GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

PENDAHULUAN Latar Belakang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam

Dua Sisi Investasi Catatan tentang Investasi Langsung Luar Negeri dan Kerja-kerja Advokasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

PEMBENTUKAN ASEAN INFRASTRUCTURE FUND (AIF) Tabel 1: Perbandingan Global Cakupan Pelayanan Infrastruktur. (Nugraha Adi) I.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. dari jaman kolonial Belanda sampai sekarang. Hal ini dapat dilihat meningkatnya

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas?

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

Transkripsi:

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi suatu kawasan yang menarik sebagai kawasan tujuan investasi. Dengan kombinasi Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari USD 1,8 triliun dan didukung oleh jumlah penduduk yang mencapai hampir 600 juta orang, demografi yang menguntungkan, semakin tumbuhnya daya beli, serta kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, kawasan ASEAN terus menawarkan prospek yang menjanjikan. Kawasan ASEAN juga menunjukkan pertumbuhan perekonomian yang stabil dan memiliki ketahanan ekonomi dalam menghadapi tantangan dari lingkungan global. Kedua hal tersebut, yakni keunggulan ASEAN, dan tantangan yang ditimbulkan oleh gejolak ekonomi global saat ini, merupakan hal-hal yang menarik untuk dikaji dan didiskusikan lebih lanjut, serta menjadi dasar dan latar belakang dari penyelenggaraan Seminar Para Menteri Keuangan ASEAN kepada para Investor yang dikenal dengan ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS). Dalam kaitan ini, AFMIS berfungsi sebagai platform yang ideal untuk investor global dan regional (baik investor portofolio dan sektor riil) untuk berdiskusi secara langsung dengan para pembuat keputusan ASEAN-negara anggota mengenai peluang investasi dan untuk membahas isu-isu terkait investasi di kawasan ASEAN maupun di masing-masing negara anggota ASEAN. AFMIS yang baru lalu dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 8 November 2011 dan merupakan AFMIS ke-8 yang telah diselenggarakan oleh Para Menteri Keuangan ASEAN. Bertindak sebagai lead institution dalam penyelenggaraan AFMIS Ke-8 adalah Kementerian Keuangan dan didukung oleh tiga Bank Investasi, yakni: Deutsche Bank, JP Morgan, dan UBS. Berlandaskan pada kondisi saat ini, serta potensi ke depan kawasan ASEAN, Indonesia mengangkat tema besar "Growth and Resiliency: the ASEAN Story pada AFMIS ke-8 yang lalu, dengan menitikberatkan pada empat tema kecil utama, yaitu: Peluang investasi di kawasan ASEAN pada Infrastruktur, manufaktur, jasa, pariwisata, dan sumber daya alam; Perkembangan Pasar keuangan kawasan, seperti deregulasi yang sedang berlangsung, liberalisasi, dan inovasi produk; Potensi dan keunggulan ASEAN, yang didukung dengan perbaikan berkelanjutan untuk kinerja fiskal negara ASEAN, termasuk reformasi yang lebih luas yang telah diterapkan guna menghindari terjadinya risiko strukural yang berulang serta untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dari ekonomi-ekonomi negara anggota ASEAN; dan Prospek investasi yang unik dari kawasan ASEAN dibandingkan dengan kawasan lainnya di dunia dan identifikasi peluang untuk daya saing lebih lanjut kawasan ASEAN. II. Tujuan AFMIS Ke-8 Sejalan dengan tema besar yang diangkat serta isu-isu kunci sebagaimana tema-tema kecil utama, penyelenggaraan AFMIS ke-8 sangat relevan dan signifikan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: a. Memperkuat perspektif internasional tentang pertumbuhan ekonomi ASEAN yang keberlanjutan; b. Menarik perhatian komunitas keuangan internasional untuk berinvestasi dan melakukan bisnis di ASEAN melalui paparan, informasi dan diskusi tentang peluang investasi terbaru dan perkembangan kebijakan fiskal dan investasi di negara-negara anggota ASEAN; dan c. Mempromosikan posisi ASEAN sebagai salah satu tujuan investasi yang paling dinamis dan pasar strategis di dunia. III. Program dan Agenda AFMIS ke-8

Seminar AFMIS ke-8 dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan, dan Menteri Keuangan Indonesia, Agus Martowardojo, berkesempatan menyampaikan Keynote Remarks-nya pada acara tersebut. Mengikuti kisah sukses pada penyelenggaraan AFMIS sebelumnya, program AFMIS ke-8 juga meliputi beberapa agenda utama, yaitu Ministers Panel Session, luncheon meeting, dan Country Breakout Session. Seminar AFMIS juga memberikan kesempatan bagi wartawan untuk meliput acara tersebut dalam konferensi pers yang dihadiri oleh para Ketua Delegasi dari negaranegara anggota ASEAN yang berpartisipasi pada AFMIS tersebut. Sekretaris Jenderal ASEAN, menyoroti hal penting berupa kesempatan bagi ASEAN untuk memanfaatkan dinamika Asia yang berkembang - dan untuk kembali memperkuat hubungan dengan stakeholders kunci di kawasan, khususnya sektor swasta dan dunia usaha. Di antara strategi penting yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN agar memperoleh perhatian khusus dari negara-negara anggota ASEAN adalah upaya penguatan kembali permintaan domestik, peningkatan investasi infrastruktur, melaksanakan reformasi struktural, serta perbaikan lingkungan bisnis guna meningkatkan produktivitas, kualitas investasi, dan daya saing. Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Keynote Remarks yang disampaikan menyoroti beberapa hal penting terkait perkembangan dan dinamika yang terjadi kawasan ASEAN, antara lain: pertama, pertumbuhan dan kesempatan berinvestasi di kawasan ASEAN, kedua, ketahanan ekonomi (resiliency) ASEAN di tengah gejolak ekonomi global, dan ketiga, konektifitas dan integrasi pasar dan ekonomi menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Dalam kaitannya dengan kesempatan investasi, arus investasi yang masuk ke kawasan ASEAN tercatat telah mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, sebagaimana yang dialami untuk aliran modal investasi langsung investasi atau Foreign Direct Investment (FDI). Pada tahun 2010, aliran FDI yang masuk ke ASEAN mencapai sekitar USD 75,7 miliar, atau naik hampir dua kali lipat setelah mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2008 dan 2009, yakni masing-masingnya adalah USD 47 miliar dam USD 37,8 miliar. Angka capaian tahun 2010 tersebut telah melebihi level tertinggi yang dicapai pada masa sebelum krisis 2008 yang mencapai sekitar USD75.6 miliar pada tahun 2007. Dalam 1 dekade terakhir, yakni antara periode 2002 sampai dengan tahun 2010, aliran FDI yang masuk ke ASEAN rata-rata tumbuh 19% sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 1. Aliran Modal Masuk Penanaman Modal Asing Langsung ke Kawasan ASEAN periode tahun 2002 2010 (dalam USD juta) Tabel 2. Aliran Masuk Penanaman Modal Asing Langsung (FDI inflows) ke ASEAN berdasarkan sektor ekonomi tahun 2010

Terdapat dua hal yang perlu dicermati oleh kawasan ASEAN di tengah melesunya kondisi perekonomian global. Pertama, dari sisi arus investasi yang masuk ke kawasan ASEAN dimana Eropa (EU-27) dan Amerika merupakan penyumbang terbesar atau lebih dari 25%, ASEAN harus secara segera melakukan diversifikasi dengan meningkatkan arus investasi intra-asean yang juga meningkat dari waktu ke waktu. Kedua, dalam kondisi dimana banyak kawasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang negatif, ASEAN dapat muncul ke permukaan dan menjadi tujuan investasi global karena menjadi salah satu dari sedikit kawasan yang masih dapat menawarkan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tabel 3. ASEAN: Major Sources of Investment, 2010 Dalam Sidang Panel para Menteri (Ministers Panel Session), Menteri Keuangan Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam, Menteri Negara Keuangan dan Transportasi Singapura, Wakil Menteri Keuangan Laos, Deputi Menteri Keuangan Brunei Darussalam, Sekretaris Negara Kamboja, dan Treasurer dari Filipina, memaparkan perkembangan ekonomi masing-masing negara, dan menyampaikan perspektif mereka tentang kekuatan regional ASEAN dan menyambut baik ASEAN sebagai tujuan investasi global. Bertindak sebagai moderator pada Sesi ini adalah Prof. Dr. Iwan jaya Azis, Kepala Office of Regional Economic Integration (OREI), Asian Development Bank (ADB). Dalam kesempatan AFMIS kali ini, Delegasi Thailand berhalangan hadir dikarenakan oleh bencana alam banjir luas yang melanda negara tersebut. Diskusi panel memberikan kesempatan kepada para Katua Delegasi Negara-negara ASEAN untuk secara bersama-sama dan secara terbuka membahas berbagai peluang dan isu yang mempengaruhi setiap perekonomian di kawasan, serta inisiatifinisiatif pro-investasi yang telah diadopsi oleh negara-negara ASEAN. Para Ketua Delegasi secara bersama-sama juga berkesempatan menyampaikan perspektif ASEAN dan perspektif masing-masing negara anggota ASEAN, mengenai berbagai isu regional dan global dengan kalangan pers pada agenda Konferensi Pers AFMIS. Mantan Menteri Keuangan Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Managing Director Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan presentasinya pada acara luncheon meeting. Isu-isu kunci yang disampaikan dan perlu memperoleh perhatian khusus dari Negara-negara anggota ASEAN antara lain tentang pertumbuhan yang berkelanjutan dan ketahanan ekonomi ASEAN, serta tantangan untuk menaikkan tingkat investasi di ASEAN. Dalam konteks ini, peran investasi memiliki nilai yang penting dalam kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara ASEAN ke arah integrasi regional perekonomian ASEAN yang mendalam melalui pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, yakni antara lain: pertama, sejalan dengan integrasi regional yang dilakukan, peningkatan investasi di kawasan akan menjadi kontribusi ASEAN untuk rebalancing ekonomi global, dan kedua, ASEAN memerlukan investasi yang berkualitas tinggi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi, teknologi, dan daya saing kawasan. Country Breakout Session merupakan salah satu program unggulan dalam setiap pelaksanaan AFMIS. Kesempatan ini umumnya digunakan oleh negara anggota ASEAN untuk memaparkan peluang dan keunggulan investasi yang dimiliki oleh masing-masing negara anggota ASEAN, kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh

dalam mendukung investasi, prospek ekonomi ke depan, dan hal-hal penting lainnya yang menjadi perhatian kalangan investor. Mengingat pentingnya program Country Breakout Session yang dilakukan, Delegasi yang hadir umumnya terdiri dari Menteri Keuangan dan/atau Ketua Delegasi dari masing-masing Negara ASEAN bersama-sama dengan para pejabat dari instansi-instansi terkait (seperti: Bank Sentral, Regulator Pasar Modal, Bursa Efek). Para investor yang hadir, baik investor portofolio maupun investor sektor riil memperoleh informasi yang signifikan dan kesempatan untuk bertatap muka dengan para pengambil kebijakan serta untuk berdiskusi secara langsung mengani hal-hal yang menjadi daya tarik bagi mereka dan/atau menjadi pusat perhatian terkiat dengan investasi yang akan dilakukannya. IV. Respons dari para Peserta dan Undangan AFMIS Ke-8 Penyelenggaraan AFMIS ke-8 memperoleh respon yang sangat positif dan sangat menggembirakan. Lebih dari 300 delegasi dari 17 negara, terdiri dari fund manager global terkemuka, bank-bank investasi, broker sekuritas, bursa efek, sovereign wealth funds, perusahaan publik, lembaga keuangan internasional, dan perwakilan dari kedutaan besar negara asing di Indonesia, berpartisipasi dalam AFMIS. Mayoritas peserta berasal dari dalam wilayah ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Namun demikian, acara AFMIS kali ini juga dihadiri oleh delegasi peserta yang berasal dari non-negara ASEAN, seperti dari Amerika Serikat, Australia, Hongkong, Inggris, Jepang, Kanada, dan Uni Emirat Arab. V. Pesan Kunci dan Output Utama AFMIS Ke-8 AFMIS ke-8 merupakan kegiatan bersama 10 negara ASEAN dengan menggunakan pendekatan kolaboratif yang difokuskan pada promosi kawasan ASEAN sebagai tujuan investasi yang menarik yang didukung oleh profil pertumbuhan yang kuat, kebijakan yang hati-hati (prudent), dan kejelasan agenda pembangunan ekonomi. Negara-negara ASEAN terus melakukan reformasi ekonomi dan keuangan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan stabilitas ekonomi. Kebijakan reformasi dan langkahlangkah tersebut telah mengubah cara pandang investor terhadap situasi dan kondisi politik, ekonomi, dan keuangan di kawasan ASEAN, dan menjadi kekuatan pendukung bagi ASEAN untuk memperkuat klaimnya sebagai kawasan yang memiliki daya tarik investasi, baik portofolio maupun investasi langsung. Mengacu pada pembentukan ASEAN Infrastructure Fund (AIF) bulan September 2011 yang lalu di Washington DC, AFMIS memberikan kesempatan bagi setiap negara anggota ASEAN untuk memaparkan inisiatifinisiatif yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di negaranya masing-masing. AIF merupakan skema pendanaan bersama negara-negara ASEAN yang menfokuskan pada pengembangan dan pembangunan infrastruktur di kawasan ASEAN. Selain daripada itu, melalui AFMIS juga telah diperoleh informasi yang penting mengenai peluang perluasan investasi lintas batas dalam kawasan ASEAN, khususnya yang terkait dengan semangat integrasi regional yang berkelanjutan sebagaimana tercantum dalam Master Plan on ASEAN Connectivity yang telah ditetapkan pada tahun 2010, yakni meliputi: (i) rangkaian strategi dan tindakan untuk meningkatkan perdagangan intra-regional; dan (ii) upaya untuk memperdalam integrasi dan konektifitas regional ekonomi, fisik, kelembagaan, dan orang-ke-orang di antara negara-negara anggota. ASEAN membutuhkan keterlibatan sektor swasta yang dinamis untuk mendukung peningkatan investasi dan produktifitas yang berkelanjutan di negara-negara anggota dan kawasan ASEAN. AFMIS juga telah mendorong kesadaran bersama negara-negara ASEAN untuk lebih memperkuat platform kerja sama ekonomi ASEAN, serta memastikan bahwa ASEAN tetap

kokoh di jalur pertumbuhan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan di tengah-tengah tantangan dan ketidakpastian ekonomi global saat ini. ---ooo---