SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

dokumen-dokumen yang mirip
Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

STUDI PENGARUH MUTASI GEN rpob PADA KODON 513: ANALISIS PADA ISOLAT PAPUA

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

4 Hasil dan Pembahasan

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

Bab III Metode Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BEBERAPA MUTASI GEN katg ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis RESISTEN ISONIAZID TESIS. ELFIRA ROSA PANE NIM: Program Studi Kimia

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

S T O P T U B E R K U L O S I S

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

* ABSTRAK

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

III. BAHAN DAN METODE

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

Transkripsi:

ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof. H.J. Sohilait, MS Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Dr. J.A. Rupilu, SU Drs. A. Bandjar, M.Sc Dr.Ir. Robert Hutagalung, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON, 2010 i

ANALISIS MUTASI GEN rpob ISOLAT KLINIS Mycobacterium tuberculosis YANG MULTIDRUG-RESISTANT Semuel Unwakoly 1,3, Bertha Kusnandar 2,3, Rachel Turalely 1,4 1) Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unpatti Ambon, 2) SMA St.Alloysius Bandung, 3) Jurusan Kimia Biokimia Institut Teknologi Bandung, 4) Jurusan Bioteknologi Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Mycobacterium tuberculosis (M. tb) adalah bakteri penyebab penyakit infeksi menular tuberkulosis (TB). Sampai saat ini penyakit TB masih merupakan pandemi yang menular melalui dahak sputum (penderita). Pengobatan penyakit ini menggunakan kombinasi antibiotik selama minimal 6 bulan, antara lain rifampin, isoniazid, kanamisin, streptomisin, etambutol dan pirazinamid. Tetapi pengobatan yang tidak teratur dan tidak tuntas menyebabkan timbulnya resistensi terhadap obat-obat antibiotik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan urutan nukleotida fragmen gen rpob M. tb melalui PCR multipleks. Tahap penelitian diawali dengan metode amplifikasi DNA M. tb dengan teknik PCR diikuti elektroforesis menggunakan gel agarosa, dilanjutkan dengan sekuensing kemudian dilakukan analisis in silico. Hasil elektroforesis menunjukkan adanya pita fragmen DNA yang masing-masing berukuran sekitar 0,25 kb. Hasil penjajaran isolat L18 dengan galur standar H37Rv memberikan informasi genotip yang sama yaitu adanya mutasi pada posisi 1349. Mutasi isolat L18 tersebut adalah mutasi subtitusi yang merupakan penggantian satu basa nukleotida sitosin menjadi timin (C1349T). Rifampin merupakan antibiotik yang menginhibisi inisiasi transkripsi RNA polimerase subunit β dari M. tb. Resistensi bakteri M. tb terhadap rifampin disebabkan adanya mutasi pada gen rpob yang merupakan gen pengkode enzim RNA polimerase subunit. Kata kunci : rifampin, gen rpob, Mycobacterium tuberculosis, Multidrug Resistant. PENDAHULUAN Salah satu penyakit menular yang dapat menyerang semua jenis kelamin dan semua umur adalah tuberkulosis (TB). Penyakit ini merupakan penyakit infeksi menular dengan tingkat kematian yang tinggi dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Penyebaran penyakit TB terjadi dari orang ke orang melalui dahak (sputum) dan percikan dahak yang dibatukkan (droplet nuclei). TB dapat menyerang otak, ginjal, dan paling utama adalah paru-paru, dengan gejala batuk berdahak yang terus menerus selama tiga minggu atau lebih. Batuk tersebut dapat berupa PROSEDING Hal. 162

dahak bercampur darah disertai demam, rasa nyeri di dada, keringat malam, berkurangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan (Aditama, 2006). Bakteri tuberkulosis yang berupa basil tuberkel menyerang organ tubuh, terutama paru-paru. Negara-negara berkembang di Asia dan Afrika belum terbebas dari TB, salah satunya adalah Indonesia yang menempati peringkat ketiga dunia (data WHO, 2007). Tingginya kasus TB di Indonesia diperkirakan akibat dari pengobatan yang tidak tuntas sehingga basil tuberkel menjadi resisten terhadap obat-obatan anti tuberkulosis (OAT) dan juga akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Bakteri tuberkulosis merupakan bakteri yang pertumbuhan dan pembelahannya lambat (15-20 jam) dibandingkan bakteri lain misalnya E. coli (20 menit). Siklus yang panjang tersebut menyebabkan pengobatan penyakit TB membutuhkan waktu minimal 6 bulan dengan mengkonsumsi kombinasi 2 jenis obat lapis pertama, antara lain rifampin (RIF) dan isoniazid (INH). Obat yang dikonsumsi haruslah teratur sampai dinyatakan sembuh. Kesalahan pengobatan dan ketidaktepatan dosis dapat menyebabkan basil tuberkel menjadi resisten terhadap antibiotiknya. Sulitnya memberantas penyakit TB diakibatkan timbulnya sifat kebal atau resisten terhadap antibiotik. Resistensi ini sudah ada tak lama sejak diperkenalkannya OAT. Resistensi TB terbagi menjadi dua jenis, resistensi terhadap satu jenis OAT dan resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT (Hirano dkk.,1999). WHO telah menetapkan istilah MDR-M. tb, multidrug-resistant M. tb, yaitu resisten terhadap paling tidak dua jenis antibiotik sekaligus yaitu RIF dan INH (Zager dan McNerney, 2008). Karakteristik fenotip berupa resistensi bakteri M. tb terhadap OAT terjadi karena adanya mutasi yang merupakan karakteristik genotip, pada gen yang mengkode target antibiotik atau gen yang berperan dalam interaksi antibiotik dengan targetnya. Resistensi terhadap rifampin terjadi karena mutasi pada gen rpob pengkode RNA polimerase (RNAP) subunit β, sehingga RIF tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghambat proses inisiasi transkripsi (Mulligan, 2003; Zenkin dan Severinov, 2004). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya mutasi pada fragmen gen rpob isolat klinis M. tb melalui PCR multipleks yang merupakan penyebab resisten RIF. BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini digunakan beberapa sampel isolat klinis MDR-M. tb dari peneliti sebelumnya (Noviana, 2007), yaitu isolat L18. Isolat-isolat berupa spesimen klinis dahak atau cairan paru- PROSEDING Hal. 163

paru penderita TB dari Rumah Sakit Rontisulu, Bandung dan laboratorim BPLK, Departemen Kesehatan. Sebagai galur standar digunakan hasil lisis M. tuberculosis H37Rv (ATCC25618). Untuk amplifikasi dengan alat PCR diperlukan master mix berupa komponen-komponen stok dengan merk MDBio. Inc., Taipei, Taiwan, yang terdiri atas bufer PCR 10x (KCl 0,5 M, Tris-Cl 0,1 M ph 9 suhu 25 o C), MgCl 2 25 mm, dntp 10 mm, primer RF 20 pmol/µl, primer RR 20 pmol/µl, Taq DNA polymerase 5 U/µL dan ddh 2 O steril. Hasil PCR dielektroforesis menggunakan gel agarosa 1,5% (b/v) (0,6 g agarosa dalam 40 ml bufer TAE 1X (40 mm tris asetat dan 1 mm EDTA ph 8,0) yang mengandung 2 μl EtBr 10 mg/ml), dan loading buffer (sukrosa 50%, EDTA 0,1 M dan bromfenol biru 0,1% ph 8,0). Pada gel elektroforesis digunakan penanda plasmid puc19/hinfi 30 ng/µl, yang terdiri atas lima pita pada gel elektroforesis dengan ukuran 1,419 kb, 0,517 kb, 0,397 kb, 0,214 kb, dan 0.075 kb. Amplifikasi fragmen DNA gen rpob isolat menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan 20 μl master mix, masing-masing 5 μl templat DNA isolat klinis L18 dan R9. Untuk kontrol positif digunakan master mix PCR yang sama, dengan templat DNA berupa M. tb H37Rv bervolume sama, pada kontrol negatif templat DNA diganti dengan ddh 2 O steril bervolume sama pula. Primer yang digunakan masing-masing memiliki 17 pb dengan urutan nukleotida 5 -GTCGCCGCGATCAAGGA-3 untuk primer forward (RF) dan urutan nukleotida 5 -TGACCCGCGCGTACACA-3 untuk primer reverse (RR). Primer yang digunakan mengamplifikasi fragmen DNA sepanjang 0,25 kb (Mokrousov dkk., 2003) mulai urutan basa 1252 sampai 1501. Tahapan proses PCR meliputi tahap denaturasi awal pada 94 o C selama 1 menit, lalu 30 siklus PCR dengan masing-masing siklus terdiri atas denaturasi pada 94 o C selama 1 menit, penempelan primer (annealing) pada 50 o C selama 1 menit, perpanjangan rantai pada 72 o C selama 1 menit, dan pemantapan pada 72 o C selama 4 menit (Noviana, 2007). Setelah PCR, hasilnya dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa 1,5% (b/v) dan running buffer TAE 1X, pada tegangan 80 Volt, arus 400A selama 45 menit. Pada prosesnya digunakan 5 µl penanda puc19/hinfi dan 5 µl hasil PCR yang dicampur dengan 2 µl loading buffer. Hasil elektroforesis berupa pita DNA pada gel dilihat dengan bantuan sinar UV dan hasil ini didokumentasikan. PROSEDING Hal. 164

Ukuran fragmen DNA dapat diketahui dengan membandingkan pita hasil PCR terhadap pita penanda. Untuk mengetahui konsentrasi DNA sampel dilakukan dengan membandingkan intensitas pita DNA sampel dengan intensitas pita penanda. Konsentrasi DNA perlu diketahui untuk penentuan urutan nukleotida (sekuensing) dengan konsentrasi 800-1000 ng. Analisis in silico urutan nukleotida fragmen DNA gen rpob hasil sekuensing menggunakan program SeqMan TM II dan MegAlign TM DNASTAR untuk mengetahui adanya mutasi pada fragmen DNA antara isolat-isolat klinis dengan urutan nukleotida galur standar M. tb H37Rv. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil amplifikasi fragmen DNA gen rpob M. tb dapat di lihat dari visualisasi hasil elektroforesis gel agarosa pada gambar 3.1. Pita pada gambar mewakili, penanda puc19/hinfi, kontrol positif H37Rv, isolat L18, dan kontrol negatif secara berurutan. Gambar 1. Hasil Elektroforesis M.tuberculosis H37RV dan isolat L18 MDR-TB. Tampak pada gambar lajur 1 adalah penanda (marker) DNA puc19/hinfi, lajur 2 M.tuberculosis galur alami H37Rv, lajur 3 isolat L18 MDR-TB, dan lajur 4 adalah kontrol negatif. Pada gambar tampak kedua pita sampel berukuran 0,25 kb. Berdasarkan data tersebut diperkirakan hasil pita DNA H37Rv dan isolat L18 MDR-M. tb berukuran 0,25 kb. Ukuran fragmen DNA yang diperoleh sesuai dengan perkiraan panjang fragmen yang menggunakan primer RF dan primer RR pada program Editseq, DNASTAR. Hasil PROSEDING Hal. 165

