Pengertian PPh. Pasal 23 i
ii Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
Pengertian PPh. Pasal 23 iii
PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 DARI MASA KE MASA Oleh : Mustika Dharma Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2007 Hak Cipta 2007 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta 55511 Telp. : 0274-882262; 0274-4462135 Fax. : 0274-4462136 E-mail : info@grahailmu.co.id Dharma, Mustika PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 23 DARI MASA KE MASA/Mustika Dharma - Edisi Pertama Yogyakarta; Graha Ilmu, 2007 viii + 88 hlm, 1 Jil. : 23 cm. ISBN: 978-979-756-235-9 1. Ekonomi 2. Pajak PPh I. Judul iv Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
UCAPAN TERIMAKASIH Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT, buku ini dapat tersusun. Tidak lupa saya juga menghaturkan terimakasih kepada Ibu Nur Ilavi H, Bp. Maryoto, Bp. Jozep Edyanto sebagai motivator. Proses penyusunan buku ini juga dibantu oleh M. Irawan dan dukungan bapak Deddi Wardhani. Buku ini kupersembahkan buat istriku Ir. Helma Melianti, kedua anakku, Papa dan Mama. Dikdik Adiwidjaya, ibunda Soepeno serta para mahasiswa yang selalu memberi support, Terimakasih. Pengertian PPh. Pasal 23 v
vi Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
KATA SAMBUTAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK SEMARANG TENGAH Drs. Maryoto, MM Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peranan pajak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini sangat penting, tidak ubahnya seperti jantung dalam kehidupan manusia, demikian detak-detak jantung berhenti matilah manusia tersebut. Peranan pajak juga demikian. Apabila terjadi kegagalan dalam mengelola penggalian potensi pajak berarti fatal akibatnya. Di Indonesia peranan pajak sejak tahun 2000 telah menjadi andalan pemerintah Negara penopang APBN. Pada masa-masa sebelum itu sewaktu Negara ini dininabobokkan oleh minyak bumi, peranan pajak belum seberapa, namun kini pajak adalah satu-satunya penyelamat bangsa karena telah mampu menutup semua pengeluaran-pengeluaran rutin. Saat ini kita tidak lagi mengandalkan minyak bumi dan sumber daya alam lainnya untuk membiayai APBN, juga tidak bisa lagi mengandalkan kepada hutanghutang luar negeri, yang disamping mencekik juga mengikat kepada anak cucu kita. Kita harus bangkit, kita semua laki-laki, perempuan, tua muda, besar kecil, seluruh Warga negara Indonesia harus bangkit. Bahwa untuk menegakkan negara ini, diperlukan kesadaran dan kepedulian membayar pajak. Kesadaran dan kepedualian membayar pajak akan menjadi bukti sejauh mana kita mencintai negeri ini, negeri yang akan menjadi tempat tinggal Pengertian PPh. Pasal 23 vii
anak cucu keturunan kita kelak. Dengan demikian tidak ada lagi warga negara yang tidak berkepentingan kepada pajak. Merasa penting membayar pajak juga berarti merasa penting menyiapkan negeri yang baik bagi kehidupan kita saat ini maupun anak cucu kita di masa mendatang. Buku pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 dari Masa ke Masa yang disusun oleh saudara Mustika Dharma ini merupakan persembahan kepada negeri ini yang disampaikan dengan gaya bahasa sederhana, dan dilengkapi dengan beberapa peraturan-peraturan yang berkaitan. Dalam buku ini juga disajikan secara praktis tidak bertele-tele bahkan untuk menanamkan suatu pengertian yang mendasar diberikan pula contoh-contoh soal yang sederhana. Saya berpendapat buku ini sangat cocok untuk dipelajari bagi Mahasiswa, para pengusaha, para Bendaharawan Pemerintah, para Wajib Pajak maupun para Konsultan Pajak sekalipun. Dengan terbitnya buku ini terdapat sepercik kebanggan kepada saya atas karya salah seorang pegawai kantor Pelayanan Pajak Semarang Tengah yang betapapun kecilnya tetapi telah memberikan sumbangsihnya pada masyarakat luas. Semoga buku ini dapat memenuhi harapan kita semua... amin. Semarang, Mei 2007 Kepala Kantor Pelayanan Pajak Semarang Tengah Drs. Maryoto, MM viii Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
KATA PENGANTAR Dijadikannya pajak sebagai unsur utama penerimaan negara dalam Neraca APBN mendorong seringnya perubahan peraturan dibidang perpajakan. Peraturan perpajakan sangat dinamis sejalan dengan dinamika perekonomian dan dunia usaha. Seiring dengan perkembangan dunia usaha tersebut, Direktur Jenderal Pajak, telah melakukan perubahan terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-170/PJ/2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000; Pada tanggal 26 Desember 2006 Direktur Jenderal Pajak telah mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 178/PJ./2006 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Netto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000; Peraturan ini berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan tanggal 8 April 2007. Namun Per - 178/PJ./2006 baru berlaku sekitar 3 (tiga) bulan, Direktur Jenderal Pajak pada tanggal 9 April 2007 mengeluarkan Perturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Per 70 PJ/2007 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Netto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor & Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Per-70/PJ./2007 ini berlaku terhitung mulai 9 April 2007. Pengertian PPh. Pasal 23 ix
Dengan telah dikeluarkannya 1 (satu) Keputusan Direktur Jenderal Pajak dan 2 (dua) Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Netto PPh. Pasal 23 yang mempunyai masa berlaku yang berbeda, di samping itu perbedaan paling menonjol dari ketiga peraturan tersebut adalah masalah perkiraan penghasilan netto dan pengaturan mengenai obyek penyerahan yang harus dipotong PPh. Pasal 23. Apabila fiskus maupun wajib pajak kurang cermat, maka dampaknya akan mempengaruhi hak dan kewajibannya di bidang perpajakan, tentunya buku ini diharapkan menjadi panduan dalam pelaksanaannya. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut sistem self assessment, dimana Wajib Pajak diberikan suatu kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan yang berlaku. Dengan Demikian Wajib Pajak selalu dituntut untuk selalu mengikuti perubahan yang terjadi di Bidang Perpajakan. Selain daripada itu, diharapkan buku ini dapat membantu para mahasiswa, Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak mempelajari, melaksanakan dan sebagai panduan tentang pelaksanaan PPh. Pasal 23 berdasarkan masa berlakunya. Namun dengan segala kerendahan hati dalam penyusunan buku ini jauh dari sempurna, maka kritik yang bersifat membangun serta saran para pembaca akan menjadi penyempurna. Semarang, Mei 2007 Penyusun x Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23