II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA (Studi Kasus Di PT. Agro Jaya Mulya Subang)

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing. Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata.

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan. menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu.

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

METODE. Lokasi dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

MATERI DAN METODE. Materi

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging karena pemanfaatan bulu domba untuk wol di Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Rumpunnya bisa berupa domba lokal atau hasil persilangan antara domba lokal dengan domba yang berasal dari negara lain (Bagus Harianto, 2012). 2.1.1 Domba Lokal Rumpun domba yang banyak diternakkan di Indonesia di antaranya Domba Garut, Domba Priangan, Domba Ekor Tipis (Lokal), dan Domba Ekor Gemuk. Berikut karakteristik domba yang diternakkan di Indonesia. 1. Domba Garut Domba Garut merupakan salah satu jenis domba unggulan. Postur tubuhnya yang besar dan kuat menjadikannya sebagai domba aduan di arena lomba. Domba Garut jantan memiliki ciri khas, yaitu tanduknya besar dan melengkung ke belakang. Sementara domba betina, tidak memeliki tanduk. Domba Garut jantan umumnya memiliki bobot 60-80 kg dan bobot untuk domba betina hanya setengah dari bobot jantan yaitu sekitar 30-40 kg. Domba ini juga adaptif atau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Bagus Harianto, 2012).

10 2. Domba Priangan Domba Priangan merupakan suatu bangsa domba yang khas dari daerah Jawa Barat berasal dari persilangan tiga bangsa domba yaitu Merino, lokal, ekor gemuk. Karakteristik Domba Priangan diantaranya memiliki daun telinga yang umumnya lebar dan panjang lebih dari 8 cm, bentuk ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit (Heriyadi, 2011). Domba Priangan memiliki postur tubuh yang sama besar seperti Domba Garut. 3. Domba Ekor Tipis (Lokal) Penamaan domba ini berasal dari bentuk ekornya yang tidak memiliki atau sedikit cadangan lemak sehingga ekornya terlihat tipis. Domba jantan memiliki tanduk yang relatif kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Domba lokal yang banyak diternakkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara ini memiliki postur tubuh relatif kecil dibandingkan dengan domba lainnya. Pertambahan bobot Domba Ekor Tipis agak lambat, sekitar 90-100 gram per ekor per hari. Bobot badan domba jantan berkisar 30-50 kg, sedangkan betinanya 15-35 kg. Persentase karkasnya berkisar 44-49% (Bagus Harianto, 2012). 4. Domba Ekor Gemuk Ciri khas Domba Ekor Gemuk, baik jantan maupun betina adalah bentuk ekornya yang membesar akibat menyimpan timbunan lemak, tetapi bagian ujung ekornya mengecil. Ciri fisik lainnya dari Domba Ekor Gemuk adalah memiliki warna bulu yang putih bersih. Domba jantan dan betina umumnya tidak memiliki tanduk. Keunggulan Domba Ekor Gemuk sebagai domba pedaging di antaranya memiliki postur tubuh yang cukup besar. Bobot domba jantan mencapai 50-70 kg, sedangkan domba betina 30-40 kg. Selain itu, pertumbuhannya relatif cepat

11 dengan rata-rata pertambahan bobot badan 100-120 gram per hari (Bagus Harianto, 2012). 2.2 Usaha Penggemukan Domba Penggemukan umumnya merupakan suatu usaha utama yang dijalankan oleh sebagian besar peternak domba. Tujuan dari penggemukan di antaranya untuk memenuhi permintaan daging domba yang tinggi di berbagai daerah. Prinsip utama penggemukan domba adalah meningkatkan bobot secara optimal dengan penggunaan pakan semurah mungkin dan meminimalisasi gerak domba (Bagus Harianto, 2012) Usaha penggemukan domba dapat dijalankan paling cepat dalam kurun waktu dua bulan dan paling lama empat bulan. Lamanya waktu penggemukan disesuaikan dengan permintaan pasar atau momen tertentu yang diincar, seperti Idul Adha (Bagus Harianto, 2012). Usaha penggemukan domba secara intensif dapat menghasilkan penambahan bobot sekitar 100 gram per hari. Berarti dalam jangka waktu satu bulan, kenaikan bobot domba dapat mencapai minimum 3 kg. Penambahan bobot Domba Ekor Gemuk atau Domba Garut selama satu bulan pada penggemukan secara intensif bisa mencapai 4 kg. Beberapa domba bahkan penambahan bobotnya bisa lebih tinggi lagi (Bagus Harianto, 2012). 2.2.1 Menentukan Sistem Penggemukan Penggemukan domba dapat dijalankan dengan tiga metode, yaitu penggemukan secara ekstensif atau umbaran, semi intensif, dan intensif. Masingmasing metode penggemukan yang diterapkan biasanya terkait dengan skala

12 usaha. Berikut penjelasan berbagai sistem penggemukan domba (Bagus Harianto, 2012). 1. Penggemukan Sistem Ekstensif atau Umbaran Sistem penggemukan domba secara umbaran dilakukan dengan cara menggembalakan domba untuk mencari pakan sendiri. Penggemukan domba secara umbaran biasanya dilakukan peternak di desa-desa yang hanya memiliki beberapa ekor domba dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan sampingan sambil bertani atau melakukan pekerjaan lain. Keunggulan sistem penggembalaan di antaranya memungkinkan peternak memperoleh biaya pakan yang rendah, serta efisien dalam hal waktu pemeliharaan dan penggunaan tenaga kerja (Bagus Harianto, 2012). 2. Penggemukan Sistem Semi Intensif Sistem penggemukan secara semi intensif domba dikandangkan dan di beri pakan dalam kandang menggunakan pakan utama berupa rumput. Untuk menambah nutrisi pakan bisa di tambah konsentrat. Semakin besar persentase konsentrat yang diberikan, pertumbuhn bobot domba akan semakin baik. Kelebihan usaha penggemukan domba dengan cara dikandangkan adalah jumlah pakan dapat dikontrol dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan per ekor domba. Selain itu, sistem ini dianggap lebih aman karena kemungkinan domba memakan bahan atau benda berbahaya tergolong sangat kecil (Bagus Harianto, 2012). 3. Penggemukan Sistem Intensif Sistem penggemukan domba secara semi intensif dan intensif memiliki kesamaan, yaitu domba sama-sama dikandangkan dan tidak digembalakan.

13 Perbedaanya, pakan yang diberikan berupa konsentrat buatan pabrik tanpa pakan tambahan berupa pakan alami atau rumput. Penggunaan konsentrat sebagai pakan utama bertujuan agar penambahan bobot domba bisa dicapai secara optimal. Penggemukan domba secara intensif biasanya menggunakan kandang yang sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu, berbagai perlengkapan kandang juga disesuaikan agar kerja pengurus kandang menjadi lebih efisien (Bagus Harianto, 2012). 2.2.2 Memilih Bakalan Kualitas bakalan menentukan keberhasilan usaha penggemukan. Jenis domba potensial pedaging dari jenis domba lokal di antaranya Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis, dan Domba Garut. Syarat bakalan untuk penggemukan menurut Bagus Harianto (2012), adalah sebagai berikut: 1. berbadan sehat 2. bulu halus, tidak kasar, dan tidak gimbal 3. umur kurang dari satu tahun 4. gigi susu belum ada yang tanggal 5. bobot berkisar antara 15-20 kg Dalam memilih domba bakalan, pilihlah domba yang tidak gemuk atau agak kurus, tetapi dalam kondisi sehat. Selain harganya murah, domba yang kurus juga diharapkan akan memperlihatkan compensatory growth (pertumbuhan kompensasi), sehingga konversi pakannya rendah yang berarti efisiensi pakan tinggi (Purbowati, 2009). Menurut Sodiq dan Abidin (2008), domba yang masih muda dan sehat tetapi terlihat kurus masih dapat dipilih untuk bakalan atau bibit.

14 Pertimbangannya adalah domba masih dapat tumbuh dan bobotnya dapat diharapkan bertambah dengan pemberian pakan yang lebih baik. Sebaliknya domba yang gemuk sudah tidak mungkin lagi mengalami pertumbuhan pesat, biasanya lemak punggungnya sudah tebal. Ketebalan lemak punggung dipercaya sebagai indikator kurus dan gemuknya domba. 2.3 Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ciri dari adanya pertumbuhan seekor temak. Kecepatan pertumbuhan selalu berbeda-beda, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, hormon, limgkungan dan pakan (Soeparno, 2005). Laju pertumbuhan mula-mula terjadi sangat lambat, kemudian cepat selanjutnya berangsur-angsur menurun atau lambat dan berhenti setelah mencapai kedewasaan, pertambahan bobot badan sangat cepat pada hewan yang relatif muda. Pertambahan bobot badan dapat diketahui dengan pengukuran kenaikan berat badan, yang dengan mudah dapat dilakukan lewat penimbangan berulang-ulang serta dicatat pertambahan bobot badan tiap hari, minggu, bulan, dan sebagainya (Murtidjo, 1990). Kenaikan bobot badan terjadi apabila pakan yang dikonsumsi ternak melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan nutrien akan diubah menjadi urat daging dan lemak, sehingga pertambahan bobot badan tampak jelas (Williamson and Payne, 1993). Kenaikan bobot badan biasanya diketahui sebagai pertambahan bobot badan harian atau Average Daily Gain (Tillman dkk., 1991). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan selisih antara bobot badan akhir dan awal dibagi waktu pemeliharaan.

