BAB II LANDASAN TEORI. A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sarana atau alat untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

20 Pertanyaan dan Jawaban mengenai Pengelolaan keuangan daerah:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur APBD

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pertemuan ke: 06 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

RENCANA KERJA SKPD JANGAN ASAL JADI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN ANGGARAN FUNGSI ANGGARAN. Anggaran berfungsi sebagai berikut:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah A.1. Pengertian APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sarana atau alat untuk dalam menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta memberi isi dan arti tanggungjawab Pemerintah Daerah karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah. Berbagai definisi dari para ahli dan undang-undang mengenai APBD: Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Menurut Halim (2001, 24) APBD merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukkan adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal dan biaya yang merupakan batas maksimal untuk suatu peiode anggaran. Menurut Mardiasmo (2002,9) APBD merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas. 7

Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa APBD adalah: 1. Rencana Operasional daerah yang menggambarkan bahwa adanya aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di mana aktivitas tersebut telah diuraikan secara rinci. 2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, sedang biaya-biaya yang ada merupakan batas maksimal pengeluaranpengeluaran yanga akan dilaksanakan. 3. Dituangkan dalam bentuk angka, jenis kegiatan dan jenis proyek. 4. Untuk keperluan satu tahun anggaran yaitu 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya. B. Jenis Sistem Penganggaran Jenis sistem penganggaran menurut Indra Bastian. (2001, 166) terdiri dari : 1. Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang dilaksanakan kepada dan darimana itu berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa 8

dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran). Karakteristik dari sistem penganggaran line item: a. Titik berat perhatian pada segi pelaksanaan dan pengawasan b. Penekanan hanya pada segi administrasi. Keunggulannya.:. a. Penyusunan relatif mudah, b. Membantu dalam mengamankan komitemen di antara partisipasi sehingga dapat mengurangi konflik Kelemahannya: a. Perhatian terhadap laporan pelaksanaan anggaran penerimaan dan pengeluaran sangat kurang pertimbangan, b. Diabaikannya prestasi yang dicapai atas realisasi penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan, c. Para penyusun anggaran tidak memiliki alasan yang rasional dalam menetapkan target penerimaan dan pengeluaran. 2. Incremental Budgeting Sistem ini menggunakan revisi anggaran pendapatan dan belanja tahun berjalan untuk menentukan anggaran tahun yang akan datang. Sekali suatu pos pengeluaran muncul didalam anggaran, maka selamanya pos tersebut ada pada anggaran periode berikutnya dengan perubahan/kenaikan yang didasarkan dari jumlah yang dianggarkan pada periode sebelumnya. 9

Titik perhatian adalah marginal atau selisih incremental antara anggaran tahun ini dan tahun sebelumnya, bukan pada anggaran secara menyeluruh. Alasan diterapkannya sistem anggaran incremental ini adalah bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada tahun anggaran yang sebelumnya merupakan kegiatan yang harus diteruskan pada tahun berikutnya. Keunggulannya: a. Membantu mengatasi rumitnya proses penyusunan anggaran, b. Tidak memerlukan pengetahuan yang terlalu tinggi untuk memahami program-program baru, c. Dapat mengurangi konflik. Kelemahannya: Kelemahannya sama dengan sistem anggaran line item 3. Planning Programing Budgeting System (PPBS) Planning programing budgeting system adalah suatu proses perencanaan, pembuatan program dan penganggaran yang terikat dalam suatu sistem sebagai satu kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah dan didalamnya terkandung identifikasi tujuan organisasi, permasalahan yang mungkin timbul dalam pencapaian Tujuan dan proses pertimbangan implikasi keputusan terhadap berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Keunggulannya: a. Dapat menggambarkan tujuan organisasi dengan lebih nyata, 10

