asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

Jurnal Gizi Klinik Indonesia

PANDUAN PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

KONTRIBUSI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian


BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

Nutrition Care Process (NCP),

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

APLIKASI SIKAP PROFESIONAL TENAGA GIZI DI BIDANG ASUHAN GIZI DAN DIETETIC. Miranti Gutawa Sumapradja RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

STANDAR TERKINI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT (PGRS)

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. (droplet infection) dan masih banyak dijumpai di kalangan anak-anak pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SILABUS MATA KULIAH. Kode Mata Kuliah : GIZ : PRAKTEK KERJA LAPANGAN PELAYANAN GIZI KLINIK (PKL PGK)

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

RENCANA MUTU PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sakit (RS). Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pelayanan gizi yang bermutu terutama dalam menyediakan makanan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

PANDUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT AULIA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi rumah sakit dalam upaya penyembuhan pasien adalah kejadian kurang gizi. Prevalensi kurang gizi di rumah sakit masih cukup tinggi yaitu 30% - 50%. Sering sekali pasien menderita kurang gizi justru setelah dirawat di rumah sakit (Weta& Wirasamadi, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa rumah sakit umum di Jakarta pada tahun 1991 menunjukkan bahwa 20% - 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit (Depkes, 2006). Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena penyakitnya ataupun asupan zat gizi yang tidak cukup. Namun tak jarang pula malnutrisi ini timbul setelah dirawat (Braunschweiget al., 2000). Hasil studi menunjukkan bahwa kurang lebih 75% penderita dirawat di rumah sakit menurun status gizinya dibandingkan status gizi saat mulai dirawat di rumah sakit. Hal ini membuktikan bahwa penurunan status gizi terjadi di rumah sakit. Penurunan status gizi dapat menyebabkan angka kematian naik memperpanjang lama hari rawat inap di rumah sakit (Kusumayanti et al.,2004). Dampak gizi terhadap kesehatan seseorang telah banyak diketahui. Asupan gizi yang tidak sesuai kebutuhan, baik kelebihan maupun kekurangan zat gizi erat kaitannya peningkatan berisiko penyakit maupun komplikasinya. Kelebihan gizi berisiko terhadap timbulnya penyakit degeneratif, sementara kurang gizi berdampak terhadap timbulnya penyakit infeksi, lamanya penyembuhan lama rawat inap. Namun kondisi tersebut dapat diatasi pemberian dukungan gizi yang tepat melalui pelayanan asuhan gizi yang berkualitas (AsDI & PERSAGI, 2011). Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang terus diupayakan pengembangannya. Salah satu bentuk pelayanan gizi yang dilaksanakan adalah 1

2 asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, sehingga memerlukan aya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan (Depkes, 2006). Pada tahun 2006, Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) mulai mengenalkan Proses Asuhan Gizi Terstandar () yang diadopsi dari Nutrition Care Process-American Dietetic Association (NCP-ADA). Proses Asuhan Gizi Terstandar disusun sebagai upaya kualitas pemberian asuhan gizi. Proses tersebut mendukung mengarah pada asuhan gizi secara individu. Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri dari 4 langkah mulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring evaluasi (AsDI & PERSAGI, 2011). Skrining gizi merupakan akses masuk kedalam siklus, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang memadai untuk mengidentifikasi hubungan masalah gizi (Lacey & Pritchett, 2003). Pasien yang teridentifikasi malnutrisi membutuhkan asuhan gizi melalui proses skrining rujukan (AsDI & PERSAGI, 2011). Skrining gizi harus menjadi proses yang sederhana cepat yang dapat dilakukan oleh perawat staf medis (Barendregt, 2008). Penilaian status gizi yang baik pada pasien rawat inap di rumah sakit akan menghasilkan ketepatan dalam intervensi gizi sehingga dapat meningkatkan indikator-indikator biokimia klinis. Hal ini berdampak pada outcome hospitalisasi yaitu mempercepat penyembuhan penyakit menurunkan komplikasi penyakit, sehingga dapat memperpendek lama rawat inap mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit (Wyszynskiet al., 1998).

