BAB VI PENUTUP. 1. Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum nasional berlandaskan Surat Edaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN HASIL TEMUAN

BAB IV PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA (PRB) BERBASIS KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

EXCUTIVE SUMMARY. September Lihat juga, Indonesia Rawan Bencana, dalam

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PENUTUP. SMP Negeri 2 Tulungagung, maka melalui penelitian ini dapat. 1. a. Pelaksanaan KTSP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

BAB I PENDAHULUAN. beriteraksi dengan lingkungan. Bermodalkan pendidikan tersebut manusia dapat

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

STANDAR ISI 1 Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi 4 4 sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PENGINTEGRASIAN MATERI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KE DALAM PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA

Doc. Abdi Madrasah (

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

Standar Nasional Pendidikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS UNTUK MADRASAH IBTIDAIYYAH DENGAN MODEL TEMATIK INTEGRATIF BERBASIS KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR:..TAHUN 2013

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

PENYUSU S NA N N KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilakukan. Selain itu, diajukan juga beberapa rekomendasi yang telah berpedoman

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB DI MAK SALAFIYAH SIMBANGKULON BUARAN PEKALONGAN

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

Strategi Integrasi Ilmu Umum dan Ilmu Agama Pada Kajian Tadris FTK IAIN IB Padang Selasa, 10 November :16

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

Semoga Buku Tanya Jawab ini bermanfaat. Jakarta, Februari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PEMBELAJARAN IPS DALAM KTSP

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan

BAB I PENDAHULUAN. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PROFIL SDN SAMPARWADI 2. Samparwadi Ds. Puser RT/RW.001/002 Kec. Tirtayasa Kab. Serang-Banten. Berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB V PENUTUP A. Simpulan

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH. NOMOR: 364 Tahun 2014 TENTANG

BAB IV. : Madrasah Tsanawiyah Muslimat NU. : Palangka Raya. 2. Alamat : Jalan Pilau No. 41. : Kalimantan Tengah. Nomor Telepon : (0536)

UU Sisdiknas. Sekolah Aman dan Siaga Bencana Program Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Sekolah Perkumpulan Lingkar di MIN Jejeran

VALIDASI. DOKUMEN KURIKULUM / KTSP 2013 ) Tahun Pelajaran 2014 / 2015 INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN KURIKULUM / KTSP 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), hlm Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

PANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum nasional berlandaskan Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan Nasional No.70a/SE/MPN-/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Dalam penerapannya integrasi PRB tidak dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang memuat materi yang terkait dengan PRB, antara lain mata pelajaran Agama, IPA, IPS, Sains, Bahasa Indonesia, Matematika, dan mata pelajaran yang lain. Prioritas pilihan integrasi PRB yang diberikan adalah sebagai berikut; (1) Mengintegrasikan PRB ke dalam mata pelajaran dari kurikulum yang berjalan, (2) Mengintegrasikan PRB ke dalam muatan lokal dari kurikulum yang berjalan, (3) Mengintegrasikan PRB ke dalam kegiatan ekstra kurikuler dari kurikulum yang berjalan, (4) Menyelenggarakan mata pelajaran yang telah terintegrasi PRB untuk muatan lokal dibawah kurikulum baru berbasis PRB, (5) Membuat kegiatan ekstra kurikuler PRB di bawah kurikulum baru berbasis PRB. Adapun muatan PRB dalam kurikulum nasional maka sebagai berikut: 151

152 a. Pengintegrasian PRB dalam Mata Pelajaran Dalam model ini, pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB) terhadapa mata pelajaran dilakukan melalui beberapa tahapan, di antaranya; 1) Mengidentifikasi materi pembelajaran tentang PRB; 2) Menganalisis KD yang memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB; 3) Menyusun silabus yang terintegrasi PRB; dan 4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Pengembangan Muatan Lokal PRB Pengembangan mata pelajaran muatan lokal sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah, dengan melaksanakan langkah-langkah seperti; 1) Menganalisis konteks mata pelajaran muatan lokal dengan mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, meninjau potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam, menentukan fungsi dan susunan atau kompetensi muatan lokal, menentukan bahan kajian muatan lokal, menentukan mata pelajaran muatan lokal, dan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajarannya dengan mengacu pada standar isi yang ditetapkan oleh BNSP; 2) Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal PRB Gempa Bumi; dan 3) Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Resiko Bencana Gempa Bumi.

153 c. Pengintegrasian PRB dalam Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui aktifitas pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ini melalui kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen, yaitu pelayanan konseling meliputi pengembangan kehidupan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir. Sedangkan ekstrakurikuler, meliputi kegiatan kepramukaan, latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan. 2. Temuan penelitian didapatkan di lapangan, yakni di MIN Jejeran, menunjukkan bahwa, integrasi pengurangan resiko Gempa Bumi dalam kurikulum pendidikan dapat diimplementasikan ke dalam beberapa mata pelajaran yang berjalan, termasuk mata pelajaran pendidikan agama Islam. Selain itu integrasi PRB ke dalam kurikulum juga ditempuh melalui kegiatan keagamaan, baik individual maupun kolektif. Di madrasah tersebut, kurikulum PAI yang relevan dengan PRB ada tiga mata pelajaran, yaitu: a. Al-Qur an Hadis Materi al-qur an Hadis terintegrasi bencana gempa bumi diambil dari banyak ayat-ayat Alquran dan redaksi-redaksi hadis, terutama diambil dari

154 QS. Az-Zalzalah dan al-qari ah. Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran antara lain adalah, ceramah interaktif, drill, tanya jawab interaktif, dan lain-lain. Sebelum melaksanakan pengajaran Al- Qur an-hadis terintegrasi bencana, tenaga pengajar menganilisis beberapa yang KD yang bisa dimasuki materi PRB terlebih dahulu, kemudian hal ini diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) al- Qur an Hadis terintegrasi bencana. b. Aqidah Akhlak Materi Aqidah Akhlak lebih ditekankan pada pengajaran sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari, memperbanyak kalimat thayyibah, iman pada hari akhir. Metode yang digunakan hampir sama dengan metode kegiatan pembelajaran al-qur an-hadis. Kompetensi dasar matapelajaran ini dicapai melalui indikator menjelaskan pengertian optimis, praktek optimis, hikmah berlaku optimis dalam menghadapi bencana, termasuk gempa bumi, dan mengenal cara-cara penyelamatan diri dalam bencana. c. Fiqh Mata pelajaran fiqh mengandung banyak materi yang relevan dengan PRB. Hal ini karena porsi kajian fiqh yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia (ibadah sosial) sejatinya jauh lebih besar dibanding dengan hubungan manusia dengan Allah (ibadah mahdlah). Materi fiqh yang relevan dengan PRB di antaranya adalah bahwa dalam kehidupan manusia harus senantiasa menjaga kebersihan secara umum baik

155 diri maupun lingkungan, begitu pun dalam bermuamalah, manusia diharapkan agar selalu menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam mengeksplorasi alam, dan tidak melakukan isrof (berlebihan) maupun tabdzir (penghamburan). Mata pelajaran Fiqh terintegrasi PRB tidak hanya berhubungan dengan bencana gempa bumi, namun pada persoalan lingkungan yang lebih mendasar, misalnya penggunaan dan pengelolaan air secara optimal. B. Saran 1. Indonesia sebagai negara yang rawan dengan beragam bencana masih sangat minim dalam menerapkan pengurangan resiko bencana secara umum, baik dalam hal pelestarian lingkungan, pengembangan teknologi, maupun pendidikan siaga bencana. Asumsi ini didasarkan atas perbandingan dengan Jepang sebagai negara yang mempunyai problematika yang sama dalam hal kebencanaan, dimana disana resiko bencana terutama gempa bumi sudah bisa diminimalisir secara maksimal. Untuk itu langkah yang konkrit dan konsisten harus terus diupayakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, maupun masyarakat secara umum. 2. Kebijakan stakeholder MIN Jejeran Bantul terkait sekolah siaga bencana yang sudah terlaksana sampai sekarang hendaknya terus dikembangkan dengan kreasi dan inovasi yang lebih baik, mengingat permasalahan ini bukan sekedar kebijakan untuk menunjukkan bahwa madrasah sebagai pendidikan

156 kesiapsiagaan terhadap bencana. Namun mengingat kebutuhan terhadap kesiapsiagaan terhadap bencana ini sangat besar karena kerentanan bencana yang ada di lingkungan madrasah khususnya dan Indonesia pada umumnya. Jika anak-anak yang hidup di daerah rawan bencana tidak dibekali dengan pendidikan PRB melalui lembaga-lembaga pendidikan secara sistematis dan terstruktrur, maka semakin besar resiko bencana yang akan ditimbulkan. 3. Kebijakan yang telah diambil oleh MIN Jejeran Bantul terkait sekolah siaga bencana harus dikembangkan di sekolah-sekolah lain di Indonesia, tentu dengan porsi yang berbeda-beda, karena harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, khususnya di daerah-daerah yang rawan bencana dan pernah terkena bencana, seperti Aceh, Nias, Yogyakarta, dan Papua. 4. Kepedulian pemerintah terhadap pendidikan PRB masih memprihatinkan, terutama dalam hal pemberian arahan, fasilitas, maupun legalitas. Misalnya di MIN Jejeran integrasi materi PRB ke dalam matapelajaran sekolah masih dilakukan oleh guru-guru madrasah secara personal. Begitu pun dengan kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri, tidak ada instruksi dari pemerintah tentang bagaimana kegiatan ini dilangsungkan mestinya, hingga kegiatan ini tidak terstruktur dengan baik di antara sekolah siaga bencana satu dengan yang lainnya. 5. Penelitian ini masih perlu ditunjang dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Hal ini karena penelitian-penelitian yang concern terhadap masalah kebencanaan khususnya PRB di lingkungan sekolah masih sangat minim,

157 sedangkan kebutuhan akan informasi tersebut masih sangat dibutuhkan. Penelitian lanjutan dimaksud misalnya yang mengkaji tentang bagaimana efektifitas pendidikan PRB di lembaga-lembaga pendidikan dasar, menengah, maupun atas, yang dikelola oleh pemerintah.