GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI KABUPATEN TORAJA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU, SIKAP IBU, DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK PRASEKOLAH DI KABUPATEN TORAJA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR DITINGKAT RUMAH TANGGA DAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA SMA DI KABUPATEN GOWA

PENDAHULUAN Remaja adalah anak yang berusia tahun. 1 Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Susi Akper YPSBR Bulian *KorespondesiPenulis:

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Febby Mandira dan Yvonne M. Indrawani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

PERBEDAAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA SISWA SMA (Survei pada Siswa Kelas XI SMAN 8 Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan perilaku makan dan gaya hidup yang salah. Kebiasaan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH SERTA STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 1 MATTIROBULU KECAMATAN MATTIROBULU KABUPATEN PINRANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN REMAJA. Di SMAN 1 Pulung Ponorogo

KECUKUPAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 KUANTAN HILIR

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWI-SISWI OQ MODELLING SCHOOL

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

GAMBARAN TENTANG PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK DALAM KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA KELAS 4 DI SDN 04 CIANGSANA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI RSKIA X KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN DAN POLA KONSUMSI SAYUR DAN BUAH REMAJA DI MAKASSAR Description of the Knowledge, Attitudes, and Availability of Vegetable and Fruit Consumption Patterns of Adolescents in Makassar Nurdianah Achmad, Veni Hadju, Abdul Salam Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (nurdianachmadfkmgizi@ymail.com, vhadju@indosat.net.id, salam_skm@yahoo.com, 55653) ABSTRAK Konsumsi sayur dan buah pada remaja masih banyak yang belum memenuhi rekomendasi WHO sebesar gram perhari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan di tingkat rumah tangga dan pola konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA di makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 3 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 3 responden yang memiliki konsumsi sayur dan buah yang kurang yaitu SMAN 6 Makassar sebanyak 97,3% dan SMAN Makassar sebanyak 97,5%. Responden di SMAN 6 yang berpengetahuan baik sebanyak 63,% sedangkan responden dari SMAN makassar yang berpengetahuan kurang sebanyak 5,5%. Responden yang memiliki sikap positif di SMAN 6 Makassar sebanyak 55% sedangkan di SMAN Makassar yang memiliki sikap negatif sebanyak 5,%. Responden di SMAN 6 Makassar yang memiliki ketersediaan sayur dan buah yang baik sebanyak 57,7% sedangkan responden di SMAN Makassar yang memiliki ketersediaan sayur dan buah yang kurang baik sebanyak 56%. Disimpulkan bahwa dari 3 responden tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pengetahuan, sikap, ketersediaan sayur dan buah di tingkat rumah tangga dan pola konsumsi sayur dan buah pada remaja SMAN 6 dan SMAN Makassar. Kata kunci : Pengetahuan, sikap, ketersediaan, pola konsumsi ABSTRACT Fruit and vegetable consumption in adolescents are still many who do not meet the WHO recommendation of grams per day. The purpose of this study to describe the knowledge, attitudes, availability at the household level and pattern of fruit and vegetable consumption in adolescents high school in Makassar. This type of research is descriptive research. Sampling was done by using the Proportionate stratified random sampling with a sample of 3 people. The sampling method used in this study is accidental sampling. The results of this study showed that of the 3 respondents who had a fruit and vegetable consumption is less SMAN 6 Makassar as much as 97.3% and SMAN Makassar as much as 97.5%. Respondents were knowledgeable in SMAN 6 well as 63.% whereas respondents from SMAN Makassar less knowledgeable as much as 5.5%. Respondents who have a positive attitude in SMAN 6 Makassar as much as 55%, while in SMAN Makassar who have a negative attitude as much as 5.%. Respondents in SMAN 6 Makassar who have the availability of vegetables and fruits as much as 57.7%, while both respondents in SMAN Makassar, which has the availability of vegetables and fruits are not good as much as 56%. Concluded that of the 3 respondents there were no significant differences between knowledge, attitudes, availability of fruits and vegetables at the household level and pattern of fruit and vegetable consumption among adolescents and young SMAN 6 and SMAN Makassar Keywords : Knowledge, attitude, availability, consumption patterns

