Kata kunci : sistem tanam, produktivitas dan padi sawah

dokumen-dokumen yang mirip
ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

TAMPILAN VARIETAS UNGGUL BARU INPARI 7 DI LAHAN SAWAH DATARAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

KAJIAN PENERAPAN PUPUK ORGANIK DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI SUBAK MANGKU, TABANAN, BALI

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

DAYA HASIL DAN POTENSI LIMBAH UNTUK PAKAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SISTEM TANAM LEGOWO 2:1. I NYOMAN ADIJAYA dan I MADE RAI YASA

PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKILM BASAH.

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Abstrak

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari di Subak Dlod Sema Badung Bali

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS IR-66 DI SUMATERA BARAT

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Volume 11 Nomor 2 September 2014

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

KAJIAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KABUPATEN MADIUN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

KERAGAAN KOMPONEN HASIL DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI SISTEM TANAM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Inpari 30 Pada Sistem Tanam Berbeda dan Pemberian Macam Dosis Pupuk Anorganik

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

APLIKASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH APPLICATION OF JAJAR LEGOWO PLANTING SYSTEM TO INCREASE PADDY YIELD

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

dwijenagro Vol. 4 No. 1 ISSN :

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

Transkripsi:

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SAWAH DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH Ida Bagus Aribawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Denpasar E mail : idabagusaribawa@yahoo.co.id ABSTRAK Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Sementara itu, kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring dengan laju pertambahan penduduk. Dengan laju pertambahan penduduk 1,7 % per tahun dan kebutuhan per kapita sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2025 pemerintah harus menghasilkan padi sebanyak 78 juta ton GKG untuk mencukupi kebutuhan beras nasional. Inovasi teknologi diperlukan untuk dapat meningkatkan produktivitas padi, diantaranya dengan penggunaan varietas padi unggul (VUB), benih bermutu dan berlabel, penanaman bibit umur muda, peningkatan populasi tanaman dan lainnya yang termasuk dalam komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan dalam pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Peninglatan populasi tanaman dapat dilakukan dengan penerapan sistem tanam legowo, baik legowo 2 : 1; 4 : 1; 6 : 1 dan 12 : 1. Kajian untuk melihat pengaruh sistem tanam terhadap peningkatan produktivitas padi di lahan sawah dataran tinggi beriklim basah telah dilakukan di lahan sawah petani dengan ketinggian 700 dpl, di Desa Kerta, Kecamatan Payangan Gianyar Bali pada MT. 2011. Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan diulang tiga kali. Sebagai perlakuan adalah sistem (cara) tanam yang dilakukan petani, yaitu sistem tanam legowo 2 : 1 (s 1 ); sistem tanam legowo 4 : 1 (s 2 ); sistem tanam legowo 6 : 1 (s 3 ) dan sistem tanam legowo 12 : 1 (s 4 ). Luas petak yang digunakan disesuaikan dengan luas petak alami petani, dimana petani kooperator (8 orang) digunakan sebagai ulangan. Parameter tanaman padi yang diamati : tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah kering panen (GKP) per hektar. Hasil kajian menunjukkan perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, jumlah gabah hampa per malai dan bobot 1000 biji, tapi berpengaruh nyata terhadap parameter tanaman lainnya. Hasil gabah kering panen tertinggi dihasilkan oleh sistem tanam legowo 2 : 1 (s 1 ), yaitu 8,84 t GKP ha -1. Kata kunci : sistem tanam, produktivitas dan padi sawah PENDAHULUAN Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Sementara itu, kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring dengan laju pertambahan penduduk. Pada tahun 2012, penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi 244,69 juta jiwa dan jumlah konsumsi beras mencapai 33,60 juta ton (Badan Litbang Pertanian, 2011). Dengan laju pertambahan penduduk rata-rata 1,7 % per tahun dan kebutuhan per kapita sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2025 Indonesia harus mampu menghasilkan padi sebanyak 78 juta ton GKG untuk mencukupi kebutuhan beras nasional (Abdullah, 2004). Dengan produksi beras nasional yang rendah, sebanyak ± 2 juta ton beras diimpor selama tahun 2001 sehingga langsung menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia (Anonim, 2002). Oleh karenanya usaha peningkatan produksi beras melalui peningkatan produktivitas padi dan peningkatan pendapatan petani selalu dimasukkan dalam agenda kebijakan pemerintah di bidang pertanian. Sejak awal tahun 2007, pemerintah bertekad untuk meningkatkan produksi beras 2 juta ton dan selanjutnya meningkat 5 % per tahun hingga tahun 2009 melalui Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah mengimplementasikan empat strategi, yaitu : (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal, (3) pengamanan produksi, dan (4) penguatan kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi (Badan Litbang Pertanian, 2007). Peningkatan produktivitas memerlukan dukungan inovasi teknologi seperti peningkatan indek panen, varietas unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pengendalian OPT, pengelolaan hara, pengaturan populasi tanam, melalui perbaikan sistem tanam dan lainnya (Anon, 2000). Perbaikan sistem tanam, melalui penerapan sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu inovasi teknologi yang telah diperkenalkan dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu, sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Tanaman padi yang berada dipinggir umumnya akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik. Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo: (1) jajar legowo 2 : 1, dimana setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan, (2) jajar legowo 3 : 1, setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah, (3) jajar legowo 4 : 1, setiap empat baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan, dan (4) jajar legowo 12 :1 atau sering disebut cara tanam petani, yaitu setiap 12 baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang di tengah (Wahyu, 2012). Hasil penelitian Abdulah (2004) mendapatkan hasil padi dengan sistem tanam legowo lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara petani (sistem tegel). Hal yang lebih spesifik dikemukakan oleh Triny et al. (2004) yang menyatakan dengan perbaikan teknologi budidaya, penerapan sistem tanam berbeda dengan kebiasaan petani seperti penerapan sistem legowo 2 : 1, dapat meningkatkan produktivitas padi. Hasil penelitian