b. Dapat menghindarkan adanya overlapping program dan pertentangan diantara program. c. Dapat memungkinkan alokasi sumber daya secara lebih efisien dan efektif berdasarkan analisa manfaat dan biaya untuk mencapai tujuan. Kelemahannya: a. Terlalu sukar diterapkan baik secara teknis maupun praktis sehingga sulit diterpakan khususnya di negara-negara berkembang, b. Merupakan proses yang multikompleks dan memerlukan banyak perhitungan dan analisa. c. Memerlukan kualitas pengelolaan yang sangat tinggi 4. Zero Based Budgting adalah anggaran yang dibuat berdasarkan pada sesuatu yang sedang dilakukan atau dilakukan merupakan sesuatu yang baru, dan tidak berdasarkan pada apa yang telah dilakukan dimasa lalu. Setiap kegiatan dilihat sebagai sesuatu yang mandiri dan bukan merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dilakukan. Keunggulannya: a. Proses pembuatan paket keputusan dapat menjamin tersedianya informasi yang lebih bermanfaat bagi kepentingan manajemen, b. Dana dapat dialokasikan dengan lebih efisien, karena terdapat bebrapa alternatif keputusan dan alternatif bagi pelaksanaan 11

keputusan tersebut, c. Setiap program dan kegiatan selalu direview setiap tahun, c. Pengambilan keputusan dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan yang dianggap kritik dan mendesak. Kelemahannya: a. Tidak mudah untuk diterapkan, b. Tidak semua kegiatan dapat disusun ranking keputusannya secara konsisten dari tahun ke tahun, c. Terlalu mahal dan memakan banyak waktu, d. Memerlukan skill khusus terutama dalam menganalisa dan menentukan prioritas/rangking, e. Memerlukan data yang lebih banyak dan diperlukan dukungan analisa yang cukup kuat. f. Sulit untuk memutuskan bahwa kegiatan yang satu benar-benar lebih penting dibandingkan kegiatan yang lainnya. 5. Performance Budgeting System adalah cara penyusunan anggaran berdasarkan pertimbangan beban kerja dan yang berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia unutk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem penyusunan ini tidak hanya didasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja tetapi juga didasarkan kepada tujuan-tujuan/rencana-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun atau didukug oleh suatu anggaran biaya 12

yang cukup dan biaya/dana yang dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien. Keunggulannya: a. Memungkinkan adanya pendelegasian dalam wewenang dalam pengambilan keputusan, b. Merangsang partisipasi dan motivasi unit-unit operasional melalui proses usulan dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat faktual, dan dapat membantu meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam keputusan pada semua tingkat, c. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatan selalu dipetimbangkan dari segi efisinsi, d. Dapat menghindarkan pemborosan. Kelemahannya: a. Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan, b. Tidak semua hasil kerja dapat diukur secar kuantitatif, c. Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang menanggung beban atas keputusan. C. Prinsip-Prinsip Penganggaran Prinsip prinsip penganggaran menurut Abdul Halim (2001, 358) 1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. 13

Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses angaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakt, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakt juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. 2. Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam APBD/perubahan ABPD. 3. Keadilan anggaran Pemerintah daearah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat. 4. Efisiensi dan efektfitas anggaran Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berdasarkan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat. 14

5. Disusun dengan pendekatan kinerja APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengupayakan pencapaian hasil kerja (outout/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait. D. Anggaran Belanja Daerah Belanja daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahunn anggaran yang bersangkutan yang meliputi belanja rutin (operasional) dan belanja pembangunan (belanja modal) serta pengeluaran tidak tersangka. E. Anggaran Belanja Rutin Menurut Mardiasmo (2002,18) Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus, yang dimaksudkan untuk menjaga kelancaran roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan. Menurut Imamul Arifin (2002,37) Anggaran rutin adalah anggaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari hari, seperti belanja pegawai dan belanja barang atau jasa. Dengan telah diberikannya kewenangan untuk mengelola keuangan daerah, maka belanja rutin diprioritaskan pada optimalisasi fungsi dan tugas rutin perangkat daerah. Perencanaan belanja rutin sedapat mungkin 15

menerapkan pendekatan anggaran kinerja (berorientasi pada output). Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan analisa dan evaluasi hubungan antara kebutuhan dan hasil serta manfaat yang diperoleh. Belanja rutin terdiri dari: 1. Belanja administrasi umum Belanja Pegawai, Belanja barang, Belanja perjalanan dinas, Belanja pemeliharaan 2. Belanja operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana. F. Anggaran Belanja Pembangunan Anggaran belanja pembangunan adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai proses perubahan, yang merupakan perbaikan dan pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Pengeluaran yang dianggarkan dalam pengeluaran pembangunan didasarkan atas alokasi sektoral (sektor/sub sektor) pajak dan retribusi daerah. Belanja pembangunan terdiri dari: 1. Belanja Publik. Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secra langsung oleh masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal yang berupa investasi fisik (pembangunan infrastruktur) yang mempunyai nilai 16