PENDAHULUAN Sayur dan buah merupakan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi, tetapi jarang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia khususnya remaja dan dewasa, padahal Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sayur dan buah. Apabila kekurangan dalam mengonsumsi sayur dan buah dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan tidak seimbangnya asam basa tubuh, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Sejumlah besar faktor penentu telah dipelajari di antara anak-anak dan remaja. Faktor yang didukung oleh bukti yaitu usia, jenis kelamin, posisi, sosial-ekonomi, preferences, asupan orang tua, dan ketersediaan di rumah/ aksesibilitas. Anak perempuan dan anak-anak yang lebih muda cenderung memiliki konsumsi yang lebih tinggi atau lebih sering asupan dibandingkan anak laki-laki dan anak-anak yang lebih tua. Posisi, sosial-ekonomi, preferensi, asupan orang tua, dan ketersediaan di rumah/ aksesibilitas semua adalah secara konsisten positif yang berhubungan dengan asupan. Kurangnya konsumsi sayur dan buah diperkirakan akan menjadi penyebab kanker gastrointestinal sebesar 9%, penyakit jantung iskemik sebesar 3%, dan stroke sebesar % di seluruh dunia. Setiap tahunnya sekitar,7 juta warga dunia meninggal akibat rendah konsumsi sayur dan buah. Rendahnya konsumsi kedua sumber serat tersebut menjadikannya masuk ke dalam besar faktor penyebab kematian dunia. 3 World Health Organization (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah gr per orang per hari, yang terdiri dari 5 g*) sayur dan 5 g**) buah. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayur dan buah 3- g per orang per hari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan -6 g per orang per hari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah konsumsi sayur dan buah tersebut adalah porsi sayur. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kurang konsumsi sayur dan buah tahun 7 hingga 3 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti yaitu dari 93,6% menjadi 93,5%. Provinsi Sulawesi Selatan tahun 7 dan 3 mengumpulkan data yang sama yaitu melakukan analisis kecenderungan proporsi penduduk umur tahun yang mengonsumsi kurang sayur dan buah. Dari data Riskesdas 3 ditemukan bahwa perubahan yang paling menonjol terjadi di Gorontalo, dengan proporsi kurang konsumsi sayur dan buah semakin meningkat dari 3,5% menjadi 9,5%, demikian juga denga provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami peningkatan dari 93,7% menjadi sekitar 96%. 5

Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan tahun 7 menunjukan bahwa prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah pada penduduk umur tahun khususnya di Makassar mencapai 9%. 6 SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) provinsi Sulawesi Selatan tahun mengumpulkan data tentang pola konsumsi penduduk terhadap makanan yang menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling tinggi konsumsi makanannya adalah Kabupaten Toraja Utara yaitu 6,9%, dibandingkan dengan Makassar yang hanya 7,3%. 7 Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut WHO (5), yang dikatakan usia remaja adalah antara -9 tahun. Remaja sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat mencapai kematangan seksual. Masa remaja merupakan satu fase yang penting dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kondisi seseorang pada masa dewasa banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan karena berperilaku membatasi asupan gizi guna mempertahankan bentuk tubuh yang dianggap ideal. 9 Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan di tingkat rumah tangga dan pola konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA di Makassar. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini adalah di SMAN 6 Makassar (kota) dan SMAN Makassar (pinggir kota) dan dilaksanakan pada bulan April-Mei. Jumlah populasi secara keseluruhan adalah 35 siswa. Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling dan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan jumlah sampel 3 orang. Pengumpulan data primer diperoleh dari jawaban responden pada kuisioner yang diberikan pada responden dan hasil wawancara dengan kuesioner semi quantitative food frekuency. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 3

dan SMA lokasi penelitian berupa kepustakaan yang mendukung penelitian ini dan gambaran umum sekolah. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dengan analisis descriptive crosstabs. Data disajikan menggunakan tabel. HASIL Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 3 orang, dimana responden kelas X sebanyak 5 orang dan kelas XI sebanyak 57 orang dari kedua sekolah. Menurut jenis kelamin, sampel terbanyak adalah perempuan. Menurut jenis kelamin, sampel terbanyak adalah perempuan. Dari SMAN 6 Makassar, sampel perempuan sebanyak siswa (59,%) sedangkan dari SMAN Makassar, sampel perempuan sebanyak siswa (6,%) (Tabel ). Berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sampel termuda berusia tahun dan yang tertua berusia tahun. sampel terbanyak ialah yang berumur 6 tahun dan yang paling sedikit berumur tahun. Dari SMAN 6 Makassar yang berumur 6 tahun sebanyak 96 siswa (6,%) dan yang berumur tahun sebanyak siswa (,3%). Sedangkan dari SMAN Makassar yang berumur 6 tahun sebanyak siswa (5,3%) dan berumur tahun sebanyak siswa (,6%) (Tabel ). Umumnya, responden berasal dari suku Bugis-Makassar. Sebagian besar pekerjaan ayah responden bekerja sebagai wiraswasta dari SMAN 6 makassar sebanyak 59 siswa (39,6%) sedangkan dari SMAN Makassar sebanyak 69 siswa (3,%). Jumlah ayah dari sampel menjadi 96 orang sebab orang telah meninggal. Dan sebagian besar ibu dari responden tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga. Dari SMAN 6 Makassar sebanyak siswa (59,%) sedangkan dari SMAN Makassar sebanyak 3 siswa (7,%). Jumlah ibu dari sampel juga menjadi 5 orang sebab 3 orang telah meninggal (Tabel ). Persentasi konsumsi sayur dan buah dari keseluruhan responden masih sangat kurang. Dapat dilihat dari presentasi kurang konsumsi sayur dan buah lebih tinggi di SMAN Makassar yaitu 97,5% dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar sebanyak 97,3%. Dari persentasi tersebut terlihat bahwa persentasi cukup konsumsi sayur dan buah lebih baik di SMAN 6 Makassar dibandingkan dengan SMAN Makassar (Tabel ). Berdasarkan pengetahuan menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik lebih banyak pada SMAN 6 Makassar sebanyak 63,% sedangkan pada SMAN Makassar lebih banyak yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 5,5%. Jadi pengetahuan sampel yang bersekolah di kota lebik baik daripada sampel yang bersekolah di pinggiran kota (Tabel 3).

Berdasarkan sikap menunjukkan bahwa bahwa lebih banyak responden yang memiliki sikap positif pada SMAN 6 makassar yaitu 55% dan Lebih banyak responden yang memiliki sikap negatif pada SMAN makassar yaitu 5,%. Ini menunjukkan bahwa sikap tentang sayur dan buah lebih baik pada sampel di SMAN 6 Makassar dibandingkan sampel di SMAN Makassar (Tabel ). lebih banyak responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah yang baik di rumah pada SMAN 6 Makassar sebanyak 57,7% dan sedangkan pada SMAN Makassar lebih banyak responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah di rumah kurang baik yaitu sebanyak 56% (Tabel 5). PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pada responden digunakan kuesioner FFQ semi kuantitatif untuk melihat pola konsumsi sayur dan buah. Adapun hasil penelitian yang didapatkan dari kedua sekolah dilihat bahwa konsumsi sayur di SMAN makassar lebih baik yaitu 5% dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar yaitu,7%. Namun rata-rata konsumsi sayur pada responden dari kedua sekolah masih dibawah anjuran Pedoman Gizi Seimbang yakni 5 gr/hari. Sedangkan pada persentase konsumsi buah dari SMAN Makassar lebih baik yaitu,% dibandingkan dengan SMAN 6 Makassar yaitu %. Selanjutnya berdasarkan pada dilihat dari persentase konsumsi sayur dan buah dari SMAN 6 Makassar lebih baik yaitu,7% dibandingkan dengan SMAN Makassar yaitu,5%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah responden pada kedua sekolah masih berada dibawah anjuran Pedoman Gizi Seimbang yakni gr yang terdiri dari 5 gr sayur dan 5 gr buah. Hal ini selaras dengan hasil survei dari Riskesdas provinsi Sulawesi selatan tahun 7 yang menunjukkan bahwa prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah pada penduduk umur tahun khususnya Makassar mencapai 9%. Ini menunjukkan bahwa masih sangat kurang remaja yang baik konsumsi sayur dan buahnya. 6 Penelitian Gustiara juga menunjukkan bahwa konsumsi sayur pada siswa SMAN Pekanbaru kurang dari gr/orang perhari. Frekuensi konsumsi sayur pada siswa juga kurang dari dua kali sehari. Sementara itu konsumsi buah pada siswa adalah kurang dari 3 gr/orang perhari. Frekuensi konsumsi buah masih kurang dari dua kali sehari. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 33 jenis sayur rata-rata sayur dikonsumsi -x/minggu sebanyak jenis dan skor frekuensi sayur yang paling tinggi adalah kangkung (skor,). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayur pada siswa dari kedua sekolah masih kurang dari anjuran Pedoman Gizi Seimbang yaitu 3 porsi perhari. Hal 5

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustiara bahwa jenis sayur yang paling banyak dikonsumsi responden adalah kangkung 36,5% dan bayam 9,%. Sama halnya dengan sayur, dari 3 jenis buah sebanyak jenis yang dikonsumsi - x/minggu. Dari 3 jenis buah yang paling tinggi skor frekuensinya adalah mangga (skor,56). Peneliti menduga kurangnya konsumsi sayur dan buah pada responden dikarenakan ketidaksukaan responden terhadap jenis sayur. Berdasarkan hasil penelitian Gustiara menyatakan bahwa sebanyak 7,9% responden suka mengonsumsi sayuran dan,% responden tidak suka mengonsumsi sayuran. Dengan demikian masih ada beberapa siswa yang masih tidak menyukai sayuran. Hal ini diakibatkan karena rasa yang kurang enak dan memang tidak ada pengawasan dari pihak keluarga kepada sampel untuk mengonsumsi sayur walaupun sudah tersedia di rumah. Tingginya angka kurang konsumsi sayur dan buah pada remaja ini merupakan salah satu masalah terkait gizi yang dapat berdampak pada kesehatan remaja dimasa yang akan datang. Jika remaja kekurangan konsumsi sayur dan buah dalam waktu yang terus menerus, maka akan berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif (penyakit akibat pola makan yang tidak sehat. Hal ini sesuai dengan teori WHO bahwa masyarakat yang kurang konsumsi sayur dan buah, maka akan meunjukkan risiko terjadinya perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, Penyakit Jantung Koroner (PJK), diabetes, hipertensi, ambeyen, kanker usus besar dan lain-lain. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang berpengetahuan baik lebih banyak pada SMAN 6 Makassar sebanyak 63,% sedangkan pada SMAN Makassar lebih banyak yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 5,5%. Kemudian dari 5 pertanyaan mengenai sayur dan buah yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi dari SMAN 6 Makassar dan SMAN Makassar yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan mengenai sebab bila merebus sayur terlalu lama yaitu sebanyak 96% dan,%. Dan responden yang lebih banyak menjawab salah pada pertanyaan tentang anjuran konsumsi sayur dalam sehari pada SMAN Makassar sebanyak 67,%. Menurut penelitian yang dilakukan Aswatini pada masyarakat di Lampung, umumnya masyarakat mengetahui pentingnya konsumsi sayuran dan buah untuk kesehatan, tetapi pemahaman yang mendalam masih sangat kurang sehingga tidak menjadi dasar timbulnya motivasi yang kuat untuk mengonsumsi sayuran dan buah. Dari penelitian tersebut, masyarakat mengetahui bahwa konsumsi sayuran dan buah baik untuk kesehatan karena sayuran dan buah mengandung zat gizi dan vitamin. 6

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulansari bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi buah (p>,5). Hal ini diduga terjadi karena adanya berbagai faktor lain yang mempengaruhi konsumsi buah. Selain itu, pengetahuan gizi yang tinggi belum tentu konsumsi buahnya tinggi pula. Akan tetapi dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pengetahuan gizi dengan konsumsi sayur per hari (p<,5 6 dan r = -,69). Artinya bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin rendah konsumsi sayur contoh. Hal ini diduga bahwa responden belum mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki dalam penentuan konsumsi makan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang diharapkan diikuti pula dengan praktek dan sikap dalam mengonsumsi makanan yang beragam setiap hari. 3 Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang memiliki sikap positif pada SMAN 6 makassar yaitu 55% dan Lebih banyak responden yang memiliki sikap negatif pada SMAN makassar yaitu 5,%. Kemudian dari 5 pernyataan yang diberikan lebih banyak responden yang menjawab setuju pada pernyataan positif mengenai kandungan pada buah dan sayur dapat berperan sebagai zat anti kanker yaitu 7,% dan paling sedikit responden yang menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan positif mengenai konsumsi buah -3 porsi sehari yaitu %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif tentang konsumsi sayur dan buah, Hal ini selaras dengan pengetahuannya. Responden menyadari pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk memelihara kesehatan tubuh. Hal ini sesuai dengan pandangan umum bahwa makin baik pengetahuan makin baik pula sikap tentang sesuatu hal, termasuk dalam pola konsumsi pangan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi yang terbuka. Cara mengukur sikap ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan kepada responden. 5 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah yang baik di rumah pada SMAN 6 Makassar sebanyak 57,7% sedangkan pada SMAN Makassar lebih banyak responden yang memiliki ketersediaan sayur dan buah di rumah kurang baik yaitu sebanyak 56%. Sebagian besar responden dari 7

kedua sekolah yakni SMAN 6 makassar dan SMAN Makassar mengatakan kadangkadang mengenai ketersediaan buah di rumah setiap hari sebanyak 57% dan 59,7% dan lebih sedikit responden yang menjawab tidak pernah mengenai ketersediaan sayur di rumah setiap hari sebanyak % dan,3%. Hal ini tidak selaras dengan penelitian Bordheauduij, et al (7) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan tingkat konsumsi buah dan sayur pada anak. Semakin tinggi tingkat ketersediaan buah dan sayur maka semakin tinggi pula konsumsi sayur pada anak. 6 Hal ini diduga karena responden kurang menyukai sayur diakibatkan rasa yang kurang enak dan kurangnya pengawasan dari keluarga untuk mengkonsumsi sayur yang telah disediakan. Jenis makanan yang tersedia lebih banyak mempunyai peluang yang lebih besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak akan dikonsumsi orang. Jadi, upaya untuk menyediakan lebih banyak buah dan sayuran di restoran, di sekolah dan di rumah dapat meningkatkan konsumsi jenis makanan ini. 7 KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini disimpulkan bahwa konsumsi sayur dan buah pada siswa di SMAN 6 Makassar lebih baik yaitu,7% dibandingkan dengan konsumsi sayur dan buah di SMAN Makassar yaitu,5%. Namun, dari kedua sekolah sebagian besar konsumsi sayur dan buah responden masih kurang. Pengetahuan siswa tentang konsumsi sayur dan buah di SMAN q6 Makassar lebih baik yaitu 63,% dibandingkan dengan pengetahuan siswa di SMAN Makassar yaitu,5%. Lebih banyak siswa yang memiliki sikap positif di SMAN 6 Makassar yaitu 55% dibandingkan dengan siswa di SMAN Makassar yaitu 7,%. Ketersediaan sayur dan buah di tingkat rumah tangga di SMAN 6 makassar lebih baik yaitu 57,7% dibandingkan dengan ketersediaan sayur dan buah di SMAN Makassar yaitu %. Disarankan kepada responden untuk lebih meningkatkan konsumsi sayur dan buah dan ketersediaannya di tingkat rumah tangga. Juga disarankan untuk meningkatkan lagi sikap dan pengetahuannya tentang sayur dan buah. DAFTAR PUSTAKA. Farida I. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di Indonesia Tahun 7 [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah;.

. WHO. world health report : Reducing risks, promoting healthy life., g. 7. : Geneva. 3. Rasmussen M, Krølner R, Klepp K-I, Lytle L, Brug J, Bere E, et al. Determinants of fruit and vegetable consumption among children and adolescents: a review of the literature. Part I: quantitative studies. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity.6; 3:.. Kemenkes. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis bagi Petugas dalam Memberikan Penyuluhan Gizi Seimbang). Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA KKR. Jakarta: Kemenkes RI; 3. 5. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 7. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ;. 6. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 3. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 3. 7. Badan Pusat Statistik. Survey Social Ekonomi Nasional, B.P. Statistik. : Sulawesi Selatan.. Jafar, N., perilaku gizi seimbang pada remaja., Makassar: FKM UNHAS. 9. Nurhayati, Status Gizi, Kebiasaan Makan dan Gangguan Makan (Eating Disorder) pada Remaja Di Sekolah Favorit dan Non-Favorit. USU Medan... Batubara JR. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jurnal Sari Pediatri. ; ():-9.. Gustiara, I., Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMA Negeri I Pekanbaru. Jurnal Procure USU Medan 3;:.. Aswatini, dkk. Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Jakarta. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.. 3. Wulansari ND. Konsumsi serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial Ekonomi yang Berbeda di Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 9.. Notoatmodjo, S., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta ; 7. 5. Reynolds, et al., Patterns in child and adolescent consumption of fruit and vegetables: effects of gender and ethnicity across four sites. J Am Coll Nutr., 999. (3). 6. Bourdeaudhuij, I.D., et al., Personal, social and environmental predictors of daily fruit and vegetable intake in -year-old children in nine European countries. European Journal of Clinical Nutrition, ;(). 9

7. Sandvik, et al., Personal, social and environmental factors regarding fruit and vegetable intake among schoolchildren in nine European countries. Ann Nutr Metab., 5. 9(). LAMPIRAN Tabel. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Sekolah Karakteristik Nama sekolah Total SMAN 6 Makassar SMAN Makassar n % n % n % Kelas X XI Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur tahun 5 tahun 6 tahun 7 tahun tahun Suku Bugis Jawa Makassar Toraja Lainnya Pekerjaan Ayah PNS/Guru Pegawai swasta ABRI Wiraswasta Pensiunan Petani Lain-lain Pekerjaan ibu PNS/Guru Pegawai swasta Wiraswasta Pensiunan Petani 7 79 6 9 96 6 3 33 59 9 6 6 7 53,9 59,,3 9,5 6,, 76,5, 9,,,,,7 39,6 6,7,7 9, 9,5 3,,7 7 59, 7 57 5 5 5 6 5 6 69 3 9 6 6 3 5,9 9, 35, 6,,6 5,7 5,3,3 5 5,7,3 79, 3,,6,,3,5 3,,3, 7,6 5,7 3,,,3 7, 5 57 9 3 5 76 67 39 3 9 9 7 3 3 9 5 3,3 6,7 7,5 57,,,6 5,,6, 6,, 5,9 3,6,6 3,9 5,5 3,6,3 3,6, 3 6 65,3 Lain-lain Total 39 6 5 Sumber: Data Primer,

Tabel. Distribusi Konsumsi Sayur dan Buah, pengetahuan, sikap dan ketersediaan sayur dan buah pada Siswa SMAN 6 Makassar dan SMAN Makassar Konsumsi Sayur dan Buah Konsumsi sayur dan buah Cukup Kurang Nama Sekolah Total SMAN 6 Makassar SMAN Makassar n % n % n % 5 Pengetahuan Baik 9 Kurang 55 Sikap Positif Negatif 67 Ketersediaan Baik 5 Kurang Baik 9 Total 9 Sumber: Data Primer,,7 97,3 63, 36,9 55 5 3, 65, 55 66 93 75 7 59,5 97,5,5 5,5 7, 5, 6, 73,6 3 6 57 5 9 5 3,6 97, 5,9, 5 9 5,6 9,