Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL METAKOGNISI SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH TERBUKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Aktivitas Metakognitif Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika

METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA (STUDI KASUS PADA SISWA SMP BERDASARKAN GENDER)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 5 NOMOR 1 JANUARI Muhammad Sudia

MENERAPKAN METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (Suatu Upaya Membangun Budaya dan Karakter Bangsa) Muhammad Sudia

METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

Strategi Metakognisi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut 1. Selain itu,

Proses Metakognitif dalam Pengajuan Masalah Geometri Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent

KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII SMP

METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA PENGEMBANGANNYA?

Aktivitas Metakognisi Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Pemecahan Masalah Terbuka

PROFIL METAKOGNISI MAHASISWA PEREMPUAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PEMBUKTIAN LANGSUNG DITINJAU DARI GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA GATUT ISWAHYUDI*)

Mega Teguh Budiarto Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

PERBEDAAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SQUARE DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X

PEMANFAATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA * Theresia Kriswianti Nugrahaningsih**

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

PROFIL BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

ISSN WAHANA Volume 64, Nomer 1, 1 Juni 2015

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir: Penelitian Pendidikan Matematika

PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

OLEH: NILA ANGGRENI E1M

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA

ELEMEN BERNALAR: IMPLIKASI DAN AKIBAT-AKIBAT PADA INDIKATOR MENGANTISIPASI SERTA MENCARI SOLUSI TERHADAP MASALAH MELALUI METAKOGNISI

Peranan Metakognitif dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

METAKOGNISI MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PEMBUKTIAN BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA 1)

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

Proses Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Aljabar Berdasarkan Taksonomi SOLO

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

PROSES METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KIMIA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY Rudi Santoso Yohanes

STUDI PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF PADA MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA

AKTIVITAS METAKOGNISI SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN MASALAH OPEN ENDED

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KELILING DAN LUAS SEGITIGA. Diajukan Oleh: MEI LIA SAFITRI A

KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA DALAM PROBLEM SOLVING BERBENTUK OPEN START BERDASARKAN GAYA KOGNITIF DI SMP

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

Norma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

Analisis Kesalahan Siswa Dilihat dari Skema Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika AYU ISMI HANIFAH

SILABUS PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (GD 201 / 2 SKS) SEMESTER GANJIL (7) Disusun oleh : Drs. Yusuf Suryana, M.Pd

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

DAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH APLIKASI DERET TAK HINGGA

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah dengan Pemberian Scaffolding

DIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

PROFIL PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDEN DAN BERJENIS KELAMIN PEREMPUAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

PROFIL METAKOGNITIF SISWA YANG BERGAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

KEEFEKTIFAN MODEL MMP PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DISERTAI IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI

Penerapan Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Kelas XI

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

ANALISIS KECERDASAN SPASIAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN TEORITIS

