ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

Economics Development Analysis Journal

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Produk Domestik Bruto (PDB)

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS INPUT OUTPUT PENGOLAHAN TEMBAKAU DI PROVINSI JAWA TIMUR. Input Output Analysis of Tobacco Proccessing in Jawa Timur Regency

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur. The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT)

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Pendahuluan. Rita et al., Analisis Kinerja Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Timur: Pendekatan Model Input-Output dan...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

Produk Domestik Regional Bruto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

APLIKASI INPUT OUTPUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input Output)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN SEKTOR EKONOMI DI JAWA TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

Transkripsi:

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR Yoalina Septriani Nur Arifah dan Retno Mustika Dewi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT East Java Province is the second biggest contributor of Indonesia Gross Domestic Product (GDP) after Jakarta. Furthermore, trade and industry sectors were the major contributors of East Java Province s GDP in 2010. The high level of trade and industry sectors contribution on East Java Province s GDP caused by linkage between trade and industry sectors and other sectors. So, this research s aim is to dig the linkage between those two sectors and their influences towards the economic condition of East Java Province by using Input-Output analysis method. According to the tabulation data, the backward linkage of industry sector was 1,604, while the trade sector was 1,204. The backward linkage of industry and trade sectors were included in the high category. It also occured on the forward linkage of industry and trade sectors, with the amount was 1,345 and 1,579, included in the category of high linkage. Meanwhile, according to the number of output, income, and labor multiplier, which were 1,604, 0,133, 6,235, the industry sector obviously had a big influence towards the output of East Java Province economy. However, it only effected slightly towards the increase of people income and vocation. On the other hand, the number of output, income, and labor multiplier of the trade sector, which were 1,204, 0,284, and 19,710, showed its significant influence towards the output produced, the increase of people income and vocation in East Java Province. This research suggest to be more concern towards each sector potential and ability in order to increase the economic of East Java Province optimally. Keywords : Input-Output Analysis, Trade Sector, Industry Sector, Linkage, Multiplier ABSTRAK Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penyumbang PDB nasional terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Sektor perdagangan dan industri merupakan sektor penyumbang utama dalam PDRB Jawa Timur tahun 2010. Tingginya kontribusi sektor perdagangan dan industri tersebut dikarenakan adanya hubungan saling terkait sektor perdagangan dan industri dengan sektor-sektor yang lain. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan kedua sektor tersebut dan dampaknya terhadap perekonomian Jawa Timur dengan menggunakan analisis Input-Output. Berdasarkan hasil pengolahan data, keterkaitan ke belakang sektor industri adalah sebesar 1,604 dan sektor perdagangan sebesar 1,204. Keterkaitan ke belakang sektor industri dan perdagangan tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Demikian pula dengan keterkaitan ke depan sektor industri dan perdagangan yaitu sebesar 1,345 dan 1,579 yang juga termasuk dalam kategori keterkaitan tinggi. Sedangkan, berdasarkan angka pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerjanya, yaitu sebesar 1,604, 0,133, 6,235, sektor industri memiliki dampak yang besar dalam output yang dihasilkan dalam perekonomian Jawa Timur. Namun, sektor industri memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Di sisi lain, angka pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor perdagangan, yaitu 1,204, 0,284, dan 19,710, menunjukkan adanya dampak yang besar terhadap output yang dihasilkan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Penelitian ini menyarankan untuk lebih memperhatikan potensi dan kemampuan masing-masing sektor sehingga perekonomian Jawa Timur dapat berkembang secara optimal. Kata Kunci : Analisis Input-Output, Sektor Perdagangan, Sektor Industri, Keterkaitan, Pengganda. 1

PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi secara nasional dihitung dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), dimana PDB merupakan hasil penjumlahan dari PDRB (Produk Domestik Regioanal Bruto) seluruh provinsi di Indonesia. Salah satu provinsi yang menyumbang PDB nasional adalah Jawa Timur. Jawa Timur menjadi provinsi kedua setelah DKI Jakarta yang memberikan kontribusi terbanyak terhadap PDB nasional yaitu sebesar 15,53%. Menurut BPS, PDRB dibentuk oleh sembilan sektor yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Provinsi Jawa Timur tahun 2012, sektor yang paling besar membentuk PDRB Provinsi Jawa Timur adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 32,61% dan sektor industri pengolahan sebesar 24,90%. Artinya, lebih dari 50% perekonomian Jawa Timur didominasi oleh kedua sektor tersebut. Tingginya peran sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor industri di Jawa Timur disebabkan oleh adanya keterkaitan/ketergantungan dengan sektor lain. Ketergantungan tersebut ditentukan oleh besarnya input yang digunakan oleh suatu sektor untuk proses produksi dimana input tersebut dapat merupakan output dari sektor yang lain atau sektor itu sendiri. Sehingga adanya peningkatan produksi pada suatu sektor dapat mempengaruhi sektor yang lainnya (BPS, 2010). Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah keterkaitan antar sektor peradagangan dan industri dengan sektor yang lain Jawa Timur 2) Bagaimanakah dampak sektor perdagangan dan industri terhadap PDRB Jawa Timur?. KAJIAN PUSTAKA Model Input-Output Analisis input-ouput dikembangkan oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir tahun 1930. Leontief (1986) menjelaskan bahwa Input-output analysis is a method of systematically quantifying the mutual interrelationships among the various sectors of a complex economic system. Analisis Input-Output adalah suatu analisis keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah (Tarigan, 2006). Dengan analisis input-output, dapat dilihat dampak yang terjadi pada suatu sektor apabila terjadi perubahan tingkat produksi pada sektor lain serta keterkaitan antar sektor. 2

Keterkaitan sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah menggambarkan adanya sebuah hubungan antara satu sektor dalam perekonomian tersebut dengan sektor yang lain. Hubungan atau keterkaitan antar sektor dalam analisis input-ouput dinyatakan dalam sebuah tabel input-output atau disingkat tabel I-O. Format dasar tabel I-O disusun dalam bentuk matrik yang dibagi dalam empat kuadran. Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran I merupakan matrik persegi dengan ukuran n x n, dimana n adalah jumlah sektor pada perekonomian suatu wilayah (Setiono, 2011). Kuadran I menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan suatu sektor dan digunakan oleh sektor-sektor lain (termasuk sektor itu sendiri) dalam suatu perekonomian. Sedangkan, Kuadran II menunjukkan permintaan akhir yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi (BPS, 2010). Kuadran III menunjukkan nilai tambah yang terbentuk dari kegiatan produksi masing-masing sektor. Atau dengan kata lain, kuadran III menunjukkan balas jasa faktor produksi yang pada umumnya terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung. Kuadran IV memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektorsektor permintaan akhir. Dalam penyusunan Tabel I-O, kuadran IV diabaikan karena bukan tujuan pokok (BPS, 2010). Hubungan Tabel I-O dengan pendapatan nasional atau PDRB dapat dilihat pada kolom jumlah output. Kolom jumlah output merupakan kolom yang berisi total output yang dihasilkan setiap sektor dan yang diserap atau digunakan oleh sektor lain (Leontief, 1986). Dalam bukunya Leontief menyatakan bahwa the input-output table expressed in value terms can be interpreted as a system of national accounts. Dalam analisis input-output dikenal dua jenis keterkaitan yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages). Keterkaitan ke belakang merupakan hubungan dengan bahan mentah atau bahan baku. Sedangkan, keterkaitan ke depan merupakan hubungan dengan penjualan barang jadi (BPS, 2010). Peningkatan output suatu sektor akan meningkatkan permintaan input untuk sektor tersebut yang berasal dari sektor itu sendiri dan dari sektor lainnya, yang berarti harus ada peningkatan output sektor lainnya tersebut. Keterkaitan antar sektor tersebut disebut dengan keterkaitan ke belakang karena keterkaitannya bersumber dari mekanisme penggunaan input. Kemudian, peningkatan output suatu sektor tertentu akan meningkatkan distribusi output untuk sektor tersebut yang membuat sektor lain memiliki input lebih banyak, sehingga sektor lain tersebut akan meningkatkan proses produksinya yang pada gilirannya akan menghasilkan output yang 3

