BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULAN. Indonesia pada tahun 2013 berjumlah lebih dari 249,9 juta orang. Artinya, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

2015 PENERAPAN JAJANAN SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MAKANAN LAUK PAUK DAN SAYUR TRADISIONAL DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini akan dibahas secara lebih detail mengenai hal-hal di atas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menekuni berbagai peluang bisnis di bidang makanan memang menjanjikan untung besar

MATERI PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN EDUKASI TENTANG 2015 ANAK-ANAK

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

KUESIONER PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI. A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BISNIS CAMILAN JAGUNG, RENYAH DAN BANJIR UNTUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

Dra.Ida Marlinda Loenggana, Apt Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan budaya pada masyarakat menandai berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 1 Pendahuluan UKDW

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

Indonesian Beginners

Peluang Bisnis Rumah Makan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan segala kegiatan sehari-hari, manusia memerlukan energi yang diperoleh dari asupan makanan dan minuman, selain itu asupan makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa bertahan hidup. Kebutuhan akan makan dan minum sudah melekat pada manusia semenjak manusia itu dilahirkan ke dunia. Hal ini Menurut teori Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia mencantumkan bahwa makanan termasuk dalam kebutuhan dasar sebagai kebutuhan fisik. Secara garis besar pandangan masyarakat umum akan makanan dapat dibedakan dalam dua jenis : makanan utama dan makanan jajanan. Makanan utama umumnya adalah sajian makan besar lengkap yang terdiri dari tiga unsur yaitu nasi, lauk pauk, sayur mayur, dimana biasanya dikonsumsi minimal dua kali (siang dan malam) atau maksimal tiga kali (pagi, siang, malam) dalam sehari, sedangkan makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel (Sihadi, 2004) Secara prinsip menurut Sihadi (2004) pada umumnya makanan jajanan terbagi menjadi empat kelompok yaitu makanan utama atau main dish seperti bakso, mie ayam, penganan atau snack seperti makanan kemasan, kue-kue, minuman seperti berbagai macam es dan minuman kemasan, buah-buahan segar 1

2 Sudah menjadi sebuah fakta bahwa Indonesia, kaya akan kuliner jajanan. Hampir di setiap daerah memiliki ciri khas jajanan masing-masing. Begitu mudah jajanan tersebut ditemukan. Di warung-warung, kios, toko kecil, tak terkecuali gelaran pedagang kaki lima di sepanjang jalan raya maupun jalan sempit (YLKI, 2014). Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan gaya hidup pada masyarakat perkotaan semakin nampak jelas, salah satunya ditandai dengan keinginan untuk menikmati hidup, banyaknnya wanita bekerja, dan pria bekerja dengan tingkat kesibukan yang tinggi menyebabkan kurangnya waktu untuk menikmati hidup dengan bersenang-senang seperti liburan, menonton film di bioskop atau hal lainnya yang bersifat hiburan. Persoalan ini menimbulkan pola konsumsi yang berbeda, para pria dan wanita yang bekerja berusaha menyisihkan waktu untuk bersenang-senang dengan perilaku makan yang berubah. Jika pada waktu belum sibuk, mereka sarapan dirumah, tetapi ketika kesibukan meningkat namun tetap ingin mempunyai waktu untuk bersenang-senang, mereka mengubah pola sarapan dan makannya seperti sarapan sambil menyetir mobil, atau makan siang dengan nasi bungkus di meja kantor (Alfitri, 2007). Mengutip dari artikel yang ditulis oleh Judarwanto (2011), bahwa menurut FAO makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau street food didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang

3 murah, mudah, menarik dan bervariasi. Kita mengenal kehadiran makanan jajanan ini lebih dominan di sekolah. Bagi anak sekolah, makanan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari mereka. Makanan jajanan digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah karena keterbatasan waktu orang tua mengolah makanan di rumah. Selain murah makanan jajanan juga mudah didapat. Berdasarkan kondisi ini seharusnya makanan jajanan dapat dikelola menjadi produk sehat yang aman dikonsumsi (Sihadi, 2004). Sebuah penelitian di Jakarta mengungkapkan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000,--Rp 4000,- per hari, bahkan ada yang mencapai Rp 7000,-. Hanya sekitar 5% anak membawa bekal dari rumah. Sebagian besar dari mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut (Judarwanto, 2011) Fenomena mengkonsumsi makanan jajanan pada masyarakat dewasa ini pun menurut Kahl (2012) didukung oleh beberapa faktor, menurutnya, faktor pertama adalah karena budaya masyarakat yang kurang peduli untuk membuat masakan di rumah. Di Indonesia, belum 100 persen orang bisa memasak, dan menganggap kalau makan di luar jauh menghormati tamu daripada masak di rumah atau beli makan dari luar. Kalau di luar negeri, makanan yang dimasak sendiri justru lebih menghargai tamu. Kemudian faktor penyebab lainnya adalah proses penyajian makanan luar rumah yang lebih memikat. Makanan di luar rumah lebih menggugah selera dan menarik untuk disantap (Sompotan, 2012). Seiring dengan semakin banyaknya pelaku usaha makanan dan minuman yang

4 menghasilkan beragam jenis makanan jajanan sebagai pengganti makanan utama, sehingga alternatif ini dirasa sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Praktis saja kebiasaan menyantap hidangan utama pun berubah dengan sendirinya. Makanan jajanan yang juga dikenal sebagai street foods adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis. Para pelaku usaha makanan dan minuman ini menjajakan produknya dengan memanfaatkan media seperti dibahu-bahu jalan (jalur pedestrian), dengan menggunakan gerobak dorong atau gerobak bermesin (motor dan mobil yang dimodifikasi untuk berjualan) biasanya disebut juga dengan penjajak kaki lima. Lingkungan usaha seperti ini tentu akan membutuhkan kemasan makanan atau minuman yang serba ringkas dan praktis. Bagi pelaku usaha makanan kaki lima (PKL), kemasan yang praktis dan ringkas seperti kemasan plastik, sterofoam, atau kemasan sejenis kertas akan meningkatkan kecepatan pelayanan mereka saat melayani konsumen yang membeli makanannya untuk dibawa pulang, disamping itu konsumen yang membeli makanannya untuk dibawa pulang, membantu pelaku usaha dalam mengurangi biaya, proses, tenaga kerja untuk mencuci piring, sendok, atau gelas. Sebagai konsumen, tentu saja hanya menginginkan makanan dan minuman sehat saja yang boleh masuk kedalam tubuh kita, akan tetapi acap kali kita tidak memperhatikan media kemasan makanan dan minuman yang digunakan. Di balik penggunaan kemasan yang dapat dikategorikan non food grade, namun tingkat pembelian dan konsumsi makanan jajanan tetap tinggi. Hal ini sangat disayangkan karena menurut World Health Organization s International

5 Agency for Research on Cancer dan Enviromental Protection Agency (EPA) sterofoam telah dikategorikan sebagai bahan karsinogen (bahan yang dapat menyebabkan kanker) (Mulyatno, 2015) sedangkan penggunaan plastik kresek berwarna hitam yang seringkali digunakan untuk membungkus makanan menurut Badan POM RI dalam dokumen peringatan publik nomor KH.00.02.1.55.2890 yang diterbitkan pada tahun 2009 mengenai peringatan pemakaian kantong kresek berwarna hitam yang sering digunakan mewadahi makanan padahal plastik tersebut melalui proses daur ulang yang riwayat daur ulangnya tidak diketahui. Apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia maupun limbah logam berat yang di dalam proses daur ulangnya pun digunakan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan (BPOM, 2009). Fenomena penggunaan bahan kemasan yang tidak mengikuti standar kemasan makanan (contoh: UU No. 7 Tahun 1996) oleh pedagang kaki lima seperti diatas dapat merugikan dan membahayakan konsumen. Hal ini disebabkan karena minimnya kesadaran pengusaha produk makanan akan pentingnya kemasan. Kemasan yang baik seharusnya memenuhi delapan elemen standar produk makanan. Hari Anugrah (2009), Asisten Manajer Desain Rumah Kemasan menuturkan delapan elemen kemasan itu adalah merek, nama, cap halal MUI, izin dari Dinkes dan BPOM, komposisi produk, tanggal kadaluarsa, serta nama dan alamat produsen juga berat bersih produk. Dengan semakin banyaknya para pelaku usaha makanan kaki lima yang menggunakan kemasan makanan yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan diatas, peneliti telah melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui kesadaran

6 konsumen terhadap pentingnya kemasan. Survey pendahuluan ini dilakukan dengan menyebar kuisoner melalui surel dengan metode non-probabilitas sampling kepada beberapa orang yang bekerja di Jakarta dengan beberapa item pertanyaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 Item Pertanyaan Survey Pendahuluan. Lokasi Kerja 4% 32% 56% Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Pusat Jakarta Timur 5% 3% GAMBAR 1.1 LOKASI KERJA RESPONDEN SURVEY PENDAHULUAN

7 TABEL 1.1 ITEM PERTANYAAN SURVEY PENDAHULUAN No Pertanyaan Pilihan Jawaban 1. Apakah warna kemasan makanan / Skala Likert 2. Apakah desain kemasan makanan / Skala Likert 3. Apakah ukuran kemasan makanan / Skala Guttman 4. Apakah bahan kemasan makanan / Skala Guttman 5. Apakah anda ingin membeli makanan / Skala Guttman minuman kaki lima jika warna kemasan makanan / minumannya menarik? 6. Apakah anda ingin membeli makanan / Skala Guttman minuman kaki lima jika desain kemasan makanan / minumannya menarik? 7. Apakah anda ingin membeli makanan / Skala Guttman minuman kaki lima jika ukuran kemasan

