyambut gembira penerbitan publikasi berjudul Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011 ini yang mana memuat data dan informasi pembangunan manusia Kabupaten Sorong Selatan guna perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan. Saya mengharapkan semua instansi dapat memanfaatkan informasi ini agara pembangunan Kabupaten Sorong Selatan dapat terpantau secara menyeluruh dan perencanaan pembangunan dapat disusun secara lebih baik, sistema k dan terpadu. Kepada aparat BPS Kabupaten Sorong Selatan, saya mengucapkan terima kasih atas upaya sungguh-sungguh yang dilakukan sehingga publikasi ini dapat diterbitkan. Semoga BPS dapat lebih meningktakan kualitas dan kuan tas data yang disajikan dengan mengemukakan fakta lapangan serta berkoordinasi dengan instansi dan lembaga terkait agar faktor penghambat pembangunan manusia dapat teriden fikasi sedini mungkin dan dapat diberikan solusinya. Akhirnya saya berharap agar publikasi ini dapat dipergunakan sebaik mungkin untuk membangun masyarakat Kabupaten Sorong Selatan yang maju dan mandiri menuju kesejahteraan. Teminabuan, Oktober 2012 BUPATI KABUPATEN SORONG SELATAN Drs. OTTO IHALAUW, MA Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 iii

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SORONG SELATAN KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang tak hen memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga publikasi berjudul Indeks Pembangunan Manusia 2011 ini dapat terselesaikan. Publikasi ini diterbitkan atas kerjasama antara BPS Kabupaten Sorong Selatan dan BAPPEDA Kabupaten Sorong Selatan. Publikasi ini memuat informasi tentang kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Sorong Selatan yang diukur dari IPM dan komponennya. Selain itu, disajikan juga beberapa informasi tambahan tentang karakteris k pembangunan yang ada di kabupaten ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua phak yang telah banyak membantu dalam proses penerbitan publikasi ini, khususnya Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan. Semoga bermanfaat. Teminabuan, Oktober 2012 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sorong Selatan K e p a l a, Drs. YUNUS ROY KAMBUAYA, M.Si NIP. 640013716 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 iv

KEPALA BPS KABUPATEN SORONG SELATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang tak hen memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga publikasi berjudul Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 ini dapat terselesaikan. Publikasi ini memuat informasi tentang kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Sorong Selatan yang diukur dari IPM dan komponennya pada tahun 2011. Selain itu, disajikan juga informasi perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2007-2011 dan keterkaitannya dengan indicator pembangunan yang lain. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penerbitan publikasi ini. Semoga bermanfaat. Teminabuan, Oktober 2012 BPS Kabupaten Sorong Selatan K e p a l a, Ir. NURHAIDA SIRUN NIP. 19680320 199401 2 001 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 v

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Sambutan Bupa Kabupaten Sorong Selatan... Kata Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Sorong Selatan... Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Sorong Selatan... Da ar Isi... Da ar Tabel... Da ar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan dan Manfaat... 1.3. Sistema ka Penulisan... BAB II METODOLOGI... 2.1. Ringkasan IPM... 2.2. Sumber Data... 2.3. Prosedur Penghitungan... BAB III ANALISIS IPM... 3.1. Perbandingan IPM Kabupaten Sorong Selatan terhadap IPM Regional Provinsi Papua Barat Tahun 2011... 3.2. Perbandingan IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 dan Komponennya... A. Perkembangan Kesehatan... B. Perkembangan Pendidikan... C. Perkembangan Paritas Daya Beli (PPP)... 3.3. Analisis Kuadran... iii iv v vi viii ix 1 1 5 6 7 7 9 9 20 21 29 32 33 34 38 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 vi

DAFTAR ISI BAB IV PENUTUP... 4.1. Kesimpulan... 4.2. Saran... 42 42 44 DAFTAR PUSTAKA... 46 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 vii

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Konversi Variabel Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan menjadi Variabel Lama Sekolah... Da ar Paket Komodi yang Digunakan untuk Menghitung PPP Skor Variabel Kualitas dan Fasilitas Rumah... Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM... Komponen IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 IPM dan Reduksi Shor all Tahun 2007-2011... 13 15 16 18 31 35 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 viii

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar 3.7. Gambar 3.8. Gambar 3.9. Gambar 3.10. IPM Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011. Podium Peringkat IPM di Papua Barat Tahun 2011... Reduksi Shor all IPM Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011... Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011... Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011... Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011... Daya Beli Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011... IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011... Indeks Kesehatan, Pendidikan dan Daya Beli Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011... Kuadran antara Pertumbuhan PDRB per Kapita dan Reduksi Shor all IPM untuk Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011... 21 22 23 24 26 27 29 30 37 39 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 ix

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup layak merupakan hak asasi manusia yang diakui secara universal. Kons tusi Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 secara eksplisit mengakui hal tersebut dengan mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, adalah tugas pemerintah untuk menjamin terwujudnya kehidupan yang layak, membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan dan mewujudkan dampak posi f pembangunan yang dak hanya meningkatkan kesejahteraan tetapi juga memeratakan kesejahteraan. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah, dak hanya aspek ekonomi namun juga aspek sumber daya manusia. Sebelumnya, pembangunan hanya diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang implikasinya diyakini akan mengalir dengan sendirinya sehingga menciptakan berbagai peluang ekonomi yang berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 1

PENDAHULUAN semakin meluasnya lapangan kerja. Namun seiring dengan semakin kompleksnya problem yang terkait kemanusiaan, dewasa ini, persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perha an para penyelenggara pemerintahan. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat diatasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan dan penegakan demokrasi. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama, yaitu : Produk vitas. Masyarakat harus dapat meningkatkan produk vitas mereka dan berpar sipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia. Ekuitas. Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan poli k harus dihapus agar masyarakat dapat berpar sipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan ini. Kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan harus Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 2

PENDAHULUAN dipas kan dak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup harus dilengkapi. Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpar sipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun dak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antarwilayah atau antarnegara. Oleh karena itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia itu sendiri. Indikator keberhasilannya adalah semakin luasnya pilihan- pilihan yang dimiliki manusia (enlarging the choices of the people). Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpen ng adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 3

PENDAHULUAN Untuk meningkatkan IPM semata-mata dak hanya pada pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan syarat cukup yaitu pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat menikma hasil-hasil pembangunan. Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai Negara diperoleh pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Keseriusan pemerintah terkait isu pembangunan manusia ditandai dengan siikutkannya IPM sebagai salah satu alokator Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan wilayah (fiscal gap) selain jumlah penduduk, luas wilayah, PDRB per Kapita dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Pembangunan Kabupaten Sorong Selatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sehingga arah, tujuan, maupun sasaran yang ingin dicapai sejalan dengan arah serta tujuan yang sudah ditetapkan dalam program pembangunan nasional, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 4

PENDAHULUAN Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011 ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kondisi, posisi dan perkembangan pembangunan manusia serta komponen-komponen penyusunnya dibandingkan dengan daerah lain dan periode sebelumnya. 1.2 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penyusunan publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011 ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memaparkan IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 dan posisi rela f regionalnya terhadap kabupaten/kota lain, 2. Untuk memaparkan perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2007-2011, 3. Untuk memaparkan analisis kuadran antara pertumbuhan PDRB per Kapita dan Reduksi Shor all IPM untuk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011. Dengan tujuan di atas, diharapkan didapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Dapat digunakan sebagai referensi/ bahan acuan, 2. Memberikan informasi tambahan yang bisa digunakan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan pemerintah khususnya dalam hal peningkatan IPM. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 5

PENDAHULUAN 1.3 Sistema ka Penulisan yaitu : Publikasi ini disajikan dalam empat bab yang saling berkaitan, Bab I Bab II Bab III Bab IV Pendahuluan Bab ini memuat latar belakng, tujuan dan manfaat penyusunan publikasi, serta sistema ka penulisan. Metodologi Bab ini memaparkan ringkasan IPM, sumber data, dan prosedur penghitungan IPM. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Bab ini memaparkan tentang IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 beserta analisisnya. Dalam bab ini juga akan dipaparkan perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan periode 2007-2011 beserta posisi rela fnya terhadap kabupaten lain. Sebagai tambahan, akan dipaparkan analisis kuadran antara pertumbuhan PDRB per Kapita dan Reduksi Shor all IPM untuk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011. Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 6

METODOLOGI BAB II METODOLOGI 2.1 Ringkasan IPM IPM merupakan angka agregat yang dapat diar kan sebagai jarak yang harus ditempuh (shor all) suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100. Bagi suatu wilayah, angka IPM yang diperoleh menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di daerah tersebut, merupakan tantangan yang harus dihadapi dan upaya apa yang harus dilakukan untuk mengurangi jarak yang harus ditempuh. Secara khusus, IPM mengukur pencapaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung bedasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH) yang mewakili bidang kesehatan; Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mengukur pencapaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity/ PPP) masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 7

METODOLOGI AHH adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. AHH dihitung menggunakan pendekatan tak langung (indirect es ma on). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan AHH, yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpac digunakan untuk menghitung AHH berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan sejarah kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu RLS dan AMH. RLS menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan AMH adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca huruf la n dan atau huruf lainnya. Proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing diberikan bobot. RLS diberi bobot seper ga dan AMH diberi bobot dua per ga. Selanjutnya, dimensi ke ga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan ngkat kesejahteraan yang dinikma oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domes k Bruto Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 8

METODOLOGI (PDB) riil yang disesuaikan, sedangan Badan Pusat Sta s k (BPS) dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. 2.2 Sumber Data Sumber data utama yang digunakan adalah data Susenas Kor dan Susenas Modul Konsumsi, data SUPAS, Proyeksi Penduduk (SP 2000), dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Data Susenas Kor digunakan untuk menghitung dua indikator pembentuk IPM, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Sementara AHH () dihitung menggunakan data SUPAS dan Proyeksi Penduduk, Sedangkan indikator daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) dihitung menggunakan data Susenas Modul Konsumsi yang didasarkan pada 27 komodi (lihat Tabel 2.2). Untuk mendapatkan pengeluaran per kapita riil, digunakan IHK sebagai deflator. 2.3 Prosedur Penghitungan IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup ga dimensi pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, yaitu dimensi usia hidup (longe vity) yang digambarkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH); dimensi pengetahuan (knowledge) yang digambarkan oleh akumulasi Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dengan pemberian bobot; dan dimensi standar hidup layak Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 9