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa ) Muhammad Sudia FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI e-mail: muhammad_matematika@yahoo.co.id PM - 51 Abstrak. : Metakognisi merupakan hal yang penting dalam memecahkan masalah matematika, yaitu dalam hal merencanakan proses berpikir, memonitoring proses berpikir dan mengevaluasi proses dan hasil berpikir ketika memecahkan masalah. Masalah matematika dalam penelitian ini adalah masalah open-ended. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil metakognisi siswa SMP dalam memecahkan masalah open-ended ditinjau dari tingkat kemampuan siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMPN 5 Kendari pada semester genap tahu ajaran 2014/2015 dengan subjek masing-masing satu siswa dengan tingkat kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, penafsiran data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memecahkan masalah open-ended, subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi, melibatkan metakognisinya melalui aktivitas perencanaan, monitoring dan evaluasi pada setiap pentahapan Polya, subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika sedang, melibatkan metakognisinya hanya melalui aktivitas perencanaan dan evaluasi pada setiap pentahapan Polya dan subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika rendah, melibatkan metakognisinya hanya melalui aktivitas perencanaan pada setiap pentahapan Polya. Kata Kunci: Profil metakognisi, masalah open-ended dan tingkat kemampuan siswa. I. PENDAHULUAN Masalah dalam penelitian ini adalah masalah open-ended materi geometri bangun datar. Ada beberapa pendapat tentang pengertian masalah open-ended, misalnya Takahashi (2006), masalah openended adalah masalah yang mempunyai banyak solusi. Becker dan Shimada (1997) mengatakan bahwa pembelajaran yang melibatkan masalah open-ended adalah pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki penyelesaian yang benar lebih dari satu. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, subjek menggunakan pentahapan Polya (1973), yaitu: (1) tahap memahami masalah; (2) tahap membuat rencana pemecahan masalah; (3) tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah dan (4) tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, pemecahan masalah perlu diajarkan kepada siswa karena memiliki tujuan tertentu. Charles, Lester dan O Daffar (1997) menyebutkan bahwa tujuan diajarkan pemecahan masalah matematika antara lain adalah: (1) untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (2) mengembangkan kemampuan menyeleksi dan menggunakan strategi-strategi pemecahan masalah; (3) mengembangkan kemampuan siswa untuk memonitor dan mengevaluasi pemikirannya sendiri dari hasil pekerjaannya selama memecahkan masalah. Ketiga tujuan diajarkan pemecahan masalah yang disebutkan ini terkait dengan metakognisi. Flavell (1979) sebagai pencetus istilah metakognisi, mendefinikan metakognisi sebagai berpikir tentang proses berpikir seseorang. Hal ini harus dilakukan dengan pemantauan dan pengaturan proses berpikir secara aktif. Hal yang sama, Santrock (2007) mengatakan bahwa metakognisi adalah berpikir tentang berpikir. Selanjutnya dijelaskan bahwa siswa yang mengelola kegiatan kognitifnya dengan baik memungkinkan dapat menangani tugas dan menyelesaikan masalah dengan baik pula. Livingston (1997) mengatakan bahwa metakognisi mengacu pada tatanan pemikiran yang lebih tinggi atau kognisi tingkatan kedua, yang melibatkan kontrol aktif atau proses-proses metakognitif yang terlibat dalam proses pembelajaran, seperti aktivitas perencanaan, monitoring dan mengevaluasi suatu MP 347

ISBN. 978-602-73403-1-2 tugas tertentu. Sejalan dengan itu, Wolfolk (1988) menyebutkan bahwa metakognisi merujuk pada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan belajar yang dilakukan dan kesadaran ini akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikirnya dengan merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil dan aktivitas berpikirnya. Brown (dalam Gama, 2004) membagi metakognisi menjadi dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition), dan (b) pengaturan kognisi (regulation of cognition). sebagai aktivitas yang memperhatikan mekanisme pengaturan diri selama proses belajar dan pada saat memecahkan masalah. Oleh sebab itu, maka metakognisi dalam penelitian ini melibatkan aktivitas perencanaan, monitoring dan evaluasi dalam memecahkan masalah matematika. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metakognisi memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah matematika. Misalnya hasil penelitian Heylighen dan Joslyn (1993), menunjukkan bahwa metakognisi memberi dampak positif kepada siswa yang belajar melalui pemecahan masalah, karena menyajikan cara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan menyampaikan informasi dan keterampilan. Berdasarkan alasan itu, para ahli psikologi kognitif memandang strategi metakognitif perlu diberikan kepada siswa melalui pengalaman belajar matematika (Desoete, 2007). Lee dan Baylor (2006) menekankan bahwa metakognisi harus dilatihkan untuk menjadi keterampilan yang akan menuntun siswa untuk belajar dan menemukan pengetahuan sendiri. Siswa yang memiliki tingkatan metakognisi tinggi akan menunjukkan keterampilan metakognitif yang baik, seperti merencanakan (planning) proses berpikirnya, memantau (monitoring) proses berpikirnya dan mengevaluasi (evaluation) proses dan hasil berpikirnya. Dari hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa untuk memecahkan masalah dengan baik diperlukan metakognisi. Oleh sebab itu, maka peneliti memandang perlu untuk mengetahui profil metakognisi siswa dalam memecahkan masalah open-ended. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah open-ended? (2) bagaimana profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika sedang dalam memecahkan masalah open-ended? (3) bagaimana profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika rendah dalam memecahkan masalah open-ended? Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengungkapkan profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah open-ended; (2) untuk mengungkapkan profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika sedang dalam memecahkan masalah open-ended; dan (3) ) untuk mengungkapkan profil metakognisi siswa SMP yang berkemampuan matematika rendah dalam memecahkan masalah open-ended. Manfaat dalam penelitian adalah: (1) sebagai langkah awal untuk memperkenalkan metakognisi yang terkait dengan pemecahan masalah matematika, khususnya masalah open-ended pada sekolah tempat melakukan penelitian, (2) sebagai masukan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berkaitan dengan metakognisi, II. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dan bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang profil metakognisi siswa SMP dalam memecahkan masalah open-ended ditinjau dari tingkat kemampuan siswa. Untuk mendapatkan deskripsi data secara mendalam tentang profil metakognisi siswa dalam memecahkan masalah open-ended, siswa diberi tugas pemecahan masalah matematika yang diikuti wawancara. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII SMPN 5 Kendari semestar genap tahun ajaran 2014/2015 yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Proses pemilihan subjek penelitian adalah memilih masing-masing minimal 1 (satu) orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Kriteria siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang dipilih mampu mengkomunikasikan pendapat/jalan pikirannya secara lisan atau tertulis ketika memecahkan masalah open-ended. Instrumen dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu instrumen utama dan instrumen bantu. Insrumen utama adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen bantu ada 2 (dua) macam, yaitu: tugas pemecahan masalah dan pedoman wawancara. Tugas pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah masalah open-ended materi geometri bangun datar, yang terdiri dari dua soal yang setara. Tujuan diberikan soal setara adalah untuk mentriangulasi data profil metakognisi siswa dalam memecahkan masalah open-ended. Kedua masalah yang dimaksud disajikan berikut ini: MP 348