lebih banyak. Keterkaitan antar sektor seperti yang telah dijelaskan tersebut disebut dengan keterkaitan ke depan. Dengan analisis input-output juga dapat diketahui dampak atau pengaruh sektorsektor ekonomi terhadap sektor yang lain maupun seluruh sektor yang ada dalam perekonomian. Dampak tersebut dapat diketahui dari angka pengganda yaitu pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Analisis pengganda output bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap semua sektor yang ada tiap satuan perubahan jenis pengganda. Analisis pengganda pendapatan merupakan suatu alat analisis untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan permintaan akhir di dalam suatu sektor terhadap pendapatan di sektor tersebut dalam sebuah perekonomian. Pengganda tenaga kerja menunjukkan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Teori Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan kegiatan ekonomi di suatu wilayah dapat diukur dari laju pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi sendiri berarti meningkatnya pendapatan perkapita riil yang berlangsung terus-menerus yang bersumber dari dalam daerah (BPS, 2013). Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar dalam perekonomian namun pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sedangkan, apabila sebuah sektor mempunyai peran yang besar dalam perekonomian dan pertumbuhannya cepat maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut dihitung dengan menggunakam PDRB atas dasar harga konstan (BPS, 2013). Pertumbuhan ekonomi menurut BPS dapat dihitung dengan cara Dengan PDRB t adalah PDRB tahun sekarang dan PDRB t-1 adalah PDRB tahun lalu. Teori Sektor Teori sektor dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark Fisher yang mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan diiringi dengan penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam sektor yang mengalami perubahan (sector shift) dianggap sebagai determinan utama dari perkembangan suatu wilayah (Adisasmita, 2005). 4

Penyebab perubahan sektor tersebut dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Pada sisi permintaan, yaitu elastisitas pendapatan dari permintaan untuk barang dan jasa yang disuplai oleh industri manufaktur dan industri jasa adalah lebih besar dibandingkan untuk produk-produk primer. Maka, pendapatan yang meningkat akan diikuti oleh perpindahan sumber daya (realokasi) sektor primer ke sektor manufaktur dan sektor jasa. Sedangkan, dari sisi penawaran, realokasi sumber daya tenaga kerja dan modal dilakukan sebagai akibat dari perbedaan tingkat pertumbuhan produktivitas dalam sektor-sektor tersebut. Kelompok sektor sekunder dan tersier yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi menyebabkan pendapatan akan meningkat dan hal tersebut juga akan memungkinkan realokasi sumber daya (Adisasmita, 2005). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Dalam Bungin (2005) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang muncul di masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan datadata berupa angka atau nilai-nilai sebagai ukuran besar kecilnya kontribusi variabel yang diteliti dalam pembentukan PDRB Jawa Timur. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam Soewadji (2012), pendekatan kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui variabel penelitian yang dinyatakan dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Sumber dan Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudah dalam bentuk jadi atau data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan (Soewadji, 2012). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat keras komputer dan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode non-survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder (BPS, 2010). Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis input-output. Dalam Arief (2006) dijelaskan bahwa untuk meneliti tingkat keterkaitan antara sektor dalam suatu perekonomian dalam rangka untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap ekonomi secara keseluruhan atau 5

potensi pertumbuhan suatu sektor ekonomi, maka analisis yang digunakan adalah analisis input-output. Persamaan dasar yang digunakan dalam Tabel I-O yaitu : x 11 + x 12 +... + x 1n + F 1 X 1 + M 1 x 21 + x 22 +... + x 2n + F 2 X 2 + M 2...... x n1 + x n2 +... + x nn + F n X n + M n Secara umum, persamaan tersebut dapat dirumuskan kembali menjadi Kemudian,pengganda pendapatan dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut. Dimana v adalah bagian nilai tambah bagian upah dan gaji per total output dan (I-A) -1 adalah matrik kebalikan Leontief. Sedangkan pengganda tenaga kerja dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut. Dimana i = adalah sektor i. Sedangkan, X i + M i adalah banyaknya penyediaan sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor i. Untuk rumus koefisien input/teknologi dijelaskan dalam persamaan berikut. Dengan a ij adalah koefien input / koefisen teknologi. Setelah mendapatkan koefisien input/koefisien teknologi maka selanjutnya adalah menentukan angka pengganda. Rumus pengganda output seperti pada rumus berikut. Dimana O ij adalah pengganda output sektor j, a ij adalah elemen matrik kebalikan Leontief dan i adalah baris ke 1,2,...n. Dimana w j adalah koefisien tenaga kerja (berupa orang/output) sektor j. L j adalah jumlah tenaga kerja (berupa orang) sektor j. X j adalah total output sektor j. l j adalah pengganda tenaga kerja. Setelah mengetahui angka penngganda, maka selanjutnya adalah menentukan nilai keterkaitan baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang. Keterkaitan ke depan ditentukan denga rumus berikut. Dimana TFL i adalah Total Forward Linkage sektor i. b ij adalah elemen matrik kebalikan Leontief baris ke i kolom ke j dan n adalah jumlah sektor. Sedangkan untuk menentukan keterkaitan ke belakang suatu sektor adalah menggunakan rumus berikut. 6

Dimana TBL j adalah Total Backward Linkage sektor j. b ij adalah elemen matrik kebalikan Leontief baris ke i kolom ke j dan n adalah jumlah sektor. HASIL PENELITIAN Struktur Input-Output Provinsi Jawa Timur Terdapat 110 klasifikasi sektor dalam Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2010. 110 klasifikasi sektor tersebut merupakan uraian dari sembilan sektor yang ada dalam perekonomian Jawa Timur. Sembilan sektor tersebut yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sehingga, dari nilai 110 klasifikasi sektor tersebut didapatkan nilai 9 sektor ekonomi Jawa Timur. Berdasarkan Tabel Input-Output untuk 9 sektor ekonomi di Jawa Timur Sektor yang membutuhkan input maupun menghasilkan output terbesar adalah sektor industri pengolahan dengan total input/output sebesar Rp 638.740 milyar atau sebesar 38 persen dari keseluruhan input/output dalam perekonomian di Jawa Timur. Sedangkan, sektor yang membutuhkan input/output terbesar kedua adalah sektor perdagangan dengan total input/ouput yang dibutuhkan sebesar Rp 231.434 milyar atau sebesar 14 persen dari total input/output yang dibutuhkan. Kuadran I dari Tabel Input-Output untuk 9 sektor Jawa Timur menunjukkan sektor yang paling banyak melakukan transaksi adalah sektor industri dengan sektor industri itu sendiri dengan nilai transaksi antar sektor industri sebesar Rp 91.559 milyar. Artinya sektor industri sangat tergantung dengan sektor industri itu sendiri karena output sektor industri digunakan oleh sektor industri itu sendiri sebagai input dalam proses produksi. Sehingga dapat diartikan pula bahwa sebagian industri yang ada di Jawa Timur merupakan industri yang mengolah bahan setengah jadi yang kemudian digunakan untuk input oleh industri yang mengolah menjadi barang jadi. Kuadran II menunjukkan permintaan akhir Jawa Timur terbanyak disumbang oleh ekspor yaitu sebesar Rp 267.209 milyar yang berasal dari ekspor output sektor industri atau dengan kata lain output sektor industri terbanyak digunakan untuk memenuhi ekspor ke luar Jawa Timur maupun ke luar negeri. Tingginya ekspor yang berasal dari output sektor industri tersebut dapat diartikan bahwa industri Jawa Timur tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam Jawa Timur tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan luar daerah Jawa Timur. 7

Kuadran III menunjukkan balas jasa faktor produksi dimana balas jasa yang tertinggi berasal dari sektor industri yaitu sebesar Rp 165.988 milyar. Tingginya laba yang dihasilkan oleh sektor industri memicu pelaku sektor industri untuk meningkatkan usahanya yang kemudian dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dan akan meningkatkan perekonomian Jawa Timur. Hasil Analisis Pengganda Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh angka pengganda output, pengganda pendapatan, serta pengganda tenaga kerja. Berikut adalah angka pengganda output untuk 9 sektor di Jawa Timur. Sedangkan untuk pengganda pendapatan disajikan dalam tabel berikut. Penggada tenaga kerja disajikan dalam tabel berikut. Hasil Analisis Keterkaitan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh nilai keterkaitan baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang dapat dilihat dalam tabel berikut. Sedangkan, keterkaitan ke depan dapat dilihat dalam tabel berikut. PEMBAHASAN Keterkaitan Antar Sektor Perdagangan dan Industri dengan Sektor yang Lain Jawa Timur Keterkaitan ke Belakang Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan yang berasal dari penggunaan input atau bahan baku. Keterkaitan ke belakang sektor industri dengan sektor pertanian adalah sebesar Rp 86.542 milyar atau dengan kata lain sektor pertanian memenuhi 31,44 persen dari keseluruhan input yang dibutuhkan oleh sektor indutri. Sedangkan, keterkaitan ke belakang sektor industri dengan sektor pertambangan adalah 8