METODOLOGI (decent living) yang digambarkan oelh kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity/ PPP). Ke ga dimensi tersebut merefleksikan proses pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah. Langkahlangkah perhitungan IPM dan komponennya adalah sebagai berikut : AHH Adapun langkah-langkah penghitungan AHH adalah sebagai berikut : A. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44 dan 45-49 tahun. B. Menghitung rata-rata Anak Lahir Hidup (ALH) dan rata-rata Anak Masih Hidup (AMH) dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada tahap 1 di atas dengan menggunakan sub progra Aggregate by Kelompok Umur Wanita Usia Reproduksi with MEAN Func on pada Program SPSS. C. Input rata-rata ALH dan AMH pada tahap 2 pada paket program MORTPACK sub program FERTCB untuk mendapatkan angka Mean Age of Childbearing (rata-rata usia wanita pada saat kelahiran anak pertama). D. Setelah mendapatkan angka Mean Age of Childbearing, selanjutnya input angka tersebut beserta ALH dan AMH pada paket Program MORTPACK sub program CEBCS. E. Dari Dari program CEBCS akan didapatkan angka Infant Mortality Rate (IMR/ Angka Kema an Bayi). Hitung rata-rata IMR Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 10

METODOLOGI menggunakan West Model dari Nilai Q 2, Q 3 dan Q 4. Gunakan metode Trussel untuk mendapatkan AHH saat lahir. Referensi waktu yang digunakan 3 atau 4 tahun sebelum survei. AMH dan RLS Indikator Angka Melek Huruf (AMH) diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis. Pengolahannya dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan atau menulis huruf lainnya), kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus. AMH adalah proporsi penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang dapat membaca huruf a n dan atau huruf lainnya. Adapun langkah-langkah penghitungan AMH adalah : 1. Menghitung jumlah penduduk berumur 15 tahun atau lebih, 2. Menghitung jumlah penduduk 15 tahun atau lebih yang dapat membaca dan menulis hurif la n dan atau huruf lainnya, 3. Membagi jumlah penduduk pada tahap 2 dengan jumlah penduduk pada tahap 1 dikalikan 100. Seper halnya AMH, RLS dihitung dengan pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan mnggunakan dua variabel secara simultan, yaitu ngkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan ter nggi yang ditamatkan. RLS adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berumur 15 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 11

METODOLOGI Langkah-langkah penghitungan RLS sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah penduduk berumur 15 tahun atau lebih, 2. Melakukan konversi variabel ngkat pendidikan yang ditamatkan ke variabel lama sekolah seper pada tabel 2.1, 3. Menghitung RLS dengan melakukan agregat data menggunakan fungsi mean. Untuk menghitungnya dapat menggunakan paket Program SPSS. Daya Beli/PPP Selain usia hidup dan pengetahuan, unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alterna f yang dapat digunakan untuk mengukur unsur in. Dengan perlu memper mbangkan ketersediaan data secara internasional, UNDP memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDO per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 12

METODOLOGI Tabel 2.1 Konversi Variabel Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan menjadi Variabel Lama Sekolah TINGKAT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN LAMA SEKOLAH Tidak/ Belum Tamat SD 0 Tamat SD/ Sederajat 6 Tamat SMP/ Sederajat 9 Tamat SMA/ Sederajat 12 Tamat Diploma I 13 Tamat Diploma II 14 Tamat Diploma III 15 Tamat S1/ Diploma IV 16 Tamat S2 18 Tamat S3 21 Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai dak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM> Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi dak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil per kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 13

METODOLOGI Untuk keperuan penghtungan IPM, data dasar PDRB perkapita dak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mngukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggan nya, digunakan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Untuk menghitung konsumsi per kapita riil yang disesuaikan, pertama dihitung terlebih dahulu daya beli untuk ap unit barang atau Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli. Adapun langkahlangkah untuk menghitung Paritas Daya Beli yang disesuaikan adalah : 1. Menghitung pengeluaran per kapita (y), 2. Menghtung pengeluaran per kapita yang di mark-up 20 persen, 3. y 1 = y x (1,20), 4. Menghitung pengeluaran riil (y 2 ) dengan membagi y 1 dengan indeks harga konsumen, 5. Menghitung paritas daya beli dari 27 komodi seper pada Tabel 2.2 dengan persamaan : Dimana, : Pengeluaran untuk komodi j di kabupaten/kota ke-i : Harga komodi j di Jakarta Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 14

METODOLOGI : Volume komodi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten/ kota ke-i Tabel 2.2 Da ar Paket Komodi yang Digunakan untuk Menghitung PPP No Komodi Unit Proporsi dari Total Konsumsi (%) 1 Beras lokal Kg 7.25 2 Tepung terigu Kg 0.10 3 Singkong Kg 0.22 4 Tuna/cakalang Kg 0.50 5 Teri Ons 0.32 6 Daging sapi Kg 0.78 7 Ayam Kg 0.65 8 Telur Bu r 1.48 9 Susu kental manis 397 gram 0.48 10 Bayam Kg 0.30 11 Kacang panjang Kg 0.32 12 Kacang tanah Kg 0.22 13 Tempe Kg 0.79 14 Jeruk Kg 0.39 15 Pepaya Kg 0.18 16 Kelapa Bu r 0.56 17 Gula Ons 1.61 18 Kopi Ons 0.60 19 Garam Ons 0.15 20 Merica Ons 0.13 21 Mie Instan 80 Gram 0.79 22 Rokok kretek 10 Batang 2.86 23 Listrik Kwh 2.06 24 Air minum m3 0.46 25 Bensin Liter 1.02 26 Minyak tanah Liter 1.74 27 Sewa rumah Unit 11.56 Total 37.52 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 15

METODOLOGI Khusus komodi rumah sewa, unit kualitasnya ditentukan berdasarkan indeks kualitas rumah. Indeks kualitas rumah dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah nggal dari tujuh variabel. Ketujuh variabel ini diberi skorberdasarkan karakteris k yang sesuai seper ditampilkan pada Tabl 2.3. Tabel 2.3. Skor Variabel Kualitas dan Fasilitas Rumah No Variabel Karakteris k Skor 1 Jenis lantai Keramik, marmer, atau granit 1 Lainnya 0 2 Luas lantai per kapita Lebih dari 10 m2 1 Lainnya 0 3 Jenis dinding terluas Tembok 1 Lainnya 0 4 Jenis atap terluas Beton/kayu/genteng 1 Lainnya 0 5 Fasilitas penerangan Listrik 1 Lainnya 0 6 Fasilitas air minum Ledeng 1 Lainnya 0 7 Fasilitas jamban Milik sendiri 1 Lainnya 0 8 Skor awal s ap rumah Rumah 1 Lainnya 0 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 16

METODOLOGI Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan skor dibagi dengan delapan. Sebagai contoh, sebuah rumah tangga menempa rumah berlantai tanah (0), berdinding kayu (0), luas lantai per kapita 10 meter persegi (1), beratap seng (0), menggunakan penerangan listrik (1), minum dari air hujan (0), jamban milik sendiri (1), Maka skor indeks kualitas rumah adalah 4/8 = 0,50. Ar nya, kuan tas rumah yang dikonsumsi rumah tangga tersebut adalah 0,50 unit. 6. Menghitung y 3 = y 2 /PPP 7. Mengurangi y 3 dengan formula Atkinson Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matema s dapat dinyatakan sebagai berikut : dimana : = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit = Threshold atau ngkatan pendapatan tertentu yang digunakan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 17

METODOLOGI tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan Garis Kemiskinan) Tahapan Penghitungan IPM Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masingmasing komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X 1, Pengetahuan = X 2, dan Standar Hidup Layak = X 3 ), dengan rumus : dimana : Indeks (X i ) = (X i X min ) / X max X i = Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i=1,2,3 X min = Nilai minimum X i X max = Nilai maksimum X i Tabel 2.4 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah 15 0 UNDP menggunakan Combined Gross Enrollment Ra o Daya Beli 732 720 a) 300 000 UNDP Menggunakan PDB riil per kapita yang telah disesuaikan 360 000 b) Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 18

METODOLOGI Tahap kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks X i dengan rumus : dimana : = AHH = Indeks Pendidikan = Dengan : = AMH = RLS = PPP Tahap ketiga adalah menghitung reduksi shortfall (r), yang digunakan untuk kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu, dengan persamaan sebagai berikut : dimana : R = reduksi shortfall, = IPM pada tahun (t + n) = IPM pada tahun t Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 19

ANALISIS IPM BAB III ANALISIS INDEKS PEMBANGUNA N MANUSIA Di negara-negara berkembang, upaya membiayai pembangunan manusia masih menjadi dilema, dak terkecuali di Indonesia, secara lebih khusus di Kabupaten Sorong Selatan. Meskipun dak mudah, strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, sekaligus dak meninggalkan pencapaian ngkat pertumbuhan ekonomi yang nggi, Kabupaten Sorong Selatan sebagai kabupaten pemekaran yang terus berbenah, memiliki peluang cukup besar untuk meng-goal-kan target tersebut secara bersamaan. Dalam analisis, angka IPM kurang memiliki makna jika dak menyertakan angka IPM tahun sebelumnya atau wilayah lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam analisis IPM akan diketahui posisi pembangunan manusia baik antar waktu maupun antar wilayah. Dalam bab ini, akan dipaparkan kondisi IPM di Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 beserta komponennya. Kondisi tersebut akan dibandingkan dengan kondisi Provinsi Papua Barat dan kabupaten/kota lain untuk melihat posisi rela f regional kabupaten ini. Selain itu, akan dipaparkan pula perkembangan IPM dan komponennya antara tahun 2007-2011, serta analisis kuadran antara pertumbuhan PDRB per kapita dan reduksi shor all IPM untuk kabupaten ini di tahun 2011. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 20

ANALISIS IPM 3.1 Perbandingan IPM Kabupaten Sorong Selatan terhadap IPM Regional Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Sorong Selatan berada dalam kategori IPM Menengah-Atas. Dengan IPM sebesar 66,59, menempatkan kabupaten ini pada peringkat regional ke-7 dari 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua Barat. IPM Kabupaten Sorong Selatan masih lebih rendah 3,06 dari IPM Provinsi Papua Barat. Dengan kabupaten induknya, Kabupaten Sorong, Sorong Selatan ter nggal sebesar 2,34. Kemudian jika dibandingkan dengan Kota Sorong yang memiliki peringkat regional pertama, IPM kabupaten ini memiliki selisih sebesar 11,13. Gambar 3.1 IPM menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 21

ANALISIS IPM Untuk mencari solusi dari permasalahan pembangunan manusia yang terjadi di Kabupaten Sorong Selatan, tentu harus dicari k kelemahan yang terjadi, mengingat IPM disusun berdasarkan indeks komposit sehingga dak dapat dikatakan bahwa semua komponen IPM rendah jika suatu wilayah memiliki IPM rendah. Dengan diketahuinya k permasalahan yang terjadi, diharapkan agar arah kebijakan dapat direncanakan secara lebih efek f. Selain itu, kondisi ini hendaknya dapat memberikan ruang studi banding Kabupaten Sorong Selatan terhadap kabupaten/kota lain yang memiliki IPM lebih baik. Gambar 3.2 Podium Peringkat IPM di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Analisis perbandingan regional menunjukkan bahwa kualitas IPM Kabupaten Sorong Selatan belum dapat dikatakan baik mengingat posisi IPM kabupaten ini masih berada di pertengahan. IPM Kabupaten Sorong Selatan masih lebih baik daripada empat kabupaten lain yaitu, Kabupaten Maybrat, Teluk Wondama, Raja Ampat dan Tambrauw. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 22