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 sistem tanam legowo 2 : 1 memberikan hasil gabah tertinggi sebesar 6,25 ton per hektar, meningkat sebesar 18,1% bila dibandingkan sistem tanam tegel 20 x 20 cm. Variasi peningkatan produktivitas padi ini dengan sistem tanam yang berbeda tergantung juga dengan varietas padi yang digunakan. Penerapan sistem tanam legowo, yaitu dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar diharapkan produktivitas padi meningkat melalui peningkatan populasi tanaman, dan disamping itu, efisiensi dan efektifitas pertanaman padi di tingkat petani dapat tercapai. Kajian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sistem tanam yang berbeda terhadap peningkatan produktivitas padi di lahan sawah dataran tinggi beriklim basah METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah pupuk anorganik dan pupuk organik, seperti pupuk urea, phonska, pukan sapi dan bahan lainnya. Selain itu digunakan varietas unggul baru (VUB) Inpari 6. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat untuk bercocok tanam, meteran, timbangan dan alat-alat yang lainnya. Rancangan Percobaan Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan diulang tiga kali. Sebagai perlakuan adalah sistem (cara) tanam yang dilakukan petani, yaitu sistem tanam legowo 2 : 1 (s 1 ); sistem tanam legowo 4 : 1 (s 2 ); sistem tanam legowo 6 : 1 (s 3 ) dan sistem tanam legowo 12 : 1, atau sering disebut sistem tanam cara petani (s 4 ). Luas petak yang digunakan disesuaikan dengan luas petak alami petani, dimana petani kooperator (8 orang) digunakan sebagai ulangan. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian untuk melihat pengaruh sistem tanam terhadap peningkatan produktivitas padi di lahan sawah dataran tinggi beriklim basah telah dilakukan di lahan sawah petani dengan ketinggian 700 dpl, di Desa Kerta, Kecamatan Payangan Gianyar Bali pada MT. 2011. Pendekatan Kegiatan untuk melihat tampilan tanaman dengan penggunaan sistem tanam yang berbeda, berdasarkan jenisnya termasuk kegiatan pengembangan. Oleh karena itu, untuk mensukseskan kegiatan ini diperlukan kerjasama antar instansi terkait di daerah (dari tingkat propinsi sampai tingkat desa) serta partisipasi aktif dari kelompok tani (subak) untuk mengikuti kegiatan ini. Tahapan Kegiatan Kegiatan dimulai dengan penentuan lokasi dan petani kooperator sebagai lokasi pelaksanaan dan pelaksana kegiatan. Pada tahap persiapan juga dilakukan koordinasi ke

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi tingkat pusat (Balit dan Balai Besar Padi) guna mencari informasi inovasi teknologi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di tingkat lapangan. Sosialisasi dilakukan dengan instansi terkait (Distan, BPSB, BPTPH) mulai dari tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, serta desa/kelompok tani untuk mencari masukan dari tingkat lapangan guna penyempurnaan kegiatan. Sosialisasi dimaksudkan untuk menyamakan persepsi kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan guna penyempurnaan kegiatan di tingkat lapangan. Pelaksanaan Kegiatan Kajian untuk melihat tampilan tanaman dengan sistem tanam yang berbeda, menggunakan pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). Model PTT adalah suatu metodologi atau strategi, bahkan filosofi untuk meningkatkan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan. Keberhasilann PTT sangat ditentukan oleh pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT yaitu harus bersifat partisipatif, dinamis, spesifik lokasi, keterpaduan dan sinergis antar komponen. Oleh karena itu pendekatan yang ditempuh dalam menerapkan teknologi PTT di tingkat lapangan diharapkan didasarkan pada karakteristik lingkungan biofisik, kondisi sosial ekonomi dan budaya di suatu wilayah yang menjadi lokasi kegiatan. Adapun komponen PTT yang digunakan dalam kegiatan ini disajikan pada Tabel 1. Pengumpulan dan Analisis Data Parameter tanaman padi yang diamati : tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah kering panen (GKP) per hektar. Data yang dikumpulkan dianalisis secara sidik ragam. Uji rata-rata pengaruh kombinasi perlakuan apabila berinteraksi dilakukan dengan uji DMRT pada taraf 5 %. Apabila hanya perlakuan tunggal yang berpengaruh, dalam hal ini perbedaan sistem tanam dilakukan dengan uji BNT pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1984). Tabel 1. Teknologi Budidaya Padi Model PTT Yang Digunakan Di Lapangan No. Perlakuan Komponen Teknologi PTT 1 Varietas Varietas unggul baru (VUB) 2 Persemaian Pesemaian basah diaplikasi kompos, sekam dan pupuk 3 Seleksi benih Pemilihan benih bernas dengan air garam. 4 Tanam bibit 15 HSS. 5 Jumlah bibit/lubang 1-3 bibit untuk tanam pindah 6 Jarak tanam Sesuai perlakuan sistem tanam 7 Dosis pupuk anjuran Sesuai Kepmen Pertanian No.1, 2006. pukan sapi. 8. Pengendalian Prinsip PHT hama/penyakit 9. Pengelolaan gulma Cara mekanis (penyiangan). 10. Pengairan Pengairan berselang 11. Penangan pascapanen Gebot sesuai dengan kondisi petani

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, lahan sawah dataran tinggi beriklim basah, di desa Kerta, kecamatan Payangan, Gianyar berada pada ketinggian 700 m dari permukaan laut sehingga lahan sawah di desa Kerta mempunyai struktur permukaan tanah landai, bergelombang hingga berbukit. Dengan pembuatan terasering petani dapat memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian dalam arti luas, terutama padi sawah. Dilihat dari kesuburan tanah yang disajikan pada Tabel 2, maka secara umum tanah di desa Kerta yang digunakan mempunyai karakteristik sifat kimia, yaitu : ph (kemasaman tanah) normal dengan DHL sangat rendah, C-organik dan N-total rendah, P-tsd sangat tinggi dan K-tsd dengan kriteria tinggi (Hardjowigeno, 1987). Dari elaborasi data wilayah, maka rata-rata pemilikan lahan sawah petani di desa Kerta berkisar 0,30-0,50 ha dan beberapa diantaranya memiliki sapi bali dengan kisaran pemilikan rata-rata 2 ekor/kk. Menurut pendapat petani setempat, bila hendak menerapkan sistem integrasi padi-ternak maka peran ternak akan sangat membantu terutama sebagai tenaga kerja, sumber energi, sumber pupuk organik dan tabungan. Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di lokasi pengkajian Kode contoh ph (H 2 O) DHL (mmhos C-org. (%) N-total (%) P-tsd (ppm) K-tsd cm -1 ) AG01 6,76 0,96 N SR Sumber : Duwijana dan IB. Aribawa (2010). 1,25 R 0,16 R 144,28 ST (ppm) 382,62 T Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh perlakuan s 4, yaitu 106,98 cm dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tinggi tanaman terrendah dihasilkan oleh perlakuan s 1, yaitu 102,40 cm. Pertumbuhan tanaman yang tinggi belum menjamin produktivitas tanaman juga tinggi. Pertumbuhan tanaman yang optimal mempunyai pengaruh yang besar terhadap hubungan antara panjang malai dengan hasil. Tanaman yang tumbuh baik mampu menyerap hara dalam jumlah banyak. Ketersediaan hara dalam tanah berpengaruh terhadap aktivitas tanaman termasuk aktivitas fotosintesis, sehingga dengan denikian tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil tanaman (Yosida, 1981). Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Malai Dan Panjang Malai Pada Kajian Perbedaan Sistem Tanam Di Desa Kerta, Kabupaten Gianyar, MT. 2011 Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah anakan (batang/rumpun) Jumlah malai per rumpun Panjang malai (cm) s 1 s 2 s 3 s 4 102,40a 103,10a 105,90b 106,98c 24,10a 24,70a 25,10a 25,30a 19,80a 20,00a 23,40b 23,60b 24,98a 24,50b 24,24b 24,12b BNT 5 % 1,05-2,5 0,40 KK 5 % - 11,20 - - Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %.

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Hasil analisis statistik terhadap jumlah anakan dan jumlah malai per rumpun disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun. Sedangkan terhadap jumlah malai berpengaruh nyata. Jumlah anakan pada perlakuan perbedaan sistem tanam bervariasi dan berkisar antara 24,10-25,30 batang per rumpun. Untuk jumlah malai, perlakuan sistem tanam s 4, menghasilkan jumlah malai terbanyak, yaitu 23,60 batang per rumpun dan perlakuan ini hanya berbeda nyata dengan perlakuan s 1 dan s 2. Jumlah malai terrendah dihasilkan oleh perlakuan s 1, yaitu 19,80 batang per rumpun. Hasil analisis terhadap panjang malai disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap panjang malai. Panjang malai terpanjang dihasilkan oleh perlakuan s 1, yaitu 24,98 cm dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan sistem tanam lainnya. Panjang malai terpendek dihasilkan oleh perlakuan s 4, yaitu 24,12 cm. Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Gabah Isi, Jumlah Gabah Hampa, Bobot 1000 Biji Dan Hasil Gabah Kering Panen Pada Kajian Perbedaan Sistem Tanam Di Desa Kerta, Kabupaten Gianyar, MT. 2011 Perlakuan Jumlah gabah isi Jumlah gabah Bobot 1000 Hasil GKP ha -1 malai -1 hampa malai -1 Biji (g) s 1 s 2 s 3 s 4 130,25a 125,15b 124,80b 120,20c 62,25a 66,33b 66,90b 67,95c 25,10a 24,90a 24,83a 24,73a 8,84a 8,27b 8,08b 7,57c BNT 5 % 4,50 1,04 - - KK 5 % - - 9,20 0,50 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %. Hasil analisis jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa per malai disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4, terlihat perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi dan hampa per malai. Jumlah gabah isi per malai terbanyak dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam s 1, yaitu 130,25 biji per malai dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan sistem tanam lainnya. Jumlah gabah isi per malai terrendah dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam s 4, yaitu 120,20 butir per malai. Hal yang sebaliknya terlihat pada jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah hampa per malai terbanyak dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam s 4, yaitu 67,95 butir per malai dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan sistem tanam lainnya. Jumlah gabah hampa per malai terrendah dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam s 1, yaitu 62,25 butir per malai. Hasil analisis statistik terhadap bobot 1000 biji disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4, terlihat perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji. Rata-rata bobot 1000 biji pada perlakuan sistem tanam yang berbeda berkisar antara 24,73-25,10 gram. Hasil analisis statistik terhadap hasil gabah kering panen disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4, terlihat perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap hasil gabah kering panen. Hasil gabah kering panen tertinggi dihasilkan oleh perlakuan s 1, yaitu 8,84 t GKP ha -1 dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 perlakuan lainnya. Hasil gabah kering panen terrendah dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam s 4, yaitu 7,57 ton GKP ha -1. Pertumbuhan tanaman dalam arti sempit berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. (Gardner et al., 1991). Menurut Hakim et al. (1986) pertumbuhan merupakan suatu perkembangan yang progresif dari suatu organisme dan cara yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan menyatakannya dalam penambahan berat kering, panjang, tinggi ataupun diameter batang. Dalam kajian ini, tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah malai digunakan untuk mengukur pertumbuhan tanaman padi. Secara visual pertumbuhan tanaman padi kelihatan seragam, walaupun secara statistik tinggi tanaman dan jumlah malai berbeda nyata. Tinggi tanaman tertinggi pada saat panen terlihat pada perlakuan s 4 yaitu 105,98 cm. Hal ini diduga disebabkan karena dengan sistem tanam legowo 12 : 1 (cara petani), sebagian besar populasi tanaman padi berada di tengah lahan, karena setelah baris tanaman yang ke 12 baru ada lorong, tempat sinar matahari dan udara masuk. Sehingga dengan demikian, terjadi kompetisi antara individu tanaman yang tumbuh dalam suatu hamparan lahan dalam mencari sinar matahari menjadi sangat ketat. Dengan populasi tanaman yang padat dalam satu hamparan, maka akan memicu terjadinya kompetisi antar tanaman dalam hal pemanfaatan sinar matahari, sehingga memacu tanaman lebih tinggi bila dibandingkan dengan populasi tanaman yang lebih rendah, karena adanya perbedaan sistem tanam. Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Aribawa dan Kariada (2005) yang mendapatkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dihasilkan pada populasi tanaman yang lebih padat dalam satu hamparan. Banyaknya batang tanaman padi yang tumbuh dalam satu hamparan tanam mempengaruhi jumlah anakan yang tumbuh. Hal ini terlihat dari jumlah anakan per rumpun pada saat panen pada perlakuan s 4 yang lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). Menurut Harjadi (1979), persaingan tanaman untuk mendapatkan unsur hara akan terjadi apabila unsur hara tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup atau apabila populasinya melebihi populasi yang seharusnya. Perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah malai dan panjang malai. Jumlah malai erat kaitannya dengan jumlah anakan tanaman padi. Umumnya jumlah anakan berkorelasi positif dengan jumlah malai. Dimana, semakin banyak jumlah anakan maka jumlah malai yang terbentuk juga semakin banyak. Hal ini terlihat pada Tabel 3, dimana terlihat perlakuan s 4 menghasilkan jumlah anakan dan jumlah malai terbanyak. Panjang malai terpanjang terlihat pada perlakuan s 1. Hal ini diduga karena sistem tanam legowo 2 : 1 akan menjadikan semua rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada di pinggir galengan, sehingga semua tanaman mendapat efek samping (border effect), dimana tanaman yang mendapat efek samping panjang malainya lebih panjang dari tanaman yang tidak mendapat efek samping. Komponen hasil yang lain seperti jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 biji tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tabela legowo 2 : 1 (s 1 ). Jumlah gabah isi per malai merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh terhadap hasil padi. Umumnya

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi jumlah gabah per malai berkorelasi positif dengan panjang malai. Semakin panjang malai yang terbentuk, semakin banyak peluang jumlah gabah yang dapat ditampung oleh malai yang bersangkutan. Sementara itu, jumlah gabah isi dan bobot 1000 biji yang terbentuk dalam satu malai sangat tergantung dari proses fotosintesis (pengisian biji) dari tanaman selama pertumbuhannya dan sifat genetis dari tanaman padi yang dibudidayakan. Hal ini terlihat dari bobot 1000 biji dari masing-masing perlakuan sistem tanam tidak berbeda nyata (Tabel 4). Demkian juga halnya dengan hasil gabah kering panen per hektar. Hasil gabah kering panen per hektar tertinggi dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam legowo 2 : 1. Sistem tanam legowo 2 : 1 memberikan kondisi yang sama pada setiap tanaman padi untuk mendapatkan ruang dan sinar matahari secara optimal. Disamping itu, jumlah rumpun tanaman padi per hektar yang ditanam dengan sistem tanam legowo 2 : 1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya.. Menurut Tryni et al. (2004), sistem tanam legowo 2 : 1 akan menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada di pinggir galengan, sehingga semua tanaman mendapat efek samping (border effect), dimana tanaman yang mendapat efek samping produksinya lebih tinggi dari yang tidak mendapat efek samping. Tanaman yang mendapat efek samping, menjadikan tanaman mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh yang tersedia seperti cahaya matahari, air dan CO 2 dengan lebih baik untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil, karena kompetisi yang terjadi relatif kecil (Harjadi, 1979). Pada tanaman padi yang ditanam secara beraturan dalam bentuk tegel, hasil tanaman bagian luar lebih tinggi 1,5 2 kali dibanding hasil tanaman yang berada di bagian dalam (Suriapermana et al., 1990). Demikian juga pemberian pupuk pada cara legowo akan lebih efektif dan efisien karena distribusi pupuk lebih merata dan langsung ke pertanaman padi. Hasil penelitian yang sama juga dikemukakan oleh Khairuddin (2005) yang mendapatkan hasil tertinggi pada varietas Ciherang didapat dengan sistem tanam legowo 2:1 yaitu 5,5 t GKG ha -1, kemudian diikuti oleh sistem tanam legowo 4:1, tandur jajar dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan cara petani dengan hasil padi berturut-turut 5,4 t GKG ha -1 ; 5,3 t GKG ha -1 dan 5,2 t GKG ha -1. KESIMPULAN Dari hasil pengkajian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Perlakuan sistem tanam berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan menjelang panen dan bobot 1000 butir biji, tapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter tanaman lainnya yang diamati 2. Sistem tanam legowo 2 : 1 menunjukkan keunggulan dibandingkan perlakuan sistem tanam lainnya. Hasil gagah kering panen per hektar tertinggi dihasilkan ioleh perlakuan tabela legowo 2 :1 (s 1 ) yaitu 8,84 t GKP ha -1, meningkat sebesar 14,36 % dibanding perlakuan sistem tanam legowo cara petani 12 : 1 (s 4 )

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUB lainnya. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB Lainnya, 31 Maret- 3 April 2004, di Balitpa, Sukamandi. Anonimus. 2000. Petunjuk Teknis Pengkajian dan Pengembangan Intensifikasi Padi Lahan Irigasi Berdasarkan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Balitpa. Puslittan, Badan Litbang. Deptan. Jakarta. Anonimus. 2002. Pemerintah gagal mensejahterakan petani. Kompas. 3 Januari 2002. 2 hal. Aribawa, IB., dan Kariada. 2005. Pengaruh sistem tanam terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas padi sawah di subak Babakan Tabanan. Proseding Seminar Nasional Optimalisasi Teknologi Kreatif dan Peran Stakeholder Dalam Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bekerjasama dengan BPTP Bali. Hlm. 159-163. Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengmbangan Pertanian. Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi. Badan Litbang Pertanian. BBP2TP. Kementerian Pertanian. Duwijana IN., dan IB. Aribawa. 2010. Adaptasi beberapa varietas kacang tanah di lahan kering beriklim basah di desa Kerta, Gianyar Bali. Proseding Seminar Nasional Isu Pertanian Organik dan Tantangannya. BBP2TP bekerjasama dengan Universitas Udayana Denpasar dan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar. Hlm. : 175-178. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.K. saul. M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hlm. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Perkasa. Jakarta. 216 hlm Haryadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gardner, Franklin P., R. Brent Pearce dan Roger L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia. 428 hlm. Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Instute Book. A Wiley Interscience Publ. John Wiley and Sons. New York. 680 p. Khairuddin. 2005. Perbaikan teknologi budidaya padi melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di lahan sawah irigasi kabupaten Tabalong. Suriapermana S., I. Sayamsul dan A.M. Fagi. 1990. Laporan pertama penelitian kerjasama mina padi antara Balittan Sukamandi-IDRC Canada. Balittan Sukamandi. Badan Litbang. Deptan.

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Triny S. Kadir, E. Suhartatik dan E. Sutisna. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya PTB cara PTT. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 Maret- 3 April 2004 di Balitpa, Sukamandi. Wahyu Asep. 2012. Tanam Padi Cara Jajar Legowo di Lahan Sawah. http://dipertanaknunukan.blogspot.com/2012/03/tanam-padi-cara-jajar-legowodi-lahan.html. Diakses, 11 Juni 2012. Yosida, S. 1981. Fundamental of rice crop science. IRRI. Manila, Philippines. p. 111-176.