sebesar Rp 20.704 milyar atau sebesar 7,52 persen dari total input yang dibutuhkan oleh sektor industri serta keterkaitan ke belakang sektor industri dengan sektor industri adalah sebesar Rp 91.559 milyar atau sebesar 33,26 persen. Sektor industri mendominasi pemenuhan input untuk sektor industri itu sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan pertambangan lebih kecil memenuhi input untuk sektor industri. Hal tersebut sesuai dengan teori sektor yang menyebutkan bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan diiringi dengan penurunan penggunaan sumber daya yang berasal dari sektor primer (sektor pertanian) dan kenaikan dalam penggunaan sumber daya yang berasal dari sektor sekunder (sektor industri). Pada sisi permintaan (input), elastisitas pendapatan dari permintaan untuk barang dan jasa yang disuplai oleh sektor industri lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian atau sektor primer. Sehingga, pendapatan yang meningkat akan diikuti dengan perpidahan sumber daya (tenaga kerja dan modal) dari sektor primer ke sektor sekunder. Sedangkan, keterkaitan ke belakang sektor perdagangan dengan sektor pertanian adalah sebesar Rp 0. Artinya, tidak ada output sektor pertanian yang dapat diperdagangkan secara langsung. Kemudian, keterkaitan ke belakang sektor perdagangan dengan sektor pertambangan adalah sebesar Rp 1.975 milyar atau sebesar 6,01 persen kebutuhan input sektor perdagangan dipenuhi oleh sektor pertambangan. Keterkaitan ke belakang sektor perdagangan dengan sektor industri adalah sebesar Rp 6.005 milyar atau sebesar 18,30 persen kebutuhan input sektor perdagangan dipenuhi oleh sektor industri. Keterkaitan ke belakang sektor perdagangan dengan sektor listrik, gas, dan air adalah sebesar Rp 1.842 milyar atau sebesar 5,61 persen input sektor perdagangan dipenuhi oleh sektor listrik, gas, dan air. Keterkaitan ke belakang sektor perdagangan dengan sektor konstruksi adalah sebesar Rp 38 milyar atau sebesar 0,11 persen dari keseluruhan input yang dibutuhkan oleh sektor perdagangan. Sedangkan, keterkaitan sektor perdagangan dengan sektor perdagangan sendiri adalah sebesar Rp 4.446 milyar atau sebesar 13,55 persen dari input yang dibutuhkan sektor perdagangan seluruhnya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang menjadi input sektor perdagangan membutuhkan sektor perdagangan sebagai sarana distribusi antara sektor-sektor tersebut dengan konsumen. Hal tersebut sesuai dengan pengertian sektor perdagangan itu sendiri yaitu kegiatan pengumpulan barang dari produsen yang kemudian didistribusikan kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang. Jadi sektor perdagangan tidak dapat berdiri sendiri tanpa sektor lain yang 9

memproduksi barang atau jasa begitu juga sebaliknya sektor produsen membutuhkan sektor perdagangan sebagai sarana distribusi kepada konsumen. Setelah mengetahui keterkaitan ke belakang sektor industri dan peradagangan terhadap tiap-tiap sektornya, kemudian dilakukan pembahasan tentang keterkaitan ke belakang sektor industri dan perdagangan terhadap seluruh sektor dalam perekonomian Jawa Timur yang hasilnya dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke belakang total sektor tersebut. Keterkaitan ke belakang total sektor industri di Jawa Timur adalah sebesar 1,604. Artinya, jika terjadi peningkatan output pada sektor industri sebesar Rp 1 milyar maka akan meningkatkan input sektor tersebut yang berasal dari sektor lain maupun sektor industri sendiri sebesar Rp 1,604 milyar. Sedangkan, nilai keterkaitan ke belakang total sektor perdagangan adalah sebesar 1,204. Artinya, jika terjadi peningkatan output pada sektor perdagangan sebesar Rp 1 milyar maka akan meningkatkan input sektor tersebut yang berasal dari sektor lain maupun sektor perdagangan sendiri sebesar Rp 1,204 milyar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor industri memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi dengan seluruh sektor dalam perekonomian Jawa Timur. Artinya, sektor industri sangat dibutuhkan oleh sektor yang lain dan sebaliknya sektor industri juga membutuhkan sektor yang lain baik dalam proses produksi maupun distribusinya. Selain itu, peningkatan output sektor industri membuat peningkatan input pada sektor industri itu sendiri dimana untuk memenuhi peningkatan input tersebut sektor yang lain harus meningkatkan produksinya khususnya sektor-sektor yang memenuhi kebutuhan bahan baku sektor industri sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa sektor industri memiliki kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas sektorsektor penyedia bahan baku atau sektor hulu. Kemudian, sektor perdagangan memiliki keterkaitan yang cukup rendah dibandingkan dengan sektor yang lainnya walaupun keterkaitan ke belakang sektor perdagangan tersebut masih dalam kategori tinggi. Artinya, sektor perdagangan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor penyedia bahan bakunya mengingat sektor perdagangan bukan sektor yang mampu mengolah outputnya sendiri. Sebaliknya, sektor-sektor yang lain juga membutuhkan sektor perdagangan untuk sarana distribusi kepada konsumen. Ketergantungan yang tinggi tersebut membuat peningkatan output pada sektor perdagangan akan meningkatkan penyerapan input pada sektor tersebut. Artinya, sektor penyedia bahan baku sektor perdagangan harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan sektor perdagangan. Sehingga dapat dikatakan 10

bahwa sektor perdagangan sangat mampu meningkatkan produktivitas sektor penyedia bahan bakunya atau sektor hulunya. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke depan berasal dari mekanisme penggunaan output. Keterkaitan ke depan sektor industri dengan sektor pertanian adalah sebesar Rp 14.078 milyar, sektor pertambangan sebesar Rp 797 milyar, sektor industri Rp 91.559 milyar, sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp 340 milyar, sektor konstruksi sebesar Rp 16.767 milyar, sektor perdagangan sebesar Rp 6.005 milyar, sektor angkutan sebesar Rp 19.243 milyar, sektor keuangan sebesar Rp 904 milyar, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp 9.683 milyar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sektor yang paling banyak menggunakan output sektor industri adalah sektor industri itu sendiri, kemudian sektor angkutan, sektor konstruksi, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, sektor keuangan, sektor pertambangan, serta sektor listrik, gas, dan air. Tingginya keterkaitan sektor industri dengan semua sektor tersebut kemudian membuat sektor industri meningkatkan produksinya demi memenuhi kebutuhan semua sektor yang ada di Jawa Timur. Menurut teori sektor, pertumbuhan produktivitas dalam suatu sektor mengakibatkan perpindahan sumber daya (tenaga kerja dan modal) dari sektor primer ke sektor sekunder karena dengan adanya peningkatan produktivitas maka akan meningkatkan pendapatan pada sektor tersebut. Artinya, semakin meningkat produksi sektor industri maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diserap dan semakin banyak modal yang ditanamkan dalam sektor industri. Namun sebaliknya, peningkatan produksi tersebut akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor lain dan mengurangi minat investor untuk menanamkan modal di sektor yang lain. Sedangkan, untuk keterkaitan ke depan sektor perdagangan adalah dengan sektor angkutan yaitu sebesar Rp 14.503 milyar, sektor keuangan sebesar Rp 1.464 milyar, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp 8.643 milyar. Artinya, output sektor perdagangan digunakan oleh sektor-sektor tersebut sebagai input. Sektor angkutan, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa membutuhkan output dari sektor perdagangan sebagai input sehingga peningkatan kuantitas barang dan jasa yang dalam sektor perdagangan akan meningkatkan pula produktivitas sektorsektor tersebut. Sedangkan keterkaitan sektor industri dan perdagangan dengan perekonomian Jawa Timur secara umum dapat dilihat dari nilai keterkaitan ke depan total. Keterkaitan ke depan total sektor industri Jawa Timur yaitu sebesar 1,345. Artinya, jika terjadi peningkatan output pada sektor industri sebesar Rp 1 milyar maka 11

