BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Stres dengan Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO

TOILET TRAINING PADA ENURESIS ANAK PRASEKOLAH di RW II KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. sering kali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal,

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keamanan yang akan membantu proses belajar seorang siswa. Pada. kenyataannya setiap sekolah yang ada di Indonesia belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pada usia ini anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang


BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

Transkripsi:

54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga terjadi pengeluaran urin yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol. Enuresis merupakan salah satu masalah perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal ini dapat menjadi sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua. Enuresis sering dianggap memalukan oleh anak dan keluarganya, enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis (ngompol) merupakan gejala yang sering dijumpai pada anak. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah bagi anak, orang tua, keluarga maupun dokter anak yang menanganinya. Pada anak, enuresis dapat mempengaruhi kehidupan seperti timbulnya rasa kurang percaya diri, merusak pergaulan, yang semuanya dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Bagi orang tua dan keluarganya, gejala ini dapat menimbulkan frustasi dan kecemasan. Enuresis telah dikenal sejak tahun 1.550 sebelum masehi, sebagai suatu keadaan yang mengganggu anak dan memerlukan pengobatan. Di kalangan masyarakat primitif, kekuatan supernatural dianggap sebagai penyebabnya, sehingga pengobatan yang diberikan kepada anak enuresis juga bersifat magis (Suwardi, 2000). Penelitian epidemiologi di luar negeri menunjukkan pada usia 6-7 tahun 80% anak secara penuh dapat mengendalikan kandung kemihnya, sedangkan 20% lagi mengalami enuresis. Insiden enuresis menurun sesuai dengan semakin bertambahnya usia, sehingga pada usia 14 tahun insiden enuresis hanya 2-3%. Sedangkan menurut survei di Jakarta pada tahun 2009 menyebutkan bahwa prevalensi enuresis pada anak laki-laki sekitar 2,83% dan pada anak perempuan 2,97%. Menurut Moffatt (1992) dalam Daulay (2008 ) menyatakan bahwa enuresis sering dihubungkan sebagai akibat stres psikologik. Sedangkan Harjaningrum (2005) mengemukakan beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab enuresis, seperti : keterlambatan matangnya fungsi susunan saraf pusat (SSP), faktor genetik, gangguan tidur (deep sleep), kadar ADH (Anti Diuretic Hormone) dalam tubuh yang kurang, kelainan anatomi (ukuran kandung kemih yang kecil), stres kejiwaan, kondisi fisik yang terganggu, dan alergi. Etiologi enuresis sering bersifat multifaktorial dan kadang-kadang tidak jelas. Pada awal tahun 1950-an penelitian terhadap enuresis lebih berorientasi pada aspek organik. Salah satu penyebab yang sering diteliti ialah kelainan, sebagai dugaan pertama 1

