BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 39 Tahun 2012 (Permendagri 39/2012) Perubahan atas Peraturan. Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 (Permendagri 32/2012)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

Pengajaran Andragogi: Praktisi or Widyaiswara?

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana kerja (Renja) 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. antara persepsi program diklat dengan persepsi kinerja karyawan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat

PERAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH DAERAH 1. Dr. H. Harry Azhar Azis, M.A.

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalannya suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan didirikan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dipaparkan kesimpulan mengenai hasil penelitian

Diklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (RPJMN )

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 P E N D A H U L U A N. kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sektor publik merupakan alat ( instrument) akuntabilitas atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. yang cakupannya lebih sempit. Pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya secara optimal

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Medan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) komunikasi, (2) sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian Internal..., Eka, Fakultas Ekonomi 2017

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil beberapa tahun terakhir juga berimplikasi pada besarnya anggaran untuk pembangunan konstruksi, seperti pembangunan gedung, infrastruktur jalan dan. Pembangunan konstruksi terutama infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan dari pemerintah, baik prioritas jangka pendek maupun jangka panjang, karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi di dalam negeri. Keberadaan infrastruktur di suatu negara sangat penting. Bahkan bagi para perancang dan pembuat kebijakan publik, infrastruktur dipandang sebagai salah satu indikator kesejahteraan suatu negara dan rakyatnya. Maka dari itu upaya pengentasan kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari upaya membangun infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri bahwa infrastruktur menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan perekonomian suatu negara. Pembangunan infrastruktur yang menjangkau sampai ke pelosok negeri akan meningkatkan mobilitas produksi dari masyarakat. Kegiatan bisnis atau usaha di suatu wilayah akan semakin berkembang seiring dengan semakin baiknya ketersediaan infrastruktur jalan dan yang merupakan akses ke wilayah tersebut. Pentingnya ketersediaan infrastruktur membuat pihak yang berwenang dalam hal ini Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang menyeluruh dan berkesinambungan. Target pembiayaan infrastruktur selama tahun 2009-2014 untuk memenuhi Millenium Development Goal pada tahun 2015 adalah

2 sebesar kurang lebih 1400 triliun rupiah, namun kemampuan pendanaan Pemerintah melalui APBN selama 5 tahun hanya sekitar 400 triliun rupiah (KPPOD, 2012). Di tingkat daerah, anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan anggaran ini juga dipicu adanya bencana yang terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur jalan dan. Ironisnya, peningkatan anggaran belanja Pemerintah (baik APBN maupun APBD) untuk pembangunan infrastruktur tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut. Hal ini tampak jelas dengan kondisi jalan dan yang cepat sekali mengalami kerusakan meskipun jalan atau tersebut baru beberapa bulan dibangun. Perbuatan penyimpangan-penyimpangan seperti mark-up, mark down dan korupsi oleh para pihak terkait pembangunan infrastruktur dianggap sebagai penyebab ketidaksesuaian antara peningkatan anggaran dengan peningkatan kualitas infrastruktur. Oleh karena itu, pemeriksaan/audit terhadap infrastruktur jalan dan tersebut menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembangunannya telah taat pada aturan perundangan yang berlaku. Hal ini menjadi tanggung jawab yang berat bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Besarnya tanggung jawab BPK sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang menuntut BPK untuk menjadi lembaga pemeriksa yang profesional. Dalam melaksanakan pemeriksaaan atas suatu konstruksi, para pemeriksa/auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar para pemeriksa dapat menganalisis dan menilai hasil pekerjaan dengan tepat dan akurat, sehingga pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan ekonomis serta dapat memberikan rekomendasi yang tepat.

3 Pemeriksa di BPK berasal dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda. Komposisi terbesar dari pemeriksa tersebut berasal dari latar belakang akuntansi, sebagian kecil non akuntansi dari berbagai bidang studi, antara lain hukum, ekonomi, pertanian, dan teknik. Bidang teknik sendiri terdiri atas teknik sipil, teknik lingkungan, teknik mesin, teknik industri, teknik komputer dan teknik pertambangan. Dari komposisi pemeriksa tersebut dapat dipahami bahwa pemeriksa yang memahami bidang kajian infrastruktur jalan dan sangat terbatas, karena pemeriksa yang berasal dari latar belakang pendidikan teknik sipil sangat sedikit. Profesionalisme pemeriksa BPK diimplementasikan dengan cara bahwa setiap pemeriksa yang akan melaksanakan tugas pemeriksaan harus telah lulus pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional sesuai dengan peran yang diembannya. Selain itu, BPK juga selalu melaksanakan diklat teknis pada bidang-bidang tertentu untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi pemeriksa, salah satunya adalah diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan. Permasalahan yang sering ditemui dalam penyelenggaraan diklat adalah sudah sejauhmana penyelenggaraan diklat tersebut mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan atau harapan pengguna (user) di tingkat lembaga. Keberhasilan penyelenggaraan diklat sangat tergantung dari perencanaan diklat yang telah dilakukan sebelumnya. Perencanaan adalah sebagian besar dari kesuksesan dalam suatu kegiatan. Berkaitan dengan permasalahan diklat, terdapat beberapa komponen yang akan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan diklat. