CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan - yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis. Pembangunan sistem merupakan pembangunan yang mengintegrasikan pembangunan sektor pertanian (dalam arti luas) dengan pembangunan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri ( industrial cluster) yang mencakup lima subsistem, yaitu subsistem hulu, subsistem tani/ternak, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem jasa. Sebagai suatu sistem, kelima subsistem beserta - di dalamnya harus berkembang secara simultan dan harmonis (Gambar 1). Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam kaitan ini, pembangunan sistem dan diarahkan untuk mendayagunakan keunggulan komparatif ( comparative advantage) Indonesia menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage). Pelaku utama adalah petani dan dunia meliputi rumah tangga, kelompok,, menengah, maupun besar. Pelaku tersebut merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan itu sendiri mulai dari identifikasi yang kemudian diterjemahkan kedalam proses produksi. Pengembangan peran diterjemahkan sebagai upaya meningkatkan kuantitas, kualitas manajemen, dan kemampuan untuk melakukan secara mandiri, dan memanfaatkan peluang. Pemerintah berkewajiban memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya - tersebut. Sistem dan - yang dikembangkan harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis. Berdaya saing, dicirikan antara lain berorientasi, meningkatnya pangsa khususnya internasional dan mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal ( capital driven), pemanfaatan teknologi (innovation driven) serta kreativitas sumberdaya manusia terdidik ( skill driven) dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor driven). Berkerakyatan, dicirikan antara lain dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki atau dikuasai rakyat banyak, menjadikan organisasi ekonomi dan jaringan organisasi ekonomi rakyat banyak menjadi pelaku utama CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004 : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 77
pembangunan sehingga nilai tambah yang tercipta dinikmati secara nyata oleh rakyat banyak. Berkelanjutan, dicirikan antara lain memiliki kemampuan merespon perubahan yang cepat dan efisien, berorientasi kepentingan jangka panjang, inovasi teknologi yang terus menerus, menggunakan teknologi ramah dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan hidup. Subsistem Agribisnis Hulu Subsistem Usahatani Subsistem Pengolahan Subsistem Pemasaran Industri perbenihan/ pembibitan tanaman/ hewan Industri agrokimia Industri agrootomotif Usaha tanaman pangan dan hortikultura Usaha tanaman perkebunan Usaha peternakan Industri makanan, industri minuman Industri rokok Industri barang serat alam, industri biofarmaka Industri agrowisata dan estetika Distribusi, promosi, informasi Intelejen Kebijakan perdagangan Struktur Subsistem Jasa Perkreditan dan asuransi Penelitian dan pengembangan Pendidikan dan penyuluhan Transportasi dan pergudangan Kebijakan pemerintah (mikro ekonomi, tata ruang, makro ekonomi) Gambar 1. Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis Desentralistis, dicirikan antara lain berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya pelaku ekonomi lokal, kemampuan pemerintah daerah sebagai pengelola utama pembangunan dan meningkatnya bagian nilai tambah yang dinikmati rakyat lokal. Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 77-83 78
Penjabaran visi yang mencakup kondisi awal, kendala pokok dan kegiatan pokok pembangunan sistem dan terangkum pada Tabel 1. Misi Pembangunan Pertanian Misi yang terus dilaksanakan untuk mewujudkan visi pembangunan pertanian adalah membangun suatu sistem dan - yang mencakup subsistem hulu, subsistem tani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem jasa penunjang. Sesuai dengan penjabaran visi (Tabel 1), maka visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai berikut : Tabel 1. Penjabaran Visi dan Kegiatan Pembangunan Sistem Agribisnis Sasaran Indikator (Visi) Keberhasilan Sistem Keterkaitan Agribisnis dan sinkronisasi kegiatan antar subsektor Perkembanga n yang seimbang dan simultan antar subsektor Distribusi profit marjin yang adil antar subsektor dan subsistem Kondisi Awal Antar subsistem tersekat-sekat Antar subsektor tidak terkait/ sinkron Distribusi profit marjin antar subsektor dan subsistem tidak adil Kendala Pembanguna n dikelola oleh banyak sektor Sektor di luar pertanian mendukung pengembang an Sistem yang distortif Kegiatan Pengembangan forum koordinasi antar sektor Perumusan kebijakan yang seimbang antar sektor dan subsistem Pengembangan kelembagaan pemasaran yang transparan Usaha Bertambahny Agribisnis a unit Meningkatny a kualitas manajemen Meningkatny a volume Meningkatny a kemandirian Jumlah unit sedikit Kualitas manajemen rendah Volume rendah dan tidak kontinyu Kemandirian Kurang dukungan kebijakan pengemban gan (moneter, riil, sektoral) Iklim kondusif Meningkatkan promosi Mengembangka n sistem informasi peluang investasi Mengembangka n fasilitas pendukung dalam infrastruktur, permodalan, dan CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004 : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 79
informasi Kebijakan fiskal dan moneter yang memihak Tabel 1. Lanjutan Sasaran (Visi) Berdaya Saing Indikator Keberhasilan Meningkatnya efisiensi teknis dan ekonomis Meningkatnya mutu produk Meningkatnya pelayanan terhadap pelanggan Turunnya biaya produksi Meningkatnya kepercayaan Kondisi Awal Sebagian inefisien Mutu produk rendah Tidak mampu bersaing di global Kendala Skala terlalu kecil Teknologi konvension al Penguasaan lemah Kegiatan Peningkatan produksi (ektensifikasi dan intensifikasi) Pengembangan teknologi biologis dan budidaya Peningkatan mutu produk Pengembangan teknologi hemat input Pengembangan teknologi ramah Meningkatkan promosi Berkerakyatan Berkembangnya UKM dan Mempunyai dampak ganda yang besar Meningkatnya lapangan kerja dan pendapatan bagi mayoritas masyarakat Berkembangnya ekonomi pedesaan Peran UKM dan kecil Usaha lebih banyak di perkotaan Keterampila n/ kewiraswast aan UKM dan rendah Kurang dukungan dalam pengemban gan UKM dan Keterbatasa n infrastruktur di pedesaan Pengembangan UKM dan Pengembangan jiwa wira di bidang agribisis Perlindungan UKM dan melalui mekanisme yang adil Pengembangan kualitas SDM Meningkatkan kemandirian Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 77-83 80
Pengembangan infrastruktur di pedesaan Tabel 1. Lanjutan Sasaran (Visi) Berkelanjutan Desentralistis Indikator Keberhasilan Peran terus berkembang dan meningkat volume dan nilai tambahnya Peran mampu mengantisipasi perubahan permintaan Meningkatnya kapasitas sumberdaya dan kelestarian sumberdaya alam Kualitas hidup meningkat Dilaksanakanny a UU No.22 dan PP25 Pembangunan sesuai dengan kondisi sumberdaya dan aspirasi masyarakat Kondisi Awal Usaha bersifat peka terhadap goncangan Belum memperhati kan kelestarian Belum berorientasi Aspirasi masyarakat cenderung belum terakomodir Penciptaan kemandirian Kendala Dukungan kebijakan dan cenderung tidak konsisten Struktur transparan Tidak ada sistem insentif dalam penerapan teknologi ramah Tidak berdasarkan potensi sumberdaya lokal Perencanaa n pembangun an bersifat topdown Kebijakan pembangun Kegiatan Pengembangan struktur yang transparan dan adil Peningkatan kualitas produk Penerapan teknologi produksi ramah Peningkatan sistem insentif untuk mengembangkan teknologi ramah Perencanan bottom-up Pelaksanaan kegiatan di daerah Pelaksanaan oleh pelaku daerah Pengembangan CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004 : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 81
setempat Tetap mengamankan kepentingan nasional Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya Sumberdaya lokal belum dimanfaatka n secara optimal Partisipasi masyarakat masih rendah an bersifat foot-loose pola pembangunan untuk meningkatkan kemandirian 1. Melakukan sinkronisasi kebijakan agar pembangunan setiap subsistem dapat berkembang secara kuat dan harmonis. 2. Memfasilitasi dan mendorong berkembangnya -uasha dari berbagai tingkatan skala ( mikro rumah tangga, UKM dan besar) baik on-farm maupun off-farm (budidaya, pengolahan dan pemasaran) dan mendorong berkembangnya kerjasama kemitraan bisnis antar dalam konsep saling menguntungkan. 3. Memfasilitasi dan mendorong perkembangan industri hulu (pembi - bitan/perbenihan, industri agro-kimia, industri agro-otomotif). 4. Memfasilitasi dan mendorong pembangunan infrastruktur pertanian/ yang diperlukan agar memberikan iklim kondusif bagi investasi di bidang. 5. Mempromosikan pendayagunaan keragaman sumberdaya alam dan hayati secara optimal dan berkelanjutan. 6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik aparat pemerintah, maupun pelaku khususnya petani. 7. Mempromosikan tumbuh-kembangnya organisasi ekonomi petani dan jaringan nya pada industri hulu dan hilir pertanian. 8. Mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah baik pada industri hulu, tani, perkebunan, peternakan maupun industri hilir pertanian/peternakan/perkebunan. Tujuan Pembangunan Pertanian Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 77-83 82 Tujuan pembangunan pertanian adalah : 1. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani melalui pengembangan sistem dan -. 2. Mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal di setiap daerah. 3. Meningkatkan daya saing produk pertanian dan ekspor hasil pertanian.
4. Mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem dan peran-peran yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis. 5. Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan ber secara adil melalui pengembangan sistem. Strategi Dasar Strategi dasar dalam pembangunan adalah sebagai berikut : 1. Promosi pendalaman dan perluasan struktur sistem (melalui pengembangan cluster industry) dalam rangka transformasi sistem dari factor-driven kepada capital-driven kemudian kepada innovation-driven berdasarkan keunggulan komparatif setiap daerah dan permintaan. 2. Memfasilitasi perkembangan sistem dan melalui pembangunan dan aksesibilitas prasarana dan sarana yang diperlukan. 3. Pemberdayaan rumah tangga (petani), kecil -menengah dan beserta jaringan nya agar mampu menjadi pelaku utama modernisasi sistem dan - yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis. 4. Pengembangan ekonomi, kerjasama internasional, kelembagaan dan perundang-undangan untuk menciptakan iklim dan kepastian ber yang kondusif bagi tumbuh-kembangnya kreativitas rakyat dalam pembangunan sistem dan -. 5. Reposisi peran penelitian dan pengembangan dalam menghasilkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas semua subsistem. 6. Reposisi peran sistem pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM yang berwawasan. 7. Pemahaman ulang ( reeducation) tentang konsep terhadap aparat pemerintah dan masyarakat umum, serta pemberdayaan kemampuan aparat pemerintah dalam bentuk team work agar mampu menjadi fasilitator, mediator, dan promotor pembangunan sistem dan -. 8. Penguatan koordinasi baik dalam lingkup Departemen Pertanian maupun luar Departemen Pertanian untuk menciptakan suatu harmoni pembangunan. Keharmonisan dengan instansi lain dibutuhkan, karena sebagian besar komponen pembangunan (khususnya di hulu dan di hilir) berada di bawah wewenang instansi lain terkait. Koordinasi yang harmonis juga diperlukan antar pusat dan daerah (propinsi dan kabupaten) sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 22, 1999. 9. Menjadikan kabupaten sesuai dengan keunggulannya sebagai unit perencanaan dari awal perencanaan pembangunan pertanian secara nasional. Apabila suatu sistem dapat diterapkan secara utuh dalam satu CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004 : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 83
kabupaten/kota, maka tanggung jawab pembangunan sistem dapat sepenuhnya diserahkan pada kabupaten. Apabila kondisi sistem tersebut melibatkan berbagai kabupaten/kota, maka perencanaannya dikoordinasikan oleh tingkat propinsi. Demikian pula bila melibatkan berbagai propinsi, perencanaannya sebaiknya dikoordinasikan oleh tingkat nasional. Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 77-83 84