8 makanan / minumannya sesuai? 8. Apakah anda ingin membeli makanan / Skala Guttman minuman kaki lima jika bahan kemasan makanan / minumannya aman? 9. Bahan kemasan makanan / minuman kaki Pertanyaan Terbuka lima seperti apa yang aman menurut anda? Dari studi pendahuluan yang dilakukan diatas, diperoleh sampel jawaban sebanyak 77 jawaban dari responden yang hasil jawabannya dapat dilihat pada tabel 1.2 Jawaban Pertanyaan Studi Pendahuluan berikut ini : TABEL 1.2 JAWABAN PERTANYAAN SURVEY PENDAHULUAN No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1. Apakah warna kemasan makanan / 60 17 78% 22% 2. Apakah desain kemasan makanan / 3. Apakah ukuran kemasan makanan / 60 17 78% 22% 63 14 82% 18%

9 4. Apakah bahan kemasan makanan / 5. Apakah anda ingin membeli makanan / minuman kaki lima jika warna kemasan makanan / minumannya menarik? 6. Apakah anda ingin membeli makanan / minuman kaki lima jika desain kemasan 63 14 82% 18% 75 2 97% 3% 74 3 96% 4% makanan / minumannya menarik? 7. Apakah anda ingin membeli makanan / minuman kaki lima jika ukuran kemasan 75 2 97% 3% makanan / minumannya sesuai? 8. Apakah anda ingin membeli makanan / minuman kaki lima jika bahan kemasan makanan / minumannya aman? 77 0 100% 0% Sumber : Hasil kuisoner survey pendahuluan, 2015

10 Bahan Kemasan yang Aman 5% 55% 40% Styroafoam Plastik Kertas GAMBAR 1.2 JAWABAN BAHAN KEMASAN YANG AMAN MENURUT RESPONDEN Sumber : Hasil kuisoner survey pendahuluan, 2015 Silayoi (2004) dalam penelitannya menyampaikan bawah kemasan menjadi faktor kritis dalam proses penentuan keputusan konsumen, karena kemasan berperan sebagai penyampai komunikasi kepada konsumen pada saat itu juga ketika mereka berada di toko. Penampilan gambar atau ilustrasi sangatlah mempengaruhi 75% keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Bentuk (Rettie and Brewer, 2000), warna (Imram, 1999), desain (Silayoi et al 2003; Silayoi and Speece 2004) dan kemasan (McNeal and Ji, 2003) adalah elemen penting di dalam pemilihan barang dan kombinasi dari element-element tersebut membentuk gambaran luar dari barang tersebut di mata konsumen (Silayoi et al 2004; Ahmadi et al, 2013).

11 Penelitian empiris mengenai bagaimana konsumen merespon terhadap kemasan suatu produk masih sangat terbatas terlebih lagi di dalam Pasar Asia, oleh karena itu penelitian mengenai isu tersebut sangat dibutuhkan (Malhotra et al, 1996). Sedangkan Satyahadi (2013) jika kemasannya bagus dan menarik, konsumen akan mengamati lebih detail produk yang ditawarkan tersebut. Selanjutnya, penentuan keputusan pemilihan produk yang akan dibeli hanya berlangsung 3 (tiga) detik sebelum konsumen meninggalkan tempat tersebut. Lebih lanjut Satyahadi (2013) menuturkan bahwa bentuk, ukuran, warna serta jelas dan lengkapnya informasi yang dicetakkan harus dapat menimbulkan suatu daya tarik yang luar biasa kuat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemasan sangat menentukan ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dan memilih objek makanan jajanan kaki lima sebagai objek penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh warna, desain, dan ukuran kemasan terhadap keputusan pembelian pada makanan jajanan kaki lima. Hal inilah yang menjadi latar belakang dalam melakukan penelitian dengan judul analisa pengaruh warna, desain, ukuran kemasan terhadap perilaku membeli konsumen (studi kasus pada makanan jajanan kaki lima).

12 B. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah warna kemasan makanan kaki lima berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen? 2. Apakah desain kemasan makanan kaki lima berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen? 3. Apakah ukuran kemasan makanan kaki lima berpengaruh signifikan terhadap perilaku membeli konsumen? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh warna kemasan makanan kaki lima kepada perilaku membeli konsumen untuk makanan dan minuman kaki lima. 2. Mengetahui pengaruh desain kemasan makanan kaki lima kepada perilaku membeli konsumen untuk makanan dan minuman kaki lima. 3. Mengetahui pengaruh ukuran kemasan makanan kaki lima kepada perilaku membeli konsumen untuk makanan dan minuman kaki lima. 2. Kontribusi Penelitian 1) Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi penelitian terhadap perilaku pembelian konsumen terutama yang berkaitan dengan kemasan makanan.

13 2) Kontribusi Praktis Dapat dijadikan acuan oleh pelaku usaha makanan kaki lima dalam memasarkan produknya ke konsumen dengan menggunakan kemasan yang sesuai keinginan konsumen.