HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

dokumen-dokumen yang mirip
Kondisi Hematologik Itik Cihateup..Intan Maulidina

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Makro Ileum. Tabel 6. Rataan Panjang dan Diameter Ileum Itik Cihateup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5:

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Asam Urat Darah Itik Cihateup Fase Grower

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras adalah salah satu ayam

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata ala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Nekrosis Sel-Sel Ileum Itik Cihateup Fase Grower

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu pencemaran lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone

TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci termasuk hewan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik dan

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kedu termasuk ragam ayam kampung dari spesies Gallus gallus yang

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT PADA BERBAGAI JENIS ITIK LOKAL TERHADAP PENAMBAHAN PROBIOTIK DALAM RANSUM

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. namun tiap tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anotomi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

STATUS HEMATOLOGIS PADA DOMBA EKOR GEMUK JANTAN YANG MENGALAMI TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

POLA HUBUNGAN ANTARA JUMLAH RETIKULOSIT DENGAN MEAN CORPUSCULAR VOLUME (MCV) Oleh Nugroho Tristyanto Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

Transkripsi:

50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini : Tabel 5. Hasil Pengamatan Kadar hemoglobin Itik Perlakuan R K FA FB FC. g/dl... 1 8,80 9,00 10,00 9,40 2 8,20 9,40 9,20 9,50 3 8,20 9,20 8,40 8,80 4 9,00 9,30 9,40 9,80 5 8,30 9,80 9,30 9,50 6 8,80 9,70 9,60 9,30 Rata-rata 8,55±3,46 9,40±0,30 9,32±0,53 9,38±0,66 Ket: K = Tanpa Pemberian FA = konsentrasi Fructooligosaccharide 50 µl FB = konsentrasi Fructooligosaccharide 75 µl FC = konsentrasi Fructooligosaccharide 100 µl Berdasarkan hasil analisis varians polynomial orthogonal pada Lampiran 1 menunjukan bahwa pemberian FOS level berbeda terdapat pengaruh hemoglobin itik. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hemoglobin telah dilakukan uji contras orthogonal, dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil uji contras orthogonal disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Signifikansi Kadar Hemoglobin Itik pada level pemberian FOS yang berbeda No. Perlakuan Rata-rata Signifikansi 1 K 8,55 a 2 FB 9,32 b 3 FC 9,38 b 4 FA 9,40 b Keterangan : Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,05) Data pengamatan pada Tabel 6, tampak bahwa rata-rata kadar hemoglobin itik cihateup fase grower tanpa perlakuan dan yang diberi perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Kadar Hb Itik Cihateup tanpa pemberian FOS berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah yaitu 8,55 g/dl dibandingkan, dengan kelompok itik yang diberi perlakuan. Kelompok-kelompok itik yang diberi FOS dengan berbagai level yang berbeda, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemeliharaan itik dengan cara minim air maka ternak akan menyebabkan stress sehingga akan meningkatkan penggunaan asam amino menjadi energy. Dengan demikian sintesis hemoglobin menjadi turun. Seperti diketahui bahwa pemberian FOS akan meningkatkan hemoglobin, karena FOS dapat mening katkan enzim proteolitik. Efisiensi asam amino didalam usus akan meningkat, maka dari itu ketika hemoglobin meningkat maka pembentukan sel-sel darah merah (eritropoesis) meningkat. Mekanisme eritropoiesis atau pembentukan eritrosit berasal dari sel hemositoblast yang secara kontinyu dibentuk dari sel induk primordial terdapat di sumsum tulang (Guyton, 1997). Hemositoblast membentuk eritroblast basofil yang mulai mensintesis hemoglobin, kemudian menjadi 51

52 eritroblast polikromatofilik yang mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin sehingga inti sel menyusut menjadi normoblast karena sitoplasma normoblast terisi hemoglobin. Sturkie (1976), melaporkan kadar hemoglobin itik betina sebesar 12,7 g/100 ml darah. Hal tersebut kemungkinan yang mempengaruhi nilai hematokrit yaitu spesies, genetik dan umur itik. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe) dalam tubuh karena Fe merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul heme. Fe diangkut oleh transferin ke mitokondria, tempat dimana heme di sintesis. Jika tidak terdapat transferin dalam jumlah cukup, maka kegagalan pengangkutan Fe menuju eritoblas dapat menyebabkan anemia hipokromik yang berat, yaitu penurunan jumlah eritrosit yang mengandung lebih sedikit hemoglobin (Guyton, 1997). Gangguan dalam pembentukan eritrosit dapat mempengaruhi kadar hemoglobin itik. Hal ini sesuai pernyataan (Wardhana dkk., 2001), bahwa pengaruh kadar hemoglobin dapat disebabkan oleh kerusakan eritrosit, penurunan produksi eritrosit dan dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran eritrosit. Natalia (2008), menyatakan kadar hemoglobin berjalan sejajar dengan jumlah eritrosit. Kadar Hb kelompok itik yang sedang mengalami stress minim air maupun panas dengan tanpa pemberian FOS berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok itik yang diberi tambahan FOS, merupakan indikasi meningkatnya laju perombakan asam amino methionine menjadi suksenil co-a. Proses perombakan ini meningkat sebagai manifestasi penyediaan energi