ANALISIS IPM Hal ini dapat dimaklumi karena empat kabupaten tersebut merupakan kabupaten pemekaran dengan periode berkembang yang rela f sama. Sorong Selatan dengan Teluk Wondama dan Raja Ampat, Maybrat dengan Tambrauw. Gambar 3.3 Reduksi Shor all IPM menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Pada tahun 2011, Kabupaten Sorong Selatan memiliki reduksi shor all IPM yang belum dapat dikatakan baik. Dengan reduksi shor all IPM sebesar 0,82 menempatkan Kabupaten Sorong Selatan sebagai pemilik reduksi shor all IPM terkecil kedua setelah Kabupaten Tambrauw diantara kabupaten/ kota di Provinsi Papua Barat. Reduksi shor all IPM sebesar 0,82 dapat diar kan bahwa kecepatan kenaikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 23

ANALISIS IPM IPM Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 terhadap IPM ideal (IPM = 100) adalah sebesar 0,82, menunjukkan pula lambatnya perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Papua Barat. Dengan selisih yang rela f besar terhadap reduksi shor all IPM yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dan Kota Sorong, yaitu sebesar 0,8 dan 1,55 memberikan isyarat bahwa permasalahan ini harus mendapat perha an lebih dari pemerintah. Gambar 3.4 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2011 sebesar 66,82. Ar nya, rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh se ap penduduk Sorong Selatan selama hidupnya adalah sekitar 66,82 tahun. Atau dengan kata lain, rata-rata Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 24

ANALISIS IPM penduduk Sorong Selatan diperkirakan mampu hidup hingga umur 66-67 tahun. AHH Kabupaten Sorong Selatan masih berada di bawah AHH Provinsi Papua Barat dengan selisih rela f jauh, yaitu sebesar 1,99 poin. AHH kabupaten ini hanya lebih nggi jika dibandingkan dengan Kabupaten Maybrat, Raja Ampat dan Tambrauw. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Sorong Selatan apabila dibandingkan dengan tujuh kabupaten/ kota lain di Provinsi Papua Barat yang memiliki AHH lebih nggi. Oleh karena itu, perbaikan gizi, kesehatan, serta perilaku hidup sehat perlu diperha kan agar kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Sorong Selatan dapat menjadi lebih baik. Salah satu komponen lain yang membentuk IPM adalah indeks pendidikan. Indeks pendidikan dibentuk berdasarkan dua indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Dari Gambar 3.5, dapat dilihat bahwa AMH Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2011 adalah sebesar 88,43 persen. Ar nya bahwa dari seluruh penduduk Sorong Selatan yang berusia 15 tahun ke atas, sebanyak 88,43 persen dapat membaca huruf la n dan/atau huruf lainnya. Sisanya sebanyak 11,57 persen adalah penduduk yang buta huruf. AMH Kabupaten Sorong Selatan lebih rendah 4,96 persen dari AMH Provinsi Papua Barat dan hanya mengungguli ga kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Tambrauw, Teluk Wondama dan Teluk Bintuni. Bahkan Kabupaten Maybrat masih lebih baik 2,44 persen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 25

ANALISIS IPM dibandingkan Kabupaten Sorong Selatan. Untuk ini, pemerintah daerah harus lebih berupaya dalam memberantas buta huruf di Kabupaten Sorong Selatan. Gambar 3.5 Angka Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS RLS Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2011 sebesar 8,06 sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3.6. Ar nya bahwa jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam mengiku pendidikan formal adalah selama 8,06 tahun. Atau dengan kata lain rata-rata penduduk Sorong Selatan yang berusia 15 tahun ke atas bersekolah selama 8,06 tahun atau sampai kelas 2 SLTP. Hal ini masih di bawah standar pemerintah untuk melaksanakan wajib belajar 9 tahun, yang berar harus lulus SLTP. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 26

ANALISIS IPM Gambar 3.6 Rata-rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 Sumber : BPS RLS Kabupaten Sorong Selatan hanya lebih rendah 0,20 persen dari angka RLS Provinsi Papua Barat. Meskipun masih dibawah standar nasional, RLS Kabupaten Sorong Selatan lebih nggi dibandingkan 6 kabupaten lain yaitu Kabupaten Tambrauw, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Raja Ampat, Kaimana dan Maybrat. Komponen terakhir dari IPM adalah daya beli (PPP). Daya beli merupakan variabel yang mencerminkan kemampuan penduduk dalam membeli barang dan jasa dengan uang yang dimiliki. Tingkat daya beli masyarakat dipengaruhi berbagai faktor antara lain : pendapatan, pengeluaran konsumsi, indeks harga konsumen dan indeks kemahalan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 27