akan meningkatkan output total perekonomian sebesar Rp 1,345 milyar. Sedangkan, nilai keterkaitan ke depan total sektor perdagangan adalah sebesar 1,579. Artinya jika terjadi peningkatan output pada sektor perdagangan sebesar Rp 1 milyar maka akan meningkatkan output total sebesar Rp 1,579 milyar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, sektor keterkaitan ke depan total sektor industri masih termasuk dalam kategori tinggi. Keterkaitan tersebut mengindikasikan adanya hubungan yang kuat antara output yang dihasilkan sektor industri terhadap perekonomian Jawa Timur. Sama dengan sektor industri, sektor perdagangan memiliki nilai keterkaitan total yang termasuk dalam kategori tinggi. Artinya, ada hubungan antara output yang dihasilkan sektor perdagangan terhadap perekonomian Jawa Timur. Dampak Sektor Perdagangan dan Industri terhadap PDRB Jawa Timur Adanya sektor-sektor produksi di Jawa Timur tentu saja memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Jawa Timur. Dampak yang terjadi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis angka pengganda. Terdapat tiga jenis angka pengganda yaitu angka pengganda output, angka pengganda pendapatan, dan angka pengganda tenaga kerja. Angka pengganda output untuk sektor industri adalah sebesar 1,604. Artinya, jika terjadi peningkatan sebesar Rp 1 milyar dari permintaan akhir sektor industri maka output seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,604 milyar. Sedangkan, angka pengganda output untuk sektor perdagangan adalah sebesar 1,204. Artinya, jika terjadi peningkatan sebesar Rp 1 milyar dari permintaan akhir sektor perdagangan maka akan output seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1,204 milyar. Angka pengganda pendapatan sektor industri adalah sebesar 0,133. Artinya, jika terjadi peningkatan Rp 1 milyar dari permintaan akhir sektor industri maka akan terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 0,133 milyar. Sedangkan, pengganda pendapatan sektor perdagangan adalah sebesar 0,284 Artinya, jika terjadi peningkatan Rp 1 milyar dari permintaan akhir sektor perdagangan maka akan terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 0,284 milyar. Angka pengganda tenaga kerja untuk sektor industri yaitu sebesar 6,235. Artinya, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar dalam sektor industri maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut sebanyak 6 orang. Berbeda dengan sektor perdagangan yang memiliki angka pengganda tenaga kerja sebesar 19,710. Artinya, jika terjadi peningkatan perminaan akhir sebesar Rp 1 milyar dalam sektor perdagangan maka akan meningkatkan 12

penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut sebanyak 20 orang. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor industri memiliki dampak yang besar dalam perekonomian Jawa Timur. Angka pengganda output sektor industri menunjukkan bahwa output yang dihasilkan akan mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan dalam perekonomian Jawa Timur. Kemudian, angka pengganda pendapatan sektor industri yang kecil menunjukkan peningkatan permintaan oleh masyarakat akan output yang diproduksi sektor industri memiliki pengaruh yang kecil terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian Jawa Timur. Sedangkan, angka pengganda tenaga kerja untuk sektor industri dapat dikategorikan rendah. Artinya, sektor industri memiliki pengaruh yang kecil dalam penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Sama dengan sektor industri, sektor perdagangan juga memiliki angka pengganda output yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan masyarakat terhadap output yang diproduksi sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar terhadap output yang dihasilkan dalam perkonomian Jawa Timur. Selain itu, pengganda pendapatan sektor perdagangan juga cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan permintaan masyarakat akan output sektor perdagangan berpengaruh cukup tinggi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di Jawa Timur. Selain angka pengganda pendapatan yang tinggi, sektor perdagangan juga memiliki angka pengganda tenaga kerja yang cukup tinggi pula. Artinya, sektor perdagangan berpengaruh tinggi dalam penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. KESIMPULAN Sektor industri memiliki keterkaitan yang tinggi dengan seluruh sektor dalam perekonomian Jawa Timur. Artinya, peningkatan output sektor industri membuat peningkatan input pada sektor industri itu sendiri dimana untuk memenuhi peningkatan input tersebut sektor yang lain harus meningkatkan produksinya khususnya sektor-sektor yang memenuhi kebutuhan bahan baku sektor industri sehingga dapat dikatakan bahwa sektor industri memiliki kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas sektor-sektor penyedia bahan baku atau sektor hulu. Sama halnya dengan sektor industri, sektor perdagangan juga memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi. Keterkaitan yang tinggi tersebut membuat peningkatan output pada sektor perdagangan akan meningkatkan penyerapan input pada sektor tersebut yang artinya sektor penyedia bahan baku sektor perdagangan harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan sektor perdagangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor perdagangan sangat 13

