BAB I PENDAHULUAN. segera menentukan strategi untuk mengejar tax ratio pada kisaran 13-14

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai, rasio penerimaan perpajakan (tax ratio) Indonesia yang saat ini berada di kisaran 11 persen masih berada di bawah standar negara-negara ASEAN dan Organisation on Economic Cooperation and Development (OECD). Menkeu berharap, ke depan tax ratio dapat meningkat menjadi persen. Oleh karena itu, jajaran Direktorat Jenderal Pajak diharapkan dapat segera menentukan strategi untuk mengejar tax ratio pada kisaran persen ( Tax ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara pada periode tertentu. Tax ratio digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu negara. PDB di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun dan tidak hanya berasal dari produksi jasa dan barang dalam negeri saja, tetapi dari investasi orang asing. Di Indonesia penerimaan pajak yang digunakan untuk menghitung tax ratio hanya dari pajak pusat saja. Sedangkan dalam model OECD, tax ratio dihitung berdasarkan penerimaan pajak pusat, pajak daerah, dan SDA. Dua hal inilah yang menyebakan tax ratio di Indonesia lebih kecil 1

2 2 dibandingkan negara lainnya. Berikut grafik perbadingan Tax Ratio dibeberapa negara di ASEAN yang diambil dari ( Gambar 1.1 Tax Ratio ASEAN Tahun 2011 Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat ( Pajak merupakan salah satu sumber utama dalam meningkatkan pendapatan negara. Hal tersebut yang membuat pajak dianggap sebagai komponen penting bagi pendapatan negara. Salah satu cara dalam meningkatkan pendapatan negara dalam sektor pajak yaitu meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajaknya. Tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu negara dapat

3 3 dinilai dengan tax ratio. Jika dilihat dari grafik diatas tax ratio di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara negara lainnya selain negara Myanmar dan Kamboja. Hal tersebut berarti bahwa tingkat kepatuhan di Indonesia masih dibawah negara Myanmar dan Kamboja. Namun tax ratio dapat ditingkatkan salah satunya dengan cara malakukan reformasi administrasi perpajakan, meningkatkan kesadaran perpajakan, serta memberikan sanksi pajak yang tegas. Sebenarnya reformasi perpajakan di Indonesia telah diluncurkan pertama kali yaitu pada tahun 1983 dimana adanya perubahan sistem mendasar yang menggantikan system official assessment menjadi self assessment yang artinya bahwa Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan, membayar, menghitung sendiri pajak yang terutang. Selain perubahan sistem, reformasi perpajakan juga sudah melakukan reformasi birokrasi dan remunerasi serta reorganisasi dalam lingkup Direktorat Jendral Pajak beserta informasinya. Menurut DJP bahwa reformasi perpajakan telah gagal karena banyak terpampang di beberapa media berkaitan dengan penangkapan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan wewenang mereka sebagai pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Tudingan mengenai sistem perpajakan yang buruk, komitmen dan integritas pegawai Ditjen Pajak yang dipertanyakan, remunerasi ternyata tidak mengubah mental pegawai Ditjen Pajak. Selain itu kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam hal melaksanakan, membayar, melaporkan, dan menghitung sendiri pajak

4 4 inilah yang membuat kurangnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Serta rendahnya sanksi yang dikenakan yang membuat kurangnya kepatuhan Wajib Pajak. Sebenarnya ketentuan umum dan tata cara peraturan perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang, tak terkecuali mengenai sanksi perpajakan. Menurut Undang-Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 yang sudah dijelaskan yaitu salah satunya mengenai sanksi pajak, wajib pajak dapat dikenakan sanksi denda yang berupa administrasi, bunga, dan sanksi pidana. Selain itu, masalah kepatuhan wajib pajak juga adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang. Dari segi formil persentase tingkat kepatuhan wajib pajak dalam mengisi formulir pajak penghasilan baru sekitar 50% (Harian Seputar Indonesia, 2011). Serta terdapat banyak ketidakkonsistenan dari beberapa sumber penelitian ilmiah terdahulu yang telah diteliti mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak diantaranya adalah dari penelitian Fitriah yang salah satu variabel independen yaitu Reformasi Administrasi Perpajakan dengan judul Analisis Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2011 memberikan kesimpulan bahwa salah satu faktor yaitu struktur organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak namun sebaliknya dalam penelitian Endri Hartanti pada tahun 2013 dengan judul Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

5 5 Semarang Tengah Dua bahwa faktor struktur organisasi tidak ada pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga terdapat hasil yang memiliki ketidakkonsistenan dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian Thia Dwi Utami dan Kardinal dengan variabel salah satu adalah kesadaran perpajakan, dengan judul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Seberang Ulu (2013) menghasilkan kesimpulan bahwa variabel kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi, sedangkan dalam penelitian Ratriana Dyah Safri (2013) dengan judul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Wilayah KPP Pratama Yogyakarta menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Selain itu pada tahun 2013 Dewi Permatasari juga telah melakukan penelitian yang sama tentang kepatuhan wajib pajak dengan judul Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dimana variabel independen sanksi pajak mendapatkan kesimpulan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan pada penelitian Eka Maryati (2014) dengan judul Pengaruh Sanksi Pajak, Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada

6 6 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan mengahasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi Jadi jika para Wajib Pajak mampu meningkatkan tingkat kepatuhannya dan kedisiplinannya dalam membayar pajak dan para pegawai yang tidak menyalahi aturan yang telah ada maka dapat mengurangi tingkat ketidakonsistenan hasil kesimpulan yang diteliti sebelumnya oleh peneliti terdahulu, hal tersebut akan membantu meningkatkan tax ratio yang sebelumnya diharapkan oleh Menkeu. Sehingga dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik membahas permasalahan mengenai pengaruh reformasi administrasi perpajakan, kesadaran perpajakan, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan objek penelitian yaitu pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Satu, dan penulis juga tertarik dengan seberapa besar Wajib Pajak yang terdapat pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Satu dalam mematuhi kewajiban perpajakannya setelah adanya reformasi administrasi perpajakan, kesadaran perpajakan, dan sanksi pajak. Untuk itu penulis akan meneliti dengan judul Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Satu B. Rumusan Masalah Penelitian

7 7 Berdasarkan latar belakang yang telah diamati, dapat dirumuskan cara menciptakan suatu kepatuhan wajib pajak dengan meningkatkan suatu kesadaran perpajakan dan memberikan dukungan terhadap pengaruh reformasi administrasi perpajakan serta sanksi pajak secara optimal. Maka dengan adanya rumusan masalah tersebut dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut : 1. Apakah reformasi administrasi perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 2. Apakah kesadaran perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? 3. Apakah sanksi pajak mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat tujuan ini dapat mengukur seberapa besar pengaruh reformasi administrasi perpajakan, kesadaran perpajakan, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yaitu : 1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang reformasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

8 8 2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak 3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak 2. Kontribusi Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi peneliti sendiri, bagi masyarakat, bagi pihak pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti tersebut. Adapun kontribusi dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang berguna untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan kebijakan selanjutnya yang berkaitan langsung dengan pelayanan pajak kepada para wajib pajak. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi dan wawasan bagi yang membutuhkan tentang reformasi administrasi perpajakan, kesadaran perpajakan, dan sanksi pajak