Analisa Kasus PHK. Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok. PT Dirgantara Indonesia. Oleh: Kelompok 2 (Karet / Hevea Braziliensis)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Dimana dalam melakukan

Analisa Kasus Pemutusan Hubungan Kerja PT Dirgantara Indonesia Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu competitive advantage bagi suatu organisasi adalah memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

ANALISA KASUS PERSELISIHAN PERBURUHAN Diah Lestari Pitaloka S.H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, industri ataupun

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero)

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No.83 K/TUN/07

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perselisihan Hubungan Industrial

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia, perusahaan publik, bank dan BUMN wajib memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN NO. 92 TH 2004

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

MENELAAH KASUS PAILIT PT DIRGANTARA INDONESIA

Transformasi BPJS 2. September 2011

KEPMEN NO. 231 TH 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N 322 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) MEDAN. A. Sejarah Ringkas PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Medan

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI. pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja.

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan

ANALISIS ATAS TEMUAN BPK TENTANG PERAN PT. BAHANA PEMBINAAN USAHA INDONESIA (BPUI) UNTUK MENDUKUNG PENGUSAHA NASIONAL

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

*36250 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

3 (TIGA) PILAR MENSEJATERAHKAN RAKYAT/BURUH

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia bisnis menuntut agar setiap perusahaan yang bergerak di

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

PP 17/1999, BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KERJA DIREKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN MENGENAI PROSES

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk bermasyarakat serta berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan. otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI PRAKTEK PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJADI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

Transkripsi:

Analisa Kasus PHK PT Dirgantara Indonesia Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok Oleh: Kelompok 2 (Karet / Hevea Braziliensis) ARIE WIBOWO IRAWAN (P056110763.40E) BASUKI RAHMANTO (P056110803.40E) MOCHAMAD MULJANA (P056110883.40E) MUHAMMAD IQBAL (P056110893.40E) PRASETIYO (P056110923.40E) YUNIASTUTI W (P056111003.40E)

Risalah Pembahasan 1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 3. Profil Perusahaan 4. Studi Kasus 5. Pembahasan 6. Kesimpulan

Pendahuluan Latar Belakang Perusahaan dibentuk dalam rangka untuk menciptakan nilai tambah dan mendapatkan keuntungan. Sebuah bisnis terikat dengan etika. Etika dalam bisnis mengikat semua orang yang terlibat di dalamnya, baik secara personal maupun lembaga. Suatu nilai dianggap baik apabila menguntungkan perusahaan. Sebaliknya dianggap buruk apabila merugikan perusahaan. Perusahaan sebagai lembaga yang dikelola oleh manajeman yang terdiri beberapa orang, maka egoisme ini disebut egoisme kelompok. Ketika perusahaan sudah tidak untung, manajemen melakukan tindakan yang menurutnya rasional dan baik, misalnya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya secara sepihak. PT. Dirgantara Indonesia (DI), pada tahun 2002 melakuan PHK terhadap ribuan karyawannya. Tindakan perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah tersebut menimbulkan konflik yang berlarut-larut.

Pendahuluan Tujuan Penulisan Bagaimana relevansi antara tindakan PT. Dirgantara Indonesia dalam melakukan pemutusan hubungan kerja dengan etika, norma bisnis dan hukum ketenagakerjaan. Apakah tindakan pemutusan hubungan kerja oleh manajemen PT. Dirgantara Indonesia didasarkan oleh faktor egoisme kelompok atau ada faktor lain yang lebih seusai dengan etika dan norma bisnis. Apakah tindakan perlawanan yang dilakukan oleh karyawan PT. Dirgantara Indonesia didasarkan oleh faktor egoisme kelompok semata atau karena faktor lain yang bersifat normatif.

Tinjauan Pustaka Egoisme Tingkah laku yg didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain. Egoisme Psikologis Kodrat manusia dalam kenyataannya secara psikologis cenderung memilih tindakan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Egoisme Etis Suatu faham etika normatif yang menyatakan bahwa setiap orang wajib memilih tindakan yang paling menguntungkan bagi dirinya sendiri. Egoisme Kelompok Suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu/dua orang, melainkan masyarakat keseluruhan.

Teori Egoisme Kelompok Egoisme Kelompok (in group egoism) adalah egoisme yang hanya melihat kepentingan/ kenikmatan atau kebahagiaan kelompok Pemikiran Egoisme Kelompok Kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar Cocok dengan Ekonomis Teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis Manfaat Manfaatnya bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis

Teori Egoisme Dicerahi dan Utilitarianism 1. Egoisme Dicerahi Negosiasi untuk kepentingan bersama. 2. Utilitarianism Manfaat terbesar untuk paling banyak orang Utilitarianisme aturan yang membatasi diri pada justifikasi moral Prinsip dasar Utilitarianisme (The gretest happiness of the greatest number) diterapkan pada perbuatan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) PHK PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Ketentuan Hukum PHK dapat bersifat perdata, yaitu mengenai pemberitahuan, tenggang waktu dan saat PHK.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) KUH Perdata KUHPerdata bab 7a bagian 5 yaitu mengenai izin untuk memutuskan hubungan kerja. UU No. 13/2003 UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 150 yang berkaitan dengan pemutusan hubungan kerja. Keputusan Menteri Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep 150/Men/2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian di perusahaan menetapkan beberapa prosedur tentang pemutusan hubungan kerja dalam suatu perusahaan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) PHK PHK Oleh Putusan Pengadilan PHK Oleh Pihak Pengusaha PHK Oleh Pihak Pekerja PHK oleh Putusan Pengadilan PHK oleh Pihak Pengusaha PHK oleh Pihak Pekerja Terjadi karena alasan tertentu yang mendesak dan penting, misalnya perusahaan pailit. Terjadi karena keinginan dari pihak pengusaha dengan alasan, persyaratan dan prosedur tertentu. Terjadi karena keinginan dari pihak pekerja dengan alasan dan prosedur tertentu. PHK Demi Hukum PHK Demi Hukum Terjadi dengan sendirinya misalnya karena berakhirnya waktu.

PT Dirgantara Indonesia PT. Dirgantara Indonesia (DI) (Indonesian Aerospace Inc.) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000. Tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. Menjadi sub-kontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dsb. Jumlah karyawan sebelum krisis ekonomi sampai 16 ribu orang, akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dilakukan rasionalisasi karyawannya hingga menjadi berjumlah sekitar 4.000 orang.

PT Dirgantara Indonesia Pada tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lainnya. Dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya. Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan. Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia. Awal 2012 berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan. Selain itu DI sedang berusaha menyelesaikan 3 pesawat CN 235 pesanan TNI AL, dan 24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER. Selain beberapa pesawat tersebut DI juga sedang menjajaki untuk membangun pesawat C 295 (CN 235 versi jumbo) dan N 219, serta kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman.

Penyebab Terjadinya PHK 1998 1998 akhir 1999 2000 Krisis ekonomi, pemerintah terpaksa menghentikan investasi tambahan terutama dalam kaitannya dengan investasi pengembangan pesawat N250. Inefisiensi, merupakan suatu industri serba mahal (high-cost aircraft industry), yang tidak sensitif terhadap permintaan pasar. Kesulitan Likuiditas, PT IPTN terus mengalami kesulitan likuiditas dan modal kerja yang berdampak pada operasi perusahaan. Penutupan Perusahaan, solusi untuk menyelamatkan PT. IPTN seperti yang dianjurkan oleh IMF, salah satu pilihan adalah penutupan perusahan.

Penyebab Terjadinya PHK Apakah benar PHK merupakan benar solusi satu-satunya? Pertimbangan 1 Pertimbangan 2 Pertimbangan 3 Masih ada alternatif lain untuk menyelamatkan PT. Dirgantara Indonesia sehingga bisa menjadi kebanggaan untuk generasi mendatang. Kerugian finansial bagi negara akan sangat mahal dan investasi sumber daya manusia dalam bentuk belasan ribu pegawai yang terdidik dan memiliki keahlian akan hilang. Negara kepulauan yang sangat luas jelas memerlukan industri penerbangan dan maritim yang kompetitif dan sesuai dengan permintaan pasar.

Kronologis Kasus/ Perkara Tahun 2003 11 Juli 2003, PT Dirgantara Indonesia ditutup merumahkan semua (9.600) karyawan. 14 Juli 2003, Menaker Jacob Nuwa Wea menyatakan tindakan merumahkan karyawan ilegal. 19 Agustus 2003, RUPSLB Dirgantara mengukuhkan SK Dirut dan menyetujui PHK 6.000 karyawan. BPPN menjadi pemilik 92,7 % saham Dirgantara. 21 Agustus 2003, Menaker minta SK Dirut dicabut. 3 Sept 2003, Ratusan karyawan Dirgantara unjuk rasa di Jakarta.

Kronologis Kasus/ Perkara Tahun 2003 1 Okt 2003, Karyawan menerima 10-25 % gaji. 6 Okt 2003, Dirut DI mencabut SK merumahkan karyawan. Diterbitkan 2 SK baru. 7 Okt 2003, PTUN memerintahkan pencabutan SK 11 Juli. 22 Okt 2003, Karyawan DI mengajukan gugatan perdata hasil RUPS 19 Agustus 2003 serta RUPSLB 22 Agustus 2003. 4 Nov 2003, Rapat KKSK memutuskan BPPN akan menalangi pesangon karyawan.

Kronologis Kasus/ Perkara Tahun 2003 13 Nov 2003, Sidang kabinet terbatas menyetujui PHK 6.600 karyawan. 1 Des 2003, Perundingan bipartit karyawan dan manajemen DI buntu. Depnaker mengambil alih persoalan ini. 23 Des 2003, DI tidak mampu lagi membayarkan gaji karyawan yang terkena PHK. Karyawan memblokir perusahaan. 30 Des 2003, Dirut DI menolak anjuran Menaker membayar pesangon 2 kali ketentuan UU.

Kronologis Kasus/ Perkara Tahun 2004 13 Januari 2004, Sidang pertama perundingan karyawan dan manajemen DI di Depnaker gagal. 15 Januari 2004, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) meminta manajemen dan karyawan DI melakukan negosiasi ulang, dan 718 karyawan setuju PHK. 29 Januari 2004, P4P meluluskan rencana PHK terhadap 6.600 karyawan.

Kronologis Kasus/ Perkara Tahun 2004 18 Februari 2004, PTTUN mengabulkan gugatan Serikat Pekerja. 23 Februari 2004, Pesangon untuk 6.600 karyawan yang diberhentikan sebesar Rp 440 miliar, akan dibayarkan. 12 Februari 2004, Serikat Pekerja Dirgantara mengajukan banding atas putusan P4P ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.

Pembahasan Dewan Direksi dan Pemerintah Perusahaan Pailit dan merumahkan semua karyawan sebanyak 9.600 orang. Egoisme Kelompok Melakukan Pembaharuan di PT DI PT DI perlu diselamatkan dengan melakukan pembaharuan secepatnya karena ini adalah aset nasional dan proyek yang strategis bagi masa depan bangsa. Karyawan yang di PHK Proses tersebut ilegal dan melanggar HAM kerana secara mendadak dan tidak disosialisasikan kepada karyawan.

Egoisme Kelompok Direksi Krisis Moneter Egoisme Kelompok Direksi & Pemerintah Biaya Operasional Perusahaan Naik. Perusahaan Dalam Kondisi yang Merugi. Tidak Mampu untuk Menyelesaikan Proyek-proyek. Efisiensi Mengurangi jumlah biaya produksi dengan melakukan Pemutusan Hubungan kerja (PHK) massal yang sudah sesuai prosedur. Kompensasi Memberikan kompensasi pensiun, jaminan hari tua dan pesangon 2x gaji berdasarkan rumusan yang sesuai ketentuan UU No.13 Tahun 2003. Karyawan Kontrak Karyawan yang direkrut sesuai dengan kompetensinya untuk proyek tertentu dan dapat bertambah seiring denganpeningkatan volume bisnis perusahaan.

Egoisme Kelompok Karyawan Melanggar HAM Mengabaikan hak-hak pekerja, Melanggar Perjanjian Kerja dan bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan No.13 Th 2003. Tanpa Informasi Proses PHK dimulai dengan perumahan secara mendadak dan tidak disosialisasikan kepada karyawan. Egoisme Kelompok Karyawan Dampak PHK Muncul masalah kemanusiaan, ekonomi, sosial, keamanan, dan lain-lain yang akan dihadapi pekerja dan keluarganya. Pesangon Tidak mendapatkan pesangon secara penuh, terutama kompensasi pensiun guna menjamin kehidupan keluarga.

Egoisme Kelompok Pembaharuan Egoisme Kelompok Pembaharuan 1 4 1. Ketidakmampuan Pemerintah Tidak adanya visi, lemahnya kepemimpinan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalahmasalah konkrit di sektor riil. 2 3 2. Penghianatan Cita-cita Penghianatan cita-cita founding father RI untuk mendirikan industri pesawat terbang mengingat wilayah indonesia yang luas merefleksikan kecintaan terhadap dirgantara. 3. SDM yang Berpengalaman Memiliki SDM yang mempunyai keahlian dan pengalaman sebagai aset, mengingat masih ada alternatif lain untuk menyelamatkan PT DI. 4. Perubahan Paradigma Perubahan paradigma dari high-cost aircraft industry menjadi competitive-cost aircraft industry. Strategi "technology push" diubah menjadi "market pull".

Langkah Perubahan Paradigma Melakukan restrukturisasi hutang dan pengurangan beban finansial Audit dari segi finansial maupun prospek masa depan Mempertahankan Visi dan Merubah Cara Kerja Perusahaan Proses Audit Visi Perush. Langkah Perubahan Paradigma Re-Orientasi Bisnis Perubahan Manajemen Perubahan direksi dan komisaris dengan kriteria, kemampuan teknis, dan dikenal dikalangan industri penerbangan dunia Melakukan reorientasi bisnis, restrukturisasi SDM, keuangan dan peningkatan kinerja perusahaan Fokus pada produksi spare parts dan komponen untuk Boeing, Airbus, British Aerospace, dll

Hasil Audit Tahun 2000-2002 Peningkatan Penjualan 1999: Rp. 508 milyar 2000: Rp. 689 milyar 2001: Rp. 1,4 triliun Penjualan Perubahan Laba Perusahaan dari Defisit menjadi Profit: 1999: Rp. 75 milyar (-) 2000: Rp. 73 milyar (-) 2001: Rp. 11 milyar (+) Laba Perusahaan Jasa perangkat lunak sistim antariksa 3 %, Teknologi informasi 5 % Rekayasa interior pesawat terbang 0,5% Diversifikasi Bisnis Mulai Tahun 1999 2000 2001 Efisiensi Penurunan beban biaya produksi, peningkatan efisiensi tenaga kerja. Rasio penjualan per tenaga kerja: 2000: Rp. 66 juta rupiah 2001: Rp. 137 juta rupiah Kepercayaan Luar Negeri Kepercayaan pelanggan luar negeri mulai kembali meningkat, ditandai dengan keberhasilan memperoleh kontrak penjualan pesawat CN 235

Egoisme Dicerahi Tercapainya titik temu antara Karyawan (diwakili oleh SP-FKK) dan Direksi PT DI, setelah terjadi banyak perdebatan dalam beberapa pertemuan Kompensasi: - Pesangon 2x gaji - Dana Pensiun bertahap Kompensasi Memperkerjakan kembali karyawan sebagai Pekerja Kontrak Pekerja Kontrak Bagi karyawan yang tidak dikontrak akan diberikan pesangon Rp. 25 100 juta Pesangon Kesepakatan akhir dari kedua belah pihak, keputusan bersama ini sudah bisa dikatakan adil baik dari segi karyawan maupun direksi. Perusahaan telah mempersiapkan dana sebesar Rp 440 milyar untuk pesangon karyawan yang akan dibayarkan bertahap.

Kesimpulan Dari kasus PT. Dirgantara Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan: Egoisme Direksi Egoisme dari Dewan Direksi dan Pemerintah sebagai alasan utama dari PHK. Egoisme Karyawan Egoisme karyawan korban PHK tercermin dari sikap mereka yang menolak prosedur PHK. Egoisme Pembaharuan Egoisme kelompok yang Ingin mempertahankan dan melakukan pembaharuan di PT DI Pandangan Hukum 1. Pembatalan Proses Pailit oleh MA 2. Masih bisa Optimalisasi Potensi Aset, 3. Kesempatan untuk menyelesaikan masalah PHK secara Damai.

For Your Attention! M. Iqbal Basuki Rahmanto www.themegallery.com