Karakteristik Perikanan Laut Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN:

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

Jaring Angkat

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

rovinsi alam ngka 2011

HAND OUT: 03 Pengolahan Data Perikanan. Total SKS: 2 (1 1) Fasilitator:

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

METODE PENANGKAPAN IKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

Definisi alat penangkap ikan: sarana dan perlengkapan atau bendabenda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan Pengertian sarana: sarana apung

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

JENIS USAHA PERIKANAN

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

MAKALAH ALAT TANGKAP DRIVE IN NETS

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM METODE PENANGKAPAN IKAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

Menimbang. Mengingat. sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

IV Karakteristik Perikanan Laut Indonesia Tujuan pembelajaran: Memahami karakteristik perikanan tangkap secara umum serta perikanan laut Indonesia pada khususnya; mengenal berbagai jenis alat tangkap dan jenis ikan hasil tangkap di sekitar perairan Indonesia. Penangkapan berlebih ialah alasan utama Kawasan Konservasi Perairan diperlukan. Sebaliknya perikanan berkelanjutan ialah tujuan dari Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia 4.1 Definisi Perikanan Berdasarkan ketentuan kerja statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dibidang penangkapan dan budidaya binatang atau tanaman air. Penangkapan dinyatakan sebagai kegiatan pengambilan, penangkapan atau pengumpulan tanaman dan/atau binatang air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Sedangkan budidaya dinyatakan sebagai kegiatan memelihara binatang dan/atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Budidaya pada umumnya dilakukan pada perairan yang dikelilingi oleh galangan / tanggul. Sebagai konsekuensi dari definisi di atas, catatan statistik perikanan yang diterbitkan sejak tahun 1976 hanya melaporkan kegiatan dari industri primer (penangkapan dan budidaya). Industri ikutan seperti pasca panen, pengolahan dan perdagangan merupakan bidang di luar perikanan. Kegiatan non-ekonomi dibidang perikanan juga bukan merupakan interest dari sektor perikanan. Kegiatan seperti penangkapan ikan untuk konsumsi keluarga (subsisten), kegiatan penangkapan ikan untuk tujuan rekreasi, sport fishing dan penelitian tidak dicatat dalam statistik perikanan. Ada dua alasan utama untuk mengabaikan kegiatan tersebut. Pertama, catatan produksi dari kegiatan tersebut tidak bisa dilacak dengan kemampuan tenaga dan sistem pelaporan statistik ketika itu. Hasil tangkapan nelayan untuk konsumsi keluarga (subsisten), tujuan rekreasi, sport fishing maupun hasil penelitian tidak akan pernah dilaporkan pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI). Karena kesulitan untuk melacak data produksi dan pelaku, pemerintah mengabaikan kontribusi dari jenis perikanan tidak komersial tersebut. Alasan kedua, produksi dari berbagai kegiatan tersebut masih dianggap relatif rendah dibandingkan perikanan komersial untuk tujuan konsumsi. Dampak perikanan tidak ekonomis, dengan demikian, diasumsikan masih bisa diabaikan, baik kontribusinya terhadap produksi dan ekonomi secara keseluruhan maupun terhadap kerusakan habitat sumberdaya ikan. Bahkan kegiatan ekonomi produksi yang bukan untuk tujuan konsumsi juga diabaikan. Contoh yang cukup jelas, sebut saja penangkapan ikan karang untuk ikan Hias (Ornamental-fish fishery), penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan dan konversi lahan bakau, habitat pendukung keberadaan sumberdaya ikan. Dari definisi di atas, perikanan bisa dikatakan sebagai usaha pengambilan atau pemanfaatan sumberdaya hayati perairan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sebagai sumberdaya hayati, 58 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