ANALISIS IPM Jika dilihat kemampuan membeli barang dan jasa (daya beli) antar wilayah maka daya beli itu sendiri merupakan sesuatu yang rela f, ar nya pertanyaan apakah daya beli masyarakat suatu wilayah lebih baik dari daya beli masyarakat di wilayah lain, maka faktor rela f nya daya beli tersebut melatarbelakangi perhitungan indeks kemahalan. Hanya saja, dalam penghitungan PPP sebagai komponen IPM antar waktu dalam suatu wilayah, telah menghilangkan faktor perubahan harga agar dapat diketahui perubahan daya beli secara murni tanpa dipengaruhi inflasi. Daya beli Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2011 sebesar 590,23 ribu rupiah. Ar nya, rata-rata penduduk Sorong Selatan memiliki kemampuan membeli barang dan jasa sebesar 590,23 ribu rupiah se ap bulannya. Atau dengan kata lain, rata-rata penduduk Sorong Selatan berbelanja sebesar 590,23 ribu rupiah se ap bulan. Daya beli Kabupaten Sorong Selatan masih berada di bawah angka Provinsi Papua Barat dengan selisih sebesar 9,05 ribu rupiah dan dengan Kota Sorong sebagai kota dengan daya beli penduduk ter nggi terpaut selisih cukup besar yaitu 48,47 ribu rupiah. Namun daya beli penduduk Sorong Selatan masih lebih nggi dari 4 kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Tambrauw, Raja Ampat, Maybrat dan Manokwari. Menariknya, daya beli penduduk Sorong Selatan masih lebih nggi dibandingkan penduduk Manokwari, yang merupakan ibukota provinsi. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 28

ANALISIS IPM Gambar 3.7 Daya Beli menurut Kabupaten/Kota di Papua Barat Tahun 2011 638.70 562.22 583.20 589.12 590.23 592.30 599.28 600.33 600.62 601.27 601.97 443.07 Sumber : BPS 3.2 Perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 dan Komponennya Perbandingan berdasarkan regional wilayah sangat besar peranannya untuk melihat posisi rela f IPM Kabupaten Sorong Selatan terhadap kabupaten lain. Dengan adanya data perbandingan antar wilayah sebagaimana telah dipaparkan di subbab sebelumnya, diharapkan angka IPM dapat dipacu untuk lebih di ngkatkan, atau dengan kata lain program pemerintah daerah berbasis peningkatan mutu pendidikan, kesehatan dan ekonomi masayarakat dapat lebih dimaksimalkan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 29

ANALISIS IPM Selanjutnya pada subbab ini akan dipaparkan analisis IPM Kabupaten Sorong Selatan berdasarkan perkembangannya dari tahun ke tahun (trend). Perkembangan IPM Sorong Selatan beserta komponennya pada tahun 2007-2011 akan dianalisis untuk melhat seberapa jauh upaya peningkatan pembangunan manusia di kabupaten ini telah dijalankan. Gambar 3.8 IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 34.62 34.23 33.91 33.69 33.41 65.38 65.77 66.09 66.31 66.59 2007 2008 2009 2010 2011 IPM Masih Harus Dicapai Sumber : BPS Selama tahun 2007-2011, perkembangan IPM di Kabupaten Sorong Selatan menunjukkan peningkatan perlahan. Selama periode tersebut, IPM kabupaten ini terkoreksi sebesar 0.28 poin. Dalam kurun waktu ga tahun terakhir, 2009-2011, angka IPM Kabupaten Sorong Selatan termasuk dalam status kategori pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 30

ANALISIS IPM menengah keatas (66 IPM <80). Hal ini perlu mendapatkan apresiasi posi f, menandakan adanya peningkatan status pembangunan manusia sebagai dampak kebijakan pemerintah. Capaian angka IPM tersebut bukan hanya hasil dari terlaksananya program pemerintah di tahun bersangkutan, namun merupakan hasil dari tercanangkannya program pembangunan manusia di tahun-tahun sebelumnya. Meskipun begitu, dak secara otoma s pemerintah merasa puas terhadap capaian IPM saat ini karena masih ada pekerjaan rumah yang harus diupayakan untuk menuju IPM ideal. Pada tahun 2011, masih ada sekitar 33,41 persen usaha untuk meningkatkan kapasitas dasar penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Tabel 3.1 Komponen IPM Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 TAHUN AHH AMH RLS PPP 2007 66.19 87.90 7.90 582.10 2008 66.33 88.07 7.90 585.70 2009 66.49 88.20 7.94 587.90 2010 66.66 88.32 7.98 588.85 2011 66.82 88.43 8.06 590.23 Sumber : BPS Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 31

ANALISIS IPM Perkembangan IPM selanjutnya akan melihat komponenkomponen mana yang berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan capaian IPM Kabupaten Sorong Selatan. A. Perkembangan Kesehatan Perkembangan komponen kesehatan sebagaimana telah dibahas di bab sebelumnya digambarkan dengan indikator Angka Harapan HIdup (AHH). Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan. Perkembangan AHH tahun 2007-2011 Kabupaten Sorong Selatan meskipun mengalami tren naik namun peningkatannya dak berbeda signifikan. Selama kurun waktu tersebut, pertumbuhan AHH berada pada kisaran 0,2 persen, dengan peningkatan ter nggi terjadi pada tahun 2009-2010 sebesar 0,26 persen. Dengan selisih 0,02 persen, peningkatan AHH Sorong Selatan pada tahun 2010-2011 mencapai 0,24 persen. Perkembangan AHH per tahun di Kabupaten Sorong Selatan tercatat dak melebihi dari satu tahun dalam satu periode jangka waktu satu tahun. Hal ini berar bahwa kondisi angka kema an bayi (infant mortality rate) dalam waktu satu tahun dak mengalami penurunan tajam. Sehingga implikasinya adalah lambatnya kemajuan AHH yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir. Hal ini Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 32