3 Penilaian status gizi ini jarang sekali dilakukan di rumah sakit. Menurut Singhet al.(2006) hanya sebagian kecil staf rumah sakit yang dapat mengidentifikasi keadaan malnutrisi pasien yang dirawat. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi antara tenaga medis (dokter, perawat ahli gizi), ketidakmampuan dalam mengetahui manifestasi malnutrisi, ketidakjelasan tanggung jawab perawatan, kesimpangsiuran waktu pemeriksaan medis yang menyebabkkan kelalaian jadwal makan pasien serta ketidaktersediaan alat uji laboratorium untuk menilai status gizi (Nurfarida, 2011). Sama seperti halnya skrining gizi pada pasien baru yang dirawat di RSUD Waled belum dilakukan oleh Ahli Gizi. Skrining mengenai keadaan nutrisi pasien rawat inaptelah dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap. Walaupun berbagai penelitian menunjukkan manfaat dukungan gizi bagi pasien rumah sakit, namun upaya beberapa rumah sakit di Indonesia dalam pembentukan Tim Dukungan Gizi (TDG), belum bekerja seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan panitia asuhan gizi bukan merupakan wadah pelayanan belum terdapat alur pelayanan sehingga tidak mungkin dapat merealisasikan pelayanan dukungan yang nyata belum terdapat alur rujukan kepada panitia asuhan gizi sehingga pelayanan belum optimal, disamping itu pelayanan gizi belum dianggap sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien (Depkes, 2009). Asuhan gizi pada pasien rawat inap di RSUD Waled hanya berfokus pada penyediaan makanan konsultasi, ahli gizi masih mengerjakan kegiatan administrasi penyelenggaraan makanan pasien karyawan. Ahli gizi di RSUD Waled berjumlah 7 orang segkan ruangan rawat inap berjumlah 12 ruangan. Tim asuhan gizi di RSUD Waled sudah ada namun tim asuhan gizi tidak berjalan, hal ini disebabkan belum aya kerjasama tim kesehatan lainnya. Dampak langsung dari hasil proses asuhan gizi terstandar pada pasien rawat inap adalah perubahan perilaku, perubahan asupan gizi, perbaikan status gizi peningkatan pengetahuan dari pasien. Dampak lain dari hasil proses asuhan gizi terstandar yaitu pada lama rawat inap (AsDI & PERSAGI, 2011).

4 Berdasarkan hasil pengamatan sisa makanan yang dilakukan cara monitoring evaluasi pada bulan November tahun 2013 di RSUD Waled diperoleh bahwa asupan gizi yang kurang dari 80% dari makanan yang disajikan yaitu 64,7%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fayakun (2011) didapatkan hasil bahwa asupan gizi (energi protein) selama lebih besar dibandingkan asupan zat gizi sebelum. Berdasarkan laporan tahun 2012 rata-rata lama rawat inap di RSUD Waled adalah 3,07 hari. Perhitungan lama rawat inap ini bukan hanya pasien yang pulang dalam keadaan sembuh tetapi termasuk juga pulang paksa atau meninggal sehingga belum dapat menggambarkan efektifitas pelayanan (Pofil RSUD Waled, 2012). Seperti perhitungan lama rawat inap di RSUD Kota Bekasi dilakukan terhadap seluruh pasien, baik pulang dalam keadaan sembuh atau pulang paksa atau meninggal, padahal pasien yang keluar meninggal atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Chasbullah, 2007). Berdasarkan data dari Komite Keperawatan menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang memiliki penyakit degeneratif di RSUD Waled pada tahun 2012 berjumlah 1703 orang, walaupun penyakit degeneratif bukan merupakan 10 penyakit terbesar di RSUD Waled, namun perlu penanganan gizi. Seperti pada beberapa penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat Kanada, tim asuhan gizi terbukti berhasil digunakan untuk mengelola penyakit degeneratif (Indrarti, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chasbullah (2007) Pakaya (2009) bahwa pemberian terapi diet menggunakan pendekatan tim asuhan gizi rumah sakit dapat meningkatkan asupan gizi, status gizi memperpendek lama rawat pasien di rumah sakit. yang dilakukan oleh Fayakun (2011) bahwa intervensi gizi melalui mempunyai dampak yang positif yaitu ada peningkatan yang bermakna dari berat ba Indeks Massa Tubuh/IMT sebelum setelah, asupan (energi protein) selama

5 lebih besar dibandingkan asupan zat gizi sebelum.semakin besar asupan gizi (energi protein) selama semakin besar pula terjadinya perubahan status gizi (perubahan berat ba IMT). Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar terhadap asupan gizi, status gizi lama rawat inap pada pasien penyakit degeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitian ini apakah ada pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar () terhadap asupan gizi, status gizi lama rawat inap pada pasien penyakitdegeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar () terhadap asupan gizi, status gizi lama rawat inap pada pasien penyakit degeneratif di ruang rawat inap RSUD Waled Kabupaten Cirebon. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara asuhan gizi secara pada pasien penyakit degeneratif terhadap asupan gizi. b. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara asuhan gizi secara pada pasien penyakit degeneratif terhadap status gizi. c. Mengetahuipengaruh asuhan gizi secara asuhan gizi secara pada pasien penyakit degeneratif terhadap lama rawat inap.

6 D. Manfaat 1. Teoritis a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan dalam big dietetik bahwa pemberian asuhan gizi secara individual akan berdampak pada perubahan asupan gizi, perubahan status gizi serta lama rawat inap. b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan mengenai proses asuhan gizi. 2. Bagi Institusi rumah sakit a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, acuan masukan bagi pembuat kebijakan untuk merencanakan memberikan dukungan terhadap kegiatan asuhan gizi yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan gizi pada pasien. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak instalasi gizi tentang pentingnya pelaksanaan asuhan gizi pada pasien yang selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan peningkatan pelayanan gizi terutama dalam hal peningkatan asupan gizi, perbaikan status gizi mengurangi beban lama rawat inap. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan tenaga ahli gizi di RSUD Waled, sehingga diharapkan kegiatan asuhan gizi terstandar dapat berjalan memberikan pelayanan gizi yang lebih bermutu pada pasien. 3. Bagi peneliti Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan pada pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar dapat mengembangkan wawasan ilmiah.

7 E. Keaslian Tabel 1. Keaslian Peneliti, Judul Persamaan Perbedaan Hasil Tahun Fayakun, Peranan Quasi Fayakun : 2011 Proses Eksperimen Non-Equivalent Asupan gizi selama Asuhan Gizi Variabel terikat Control Group lebih besar daripada Terstandar : Asupan gizi, ( intervensi sebelum Terhadap status gizi Ada peningkatan bermakna Asupan lama rawat inap kontrol) berat ba IMT Gizi, Status Variabel bebas: Fayakun sebelum sesudah Gizi, Lama Asuhan Gizi menggunakan one Perubahan status gizi tidak Rawat Inap pretest and postest berhubungan yang Terhadap Pendekatan design bermakna lama Pasien Pada penelitian ini rawat, namun penurunan Rawat Inap sampel : Pasien status gizi setelah mendapat Di RSUP penyakit degenaratif tidak berpeluang Dr. Hasan yang berisiko untuk dirawat lama Sadikin malnutrisi rawat yang panjang Tahun 2010 Fayakun : Semua pasein baru yang Rata-rata asupan gizi termasuk kriteria selama perlakuan Status inklusi gizi skrining Skrining gizi pada menggunakan SNST akhir penelitian ini : SNST lebih baik pada (Simple Nutrition daripada Screening Tool) Fayakun : skrining Tidak ada perbedaan gizi Nutrition Risk perubahan berat ba Screening/ NRS 2002 rata-rata lama rawat antara

8 Peneliti, Judul Persamaan Perbedaan Hasil Tahun Casbullah, Pengaruh Quasi Rancangan Chasbullah: Asupan 2007 Asuhan Gizi Eksperimen penelitian ini gizi lebih baik Dengan rata-rata lama rawat Pendekatan menggunakan menggunakan inap lebih pendek Terapi 2 rancangan Non- pada TGM Medis yaitu Equivalent Control daripada (TGM) Chasbullah : Static- Berpenga- intervensi group comporasion ruh Variabel bebas : Terhadap kontrol) Asuhan Gizi Asupan Pendekatan Rata-rata asupan gizi Makanan Variabel selama perlakuan Lama terikat : lama Chasbullah : lebih baik pada Rawat Inap rawat inap Asuhan Gizi Di Rumah asupan Dengan Pendekatan daripada Sakit Umum makanan Terapi Medis Kota Bekasi (TGM) Tidak ada perbedaan Variabel terikat : rata-rata lama rawat status gizi antara

9 Peneliti, Judul Persamaan Perbedaan Hasil Tahun Pakaya, Pengaruh Quasi Pakaya : Asupan 2009 Pelaksanaan Eksperimend Variabel bebas : Asuhan gizi status Asuhan Gizi engan Gizi Pendekatan gizi lebih baik Dengan rancangan pada Pendekatan Non- Pakaya : Asuhan Gizi TGM daripada Terapi Equivalent Pendekatan TGM Medis Control (TGM) Group Variabel terikat : lama Terhadap (Ada rawat inap Pada penelitian Intake Lokasi ini : Makanan intervensi 1 RSUD Rata-rata asupan Status Pakaya : 2 lokasi RSUD gizi selama Gizi Pasien perlakuan Rawat Inap kontrol) Sampelnya adalah pasien SNST akhir lebih Di RSUD Dr penyakit degeneratif yang baik pada M.M Dunda Variabel berisiko malnutrisi RSUD terikat : Pakaya : Sampelnya adalah daripada Prof. Status gizi pasien penyakit Dr.Aloe intake degeneratif non Saboe makanan degeneratif non Tidak ada Gorontalo komplikasi) perbedaan perubahan berat Variabel terikat : ba antara Status gizi (perubahan berat ba perubahan skrining gizi cara SNST) Pakaya : Perubahan status gizi menggunakan SGA(Subyektif Global Assessment)