seorang dokter bila berhadapan dengan pasien enuresis. Infeksi saluran kemih sering dihubungkan dengan enuresis, meskipun hubungan sebab akibat kedua keadaan tersebut masih kontroversi. Sebagian ahli menyebutkan bahwa enuresis menyebabkan infeksi saluran kemih, sebagian lainnya berpendapat justru infeksi saluran kemih yang menyebabkan enuresis. Pada tahun-tahun berikutnya para ahli psikiatri dan psikologi ikut mengemukakan pendapatnya, dan menekankan bahwa baik faktor psikiatrik maupun psikologik dapat menyebabkan terjadinya enuresis. Mereka menghubungkan enuresis dengan gangguan emosional dan perkembangan sosial anak, yang juga melibatkan peran sikap orang tua, keluarga serta lingkungan anak (Suwardi, 2000). Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur berhubungan erat dengan faktor psikologis. Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat enuresis sungguh mengganggu kehidupan seorang anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas hidup anak saat dewasa. Karena itu sudah selayaknya bila masalah ini tidak dibiarkan berkepanjangan. Bila diabaikan, hal ini akan berpengaruh bagi anak. Biasanya anak menjadi tidak percaya diri, malu dan hubungan sosial dengan teman terganggu (Kurniawati, 2008). Pengobatan enuresis yang diberikan kepada anak tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya organik, seperti infeksi saluran kemih, seyogyanya pengobatan diberikan langsung terhadap penyebabnya. Sedangkan pengobatan enuresis dengan penyebab non organik (psikis) meliputi motivasi, nasehat, latihan pengendalian kandung kemih, penggunaan bel pembangun, obat-obatan dan penanganan stres. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stres bahkan lebih rentan terhadap stres daripada orang dewasa. Penyebab stres pada anak bisa berasal dari berbagai sumber. Sumber stres pada anak bisa berasal dari keluarga, sekolah atau hubungan dengan anak-anak lain. Ada beberapa pengalaman yang terjadi pada anak yang bisa menimbulkan stres seperti adanya anggota keluarga yang sakit keras, kematian orang yang dicintai, pindah sekolah dan lain-lain. Penelitian lain menyebutkan bahwa penyebab stres pada anak bisa terjadi karena ditinggal sendiri oleh orang tua dan saat pertama kali masuk sekolah (Suwardi, 2000). Stres yang dialami oleh anak-anak pada umumnya sama seperti yang dialami oleh orang dewasa hanya saja mekanisme stres yang terjadi pada kedua kelompok umur tersebut tidak sama. Anak-anak pada umumnya mengenal, mendapatkan dan mengalami stres yang diwariskan secara langsung dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga. Kondisi ini jika tidak disadari oleh orang tua atau keluarga yang lainnya akan menjalar ke lingkungan sosial anak seperti ke sekolah dan lingkungan bermainnya. Berbeda dengan orang dewasa, sebagian besar stres yang dialami anak akibat dari ketidakmampuan diri dalam mengadakan sosialisasi dengan lingkungan meskipun kemudian lingkungan dapat membuat kondisi stres menjadi bertambah buruk. Oleh karena itu anak-anak sangat rawan terhadap stres apalagi jika berada di tengah-tengah keluarga yang mengalami stres (Noviekayati, 2010). 2

Ariesta (2010) menyatakan bahwa kebiasaan mengompol dapat disebabkan oleh : 1) gangguan psikologis seperti stres, tertekan, merasa diperlakukan kurang adil, kurang perhatian dll, 2) Gangguan organis seperti infeksi saluran kencing, sumbatan, dll, 3) terlambatnya kematangan bagian otak yang mengontrol kencing, 4) gangguan tidur. Biasanya mereka termasuk yang tidurnya sangat nyenyak dan ngompolnya bisa terjadi setiap saat dalam waktu tidurnya, 5) gangguan kekurangan produksi hormon anti diuretik (hormon anti kencing) pada malam hari, sehingga pada malam hari produksi air kencing berlebihan, 6) gangguan genetik pada kromoson 12 dan 13 yang merupakan gen pengatur kencing dan pada kelainan ini ada riwayat keluarga dengan ngompol, 7) ngorok waktu tidur, akibat adanya pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid. Selain itu faktor emosional dapat juga menyebabkan kebiasaan mengompol pada anak, berupa : 1) ekspresi daripada perubahan si anak akibat terlalu cepat dilatih dalam toilet training yang terlalu keras dan dini (waktu anak masih kecil), 2) latihan yang kurang adekuat yaitu tidak secara rutin dilatih, 3) overproteksi ibu karena anggapan masih terlalu kecil atau terlalu lemah untuk dilatih, 4) paling penting adalah si anak sedang berusaha mencari perhatian orang tua (terutama ibunya) karena ibu lebih memberi perhatian pada adiknya atau anak baru memperoleh adik lagi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang dengan menggunakan metode wawancara terhadap 10 orang ibu yang memiliki anak usia 4 5 tahun di dapatkan hasil bahwa 9 anak masih mengalami enuresis yakni ngompol di waktu tidur siang dan malam selama 3 hari berturut-turut. Dari 9 anak tersebut 7 diantaranya memiliki saudara yang berumur dekat yakni berjarak antara 1 2 tahun, dalam pergaulan keseharian dengan saudaranya anak tersebut sering terjadi pertengkaran berupa berebut mainan, makanan, film anak-anak di acara televisi dan berebut kasih sayang ibunya, apabila ibu memberikan perhatian lebih kepada saudaranya maka anak tersebut merasa cemburu dan menjadi rewel. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengambil permasalahan penelitian tentang hubungan stres anak usia prasekolah dengan enuresis di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. B. Perumusan Masalah Kejadian enuresis atau mengompol pada anak usia prasekolah dapat disebabkan oleh faktor psikologis berupa stres yang dialaminya. Stres pada anak dapat disebabkan oleh faktor keluarga yang terdiri dari orang tua dan saudara, berasal dari sekolah yakni pindah sekolah, tugas-tugas sekolah maupun saat pertama kali masuk sekolah baru dan hubungan dengan sesama teman bermain. Dari masalah tersebut, maka perumusan 3