ANALISIS IPM terlihat dari perkembangan AHH yang dak melebihi satu digit dalam kurun waktu satu tahun. B. Perkembangan Pendidikan Perkembangan komponen pendidikan direpresentasikan oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Bobot kedua indikator ini dalam membentuk komponen pendidikan yaitu dua per ga bagian adalah AMH dan seper ga bagian adalah RLS. AMH Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 mencapai 88,43 persen atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2007 hingga 2010. Selama tahun 2007-2011, AMH Sorong Selatan mengalami peningkatan 0,60 persen dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 0,1 persen. Angka buta huruf Sorong Selatan pada tahun 2011 masih tergolong nggi, yaitu sebesar 11,57 persen. Hal ini seringkali disebabkan adanya penduduk yang dak pernah bersekolah maupun putus sekolah sementara belum memiliki kemampuan baca tulis yang baik. Angka RLS di Kabupaten Sorong Selatan dak berbeda jauh dengan dua indikator sebelumnya, bergerak sangat lambat. Pada tahun 2011, RLS Sorong Selatan mencapai 8,06 tahun. Angka ini merupakan capaian ter nggi RLS dengan peningkatan sebesar 1 persen dibandingkan sebelumnya yang hanya meningkat rata-rata 0,5 persen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 33

ANALISIS IPM dalam kurun waktu 4 tahun. Selama 2007-2011, rata-rata penduduk Kabupaten Sorong Selatan hanya mengenyam pendidikan sampai dengan kelas 2 SLTP atau putus sekolah pada kelas 3 SLTP. C. Perkembangan Paritas Daya Beli (PPP) Komponen terakhir yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah dimensi ekonomi yaitu kemampuan untuk hidup layak yang digambarkan dengan paritas daya beli (PPP). Dalam penghitungan daya beli ini telah menggunakan harga yang telah distandarkan dengan kondisi Jakarta Selatan sebagai rujukannya. Hasil penghitungan PPP juga telah di-deflate dengan IHK tahun 1989 agar PPP dak terpengaruh oleh perubahan harga, sehingga harus dihitung berdasarkan harga konstan pada tahun dasar tertentu. PPP Kabupaten Sorong Selatan tahun 2011 adalah sebesar 590,23 ribu rupiah meningkat dibandingkan tahun 2010 yang mencatat PPP sebesar 588,85 ribu rupiah. Terjadi peningkatan PPP dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 1,40 persen. Kenaikan PPP ini diperkirakan dipengaruhi oleh semakin ngginya kebutuhan hidup dengan adanya kenaikan pendapatan. Hal ini menjadi daya dukung bagi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan menjadi lebih baik. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 34

ANALISIS IPM Tabel 3.2 IPM dan Reduksi Shor all Tahun 2007-2011 Tahun IPM Reduksi Shor all 2007 65.38 4.14 2008 65.77 1.13 2009 66.09 0.94 2010 66.31 0.66 2011 66.59 0.82 Sumber : BPS Reduksi Shor all ditujukan untuk melihat kemajuan atau kemunduran dari pencapaian sasaran pembangunan manusia di suatu daerah selama kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, melalui reduksi Shor all ini dapat dilihat kecepatan perkembangan IPM Kabupaten Sorong Selatan dari tahun ke tahun. Terdapat sebuah kecenderungan dalam pencapaian IPM, jika nilai IPM semakin mendeka nilai maksimumnya (100 persen), maka pertumbuhan akan semakin lambat. Sebaliknya, jika angka capaian IPM masih berada pada level yang rendah maka kemampuan untuk memacu pertumbuhan yang nggi dalam capaian IPM akan lebih mudah. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 35

ANALISIS IPM Pada tahun 2006-2007, reduksi shor all Kabupaten Sorong Selatan mencapai 4,14 persen. Pada tahun-tahun berikutnya, reduksi shor all mengalami perlambatan hanya kisaran 0,66-1,13 persen saja. Tahun 2010-2011 (0,82), capaian reduksi shor all lebih baik dibanding tahun 2009-2010 (0,66). Selama 2007-2010, reduksi shor all kabupaten ini selalu menempa posisi terbawah dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Papua Barat. Hasil ini menggambarkan Sorong Selatan sebagai daerah paling lambat perkembangannya dalam pembangunan manusia. Tahun 2010-2011, Kabupaten Sorong Selatan mengungguli Kabupaten Tambrauw dalam percepatan pembangunan manusia. Dilihat dari share komponen penyusun IPM baik AHH, AMH, RLS dan PPP terhadap kenaikan reduksi shor all pada tahun 2011, hanya komponen RLS dan PPP yang berkontribusi posi f dalam peningkatan reduksi shor all Kabupaten Sorong Selatan. Hal ini menunjukkan telah terjadi perbaikan standar hidup masyarakat dibandingkan tahun 2010 yang secara otoma s meningkatkan kualitas pendidikan (lamanya sekolah) meskipun dak secara dras s. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 36

ANALISIS IPM Gambar 3.9 Indeks Kesehatan, Pendidikan dan Daya Beli Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2007-2011 Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli 0.762 0.763 0.764 0.766 0.769 0.687 0.689 0.692 0.694 0.697 0.513 0.522 0.527 0.529 0.532 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : BPS Di njau dari ke ga komponen yang menyusun IPM, maka kontribusi pendidikan merupakan yang paling besar dibanding kesehatan dan daya beli. Yang memiliki kontribusi terendah adalah daya beli penduduk. Hal ini terlihat dari angka indeks masing-masing komponen. Selama tahun 2007-2011, indeks pendidikan ter nggi dibandingkan dengan angka indeks yang lainnya. Ar nya secara rela f, perkembangan pembangunan manusia Kabupaten Sorong Selatan di bidang pendidikan rela f lebih baik daripada pembangunan manusia di bidang kesehatan dan ekonomi (daya beli). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 37