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Masalah 1: Sebidang tanah rata berbentuk segiempat yang memiliki keliling 300 meter. Berapa m 2 luas tanah tersebut yang mungkin, yang sesuai dengan keliling yang diketahui? Masalah 2: Suatu lahan peternakan sapi berbentuk segiempat dengan keliling 500 meter.berapa m 2 luas lahan peternakan sapi tersebut yang mungkin yang sesuai dengan keliling yang diketahui? Pedoman wawancara digunakan untuk menggali secara mendalam profil metakognisi siswa dalam memecahkan masalah open-ended yang ditinjau dari tingkat kemampuan siswa. Analisis data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah: (1) reduksi data, yaitu proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya; (2) penyajian data adalah data tereduksi disajikan dan melalui penyajian data, data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami; dan (3) penafsiran dan penarikan kesimpulan, yaitu data yang telah disajikan kemudian ditafsirkan dan disimpulkan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk masing-masing subjek penelitian dan mengikuti pentahapan Polya, yaitu: (1) tahap memahami masalah; (2) tahap membuat rencana pemecahan masalah; (3) tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan (4) tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. 1. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi. Pada tahap memahami masalah, subjek telah melibatkan metakognisinya pada saat memahami masalah karena pada saat memahami masalah subjek telah melakukan aktivitas perencanaan saat memikirkan cara memahami masalah, subjek juga memonitor pemahaman terhadap masalah; yaitu, dilakukan dengan cara mengecek apa yang dipahami pada masalah, dan subjek juga mengevaluasi pemahaman terhadap masalah yaitu dilakukan dengan cara memperhatikan kembali masalah. Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu ketika subjek memikirkan rencana alur pemecahan masalah, memikirkan rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, memikirkan berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek juga melakukan aktivitas monitoring metakognisi pada saat membuat rencana pemecahan masalah, yaitu mengecek alur pemecahan masalah, mengecek adanya rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, mengecek berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Subjek melakukan aktivitas evaluasi metakohnisi pada saat membuat rencana pemecahan masalah, yaitu subjek memeriksa kesesuaian rencana alur pemecahan masalah, memeriksa kesesuaian rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan memeriksa berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa subjek melibatkan metakognisinya pada saat membuat rencana pemecahan masalah, karena telah merencanakan proses berpikirnya, memonitor proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya dengan baik sehingga lebih beragam pemecahan yang dipikirkan ketika membuat rencana pemecahan masalah. Tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan perencanaan metakognisinya, yaitu mengungkapkan apa yang dipikirkan ketika melaksanakan berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek melakukan aktivitas monitoring metakognisi pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah, yaitu mengecek cara pelaksanaan berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek juga melakukan aktivitas evaluasi metakognisi pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah, yaitu memeriksa kesesuaian pelaksanaan berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Berdasarkan ketika hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek telah melaibatkan metakognisinya pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah, karena telah merencanakan proses berpikirnya, memonitoring proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah. Pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas metakognisi, yaitu memikirkan dan mengungkapkan cara memeriksa kebenaran berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek juga melakukan aktivitas monitoring metakognisi, yaitu mengecek kesesuaian cara memeriksa kebenaran hasil berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek juga melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, yaitu memeriksa kebenaran berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan ketiga hal ini dapat disimpulkan bahwa subjek MP 349

ISBN. 978-602-73403-1-2 telah melibatkan metakognisinya pada saat memeriksa kembali hasil pemecahan masalah, karena telah merencanakan proses berpikirnya, memonitoring proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya pada saat memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. 2. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika sedang Dari hasil analisis data pada tahap memahami masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan cara memahami masalah yang dilakukan dengan cara membaca masalah beberapa kali. Subjek tidak melakukan aktivitas monitoring metakognisi karena tidak melakukan pengecekkan pemahaman terhadap masalah. Subjek melakukan aktivitas evaluasi metakognisi pada saat memahami masalah, dengan cara memperhatikan kembali masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa subjek melibatkan metakognisinya pada tahap memahami masalah, tetapi hanya merencanakan proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya, akan tetapi tidak melakukan aktivitas monitoring metakognisi. Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan rencana alur pemecahan masalah, memikirkan rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek tidak melakukan aktivitas monitoring metakognisi, karena tidak mengecek kesesuaian alur pemecahan masalah, tidak mengecek kesesuaian rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan tidak mengecek kesesuaian berbagai kemungkinan pemecahan masalah Subjek melakukan aktivitas evaluasi metakognisi pada saat membuat rencana pemecahan masalah, yaitu memeriksa kesesuaian rencana alur pemecahan masalah, kesesuaian rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, serta memeriksa kesesuaian berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa subjek telah melibatkan metakognisinya pada saat membuat rencana pemecahan masalah, akan tetapi hanya merencanakan proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya, sedangkan monitoring proses berpikirnya tidak dilakukan. Pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu mengungkapkan apa yang dipikirkan ketika melaksanakan rencana berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Subjek tidak melakukan aktivitas monitoring metakognisi, karena tidak melakukan pengecekkan berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek melakukan aktivitas evaluasi metakognisi pada saat melaksanakan rencana pemecahan masalah, yaitu memeriksa kesesuaian pelaksanaan rencana berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa subjek telah melibatkan metakognisinya pada saat melaksakana rencana pemecahan masalah, akan tetapi hanya merencanakan proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya, namun tidak melakukan monitoring proses berpikirnya. Pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan dan mengungkapkan cara memeriksa kembali kebenaran hasil berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Subjek tidak melakukan aktivitas monitoring metakognisi, karena tidak mengecek kebenaran hasil berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, yaitu memeriksa kebenaran berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa subjek telah melibatkan metakognisinya pada saat memeriksa kembali hasil, akan tetapi hanya merencanakan proses berpikirnya dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya, namun tidak melakukan monitoring proses berpikirnya. 3. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika rendah Pada tahap memahami masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan cara memahami masalah. Subjek tidak melalukan aktivitas monitoring karena subjek tidak melakukan pengecekkan pemahaman terhadap masalah.. Subjek tidak melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, karena tidak memeriksa pemahaman terhadap masalah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek hanya merencanakan proses berpikirnya dan tidak melakukan monitoring dan evaluasi proses dan hasil berpikirnya pada tahap memahami masalah. Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan rencana alur pemecahan masalah, memikirkan rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Pada tahap membuat rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek tidak MP 350