mampu meningkatkan produktivitas sektor penyedia bahan bakunya atau sektor hulunya. Kemudian, keterkaitan ke depan atau keterkaitan dengan pengguna output sektor industri termasuk dalam kategori tinggi. Artinya, sektor industri memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong pertumbuhan output industri hilirnya atau dengan kata lain memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor lain yang menggunakan input dari sektor industri. Sama dengan sektor industri, sektor perdagangan memiliki nilai keterkaitan ke depan yang termasuk dalam kategori tinggi. Artinya, sektor perdagangan memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektorsektor yang menggunakan outputnya. Sehingga peningkatan output pada sektor perdagangan dapat meningkatkan output pada sektor lainnya. Berdasarkan hasil angka pengganda output sektor industri, dapat dikatakan bahwa output yang dihasilkan sektor industri akan mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan dalam perekonomian Jawa Timur dan memiliki kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan sektor-sektor yang ada dalam perekonomian Jawa Timur. Namun, angka pengganda pendapatan sektor industri tidak menunjukkan adanya dampak dari peningkatan permintaan oleh masyarakat akan output yang diproduksi sektor industri terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian Jawa Timur. Selain itu, angka pengganda tenaga kerja sektor industri juga menunjukkan tidak adanya dampak yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Secara singkat, sektor industri memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian namun memiliki kemampuan yang kecil meningkatkan pendapatan masyarakat yang bekerja dalam sektor industri itu sendiri dan menyerap tenaga kerja di Jawa Timur. Kemudian, berdasarkan angka pengganda output sektor perdagangan, dapat dikatakan bahwa permintaan masyarakat terhadap output yang diproduksi sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar terhadap output yang dihasilkan dalam perekonomian Jawa Timur. Selain itu, angka pengganda pendapatan serta angka pengganda tenaga kerja sektor perdagangan juga termasuk tinggi. Artinya, peningkatan output sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Secara singkat, sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar dalam perekonomian Jawa Timur. SARAN Sektor industri dan perdagangan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor hulu dan hilirnya. Untuk meningkatkan perekonomian Jawa Timur maka perlu diperhatikan tentang potensi yang dimiliki sektor industri dan perdagangan tersebut dengan memberikan 14

bantuan modal maupun teknologi sehingga produktivitas kedua sektor tersebut dapat meningkat dan nantinya akan meningkatkan produktivitas sektor yang lain. Selain itu, sektor industri memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan sektoral Jawa Timur, namun tidak memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Sehingga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatan penyerapan tenaga kerja perlu mempertimbangkan kembali kemampuan sektor industri tersebut dan memberi perhatian penuh terhadap kemampuan sektor perdagangan yang memiliki dampak besar baik dalam pertumbuhan sektoral, dalam peningkatan pendapatan masyarakat maupun dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja. Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012. Jakarta: BPS. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media. Leontief, Wassily. 1986. Input-Output Economics Second Edition. New York: Oxford University Press. Setiono, Dedi NS, 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arief, Sritua. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press. Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2007-2011. Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2007-2011. Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik. 2012. Tabel I-O Provinsi Jawa Timur 2010. Jakarta: BPS 15