PENGARUH JENIS PENGEMAS DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU PRODUK NUGGET GEMBUS

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

MODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

III. BAHAN DAN METODE

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

METODE. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

DIVERSIFIKASI PRODUK KERUPUK OPAK DENGAN PENAMBAHAN DAGING IKAN LAYUR (Trichiurus sp)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

BAB III METODE PELAKSANAAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Rekayasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB III METODE PELAKSANAAN

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Transkripsi:

70 Pengaruh jenis pengemas...(ahmad dkk) PENGARUH JENIS PENGEMAS DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU PRODUK NUGGET GEMBUS Achmad Furqon A. Q, Iffan Maflahah, Askur Rahman Prodi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, UTM Korespondensi : Jalan Raya Telang PO.BOX 2 Kamal Bangkalan ABSTRACT Nugget gembus merupakan produk olahan berbahan baku utama tempe gembus dan mengalami sedikit modifikasi yaitu terdapat penambahan teri nasi dengan perbandingan 3:1. Nugget gembus mudah rusak pada kondisi tertentu, oleh sebab itu diperlukan penelitian yang dapat mencegah rusaknya nugget. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis pengemas plastik dan lama penyimpanan terhadap mutu nugget. Jenis plastik yang digunakan adalah plastik PE (Polietilen) dan PP (Polipropilen) dengan ketebalan masing-masing 0,5 mm. Metode penelitian menggunakan 3 perlakuan yaitu nugget tanpa kemasan, nugget dengan pengemas PE dan nugget dengan pengemas PP. Parameter uji yaitu uji kadar air, uji kadar protein dan uji organoleptik (kerusakan) pada nugget dengan lama penyimpanan selama 30 hari. Nugget disimpan di lemari es menggunakan suhu 100C dengan pengemas plastik dalam kondisi vakum (hampa udara). Uji kadar air menunjukkan jenis plastik PE mampu mempertahankan kandungan air nugget gembus selama 20 hari. Uji kadar protein menunjukkan jenis plastik PP mampu menjaga kadar protein nugget gembus selama 20 hari. Uji organoleptik nugget menunjukkan plastik jenis PP mampu mempertahankan rasa, aroma, tekstur dan warna nugget dari kerusakan sampai hari ke 20. Kata kunci: Nugget gembus, polietilen, polipropilen, lama penyimpanan, mutu. PENDAHULUAN Nugget adalah jenis makanan cepat saji yang biasanya berasal dari olahan daging dan tepung terigu yang dipadatkan kemudian disajikan dengan cara digoreng. Menurut Ginting (2006) Nugget adalah hasil olahan daging hewan berupa campuran daging dan bahan-bahan yang lain seperti rempah-rempah sebagai bumbu kemudian dibuat adonan dan diletakkan pada loyang setelah diratakan dengan ketebalan 1 cm. Nugget gembus merupakan produk olahan berbahan baku utama tempe gembus dan mengalami sedikit modifikasi yaitu terdapat penambahan teri nasi. Penambahan teri nasi bertujuan menambah cita rasa nugget serta mampu meningkatkan kadar protein nugget. Perbandingan komposisi tempe gembus dengan teri nasi adalah 3:1. Namun, kandungan gizi nugget seperti air dan protein akan mudah mengundang bakteri patogen sehingga merusak mutu dan kandungan gizi nugget gembus. Sehingga, diperlukan penanganan lebih lanjut salah satunya dengan cara pengemasan. Jenis plastik yang digunakan sebagai pengemas pada penelitian adalah jenis plastik Polietilen (PE) dan Polipropilen (PP). Hal ini dikarenakan kemasan tersebut memiliki kerapatan yang tinggi, tahan terhadap suhu dan kelembapan, serta memiliki daya serap air yang rendah sehingga mampu melindungi produk nugget. Selain itu, plastik memiliki keunikan dalam penampilan fisik yaitu sifatnya yang sangat elastis, memiliki warna yang transparan sehingga produk akan terlihat dari luar kemasan. Berdasarkan kelebihan tersebut pemilihan pengemas plastik menjadi faktor yang sangat penting untuk melindungi mutu produk nugget.