melalui jalur gluconeogenesis. Menurut Kegley dan Spears (1995) peningkatan gluconeogenesis bagi ternak yang stress meelibatkan perombakan asam-asam 53 amino antara lain methionine sebagai sumber energi. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa dalam siklus krebs methionine dirombak menjadi suksenil co- A. diketahui bahwa methionine merupakan prekusor utama sintesis Hb (Chriansen dkk., 2007). Hasil penelitian terdahulu yang dilaporkan oleh Kaume (2011) dikemukakan bahwa FOS mampu meningkatkan laju anabolisme atau dapat mencegah aktifnya lintasan gluconeogenesis. Berdasarkan fakta ini maka dapat dipastikan bahwa penurunan gluconeogenesis sebagai dampak pemberian FOS, menyebabkan pemakaian methionine sebagai sumber energy menjadi rendah, dengan demikian prekursor sintesis Hb tidak berkurang. 4.2. Jumlah Eritrosit dan Hematokrit Itik Cihateup Fase Grower yang diberi FOS Data hasil pengamatan jumlah eritrosit dan nilai hematokrit itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

54 Tabel 7. Hasil pengamatan Jumlah Eritrosit dan Hematokrit Itik R Perlakuan Fructooligosaccharide (FOS) K FA FB FC E(x10 4 ) H(%) E(x10 4 ) H(%) E(x10 4 ) H(%) E(x10 4 ) H(%) 1 231 43 224 48 212 45 216 48 2 221 45 217 47 213 45 231 46 3 200 44 219 45 251 48 225 47 4 202 44 223 46 223 47 223 46 5 247 43 225 47 219 46 218 47 6 223 42 222 46 213 48 224 46 Ratarata 220,60± 43,5± 221,67± 46,5± 221,83± 46,5± 222,83± 17,78 1,04 3,07 1,04 14,91 1,37 5.34 Ket= K = Tanpa Perlakuan FA = konsentrasi Fructooligosaccharide 50 µl FB = konsentrasi Fructooligosaccharide 75 µl FC = konsentrasi Fructooligosaccharide 100 µl E = Eritrosit H = Hematokrit 46,67± 0,81 Berdasarkan hasil analisis varians polynomial orthogonal pada Lampiran 1 menunjukan bahwa pemberian FOS level berbeda terdapat pengaruh hematokrit itik. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hematokrit telah dilakukan uji contras orthogonal, dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil uji contras orthogonal disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Signifikansi Nilai Hematokrit Itik Pada Level Pemberian FOS Yang Berbeda P Rata-rata Signifikansi K 43,50 a FA 46,50 b FB 46,50 b FC 46,67 b Keterangan : Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil analisis polynomial orthogonal pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa pemberian FOS level berbeda tidak terdapat pengaruh pada

55 jumlah eritrosit itik. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah eritrosit dan nilai hematokrit telah dilakukan uji contras orthogonal pada Lampiran 2. Hasil uji contras orthogonal dapat dilihat pada Tabel 8. Data pengamatan pada Tabel 7 rata-rata jumlah eritrosit itik cihateup fase grower dengan tanpa perlakuan dan yang diberi perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil analisis varians menunjukkan bahwa kelompok itik yang tidak diberi perlakuan dengan yang diberi perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,05) terhadap nilai hematokrit itik cihateup. Ketika insulin meningkat terjadi jumlah sel dan ukuran yang lebih besar. Dalam keadaan stress meningkatkan kortisol maka akan menurunkan anabolisme. Ketika anabolisme menurun maka terjadi kerusakan sel-sel darah merah dan akan mengalami gangguan metabolisme. Nilai hematokrit meningkat karena meningkatnya anabolisme, sehingga yang meningkat bukan hanya jumlah sel tetapi ukurannya juga meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sturkie, 1976) bahwa kadar hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, status nutrisi, keadaan hipoksia, jumlah eritrosit dan ukuran eritrosit. Kortisol meningkat maka akan meningkatkan anabolisme sehingga ketika itik tanpa pemberian FOS hasil analisis lebih kecil dibanding dengan pemberian FOS. Nilai hematokrit itik tanpa diberi perlakuan nilainya lebih kecil dibandingkan dengan yang diberi perlakuan, itu karena terjadi gangguan metabolisme di darah sehigga nilai hematocrit tanpa diberi perlakuan lebih kecil dibanding dengan yang

