Dradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

KANWIL DJP. Jakarta Utara. Seminar Nasional KEBIJAKAN PERPAJAKAN. pasca tax. amnesty. Jakarta, 10 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sumber pendapatan utama bagi setiap negara di dunia,

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

PERMASALAHAN PAJAK INDONESIA. Ayu Noviani Hanum. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan


BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

DATA POKOK APBN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus. melakukan inovasi dalam pembangunannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berperan penting bagi negara (Gwartney dan Lawson, 2006). Peran penting

Jogjakarta, 7 Agustus 2017

PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

Strategi & Tantangan Pengamanan Penerimaan Pajak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. segera menentukan strategi untuk mengejar tax ratio pada kisaran 13-14

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

Oleh: MUH. TUNJUNG NUGROHO, SE, ME, Ak, CA Kasubdit Perencanaan Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak. Rabu, 10 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Risiko (Risk) Risiko (kemungkinan, bahaya) kerugian, akibat yang tidak atau kurang. perbuatan, usaha, dsb.

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

PENERIMAAN DAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN TAHUN Rata-rata pertumbuhan PDB 5 tahun terakhir = 19,79% sedangkan Rata-rata

Executive Summary Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penerimaan dari sumber daya alam minyak dan gas tidak. bisa lagi diharapkan menjadi penerimaan negara yang utama, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tren pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup tinggi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi semua sektor, terutama pada sektor perekonomian dalam negeri. Maka dari

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

Transkripsi:

Dradjad H Wibowo Yogyakarta, 7 November 2015

Dalam 10 tahun terakhir, target pajak dalam APBN tidak pernah tercapai, kecuali tahun 2008 dimana terjadi kenaikan harga tiga komoditas utama: minyak dan gas, CPO dan batubara. Ditambah percepatan pembayaran masa atau ijon pajak. Tax Ratio statis pada kisaran 11% - 13%. Pertumbuhan penerimaan pajak melambat. Reformasi Birokrasi belum mampu mendorong kinerja seperti yang diharapkan. Tunjangan Kinerja yang diberikan pada 2015 ini relatif tidak memberi dampak yang signifikan.

20 15 10 14.6 14.6 14.3 13.8 11.8 11.9 11.9 11.3 8.8 8.99 9.14 8.07 14.6 13.2 13.7 12.4 12.4 12.7 8.45 5 0 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2015 APBNP

Grafik warna merah: Tax Ratio dalam arti luas yang meliputi penerimaan pajak, penerimaan sumber daya alam dan penerimaan lainnya. Grafik warna biru: tax ratio dalam arti sempit hanya mencakup penerimaan pajak semata. Grafik warna hijau: Rasio Pajak Murni (RPM), yaitu rasio dari penerimaan pajak murni DJP dengan produk domestik bruto (PDB).

Realisasi penerimaan Semester I/2015 hanya 36% dari target. Penerimaan Semester I tiga tahun sebelumnya (2012-2014) rata-rata 43%. Artinya terjadi penurunan kinerja 7% dibanding rata-rata tiga tahun terakhir. Realisasi Penerimaan Semester II tiga tahun terakhir (2012-2014) rata-rata 51%. Jika kinerja Semester II/2015 sama dengan Semester I/2015, maka kemungkinan realisasi penerimaan Semester II/2015 hanya 44%. Realisasi penerimaan DJP 2015 hanya 75-80% dari target jika tanpa usaha ekstra yang efektif. Bisa 88% jika usaha ekstra efektif.

Skenario OPTIMISTIK 2015 Bulan Rutin Extra Efforts Target PBB Percepatan Pembayaran Masa Proyeksi Realisasi Cash Flow Realisasi Cash Flow Per tgl 12 Okt 2015 Yang masih harus dicari Realisasi Januari Sd 30 September 677.087 Oktober 65.000 37.000 8.000 110.000 28.700 81.300 November 70.000 37.000 6.546 50.500 164.046 0 164.046 Desember 80.000 37.000 69.641 186.641 0 186.641 Total 215.000 111.000 14.546 120.141 1.137.774 28.700 431.987 Target Tahun 2015 Surplus/ (Shortfall) Persentase capaian tahun 2015 1.294.257 (156.483) 87.91%

