PIEDRA PUTIH TRICHOSPORON BEIGELII

dokumen-dokumen yang mirip
JAMUR (FUNGI) KHAMIR (YEAST)

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Potensi dan Prospek Yeast (khamir) Dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia

Khamir. Karakteristik Khamir

Isolasi, Identifikasi dan Uji Potensi Yeast dari Rhizosfer Rhizophora mucronata Wonorejo dalam Mendegradasi Lipid, Selulosa dan Lignin

Khamir Lebih sering dikenal sebagai ragi/yeast Termasuk kapang, namun berbentuk sel tunggal/uniseluler. Dari kelompok Ascomycetes dan Basidiomycetes T

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku

Mikrobiologi dalam Pangan Hasil Ternak

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

PAPER BIOKIMIA PANGAN

I. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan salah satu anggota tanaman kacang-kacangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh

BAB I PENDAHULUAN. cara pengolahan yang dilakukan adalah dengan fermentasi. Fermentasi telah lama

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. mikrobia asli yang terdapat pada kulit buah. Fermentasi secara tradisional ini hasilnya

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

Media Kultur. Pendahuluan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Pengawetan bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

GUNAKAN ALAS KAKIMU ATAU..

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

TEKNOLOGI FERMENTASI ED. 2

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

POTENSI YEAST (khamir) DALAM PRODUKSI PROTEASE EKSTRASELULER DAN SENYAWA ANTI MIKROBIAL SERTA PELUANG APLIKASINYA PADA INDUSTRI PANGAN.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara beriklim tropis yang banyak memiliki keaneka

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

Wendry Setiyadi Putranto, Roostita L Balia, Obin Rachmawan, Eka Wulandari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

TEMPE. Sub Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013

FARMASI USD Mei Oleh : Yoga Wirantara ( ) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 7. Peran Bioteknologi dalam Mendukung Kelangsungan Hidup ManusiaLatihan Soal 7.4

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

Transkripsi:

PIEDRA PUTIH TRICHOSPORON BEIGELII Penyebab Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon beigelii. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala. Distribusi Geografik Penyakit ini jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang. Jamur ini dapat ditemukan di tanah, udara,dan permukaan tubuh. Morfologi Jamur penyebab piedra putih ini mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk MONILIACEAE. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut dan tidak padat dsbanding piedra hitam. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat askus dalam massa jamur. Berbeda dengan Trichomycosis axillaries dalam benjolan hifa berukuran 2-4 mikron dan terlihat artospora dan artrokonodia. Patologi dan gejala klinis Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut. Diagnosis Diagnosis piedra putih ialah dengan memeriksa benjolan yang ada pada rambut. Pada pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat, tidak berwarna atau berwarna putih kekuningan. Diagnosa ditegakkan atas dasar : - gejala kllinis

- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud. Pengobatan Pengobatan penyakit ini yaitu dengan memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci daerah dengan rambut yang terkena setiap hari dengan larutan sublimat 1/2000 dalam spiritus dilutus atau shampoo yang mengandung ketokonazol. Epidemiologi Penyakit ini terdapat di berbagai daerah dingin di dunia, belum pernah ditemukan di Indonesia. Kebersihan dijaga untuk mencegah penularan. Patogenesis Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi. Gambar

Tambahan Peran dari mikroba dengan enzim lipasenya dalam rangka penganeka ragaman pangan juga dapat diperhitungkan. Degradasi lemak yang dilakukan oleh enzim lipase pada makanan dan memproduksi serangkaian asam lemak bebas yang memberikan ciri penambahan rasa, aroma dan struktur yang sangat bergantung pada jenis asam yang diproduksi dan besarnya konsentrasinya. Degradasi fosfolipid dapat mengubah organisasi struktur dari komponen lipid dalam makanan. Walaupun metabolisme lipid oleh yeast termasuk produksi lipid dari lipase yang berada diluar sel telah dibahas dan ada sedikit pertimbangan mengenai peran yeast dalam menyebabkan lipolisis dari produk makanan seperti mentega, keju dan sosis

Yeast yang bersifat lipolitik terutama ditemukan dalam genera Candida, Rhodotorula, dan Cryptococcus, genus ini berperan dalam metabolisme lemak dari produk daging dan susu dan produk makanan sehari-hari. Sekitar 30% dari yeast yang diisolasi dari daging cincang dan sosis segar yang diproduksi di Inggris adalah bersifat lipolitik. Candida lipolytica adalah penghasil lipase ekstraseluler yang sangat kuat dan mampu menurunkan kadar lemak dalam mentega, lemak daging lain dan daging mentah merah, ikan dan minyak zaitun serta minyak kedelai (Fitzgerald and Deeth 1983). Yeast lainnya yang diketahui dapat memproduksi enzim lipase di luar sel adalah Cryp. albidus, Cryp. laurentii, C. zeylanoides, C. famata, C. rugosa, C. diffluens, Kluy. marxianus, dan spesies organisme yang menyerupai yeast Trichosporon. Kelompok yeast yang liar (wild yeast) Kelompok ini adalah yang sangat bervariasi untuk tumbuh pada suatu media seperi contohnya Pada industri fermentasi pangan dan minuman sangat dikenal dengan istilah yeast liar (wild yeast), yang datang sendiri bukan dipakai sebagai strater. Yeast liar ini pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu fermentasi. Kelompok ini adalah yang tidak mempunyai spora yaitu Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera. Aktivitas dalam degradasi selulosa, pektin dan xilan Mikroorganisme yang memproduksi selulosa, pektin dan xilan diluar sel sangat berperan dalam mengawali fermentasi pada buahbuahan dan sayuran dengan memecahkan polisakarida dari kulit. Akan tetapi hanya sedikit spesies yeast yang dapat memproduksi enzim-enzim ini. Tidak ada yeast yang dapat diketahui dengan tepat mana yang dapat memecah selulosa, walaupun dari spesies yeast-like fungi seperti: Trichosporon, Aureobasdium, dan Geotrichum yang memiliki sifat tersebut Spesies berikut ini adalah yang mengeluarkan enzim dan mampu menurunkan kadar pektin, yaitu Kluy. marxianus, C. kefyr, C. famata, Cryp. albidus, Rhodotorula dan beberapa strain dari Sacch. cerevisiae, juga spesies Trichosporon dan Aureobasidum. Yeast yang mampu mendegradasi xilan adalah Cryp. albidus, Trichosporon dan Pichia stipitis dan Aurebasidium. Yeast yang bersifat pektinolitik nampak sangat aktif dalam fermentasi biji coklat dan biji kopi. Disini dalam fermentasi biji coklat dan biji kopi yeast dipergunakan untuk menurunkan kadar pektin dan dapat memberikan kesempatan bagi mikroba lain untuk berperan serta dalam aroma dan flavor pada waktu proses pemasakan.

Daftar Pustaka Anonim, 1995, Atlas Medical Mycology, http://images.google.co.id/imgres? imgurl=http://dogcat11221122.hp.infoseek.co.jp/tricosporon-beigellic.jpg&imgrefurl=http://dogcat11221122.hp.infoseek.co.jp/fungus.html&h=194&w= 232&sz=23&hl=id&start=18&tbnid=_sC0K-JdJRmMrM:&tbnh=91&tbnw=109 &prev=/images%3fq%3dtrichosporon%2bbeigelii%26gbv%3d2%26hl%3did% 26sa%3DG, diakses pada tanggal 18 Maret 2008 Balia, Roosita Lobo, 2004, Potensi dan Prospek Yeast (khamir) Dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia, http://blogs.unpad.ac.id/roostitabalia/wpcontent/uploads/pidato-pengukuhan.pdf, diakses pada tanggal 18 Maret 2008 Boel, Trelia, 2003, MIKOSIS SUPERFISIAL, http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-trelia1.pdf, diakses pada tanggal 22 Maret 2008 Anonim,2006, http://images.google.co.id/imgres? imgurl=http://www.medicalhealthcareinfo.com/thumbs/phil_3066

_thumb.jpg&imgrefurl=http://www.medicalhealthcareinfo.com/categories/skin_and_con nective_tissue_dis/&h=67&w=100&sz=2&hl=id&start=16&tbnid=wydxbffkmjfa_m: &tbnh=55&tbnw=82&prev=/images%3fq%3dtrichosporon%2bbeigelii%26gbv%3d2% 26hl%3Did%26sa%3DG, diakses pada tanggal 22 Maret 2008 Anonim, 2004, <http://www.world-of fungi.org/mostly_medical/pam_appleby/pics/trichosporon%20beigelli.jpg> Gandahusada, Srisasi, dkk, 1998, Parasitologi Kedokteran, edisi 3, 285-286, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Abstrak Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon beigelii. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala. Jamur ini bisa diobati dengan cara memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci daerah dengan rambut yang terkena setiap hari dengan larutan sublimat 1/2000 dalam spiritus dilutus atau shampoo yang mengandung ketokonazol. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.