perikanan termasuk dalam kategori sumberdaya dapat pulih, a renewable resource. Artinya, setiap pengambilan sebagian sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, bagian sumberdaya yang tersisa akan melakukan pemulihan kembali. Pemulihan didefinisikan sebagai mengganti sejumlah yang diambil atau dimanfaatkan, melalui proses reproduksi dan pertumbuhan. Kemampuan pemulihan sumberdaya ikan sangat tergantung dari besarnya jumlah yang diambil atau besarnya sumberdaya ikan yang tersisa, sehingga kemampuan pemulihan dikatakan bersifat terbatas. Jika laju pemanfaatan melebihi kemampuan laju pemulihan oleh sumberdaya yang tersisa, pada akhirnya ikan tidak bisa kembali seperti semula. Oleh karena itu, laju pemanfaatan harus dibatasi sedemikian rupa, sampai pada batas dimana ikan yang tersisa mampu melakukan pemulihan sampai pada kondisi semula. Jika tidak, besar kemungkinan sumberdaya ikan akan terkuras dan akhirnya akan punah. Perikanan, dengan demikian, harus mengandung aspek mengatur pemanfaatan / pengambilan sumberdaya hayati perairan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga sumberdaya agar tetap bisa dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, perikanan dikatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Kata pengelolaan dalam definisi ini bisa dikatakan sebagai mengatur pemanfaatan atau pengambilan (manajemen atau pengelolaan sumberdaya alam ialah usaha pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang). Batasan yang baru, jika diterapkan secara konsekuen, lebih menjamin kelestarian sumberdaya ikan, atau dengan kata lain sumberdaya ikan tidak akan terkuras. Namun sayangnya, istilah bisnis perikanan bisa mengganggu kejelasan pengertian perikanan karena akan mengabaikan pemanfaatan yang bersifat tidak ekonomi. Secara tegas, perikanan sebaiknya didefinisikan sebagai usaha mengatur semua bentuk pemanfaatan atau pengambilan sumberdaya ikan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Aktifitas perikanan sangat beragam dan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Sebagai aktifitas primer, perikanan dibedakan kedalam aktifitas penangkapan (capture fisheries) dan budidaya (culture fisheries atau aquaculture). Berdasarkan tempatnya, perikanan tangkap dibedakan menjadi perikanan laut (marine capture fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries). Dalam statistik, perikanan perairan umum digunakan untuk menjelaskan perikanan darat (inland fisheries). Perikanan Budidaya sering dibedakan berdasarkan kombinasi lokasi kegiatan dengan bentuk usaha budidaya. Di Indonesia, perikanan budidaya dibagi berdasarkan kategori: Budidaya Laut (Marine Culture), Budidaya Tambak (Brackish Water Culture), Kolam (Pond Culture), Karamba (Cage Culture), Mina Padi (Rice-Cum Fish Culture) dan Sawah Tambak. Perikanan laut ialah kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di Laut. Perikanan perairan umum merupakan aktifitas penangkapan yang dilakukan di Perairan Tawar, seperti Danau, Waduk atau Sungai. Budidaya Laut ialah kegiatan budidaya yang dilakukan di Laut, seperti budidaya rumput laut atau pembesaran ikan Kerapu dengan menggunakan karamba jaring. Budidaya Tambak mengacu pada usaha budidaya yang dilakukan di Air Payau dengan luas kolam yang relatif besar dan masuk keluarnya air diusahakan melalui gravitasi. Budidaya kolam mengacu pada kegiatan yang dilakukan pada Perairan Tawar. Karamba ialah usaha budidaya yang dilakukan dalam kurungan nonkolam. Karamba yang dioperasikan di Sungai termasuk jenis Karamba Tancap, yang dibuat dari anyaman bambu. Operasi karamba pada badan air yang dalam dan tenang, seperti Waduk atau Danau, disebut Karamba Apung yang dibuat dari jaring. Budidaya mina padi ialah pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama dengan penanaman padi di Sawah. Secara konvensional, pinggiran sawah selalu mempunyai galengan (caren) yang berukuran lebar sekitar 40 cm dan dalam 20 cm. Pada saat tanaman dikeringkan, air masih ada pada galengan. Kesempatan ini digunakan untuk membesarkan ikan (umumnya ikan mas) bersama pemeliharaan Padi. Sawah Tambak didefinisikan sebagai usaha 59 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

penanaman padi bersama ikan yang dilakukan pada wilayah dataran rendah (pesisir) selama musim hujan, dengan memanfaatkan genangan air. Usaha sawah tambak sering menghadapi resiko tergenangi air secara berlebihan, terutama jika curah hujan terlalu tinggi untuk diantisipasi dalam pembuatan pematang. Di Jawa Timur, Kabupaten Lamongan ialah wilayah yang paling khas dengan kegiatan budidaya Sawah Tambak. Tabel 4.1 Deskripsi hasil pelaporan statistik perikanan Propinsi Jawa Timur per sub-sektor kegiatan, berdasarkan kerja statistik perikanan Indonesia (Sumber: Laporan statistik perikanan Jawa Timur, 2007). No Kegiatan 1 Penangkapan: RTP Nelayan/Petani (orang) Produksi ikan (ton) Nilai produksi (*Rp. 1.000.000) 1.1 Perikanan laut 207.745 382.875 2.619.872 1.2 Perikanan perairan umum 36.582 11.689 72.595 2 Budidaya ikan: 2.1 Budidaya laut 2.738 13.012 55.883 2.2 Budidaya tambak 47.264 77.598 1.177.379 2.3 Budidaya kolam 86.039 35.711 323.097 2.4 Budidaya karamba 800 1.106 8.930 2.5 Budidaya minapadi 735 162.6 1.558 2.6 Budidaya sawah tambak 33.375 43.769 372.649 4.2 Perikanan Laut Semua bentuk pengambilan atau penangkapan ikan dari alam, sekecil apapun, dengan tujuan apapun, pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya stok ikan dan bisa menyebabkan terjadinya penangkapan berlebih (over-fishing). Pada konteks ini perikanan tangkap didefinisikan sebagai usaha untuk mengatur setiap pengambilan atau penangkapan sumberdaya ikan dari perairan, baik untuk tujuan ekonomi maupun non-ekonomi (subsisten). Perikanan laut (Marine capture fisheries) ialah usaha untuk mengatur setiap penangkapan atau pengambilan sumberdaya ikan yang dilakukan di laut, termasuk muara sungai, baik untuk tujuan ekonomi maupun non-ekonomis. Sedangkan semua penangkapan ikan yang dilakukan di Perairan Tawar (Inland Fisheries) disebut dengan istilah Perairan Umum. 4.3 Alat Tangkap 4.3.1 Definisi Penangkapan Untuk keperluan statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya binatang dan atau tanaman air. Hal ini berarti bahwa penangkapan 60 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

yang dilakukan dalam rangka penelitian, hobi, olahraga maupun yang dilakukan sepenuhnya untuk konsumsi keluarga tidak tercatat dalam statistik perikanan. Ketentuan ini sudah berlaku sejak awal tahun 1976 sampai saat ini. Walaupun definisi perikanan sedikit berbeda berdasarkan ketentuan UU No. 45 tahun 2009 tentang perikanan, secara operasional statistik perikanan masih berdasarkan ketentuan yang lama. Kenyataannya, setiap kegiatan pengambilan benda hidup dari laut, dalam bentuk dan tujuan apapun, akan mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan sumberdaya. Memancing ikan dengan tujuan rekreasi dan hobi, seperti yang ditayangkan dalam acara tv Mancing Mania bisa menyebabkan berkurangnya sumberdaya ikan di laut. Oleh karena itu, penangkapan pada konteks ini didefinisikan sebagai setiap kegiatan menangkap atau mengumpulkan/ mengambil binatang dan/atau tanaman air yang hidup di laut yang tidak sedang dibudidayakan. 4.3.2 Jenis Alat Tangkap Alat tangkap ialah istilah yang digunakan sebagai terjemahan langsung dari Fishing Gear, yaitu peralatan yang secara langsung digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Pada klasifikasi tingkat pertama, alat tangkap bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, ialah: pancing, jaring, dan alat lain, selain dari kedua tipe tersebut. Berdasarkan kelengkapan konstruksi, pancing dibedakan menjadi: tanpa joran dan lengkap dengan joran (Gambar 4.1: garis putus-putus). Dengan cara yang sama, pancing juga dibedakan dalam kategori: kait dengan hook (barb) dan kait tanpa hook (barbless). Satu-satunya alat pancing dengan joran tapi tanpa hook disebut Huhate atau Pole & Line. Pancing yang mempunyai hook bisa dibedakan dalam tiga kategori, berdasarkan keaktifannya, ialah: pancing yang dalam operasinya bersifat pasif, semi-aktif dan aktif. Rawai (Long-Line) ialah pancing dengan hook yang operasinya pasif (pancing ini tidak dilengkapi joran). Pancing semi-aktif sering disebut Pancing Ulur atau Jigging. Sedangkan pancing yang dioperasikan secara aktif disebut Tonda atau Troll-Line. Pancing tonda dan ulur bisa dioperasikan tanpa atau dengan joran. Alat Jaring, berdasarkan konstruksi dan cara operasinya, bisa dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, ialah: jaring yang operasinya diangkat, jaring yang operasinya membentang (bidang), jaring yang operasinya melingkar dan membentuk mangkok, dan jaring yang mempunyai kantong (Gambar 4.1). Jaring Angkat umumnya disebut bagan atau Lift-Net. Berdasarkan tempat atau lokasi penangkapan, bagan bisa dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, ialah: operasi permanen pada satu tempat, dan operasi secara dinamis (temporal). Kedalam kategori ini kita mengenal istilah Bagan Tancap (Fixed Lift-Net) dan Bagan Perahu/Rakit (Mobile Lift-Net). Jaring dengan operasi membentang (bidang) paling umum disebut jaring insang (gill net). Jaring Insang bisa dioperasikan hanyut mengikuti arus (Drift Gill Net), dioperasinya secara menetap (set gill net), maupun secara melingkar (encircling gill net). Trammel Net atau disebut Jaring Gondrong maupun jaring udang, ialah Gill Net yang terdiri dari 3 (tiga) bidang jaring secara bersama. Jaring lingkar lebih sering disebut pukat. Jika tali ris bawah (disebut tali kolor) bisa ditarik dan dikencangkan, jaring akan membentuk mangkok dan bagian bawah jaring tertutup. Tipe jaring seperti ini disebut Pukat Cincin atau Purse Seine. Tipe konstruksi Jaring Lingkar yang tidak dilengkapi dengan tali kolor, namun bisa membentuk mangkok disebut Lampara. Tipe jaring yang terkahir ialah alat jaring yang konstruksinya dilengkapi dengan kantong untuk mengumpulkan hasil tangkapan. Alat ini disebut Pukat Kantong. Dalam operasinya, Pukat Kantong dibedakan menjadi 2 (dua), ialah: operasi non-hela dan operasi dihela (dihela berarti perahu bergerak menarik jaring sampai waktu tertentu sebelum diangkat). Pukat kantong non-hela, termasuk diantaranya ialah: Pukat Pantai (Jaring Tarik) atau Beach Seine, Dogol, dan Payang. Alat tangkap kategori lain dibedakan dalam 5 (lima) kategori, ialah: Perangkap (Trap), Pencar (Cast Net), Sotok (Stow Net), Spear Gun (Ter) dan alat lain (others). Berdasarkan konstruksinya, 61 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

perangkap dibedakan menjadi: permanen dan temporer. Bubu ialah jenis perangkap temporer, mudah dioperasikan dan bisa dipindahkan sesuai dengan daerah penangkapan. Jenis perangkap yang dibuat secara permanen diantaranya ialah: Sero (Guiding Barrier), Jermal dan Malalugis. Alat pencar sebenarnya terbuat dari jaring. Namun karena ukurannya kecil dan operasinya tidak memerlukan alat tambahan, dia dimasukkan dalam kategori alat lain. Sotok ialah sejenis Stwo Net yang juga terbuat dari jaring. Ukuran dan kemudahan operasi membuat dia disatukan dengan kategori alat lain. Spear Gun, ialah sejenis Ter atau Busur untuk menangkap ikan. Spear Gun dibedakan dalam kategori Ter, Tombak dan Panah/Bow. Terakhir ialah alat lain dari semua ketentuan tersebut di atas. Termasuk kedalam kategori ini ialah Alat Pengumpul Kerang, Linggis atau Ganco. Berdasarkan Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan dan penyajian Data Statistik perikanan Indonesia, alat tangkap dibedakan berdasarkan kategori: (1) Alat pengumpul; (2) Pancing; (3) Perangkap; (4) Jaring Angkat; (5) Muro Ami; (6) Jaring Insang; (7) Bagan Tancap; (8) Pukat Kantong; (9) Pukat Harimau; dan (10) Alat lain. Perlu kita ketahui bahwa jenis alat tangkap di Indonesia sangat beragam dengan berbagai modifikasinya. Namun demikian, setiap alat tersebut pada akhirnya bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut di atas dengan memperhatikan persamaan yang paling dekat. Gambar 4.1 Klasifikasi alat tangkap (fishing gear) yang umum di Indonesia berdasarkan bahan, cara operasi dan penempatan alat (Sumber: disintesis dari FAO, 1999 dan Ketentuan Statistik Perikanan, 1975). 62 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