Dengan target pajak di atas Rp1.294 triliun dan terus meningkat, administrasi perpajakan yang hanya unit Eselon I (di bawah Kemenkeu), sulit bagi DJP memaksimalkan pengelolaan sumber daya dimiliki. Saran: 1) Perpajakan ditingkatkan menjadi lembaga/ badan setingkat menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden; atau 2) tetap Eselon I dengan otonomi lebih luas dalam mengelola sumber daya (SDM, anggaran dsb)

Dalam revisi UU Perpajakan terakhir (2006/2007), hak dan kewajiban fiskus maupun wajib pajak ditata ulang. Faktanya, hak-hak WP langsung diberlakukan, sedangkan hak-hak fiskus lambat dipenuhi. Misalnya tentang pembentukan bank data (Pasal 35A UU KUP). PP atas Pasal 35A ini baru terbit 5 tahun setelah UU diberlakukan. Sedangkan PP mengenai pembentukan bank data hingga saat ini belum diterbitkan. Bank Data sangat krusial: 1. Agar tax base diketahui secara akurat 2. Meminimumkan penghindaran/kecurangan pajak

Sistem IT Ditjen Pajak sejak tahun 2000-an belum mengalami kemajuan yang berarti, utamanya IT yang menunjang pelayanan dan pengawasan kepada WP. Sejak tim reformasi birokrasi (Sjarifuddin Alsjah dkk dijerat hukum), pengembangan IT terhambat. Proyek PINTAR yang dibiayai Bank Dunia juga dibatalkan. Kehandalan sistem IT mempunyai peran sangat penting dalam administrasi pajak yang menganut rezim self assessment.

Pembatasan sumber-sumber informasi yang terkait transaksi finansial membuat DJP tidak mampu untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi secara efektif. UU Perbankan : kerahasiaan bank demi stabilisasi sektor keuangan dan arus modal dalam neraca pembayaran. Itu alasan lain tentang pentingnya Bank Data, sebagai pengganti kerahasiaan bank.

1. Piutang Pajak (DJP) dalam LKPP 2014 mencapai hampir Rp92 triliun, dan piutang pajak yang masih dalam sengketa mencapai Rp74 triliun. Ditjen Pajak perlu memperbaiki sistem penagihan pajak agar piutang yang nyata-nyata sudah menjadi hak negara bisa direalisasikan. Saat ini, piutang pajak mendekati daluwarsa. 2. Ditjen Pajak perlu memperbaiki kualitas SKP (surat ketetapan pajak) sehingga bisa menekan angka sengketa pajak.

3. Ditjen Pajak perlu membangun Bank Data yang modern, mengingat di akhir tahun pemerintahan Presiden Jokowi target penerimaan pajak bisa mendekati Rp2.000 triliun. 4. Kemenkeu/Ditjen Pajak perlu menciptakan sistem yang mampu mendorong setiap pegawai mencapai target penerimaan yang dibebankan APBN. Sistem mutasi dan promosi sebaiknya dikaitkan dengan pencapaian target sebagai tolok ukur utama.

5. Perlu diupayakan menaikkan effective tax rate, meskipun mungkin nominal tax rate turun. 6. Tax amnesty memang bisa menaikkan penerimaan seperti di Rusia. Tapi jika desain tidak tepat dan sistem tidak siap justru merusak. Tax amnesty by default adalah tidak adil. 7. Ditjen Pajak perlu mengkaji secara sungguh2 untuk mengganti sistem PPN dengan pajak penjualan, mengingat angka kebocoran PPN (dari faktur fiktif, ekspor fiktif dll) sampai hari ini tidak bisa diatasi secara memadai patut dipertimbangkan

8. Pertukaran dan/atau integrasi informasi sumbersumber penerimaan negara (pajak, customs, dan PNBP) harus dilakukan untuk memaksimalkan penerimaan negara. 9. Perlu kerjasama erat dengan lembaga lain yang mempunyai kewenangan yang tidak dimiliki Kemenkeu. Misalnya kewenangan penyadapan, kewenangan memaksa pemberian data oleh K/L lain, dsb.

Terima kasih