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 melakukan aktivitas monitoring, karena tidak mengecek kesesuaian alur pemecahan masalah, tidak mengecek kesesuaian rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dan tidak mengecek kesesuaian berbagai kemungkinan pemecahan masalah yang dipikirkan. Subjek tidak melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, karena tidak memeriksa kesesuaian alur pemecahan masalah, kesesuaian rumus dan waktu yang akan digunakan untuk memecahkan masalah; serta tidak memeriksa kesesuaian berbagai pemecahan masalah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek hanya hanya merencanakan proses berpikirnya dan tidak melakukan monitoring dan evaluasi proses dan hasil berpikirnya pada tahap tahap membuat rencana pemecahan masalah. Pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu mengungkapkan apa yang dipikirkan ketika melaksanakan rencana berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah, subjek tidak melakukan melakukan aktivitas monitoring metakognisi, karena tidak melakukan pengecekan kesesuaian pelaksanaan rencana berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Subjek juga tidak melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, kaeena tidak memeriksa kesesuaian pelaksanaan rencana berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek hanya merencanakan proses berpikirnya dan tidak melakukan monitoring dan evaluasi proses dan hasil berpikirnya pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah Pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah terlihat bahwa subjek melakukan aktivitas perencanaan metakognisi, yaitu memikirkan cara memeriksa kembali kebenaran berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Subjek tidak melakukan aktivitas evaluasi metakognisi, karena tidak mengecek kebenaran berbagai kemungkinan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa subjek hanya merencanakan proses berpikirnya dan tidak melakukan monitoring dan evaluasi proses dan hasil berpikirnya pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah Pembahasan Secara umum profil metakognisi dalam memecahkan masalah open-ended antara subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah adalah berbeda. Secara rinci diuraikan berikut ini. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi selalu melibatkan metakognisinya melalui aktivitas perencanaan, monitoring dan evaluasi metakognisi pada setiap pentahapan Polya. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika sedang, hanya melibatkan metakognisinya melalui aktivitas perencanaan dan aktivitas evaluasi metakognisi pada setiap pentahapan Polya, sedangkan aktivitas monitoring tidak dilakukan. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika rendah, hanya melibatkan metakognisinya melalui aktivitas perencanaan pada setiap pentahapan Polya dan sedangkan aktivitas monitoring dan evaluasi tidak dilakukan. Perbedaan profil metakognisi dalam memecahkan masalah open-ended pada penelitian ini, tampaknya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan matematika dari subjek penelitian. Semakin tinggi tingkat kemampuan matematika dari subjek, maka semakin baik profil metakognisinya dalam memecahkan masalah open-ended. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Kramarski dkk (2002) bahwa metakognisi setiap orang akan berbeda berdasarkan kemampuannya, termasuk kemampuan matematikanya. Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi lebih beragam kemungkinan pemecahan yang dihasilkan jika dibandingkan dengan subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi lebih baik menggunakan metakognisinya pada tahap membuat rencana pemecahan masalah, sehingga pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah menghasilkan pemecahan yang beragam. Johnson dan Rising (1972) menyebutkan bahwa pemecahan masalah matematika (termasuk masalah open-ended) merupakan suatu proses mental yang kompleks yang memerlukan visualisasi, imajinasi, manipulasi, analisis, abstraksi dan penyatuan ide. Oleh sebab itu, seseorang yang memecahkan masalah open-ended harus menggunakan segala potensi yang dimilikinya. Metakognisi sangat membantu seorang pemecah masalah untuk menggunakan segala potensi yang dimiliki, dalam hal merencanakan, memonitor dan mengevaluasi proses berpikirnya ketika memecahkan masalah. Untuk itu, maka metakognisi perlu dilatihkan kepada siswa agar terampil dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan yang dikemukakan Lee dan Baylor (2006) bahwa metakognisi harus dilatihkan untuk menjadi keterampilan yang akan menuntun siswa untuk belajar dan menemukan pengetahuan sendiri, termasuk dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang memiliki tingkatan metakognisi tinggi akan menunjukkan keterampilan metakognitif yang baik, seperti merencanakan (planning) proses berpikirnya, MP 351

ISBN. 978-602-73403-1-2 memantau (monitoring) proses berpikirnya dan mengevaluasi (evaluation) proses dan hasil berpikirnya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognitif merupakan komponen penting dari metakognisi. IV. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Penelitian ini menghasilkan profil metakognisi siswa SMP dalam memecahkan masalah openended materi geometri bangun datar ditinjau dari perbedaan tingkat kemampuan matematika siswa untuk setiap pentahapan Polya.. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika tinggi, melibatkan metakognisinya dalam memecahkan masalah open-ended melalui aktivitas perencanaan, monitoring dan evaluasi pada tahap memahami masalah, tahap membuat rencana pemecahan masalah, tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah dan tahap memeriksa kembali pemecahan masalah. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika sedang, melibatkan metakognisinya dalam memecahkan masalah open-ended hanya melalui aktivitas perencanaan dan evaluasi pada setiap pentahapan Polya. Subjek yang memiliki tingkat kemampuan matematika rendah, melibatkan metakognisinya dalam memecahkan masalah open-ended hanya melalui aktivitas perencanaan pada setiap pentahapan Polya. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, yaitu: (1) setiap pentahapan Polya dalam memecahkan masalah terbuka, sebaiknya melibatkan aktivitas metakognisi (perencanaan, monitoring dan evaluasi); (2) pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah saat memecahkan masalah terbuka sebaiknya siswa dilatihkan untuk melibatkan aktivitas metakognisi (perencanaan, monitoring dan evaluasi) pada setiap pemecahan dan cara pemecahan yang dihasilkan agar benar-benar dapat dipastikan bahwa ragan pemecahan cara pemecahan yang dihasilkan sudah tepat. DAFTAR RUJUKAN [1] Becker J.P & Shimada, S. The Open-Ended Approach. A New Proposal for Teaching Mathematics, NCTM, Reston, 1997 [2] Billstein, R. Assessment: The Stem Model, Mathematics Teaching in The Middle School. Charles, Randall, Frank Lester & Phares O Daffer. 1997. How to Evaluate Progress in Problem Solving, NCTM Inc. Reston, 1998. [3] Charles, Randall, Frank Lester & Phares O Daffer. 1997. How to Evaluate Progress in Problem Solving, Reston VA: NCTM, Inc. [4] Desoete, Anemi. Evaluating and Improving the Mathematics Teaching-Learning Process Through Metacognition, Electronic Journal of Research in Educational Psychology, N. 13 Vol 5. ISSN. 1696-2095. 2007. [5] Flavell, J. H. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of Cognitive Developmental Inquiry, American Psychologist, 34, 10, 906-911, http://www.homestead.com. 1979. [6] Gama, C. A. Integrating Metacognition Instruction in Interactive Learning Environment, D. Phil Dissertation, University of Sussex. 2004. [7] Heylighen, F., and Joslyn C., Metacognitive Strategies, http://www./thinking cognitive and memory/metacognitive.htm. 1993. [8] Johnson & Rising. 1972. Guidelines for Teaching Mathematics. Wadsworth Publishing Company. Boston, 1972. [9] Karamarski, Meracha, Zemira R., Mevarech & Marsel Arami. The effects of Metacognitive Instruction on Solving mathematical Authentic Taska, Edcucational Studies in Matematics, Kluwer Academic Publishers, Netherlands, 2002 [10] Lee, M., and Baylor, A. L Designing Metacognitive Maps for Web-Based Learning, Florida State University. USA, 2006. [11] Livingston, Jeniffer A. Metacognition: An Overview. http://www.gse.buffalo.- edu/fos/shuel/cel564/metacog.html, diakses tanggal 18 Nop. 2009. 1997. [12] Polya, G. How To Solve It, Second Edition, Princeton University Press New Yersey, 1973 [13] Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Edisi ke Kedua. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta, 2007 [14] Takahashi, A., Communication as Process for Students to Learn Mathematical. http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/, diakses tanggal 16 Januari 2015. 2006 [15] Woolfolk, A. E., 1998, Educational Psychology, Seventh Edition, Boston, Allyn and Bacon. MP 352