56 diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan nilai hematokrit berubah sejalan dengan perubahan erirosit. Secara normal, jumlah eritrosit berkorelasi positif dengan nilai hematokrit. Besarnya nilai hematokrit dipengaruhi oleh bangsa dan jenis ternak, umur dan fase produksi, jenis kelamin ternak, penyakit, serta iklim setempat (Sujono, 1991). Naik turunnya nilai hematokrit tergantung pada volume sel-sel darah yang dibandingkan dengan volume darah keseluruhan (Swenson, 1977). Jumlah eritrosit normal pada itik yaitu 3,06 10 4 /μl (Biester dan Schwarte, 1965). Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang pembentukkan eritrosit (eritropoiesis) dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang (Meyer dan Harvey, 2004). Protein merupakan unsur utama dalam pembentukan eritrosit darah. Enzim protease dalam tubuh merupakan enzim ekstraseluler yang berfungsi menghidrolisis protein menjadi asam amino yang dibutuhkan tubuh. (Wardhana dkk., 2001), menyatakan bahwa kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam amino yang membantu proses pembentukan eritrosit akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan atau nilai gizi yang berkurang pada pakan yang diberikan sehingga akan mempengaruhi organ yang berperan dalam produksi sel darah. Efek dari gagalnya proses pembentukan eritrosit mengakibatkan bentuk makrosit yang tidak teratur dan memiliki membran sangat tipis, besar, bentuknya

57 oval berbeda dengan bentuk normal yaitu lempeng cekung (Guyton, 1997). Hal ini berpengaruh dalam pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh, bentuk makrosit pada itik yang tidak sempurna akan mudah lisis yang mengakibatkan masa hidup eritrosit bertambah pendek. Selain itu faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah eritrosit diantarannya yaitu umur, nutrisi, volume darah, spesies, dan ketinggian tempat, musim, waktu pengambilan sampel, jenis antikoagulan juga dapat mempengaruhi jumlah eritrosit (Jain, 1993; Swenson, 1997). 4.3. Jumlah Leukosit Itik Cihateup Data hasil pengamatan jumlah eritrosit itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 9. Hasil pengamatan Jumlah Leukosit Itik Perlakuan R (x10 2 ) Butir. K FA FB FC 1 113,3 85,00 82,70 85,90 2 115,5 82,10 81,30 92,00 3 112,6 80,90 83,60 73,10 4 153,5 83,20 82,60 83,30 5 90,70 82,60 82,10 84,30 6 113,2 81,80 82,70 81,40 Rata-rata 116,46±20,35 82,60±1,40 82,50±0,76 83,33±6,18 Ket= K = Tanpa Pemberian FA = konsentrasi Fructooligosaccharide 50 µl FB = konsentrasi Fructooligosaccharide 75 µl FC = konsentrasi Fructooligosaccharide 100 µl Berdasarkan hasil analisis varians polynomial orthogonal pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa pemberian FOS level berbeda terdapat pengaruh pada

jumlah leukosit itik. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah leukosit telah dilakukan uji contras orthogonal, dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil uji contras orthogonal disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Signifikansi Leukosit Itik Pada Level Pemberian FOS yang Berbeda Perlakuan rata-rata Signifikansi FB 82,50 b FA 82,60 b FC 83,33333 b K 116,4667 a Keterangan : Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil analisis polynomial orthogonal pada lampiran. 1 menunjukan bahwa pemberian FOS level berbeda tidak terdapat pengaruh pada jumlah leukosit itik. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah leukosit telah dilakukan uji contras orthogonal pada lampiran 2. Hasil uji contras orthogonal dapat dilihat pada Tabel 9. Data pengamatan pada Tabel 9 rata-rata jumlah leukosit itik cihateup fase grower tanpa perlakuan dan yang diberi perlakuan FOS berbeda nyata (P<0,05). Ketika itik mengalami cekaman panas yang tinggi maka akan mengalami stress, sehingga kortisol akan naik dan menghambat laju pembentukan limposit, dengan laju pembentukan limposit yang lebih tinggi, tetapi meningkatkan netrofil. Itu sebabnya ketika stress meningkat yang masih bisa di tolerir yaitu peningkatan sel darah putih atau leukosit karena ada beberapa komponen yaitu kadar netrofil meningkat. Sebagaimana diketahui bahwa netrofil itu diferensiasi dari leukosit. 58

59 Jumlah leukosit yang diberi perlakuan lebih rendah karena FOS bisa menurunkan kortisol. Pembentukan neutrophil menjadi normal. Kondisi fisiologis tubuh dapat mempengaruhi jumlah limfosit itik, diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan. (Kusumawati, 2003) menyatakan bahwa kondisi fisiologi tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, yang termasuk faktor genetik adalah bangsa dan faktor lingkungan adalah pakan. Hal ini dapat membedakan faktor genetik dan faktor lingkungan dari jenis itik lokal betina dalam pembentukan limfosit maka jumlah limfosit berbeda. Peran penting mikroflora saluran pencernaan serta manfaatnya bagi kesehatan ternak telah lama diketahui, meskipun mekanisme kerja mikroflora saluran pencernaan tersebut tidak diketahui secara pasti namun semua ahli sepakat bahwa keseimbangan antara mikroba yang bermanfaat dengan mikroba patogen merupakan faktor penting dalam kesehatan ternak, jika keseimbangan ini terganggu maka tidak akan mempengaruhi kesehatan ternak (Snoeyenbos, 1987). Probiotik dapat meningkatkan sistem imun dengan penurunan populasi mikroba pathogen di dalam saluran pencernaan. Prebiotik berfungsi dengan baik, maka probiotik akan terkendali sehingga mampu menstimulasi sistem imunitas yang dapat meningkatkan jumlah leukosit (Budiansyah, 2004).