15 Secara umum, domba berada pada puncak pertumbuhan pada masa lepas sapih, yakni sekitar umur 4 bulan, sampai saat dewasa tubuh atau sekitar satu tahun, sehingga usaha penggemukan yang paling efektif adalah saat domba berada pada rentang umur tersebut. Pada masa pertumbuhan mencapai titik tertinggi, PBBH domba bisa mencapai 0,3 kg per hari. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pertumbuhan domba-domba jantan cenderung lebih tinggi dibandingkan domba betina (Sodiq dan Abidin, 2008). Lebih cepatnya pertumbuhan domba jantan dan adanya larangan pemotongan domba betina yang masih produktif, menyebabkan hanya domba jantan yang digemukkan sebagai hewan pedaging. Sementara itu, betina afkir bisa digemukkan untuk dijadikan domba pedaging. Bangsa domba di Indonesia memiliki pertambahan bobot badan harian kurang dari 100 gram per hari. Rendahnya tingkat pertambahan bobot badan harian ini disebabkan oleh sedikitnya pakan yang tersedia dan mutu pakan yang relatif rendah (Bradford, 1993 yang dikutip oleh Hapsari, 2001). 2.4 Analisis Pendapatan Tunai Analisis pendapatan tunai bertujuan menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, serta menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan tunai memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha berhasil atau tidak. Suatu usaha dikatakan berhasil apabila kondisi atau keadaan pendapatannya memenuhi syarat-syarat berikut : (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa dan pembayaran dana depresiasi (penyusutan), (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau

16 bentuk-bentuk lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah (Soeharjo dan Patong, 1973). 2.4.1 Pendapatan Tunai (Net Cash Income) Pendapatan tunai merupakan hasil selisih antara total penerimaan, total biaya variabel, pajak dan asuransi keamanan. Pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain skala usaha, efisiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi yang dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan peternak dalam menangani usaha peternakan. Pendapatan usaha ternak menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha tersebut. Analisis pendapatan tunai dapat memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha tani dalam satu tahun. Ditambahkan oleh Hernanto (1991), menyatakan bahwa petani ternak kurang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan prinsip ekonomi untuk meningkatkan pendapatannya. Beberapa prinsip yang perlu diketahui oleh petani ternak adalah penentuan perkembangan harga, penentuan cara berproduksi, pemasaran hasil, pembiayaan usaha, pengelolaan modal dan pendapatan. 2.4.2 Biaya Produksi Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap

17 perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed cost). Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktorfaktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan, sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dua jangka waktu, (1) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat ditambah jumlahnya, dan (2) jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 2010). Biaya produksi dalam kegiatan usaha atau proyek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, pajak, dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah jika hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian domba bakalan dan biaya pakan. Biaya pembelian domba bakalan dikatakan sebagai biaya variabel, karena biaya tersebut sangat tergantung pada unit domba bakalan yang dibeli dan digemukkan. Menurut Ibrahim (2003) biaya tidak tetap ini dihitung setiap bulan dan tahun seperti biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung, dan biaya bahan penolong lainnya sesuai dengan rencana produksi yang telah disusun setiap tahunnya. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya tunai (Cash Expenses) dan biaya tidak tunai (Non Cash Expenses). Biaya tunai merupakan hasil dari total biaya

18 variabel, asuransi, dan pajak, sedangkan biaya tidak tunai merupakan hasil dari total biaya tetap, depresiasi alat dan bangunan (Doll and Orazem, 1984). 2.4.3 Penerimaan Penerimaan yang akan diperoleh dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk per unit (Erwansyah, dkk. 2013). Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani sebagai penerimaan dari semua sumber usaha tani yang meliputi jumlah penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang dikonsumsi rumah tangga. Dalam usaha penggemukan domba, total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan domba yang digemukkan dalam periode waktu yang telah ditentukan perusahaan.