AGROINTEK Volume 10, No.2 Agustus 2016 73 METODE Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah Oven, mortar, cawan, erlenmeyer, pipet tetes, pipet volum, gelas ukur, beaker glass, biuret, piring, pisau, dan kompor. Bahan yang digunakan adalah nugget gembus, polietilen (PE) dan polipropilen (PP) dengan ketebalan 0,5 mm, NaOH, formaldehide, K-Oksalat jenuh, Indikator PP dan aquadest. Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dengan pembuatan nugget gembus. Perbandingan tempe gembus dengan teri nasi adalah 3:1 kemudian dicetak membentuk persegi dengan ketebalan 2 cm. Nugget disimpan dalam lemari es dengan suhu 100C dengan tiga perlakuan yaitu Tanpa Kemasan, Polietilen 0,5 mm dan Polipropilen 0,5 mm. Selama penyimpanan plastik dalam kondisi vakum (hampa udara). Penelitian dilakukan selama 30 hari. Pengamatan dilakukan tiap lima hari sekali. Pengujian yang dilakukan adalah uji kadar air metode oven, uji kadar protein metode titrasi formol, dan uji organoleptik (kerusakan) pada warna, aroma, rasa, dan tekstur. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Jenis kemasan plastik menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kadar air nugget, akan tetapi jenis kemasan PE dan PP tidak berbeda nyata terhadap kadar air nugget. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis plastik PE memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan jenis plastik PP. Namun, kadar air jenis PE belum memenuhi standart SNI sebesar 60%. Tabel 1.Rata Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Kadar Air Nugget Jenis Kemasan Rata-Rata(%) Tanpa Pengemas 34,957a PE 67,972b PP 69,697b Plastik jenis PP seharusnya lebih baik dalam mempertahankan kadar air nugget karena memiliki permeabilitas uap air yang rendah dari pada PE. Menurut Mareta dan sofia (2011) bahwa permeabilitas plastik polipropilen lebih kecil dibandingkan plastik polietilen sehingga uap air akan lebih sulit menembus plastik polipropilen dari pada polietilen. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Fajrin (2000) Meskipun permeabilitas uap air dan gas plastik PP lebih kecil dari plastik PE, tetapi jika diukur berdasarkan skala 1-10 permeabilitas plastik PP dan PE terhadap uap air, gas, dan bau adalah sama. Meskipun Tabel 4.1 menunjukkan kadar air nugget PE lebih rendah dari PP, tetapi perbedaan tersebut tidak berbeda nyata. Tabel 2. Rata-Rata Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Lama Penyimpanan (Hari) Rata-Rata (%) 0 69,09c 5 58,8b 10 59,048b 15 51,452a 20 49,321a Pada pengemas jenis PE, hari ke 5 sampai hari ke 15 mengalami penurunan kadar air, dan pada hari ke 20 mengalami kenaikan kembali. Hal itu disebabkan oleh suhu dan kelembaban yang tidak stabil selama penyimpanan, sehingga nugget mengeluarkan banyak air untuk mencapai kesetimbangan dan menyesuaikan dengan perubahan suhu dan kelembaban. Hal ini sejalan dengan penelitian Latifa (2010) selama penyimpanan seharusnya terjadi peningkatan kadar air, tetapi pada kondisi tertentu dapat mengalami penurunan. Hal itu bisa terjadi karena adanya peningkatan suhu dan adanya penurunan kelembaban, sehingga menyebabkan perpindahan uap air dari bahan ke lingkungan, akhirnya kadar air pada bahan menurun. Kadar Protein Menurut Sulchan dan Endang (2007) 100 gr tempe gembus mengandung sekitar 4,07g protein. Setelah dilakukan uji,

72 Pengaruh jenis pengemas...(ahmad dkk) kandungan protein nugget tersebut mencapai 45% dari total adonan yang di buat. Peningkatan kadar protein pada nugget gembus dimungkinkan dari penambahan teri nasi di dalam adonan. Selain itu, penggunaan telur sebagai pelapis nugget diduga mampu menambah kadar protein pada nugget. Jenis kemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kadar protein nugget gembus. Plastik jenis PP mampu mempertahankan kadar protein nugget lebih baik dibandingkan plastik jenis PE dan perlakuan tanpa kemasan. Tetapi, semua perlakuan mampu mempertahankan kadar protein diatas standar SNI yang ditetapkan sebesar 15%. Tabel 3. Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Rata-Rata Kadar Protein Nugget Gembus Basis Basah dengan Cara Titrasi Formol Jenis kemasan Rata-Rata(%) Tanpa Pengemas 23,931a PE 27,434b PP 29,474b Kadar protein pada nugget gembus mengalami penurunan. Penyebab penurunan kadar protein adalah terdapat pengaruh mikroorganisme yang ada pada nugget. Menurut Agus et al. (2013) terdapat kecenderungan penurunan kadar protein akibat dari semakin lama waktu penyimpanan. Penurunan tersebut diduga karena terdapat aktivitas bakteri proteolitik yang dapat mencerna protein. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Creniewicz (2006) bakteri proteolitik dapat tumbuh optimal pada suhu ruang, tetapi masih bisa tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya waktu pada suhu lemari es, sehingga dapat menyebabkan degradasi protein. Jumlah bakteri yang ada pada pengemas berkaitan erat dengan permeabilitas plastik. Bakteri proteolitik tergolong bakteri aerobik yang akan tumbuh maksimal dengan adanya oksigen. Semakin banyak oksigen dalam lingkungan maka semakin optimal pertumbuhan bakteri proteolitik. Plastik jenis PP lebih baik dalam mempertahankan kandungan protein karena permeabilitas plastik PP terhadap gas yang lebih rendah dari pada PE, sehingga menyebabkan protein nugget berkurang lebih sedikit dari pada PE karena mampu menahan gas masuk ke media penyimpanan sehingga menyebabkan berkurangnya proses oksidasi yang mendukung pertumbuhan bakteri. Nugget tanpa pengemas kehilangan kandungan protein lebih banyak dikarenakan tidak adanya pelindung yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Tabel 4. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Protein Nugget Gembus Basis Basah dengan Cara Titrasi Formol Lama Penyimpanan (Hari) Ket: Rata-Rata (%) 0 45,237c 5 32,588b 10 20,917a 15 18,969a 20 17,027a Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Tabel 4. menunjukkan kadar protein nugget mengalami penurunan seiring dengan lama penyimpanan pada produk nugget. Pada hari ke 0 sampai hari ke 20 bakteri mengalami pertumbuhan secara terus menerus, sehingga secara langsung mengurangi kadar protein nugget. Menurut Marada (2012) bakteri akan mengalami fase logaritmik seiring lama penyimpanan. Fase pertumbuhan logaritmik adalah fase dimana bakteri membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Prinsip dari titrasi formol menurut Sudarmaji et.al. (2003) adalah mengikat asam amino yang dalam hal ini mewakili jumlah protein kemudian di titrasi dengan NaOH menggunakan indikator PP sampai diperoleh nilai N untuk mengetahui kadar protein. Titrasi formol menunjukkan proses terjadinya pemecahan protein dan tidak bisa menentukan jenis protein. Tabel 5. menunjukkan perlakuan tanpa pengemas mengalami penurunan kadar protein yang sangat drastis karena tidak adanya pelindung yang mampu menghambat proses oksidasi selama penyimpanan sehingga bakteri tumbuh optimal. Semakin berkurang nilai protein menunjukkan semakin tinggi pula proses hidrolisis protein yang terjadi. Bakteri memecah asam amino menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga kadar protein menurun.

AGROINTEK Volume 10, No.2 Agustus 2016 73 Perlakuan PE dan lama penyimpanan ke-10 terjadi penurunan kadar protein yang mencolok, kemudian pada hari ke 15 mengalami kenaikan kembali. Hal tersebut diduga karena komposisi dari bahan tambahan nugget pada hari ke 10 yaitu teri nasi tidak tercampur rata. Menurut Istanti (2005) adanya perubahan kadar protein pada pangan juga disebabkan oleh proses pengadukan yang kurang kalis saat pembuatan adonan. Sehingga bahan pada adonan tidak bercampur rata dan tidak homogen. Uji Organoleptik Uji organoleptik pada penelitian ini menggunakan sistem perseorangan. Pengujian dilakuan dengan cara mengamati perubahan pada nugget dimulai pada hari ke nol sampai nugget mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang diamati meliputi tekstur, aroma, rasa, dan warna. Tabel 6. menunjukkan perlakuan tanpa kemasan pada hari ke 0 sampai hari ke 10 memiliki rasa yang masih sangat baik. Namun pada hari ke 15 sampai hari ke 20 nugget gembus mulai mengalami kerusakan yaitu nugget sudah mulai tidak ada rasa. Perubahan tersebut dikarenakan nugget mengalami kehilangan banyak air. Kerusakan tersebut ditandai dengan perubahan rasa dari asin menjadi hambar. Aroma khas ikan menjadi tanpa aroma. Tekstur pada hari ke nol lembut dan kenyal menjadi keras dan kaku. Warna berubah dari coklat cerah menjadi coklat tua. Rata-rata perlakuan normal mengalami kerusakan fisik pada hari ke 15. Tabel 5. Pengaruh Jenis Pengemas dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Protein Nugget Gembus Basis Basah dengan Cara Titrasi Formol Lama Perlakuan Penyimpanan Tanpa Pengemas PE PP (Hari) 0(%) 45,237e 45,237e 45,237e 5(%) 36,480d 29,183cd 32,100d 10(%) 20,430bc 18,970bc 23,350c 15(%) 13,130b 20,430bc 23,347c 20(%) 4,380a 23,350c 23,350c Ket: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Tabel 6. Uji Organoleptik Nugget Gembus Lama Perlakuan penyimpanan Tanpa pengemas Kemasan Plastik PE Kemasan Plastik PP (hari) Rasa Aroma Teks -tur Warna Rasa Aroma Tekstur warna rasa Aroma Tekstur war na 0 5 10 15 20 Ket: Tanda Plus () menunjukkan tingkat mutu nugget gembus, 5=Sangat Baik, 4=Agak Baik, 3=Cukup, 2=Rusak, 1=Sangat Rusak

74 Pengaruh jenis pengemas...(ahmad dkk) Pada perlakuan kemasan plastik PP, rasa sangat baik sampai hari ke 5. Pada hari ke 10 nugget mulai mengalami kerusakan dimana rasa mulai mengalami perubahan tetapi kondisi ini nugget masih bisa dikonsumsi. Hari ke 15 nugget sudah mengalami kerusakan. Kerusakan pada pengemas PP ditandai dengan rasa nugget yang asin mulai menjadi kecut. Perlakuan plastik jenis PE nugget juga mengalami kerusakan pada hari ke 10. Rasa pada nugget berubah menjadi kecut dari rasa yang awalnya asin dan lembut. Kerusakan juga terjadi pada aroma nugget. Pada hari ke 10 aroma nugget pada perlakuan PP atau pun PE mengalami perubahan. Kerusakan pada aroma nugget ditandai dengan perubahan aroma dari beraroma khas ikan menjadi tengik. Tekstur nugget pada perlakuan tanpa kemasan sangat baik pada hari ke 5. Namun, mulai menunjukkan kerusakan pada hari ke 10 yaitu nugget mulai mengeras pada permukannya, tetapi lunak pada bagian dalam. Sedangkan pada hari ke 15 nugget mulai keras.perubahan tersebut di sebabkan karena kandungan air nugget yang menurun drastis. Terbukti pada hari ke 15-20 kadar air nugget sudah di bawah 15% dan pada kondisi tersebut nugget sudah tidak layak di konsumsi. Sedangkan pada perlakuan kemasan PP dan PE, nugget memiliki tekstur yang sangat baik sampai hari ke15 yaitu kenyal dan lembut. Hari ke 20 penyimpanan, kemasan masih mampu mempertahankan tekstur dengan baik, namun pada kondisi ini nugget jenis PP sudah mulai lengket pada permukaan dan nugget jenis PE sudah mulai di tumbuhi jamur pada permukaan nugget. Kemasan plastik terbukti mampu mempertahankan warna pada nugget. Perlakuan kemasan PE dan PP warna tetap cerah sampai hari ke 20 yaitu berwarna coklat. Sedangkan nugget tanpa pengemas kurang mampu mempertahankan warna nugget. Perubahan warna yang dialami nugget tanpa kemasan adalah dari coklat menjadi coklat tua. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jenis pengemas plastik berpengaruh terhadap kadar air dan kadar protein nugget gembus. Lama penyimpanan juga memberikan pengaruh nyata pada kadar air dan kadar protein nugget gembus. Interaksi antara perlakuan jenis pengemas plastik dan lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap kadar air dan kadar protein nugget gembus Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk penelitian kandungan nugget gembus yang lainnya seperti kandungan lemak, karbohidrat dan kalsium. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan bahan pengemas yang lain dan parameter suhu. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang mengurangi kadar air nugget agar sesuai dengan SNI. DAFTAR PUSTAKA Agus D S; S. Kumalaningsih; A. Febrianto Mulyadi. 2013. Studi Stabilitas Pengangkutan Susu Segar Pada Suhu Rendah Yang Layak Secara Teknis Dan Finansial (Kajian Suhu Dan Lama Waktu Pendinginan). Jurnal penelitian. Jurusan Teknologi Indusri Pertanian Universitas Brawijaya Creniewicz, M. 2006. Storage Stability of Raw Milk Subjected to Vibration. Polish Journal of National Science. Vol 15 pp 65 70 Fajrin, A. M; K. Setyowati; A. Iskandar; Sugiarto; I. Yuliasih. 2000. Pengemasan 1. Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor Ginting, N. 2006. Penambahan Bahan Pengikat Pada Nugget Itik Serati (The Addition Of Binder Matter On Waterfowls Nugget). Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 1

AGROINTEK Volume 10, No.2 Agustus 2016 75 Istanti, I. 2005. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Kerupuk Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus pardalis). Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Latifah, N. H. 2010. Pemilihan Jenis Plastik dan Pembuatan Desain Kemasan untuk Keripik Tette Madura. Skripsi. Bangkalan: Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Marada, H. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Ikan Cakalang Pada Suhu Freezer Terhadap Jumlah Bakteri. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo Mareta, D. T. dan S. Nur A. 2011. Pengemas Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. Jurnal Mediagro. Vol 7. No 1. Hal 26-40 Sudarmadji, S; B, Haryono; Suhardi. 2013. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta: Yogyakarta Wulandari, A; S. Waluyo; D. D. Novita. 2013. Prediksi Umur Simpan Kerupuk Kemplang Dalam Kemasan Plastik Polipropilen Beberapa Ketebalan. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2. No. 2:105-11