PCR tersebut divalidasi dengan kontrol positif dan kontrol negatif yang digunakan. Kedua kontrol berjalan dengan baik, ditunjukkan dengan tidak adanya pita DNA pada hasil PCR kontrol negatif dan adanya dua pita DNA berukuran 0,25 (sesuai jenis PCR multipleks yang dilakukan) pada hasil PCR kontrol positif. Intensitas masing-masing fragmen DNA dibandingkan terhadap intensitas penanda DNA puc19/hinfi memperlihatkan bahwa intensitas semua pita sampel terletak pada posisi di antara intensitas pita dua dan pita tiga penanda. Hasil perbandingan ini digunakan untuk memperkirakan konsentrasi setiap fragmen DNA. Konformasi adanya mutasi dilakukan dengan mensejajarkan basa-basa nukleotida isolat L18 dengan H37Rv. Hasil penjajaran isolat L18 dengan gen rpob M. tb H37Rv menunjukkan bahwa pada posisi 1349 terdapat perbedaan urutan nukleotida, yang ditunjukkan dengan adanya puncak berwarna biru pada H37Rv, sedangkan pada posisi yang sama isolat L18 berwarna merah (Gambar 3.2). Perbedaan urutan nukleotida pada posisi 1349 mengindikasikan terdapat mutasi dari basa sitosin (C) menjadi basa timin (T) yang merupakan mutasi subtitusi yaitu penggantian satu basa nukleotida sitosin menjadi timin C(1349)T. Mutasi C(1349)T pada gen rpob yang terjadi di daerah Rifampin resistance determining region (RRDR) merupakan mutasi yang umum dengan frekuensi tinggi untuk isolat-isolat M. tb yang resisten rifampin. Mutasi yang terjadi pada gen rpob akan mengubah konformasi dan pelipatan protein pada daerah sekitar residu yang termutasi sehingga dapat mempengaruhi kantung pengikatan RIF, hal ini mengakibatkan afinitas pengikatan RIF terhadap RNAP subunit menjadi berkurang sehingga RIF tidak dapat menginhibisi RNAP dan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena mutasi tersebut berkaitan dengan sifat resistensi rifampin yang diperoleh, maka diduga kuat bahwa penyebab resistensi isolat L18 adalah mutasi C(1349)T. PROSEDING Hal. 166

Gambar 2. Analisis Elektroforegram H37Rv, dan Isolat L18. Pada posisi 1349 puncak untuk H37Rv berwarna biru (C), sedang isolat L18 berwarna merah (T). Di antara sekian banyak gen yang terdapat pada genom M. tuberculosis tersebut, mutasi pada beberapa gen bertanggung jawab dalam menyebabkan sifat resistensi bakteri ini terhadap antibiotik. Mutasi penyebab resistensi terjadi pada gen yang mengkode protein target antibiotik atau gen yang mengkode protein yang membantu interaksi antara antibiotik dan targetnya. Mutasi-mutasi yang ditemukan pada isolat M. tb yang resisten terhadap obat tertentu memberikan tambahan pengetahuan mengenai penyebab dan mekanisme resistensi yang sangat berguna bagi pengembangan obat baru dalam menangani masalah resistensi TB. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa adanya mutasi substitusi pada isolat Multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR M. tb) yaitu isolat L18 pada perubahan basa sitosin (C) menjadi timin (T). Mutasi tersebut berkaitan dengan sifat resistensi rifampin yang di duga kuat merupakan penyebab resistensi obat antibiotik TB. DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y. (2006). TBC Pembunuh Dua Juta Jiwa, Ethical Digest, 23, 38-41. Hirano, K., Abe, C., dan Takahashi, M. (1999). Mutations in the rpob Gene of Rifampin- Resistant M. tb Strains Isolated Mostly in Asian Countries and Their Rapid Detection by Line Probe Assay, Journal of Clinical Microbiology, 37 (8), 2663-2666. PROSEDING Hal. 167

Mokrousov,I., Otten, T., Vyshnevskiy, B., Narvskaya, O. (2003). Allele-Specific rpob PCR Assays for Detection of Rifampin-Resistant M. tb in Sputum Smears, Antimicrobial Agents and Chemoteraphy, 47 (7), 2231 2235. Noviana, H. (2007). Hubungan Multidrug-resistant M. tb dengan Gen-gen yang Terkait dan Pengaruh Mutasi Terhadap Tingkat Resistensi Rifampn dan Isoniazid, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung. Zager, E.M. dan McNerney, R. (2008). Multidrug-Resistant Tuberculosis, BMC Infectious Diseases, 8 (10),1-5. Zenkin, N. dan Severinov, K. (2004). The role of RNA Polymerase σ Subunit in Promoterindependent Initiation of Transcription, PNAS, 101 (13), 4396 4400. PROSEDING Hal. 168