ANALISIS IPM 3.3 Analisis Kuadran Gambaran tentang keberhasilan pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia di Kabupaten Sorong Selatan dapat diketahui dengan cara membuat diagram kuadran dengan mengkombinasikan capaian nilai Reduksi Shor all sebagai perwakilan keberhasilan pembangunan manusia dan sebagai representasi dari pembangunan ekonomi digunakan indikator pertumbuhan PDRB per Kapita. PDRB per Kapita yang digunakan adalah PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku tanpa migas. Dua indikator yang digunakan sama-sama menunjukkan adanya percepatan/perlambatan pembangunan, baik manusia maupun perekonomian. Benchmark yang digunakan adalah nilai reduksi shor all dan pertumbuhan PDRB per Kapita Provinsi Papua Barat. Pembentukan kuadran merupakan perpotongan antara sumbu absis atau sumbu X (pertumbuhan PDRB per Kapita) dan sumbu ordinat atau sumbu Y (reduksi shor all) dari angka provinsi. Dari perpotongan dua sumbu ordinat tersebut diperoleh empat buah area yang menjadi kuadran-kuadran yang terbagi menjadi beberapa kriteria : Kuadran I : reduksi shor all nggi dan pertumbuhan PDRB per kapita nggi Kuadran II : reduksi shor all nggi dan pertumbuhan PDRB per kapita rendah Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 38

ANALISIS IPM Kuadran III : reduksi shor all rendah dan pertumbuhan PDRB per kapita rendah Kuadran IV : reduksi shor all rendah dan pertumbuhan PDRB per kapita nggi Gambar 3.10 Kuadran antara Pertumbuhan PDRB per Kapita dan Reduksi Shor all IPM untuk Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2011 Sumber : BPS Hasil analisis kuadran menunjukkan posisi Kabupaten Sorong Selatan di dalam kuadran III dengan jarak yang cukup jauh dari k poros yang merupakan pertemuan antara sumbu pertumbuhan PDRB per Kapita dan sumbu reduksi shor all IPM Provinsi Papua Barat tahun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 39

ANALISIS IPM Kuadran III menunjukkan bahwa di Kabupaten Sorong Selatan terjadi hubungan yang lemah antara pertumbuhan PDRB per kapita dan reduksi shor all IPM. Tahun 2011, terjadi pertumbuhan PDRB per Kapita yang rendah yang disertai dengan kemajuan pembangunan manusia yang juga rendah (di bawah capaian Provinsi Papua Barat). Hal ini perlu mendapat perha an serius dari pemerintah daerah. Perkembangan dari sisi ekonomi tampaknya paling realis s mengingat tahun 2010, pertumbuhan PDRB per Kapita Sorong Selatan sebesar 10,77 persen kemudian meningkat sebesar 13,94 persen di tahun 2011. Kabupaten Sorong Selatan memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah, diiringi pertumbuhan sektor-sektor perdagangan dan jasa yang semakin nggi yang kedepannya dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Namun dilain sisi, pembangunan manusia lebih sulit untuk tumbuh secara dras s karena pembangunan manusia adalah investasi jangka panjang dan tanpa dukungan pembangunan ekonomi yang baik maka proses pembangunan manusia juga akan berjalan sangat lambat. Begitu pula sebaliknya, dengan standar kesehatan, pendidikan dan kelayakan hidup yang minim, pertumbuhan ekonomi yang cepat terasa sulit untuk dicapai. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang saling sinergi antara pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 40

ANALISIS IPM sebagai subjek sekaligus objek pelaksana kebijakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dalam wujud investasi pada pembangunan manusia. Yang tak kalah pen ng adalah kesadaran bahwa ke ga aspek pembangunan manusia, baik kesehatan maupun pendidikan adalah harta tak ternilai yang dimiliki agar mampu mengusahakan kehidupan yang layak. Agar manusia mampu memperoleh pendidikan yang baik, mampu bekerja dan menghasilkan pendapatan untuk meningkatkan daya beli, masyarakat harus memiliki fisik yang sehat. Kesehatan adalah modal awal dalam merealisasikan segala aspek kehidupan, terutama yang berhubungan dengan pengembangan dan aktualisasi pribadi. Pendidikan adalah sarana aktualisasi, baik dalam rangka eksistensi kemanusiaan maupun materi. Long life educa on mutlak harus dilakukan agar manusia dak mengalam stagnasi. Akhirnya, terjaminnya mutu kesehatan dan pendidikan masyarakat akan bermuara pada tercapainya kelayakan hidup, baik materi maupun non materi sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera, produk, berdaya saing dalam pembangunan bangsa dan negara. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 41

PENUTUP BAB IV PENUTUP Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dari analisis IPM yang telah dilakukan. Selain itu, diajukan juga beberapa saran berdasarkan kesimpulan yang telah didapat. 4.1 Kesimpulan Dari analisis IPM yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada tahun 2011, dengan IPM sebesar 66,59, Kabupaten Sorong Selatan berada dalam kategori IPM Menengah-Atas dan berada pada peringkat regional ke-7 dari 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua Barat, peringkat ini dak berubah dari tahun 2010. 2. Terjadi peningkatan IPM selama kurun waktu 2007-2011, dengan perbaikan angka reduksi shor all pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan terjadi percepatan kenaikan angka IPM pada tahun 2011. 3. AHH Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2011 sebesar 66,82. Terjadi peningkatan sebesar 0,24 persen dibandingkan tahun 2010 meskipun angka ini masih dibawah AHH Provinsi Papua Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sorong Selatan 2011 42