4.3.2.1 Alat Pengumpul Alat-alat seperti Ganco, Linggis, Alat Pengumpul Kerang dan Alat Pengumpul Rumput Laut termasuk ke dalam kategori Alat Pengumpul. Ganco ialah sejenis alat yang digunakan untuk membantu mengangkat ikan hasil tangkapan yang sudah berada di dekat perahu. Linggis ialah sejenis alat yang digunakan untuk mencongkel karang untuk mencari Gurita, Kerang atau binatang air lainnya. Semua alat-alat tersebut saat ini sudah sangat jarang digunakan oleh nelayan. Alat pengumpul termasuk jenis paling sederhana dan paling tua dari daftar alat tangkap perikanan. Linggis biasa digunakan oleh nelayan pada saat surut, untuk mencungkil karang dan mencari Kima, kerang atau Gurita kegiatan ini sering disebut dengan istilah meting atau bameti. Karena eksploitasi dilakukan pada saat surut dan pada karang, alat dan operasi alat pengumpul ini bisa membahayakan kelestarian sumberdaya ikan. Selama operasi, penduduk tidak bisa dicegah akan menginjak Karang. Juga, pada saat operasi, nelayan akan merusak terumbu karang untuk menemukan sumberdaya yang akan diambil. Jadi, walaupun termasuk alat tradisional, Alat Pengumpul mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk merusak sumberdaya dan habitat ikan. Meti atau bameti ialah kegiatan mengumpulkan binatang laut yang paling mudah dilakukan, tidak memerlukan alat yang dirancang khusus dan tidak memerlukan bantuan perahu untuk pergi melaut. Kegiatan dilakukan di pantai pada saat air surut tinggi (selama ± 10 hari dalam satu bulan). Kegiatan ini sangat sulit untuk dilarang karena tidak tidak ada aturan yang secara khusus mengatur hal ini (kecuali di dalam Kawasan Konservasi Perairan). Usaha penangkapan ini juga tidak memerlukan ijin khusus dari pemerintah. Jika hal ini dibiarkan terus, habitat pantai akan segera mengalami degradasi dan sumberdaya kritis di pantai akan segera berkurang. Gambar 4.2 Jenis alat Pengumpul linggis sering digunakan untuk mencungkil karang pada saat air surut untuk mengumpulkan kima atau jenis kerang lainnya. Tombak tiga kait masih digunakan di wilayah Timur Indonesia untuk menangkap jenis ikan di pantai (Foto: Kofiau Raja Ampat oleh Andreas Muljadi). 4.3.2.2 Pancing Pancing ialah terjemahan yang umum dipakai untuk istilah Hook and Line. Semua jenis pancing termasuk dalam kelompok ini alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali, mata pancing serta Joran (pada Huhate). Setiap mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli maupun buatan untuk 63 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