masalah pada penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara stres pada anak usia prasekolah dengan enuresis di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara stres pada anak usia prasekolah dengan enuresis di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan stres pada anak usia prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. b. Mendiskripsikan kejadian enuresis pada anak usia prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. Menganalisis hubungan antara stres pada anak usia prasekolah dengan enuresis di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua terutama ibu dalam mengaplikasikan sikap dalam menangani kejadian enuresis pada anaknya. 2. Institusi Pendidikan Taman Kanak-kanak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan memberikan pertimbangan untuk penanganan pada anak yang mengalami enuresis sehingga dapat membantu pihak sekolah dan ibu dalam menghadapi anak-anak yang mengalami enuresis karena stres. 3. Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memajukan perkembangan ilmu keperawatan anak tentang stres yang menjadi salah satu penyebab anak mengalami enuresis. 4. Peneliti Penelitian ini untuk menerapkan teori dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang perkembangan anak, permasalahannya, dan pengetahuan tentang hubungan stres pada anak usia presekolah dengan enuresis. 5. Peneliti selanjutnya 4

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan referensi lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya dengan lebih dikembangkan dengan menggunakan lokasi penelitian dan variabel yang lebih lengkap lagi. E. Ruang Lingkup Ilmu anak. Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu keperawatan komunitas dan F. Originalitas Penelitian Peneliti / Tahun Judul Desain Penelitian Sampel Penelitian Hasil Susie Suwarti Suwardi (2000). Enuresis pada anak sekolah di Jakarta. Deskriptif Cross Sectional. Teknik stratified Random Sampling, jumlah 6.290 anak berumur 6 15 tahun di SD dan SMP wilayah DKI Jakarta. 598 (14,2%) anak mengalami enuresis. Prevalensi tertinggi pada anak laki-laki umur 7 tahun (28,5%) dan perempuan pada umur 6 tahun (25,5%). Anak perempuan cenderung menderita enuresis daripada anak laki-laki perbandingan 1 : 1,03. Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi enuresis dengan umur anak. Farida Kurniawati (2008) Kejadia Enuresis (Ngompol) berdasarkan Faktor Psikologi dan Keturunan pada Anak Usia Sekolah (4-5 tahun) di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan Surabaya. Deskriptif Cross Sectional. Purposive sampling dengan jumlah 25 anak di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan Surabaya. Mengalami enuresis sering sekali 52%, sering 4%, jarang 36% dan sangat jarang 8%. Enuresis dengan gangguan psikologis 64% dan keturunan 36%. Johanus Susanto (2002). Enuresis Nokturnal pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Malalayang Manado. Cross Sectional. Cluster random sampling dengan jumlah 977 anak sekolah dasar di Kecamatan Malalayang Manado. Enuresis dijumpai sebanyak 78 anak (7,98%). Prevalensi terbanyak pada kelompok usia 5-6 tahun (18,92%). Terdapat hubungan bermakna antara usia dengan pengendalian kandung kemih. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini lebih difokuskan pada penyebab enuresis yang berasal dari faktor psikologis yaitu stres anak. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan studi korelasi cross sectional yakni penelitian menggunakan analisis hubungan antara stres anak dengan enuresis yang dilakukan pada anak usia prasekolah. Tempat dan waktu juga menjadi hal 5

pembeda antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yakni dilakukan di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang pada tahun 2012. 6