ekonomis lebih dari satu tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah. 2. Belanja Aparatur adalah belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Belanja aparatur menyebabkan terjadinya penambahan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya. Belanja aparatur diperkirakan akan memberikan manfaat pada periode berjalan dan periode yang akan datang. 3. pengeluaran transfer adalah pengalihan uang dari pemerintah daerah dengan kriteria: Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti terjadi transaksi pembelian dan penjualan. Tidak mengharapkan dibayar kembali di mas yang akan datang, seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman. Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya yang diharapkan pada suatu investasi. Pengeluaran transfer ini terdiri atas: angsuran pinjaman, dana bantuan dan dana cadangan. G. Fungsi Anggaran Daerah Anggaran daerah mempunyai peranan penting dalam sistem keuangan daerah. Peran anggaran daerah dapat dilihat berdasarkan fungsi utamanya, yaitu: 1. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan 17

2. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian 3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal 4. Anggaran sebagai alat politik 5. Anggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja dalam organisasi pemda yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. 6. Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. 7. Anggaran dapat digunakan seabagai alat untuk memotivasi manajemen. 8. Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (Public Sphere), dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat. H. Siklus Perencanaan Anggaran Daerah Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-undang No.17 Tahun 2003 serta Undang-undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahn berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. 18

2) DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahung anggaran berikutnya. 3) Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD. 4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan pafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemrintah daerah bersama DPRD. 5) RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. 6) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya. 7) Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun berikutnya. 8) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. 19

I. Laporan Keuangan Anggaran Pemerintah Daerah Dalam rangka monitoring pelaksanaan APBD perlu adanya laporan, laporan disusun oleh dinas/lembaga daerah/proyek pemerintah daerah mengenai pelaksanaan dari pengurusan keuangan daerah kepada kepala daerah. Laporan tersebut merupakan sumber data untuk bahan kepala daerah dalam menilai apakah program kerja pemerintah daerah sebagaimana direncanakan dalam APBD telah dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya data tersebut sebagai bahan pengendalian bagi penguasa anggaran dalam mengelola dana anggaran dalam hal ini kepala daerah dan unit pengawasannya dalam hal ini inspektorat wilayah daerah. Untuk menjamin tertib administrasi keuangan daerah maka dalam melaksanakan pelaporan perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Laporan harus dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Laporan dibuat dan disampaikan kepada atasan langsung 3. Laporan tetap harus dibuat walaupun tidak ada realisasinya atau nihil. Macam macam laporan dalam pelaksanaan anggaran daerah adalah sebagai berikut : a. Laporan bulanan dari bendaharawan penerimaan. Laporan bulanan ini diwujudkan dalam bentuk rekapitulasi bulanan mengenai penerimaan. Pendapatan daerah yang diurus oleh bendaharawan penerima dan penyetorannya ke kas daerah. Atas dasar laporan triwulan realisasi penerimaan pendapatan daerah dan 20

disampaikan kepada kepala daerah dengan tembusan bagian keuangan dan inspektorat wilayah daerah. b. Laporan bulanan dibidang pengeluaran dalam fungsinya sebagai bendaharawan rutin. Laporan ini merupakan pertanggung jawaban mengenai penggunaan uang yang diurus oleh bendaharawan kepada ordonator daerah dalam hal ini bagian keuangan, kemudian bagian keuangan menghimpun pertanggung jawaban tersebut menjadi laporan tri wulan dan disampaikan kepada kepala daerah. c. Laporan mengenai seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas daerah. Laporan ini dibuat oleh pemegang kas daerah dalam fungsinya selaku bendaharawan umum dan disampaikan kepada kepala daerah. Adapun sifat sifat khusus pembukuan bendaharawan di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Sistem pembukuan yang digunakan adalah system tata buku cameral, yaitu system tata buku yang khusus untuk diterapkan pada lembaga lembaga yang tidak bertujuan laba, yang pengelolaan keuangannya didasarkan atas penyelenggaraan anggaran belanja rutin. 2. Pembukuan bersifat dasar tunai. 3. Buku buku yang digunakan diantaranya adalah : a) Buku Kas Umum ( BKU ) 21

Buku kas umum dapat dibuat dalam bentuk skontro, dengan sisi debet untuk mencatat penerimaan dan sisi kredit untuk mencatat pengeluaran. b) Buku pembantu terdiri dari : 1. Buku Kas Tunai Buku ini digunakan untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran tunai yang dilakukan oleh bendaharawan. 2. Buku Bank Buku bank digunakan untuk mencatat transaksi transaksi keuangan yang dilakukan oleh bendaharawan melalui perantara bank. 3. Buku Pengawasan Dana UYHD Buku ini digunakan untuk mencatat transaksi transaksi yang menyangkut penggunaan dana UYHD. 4. Buku Pengawasan Kredit Per-mata Anggaran Pengeluaran ( MAK ) Buku ini dibuat untuk mencatat transaksi transaksi yang berhubungan dengan masing masing mata anggaran pengeluaran. 5. Buku Persekot Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran pengeluaran yang bersifat sementara dan belum pasti jumlahnya. 22

6. Buku Pungutan dan Penyetoran Pajak Buku ini berfungsi mencatat jumlah pajak yang telah dipungut dan disetorkan oleh bendaharawan. 4. Rekapitulasi buku pembantu serta penyusunan laporan keuangan dilakukan setiap akhir bulan laporan keuangan, terdiri dari : a) Laporan keadaan kredit anggaran ( LKKA ) b) Laporan keadaan kas ( LKK) J. Pertanggung Jawaban Anggaran dan Belanja Pemerintah Daerah Pelaksanaan pertanggung jawaban APBD yang terdiri dari unsur unsur pertanggung jawaban yang dalam garis besarnya tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pengelolaan dan pertanggung jawaban dalam pelaksanaan dekonsentrasi yang meliputi pembiyaan dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi disalurkan kepada Gubernur melalui Departemen / Lembaga pemerintah Non Departemen yang bersangkutan yang dilakukan oleh Gubernur kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen / Lembaga pemerintah Non Departemen yang bersangkutan. Administrasi keuangan dalam pembiyaan pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan desentralisasi, penerimaan dan pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan dekonsentrasi di administrasikan dalam anggaran 23

dekonsentrasi. Dalam hal ini, terdapat sisa anggaran lebih dari penerimaan terhadap pengeluaran dana dekonsentrasi, maka sisa anggaran lebih tersebut distor ke kas Negara. Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh instansi pemeriksa keuangan Negara. Ketentuan lebih lanjut tentang pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sementara itu pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan dalam pelaksanaan tugas pembantuan mencakup pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan disalurkan kepada daerah dan desa melalui departemen / lembaga pemerintah non departemen yang menugaskannya dan dilakukan oleh daerah dan desa kepada pemerintah pusat melalui departemen / lembaga pemerintah non departemen yang menugaskannya, pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan oleh instansi pemeriksa keuangan Negara. K. Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban berpusat pada gagasan bahwa sebuah organisasi hanyalah sekelompok orang yang bekerja menuju tujuan bersama. Makin besar bantuan dapat diberikan kepada tiap perorangan dalam pelaksanaan tugasnya, makin baik kesempatan bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Akuntansi pertanggungjawaban mengakui tiap orang yang berwenang mengendalikan atas biaya atau penghasilan dalam sebuah organisasi menjadi pusat pertanggungjawaban 24

yang terpisah yang kekuasaan mengurusnya harus ditetapkan dengan tegas, diukur, dan dilaporkan ke atas dalam organisasi itu. Sebenarnya system ini menyebabkan laporan akuntansi dibuat menurut selera perorangan dengan mengatakan gus, inilah yang pada mulanya anda anggarankan dan inilah yang anda lakukan untuk periode dengan kegiatan kegiatan yang sesungguhnya bila dibandingkan terhadap anggaran anda. Menurut definisi, akuntansi pertanggungjawaban adalah system akuntansi yang dibuat bagi sebuah organisasi sehingga biaya dikumpulkan dan dilaporkan oleh berbagai tingkat pertanggungjawaban dalam organisasi. Setiap bidang pengawasan dalam organisasi itu hanya dibebani dengan biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan ia berwenang mengendalikannya. Meskipun gagasan dibelakang akuntansi pertanggungjawaban bukanlah hal baru, pelaksanaan gagasan itu atas dasar yang luas memang baru dan munculs sebagai reaksi terhadap kebutuhan dengan cara yang lebih efisien untuk mengendalikan kegiatan. 25