menarik perhatian ikan memakan Pancing. Mata Pancing (Hook) umumnya mempunyai kait yang diberi umpan untuk menarik ikan. Pancing Huhate tidak berkait, ditujukan untuk menangkap ikan yang bergerombol. Operasi Huhate memerlukan keahlian dari nelayan ikan yang memakan umpan ditarik ke atas dan segera lepas, namun pada saat itu ikan sudah jatuh pada geladak perahu. Mata pancing tanpa kait ialah strategi untuk mendapatkan ikan yang banyak dalam waktu relatif singkat. Pancing termasuk jenis alat tangkap yang selektif umumnya Pancing bisa memilih jenis dan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Operasi pancing secara langsung tidak menjadi sebab kerusakan kolateral (collateral damage). Pancing juga tidak menimbulkan dampak hasil samping, bycatch. Kelebihan ini, secara langsung menjadi kelemahan, karena pancing bukan termasuk alat yang efektif, bisa menangkap hanya satu ikan dalam satu kali angkat, haul. Oleh karena itu, operasi pancing sering dianggap tidak ekonomis dan lebih banyak dilakukan oleh nelayan skala kecil, tradisional dan subsisten (untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga). Jenis alat pancing yang diusahakan secara komersial ialah Rawai dan Huhate. Huhate dirancang untuk menangkap ikan-ikan bergerombol, seperti Tongkol dan Cakalang. Sedangkan Rawai ditujukan untuk menangkap ikan Tuna atau Cucut yang harganya relatif tinggi. a. Pancing Tangan/ Ulur Sederhana Jenis Pancing ini tersebar luas di Indonesia, bahkan hampir semua nelayan memiliki Pancing jenis ini, paling kurang satu perangkat. Pancing Tangan tidak menggunakan Joran, menggunakan satu mata pancing (hook) per alat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing per alat. Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini antara lain: pancing usep, Pancing Jegog, Pancing Mungsing, Pancing Gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper) ekor kuning (Caesio sp.), ikan kue (Caranx spp) dan sejenisnya. b. Pancing Berjoran (Hook & Line) Pancing Joran ialah pancing yang dioperasikan dengan menggunakan Joran, fishing rod. Joran berfungsi sebagai pemegang agar tangan tidak terluka oleh tali pancing ketika umpan dimakan oleh ikan. Jika ikan tangkapan cukup besar dan kuat, Joran dilengkapi dengan kerek. Kerek berfungsi untuk menarik dan/atau mengulur tali ketika ikan melakukan perlawanan. Saat ikan sudah lemah, tali kerek ditarik secara bertahap sampai ikan mendekati perahu. Pancing Joran dengan tali kerek lebih umum digunakan oleh nelayan rekreasi (recreational fishing) dan kegiatan olah raga hobi memancing (sport fishing). Hasil tangkapan Pancing Joran umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga, walaupun kadang kala bisa dijual, jika hasil tangkapan terdiri dari ikan-ikan yang ekonomis. Saat ini di Indonesia sedang berkembang kegiatan olah raga memancing atau hobi memancing dengan menggunakan alat Pancing Joran. Kegiatan memancing dengan Pancing Joran ini juga cukup terkenal sebagai salah satu acara rutin pada beberapa media televisi di Indonesia. Namun demikian, alat tangkap Pancing Joran masih bisa dijumpai pada beberapa daerah pantai tertentu. c. Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line) Jenis Pancing yang satu ini cukup unik, karena pada pengoperasiannya menggunakan layanglayang. Pancing layang-layang cukup banyak dipakai oleh nelayan di Pulau Seribu (Jakarta), Banten, 64 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Sulawesi dan Maluku. Operasi penangkapan dilakukan agak ke tengah laut dengan menggunakan perahu kecil. Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain layang-layang. Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan) seperti bermain di atas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan umumnya berupa ikan Cendro (Julung-julung). Ikan target akan tertarik pada umpan yang digerakkan layanglayang dan menangkapnya, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam jerat dan tertangkap. d. Pancing Rawai (Long Line) Rawai ialah salah satu jenis alat pancing yang umum dikenal oleh nelayan di Indonesia. Rawai terdiri dari tali utama, pada jarak tertentu dari tali utama dipasang tali cabang, setiap tali cabang dipasang mata pancing dan mata pancing selalu dipasangi dengan umpan asli (ikan). Setiap ujung tali utama selalu dilengkapi dengan pelampung utama yang terapung di atas permukaan air. Rawai Tuna ialah salah satu jenis Rawai Hanyut, dioperasikan dekat permukaan dan ditujukan untuk menangkap ikan Tuna. Rawai juga bisa dioperasikan pada dasar perairan, disebut Rawai Dasar atau Rawai Cucut. Tujuan utama penangkapan ialah ikan cucut, pari atau kakap merah yang berada di laut dalam. Konstruksi alat sama dengan Rawai Permukaan. Pada operasi, ujung tali utama ditambahkan pemberat sehingga semua pancing bisa mencapai dasar perairan. Rawai dasar banyak diperasikan oleh nelayan skala tradisional. Selain pancing, nelayan juga membawa alat lain seperti bubu. Ketika kedua alat ini dioperasikan secara bersama, jenis alat sering disebut Long-Line Pot (Rawai bersama Bubu). e. Pancing tonda Tonda atau Troll Line ialah jenis pancing yang operasinya dilakukan secara aktif. Namun sifat aktif ini terjadi secara berlawanan, dimana ikan dibuat mengejar pancing. Tonda terdiri dari tali yang diikatkan pada sisi-sisi perahu, mata pancing dan umpan buatan. Dalam operasinya, pancing ditarik oleh perahu melewati gerombolan ikan. Ikan target akan tertarik pada umpan yang bergerak dan memakan mata pancing yang umumnya mempunyai dua atau tiga kait. Target utama dari Pancing Tonda ialah ikan-ikan permukaan, terutama Tongkol atau Cakalang. Pancing Tonda sangat umum dipakai di wilayah Indonesia Bagian Timur, seperti Sulawesi, Maluku dan Papua. Kedo-Kedo ialah jenis perahu kecil asal Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan Pancing Tonda. Sedangkan Buru Cakalang adalah jenis Pancing Tonda asal Sulawesi Tenggara. Kedua jenis perahu ini sering berpindah tempat secara sementara (temporal) mencari gerombolan ikan permukaan. Sistem ini di Jawa dikenal dengan istilah andon. Ketika persediaan ikan di Sulawesi mulai menipis, beberapa nelayan Kedo-kedo mulai pindah ke wilayah Jawa Selatan atau Flores. Tujuan utama penangkapan ialah Samudera Hindia. 65 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Gambar.4.3 Alat Pancing Rawai (kiri atas) dan Pancing Tanpa Joran, kanan dan kiri bawah (Foto: oleh Sonny Nelayan Derawan, Kalimantan) 4.3.2.3 Perangkap Perangkap ialah jenis alat tangkap yang dipasang secara tetap, tidak aktif, namun bisa mengarahkan ikan sedemikian rupa agar masuk ke dalam perangkap dan tidak bisa keluar melalui jalan dia masuk sebelumnya. Jenis alat perangkap yang paling umum ditemukan di Indonesia ialah Sero dan Bubu. Alat tangkap Jermal atau Malalugis hampir tidak pernah dijumpai lagi. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Perangkap umumnya dipasang menancap di dasar. Tujuan utama ialah untuk menangkap ikan-ikan dasar yang bermigrasi ke pantai pada saat pasang. Namun ada juga perangkap yang dioperasikan di permukaan, terutama untuk menangkap ikan terbang. a. Bubu Dasar Bubu ialah alat perangkap tipe dasar di Indonesia, bahan dasar pembuatan bubu umumnya menggunakan bambu. Namun ada juga yang dibuat dari rotan (Rattan netting) atau anyaman kawat (wire netiting). Bentuk dari alat bubu sangat beragam, sesuai daerah dan jenis ikan yang menjadi target penangkapan. Pintu masuk ke dalam Bubu, bisa dibuat di atas, namun yang lebih sering ialah dari bagian samping. Jenis umpan yang diletakkan di dalam bubu menunjukkan ikan yang menjadi target penangkapan. Menangkap ikan-ikan jenis Kulit Pasir (Acanthuridae), dan ikan Kaka Tua (Scaridae) umumnya menggunakan umpan dari lumut atau daun. 66 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Gambar 4.4 Bubu dari bahan bambu dengan umpan dari lumut dan daun (kiri). Cara pemasangan bubu di dasar bisa merusak karang atau habitat dasar (Foto: Resilience workshop di Misool dan Wakatobi Oleh Purwanto). b. Sero Sero (Guilding Barrier) ialah salah satu alat penangkapan ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke dalam perangkap. Pagar-pagar ini terbuat dari bahan bambu atau kayu. Jika bahan tersebut tidak mencukupi, nelayan sering menggunakan jaring. Gambar 4.5 Alat tangkap Sero (Guiding Barrier) pada saat air pasang, ikan bermigrasi ke Pantai. Ketika air mulai surut, ikan terjebak pada karamba, ketika mencari jalan kembali ke laut. 67 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap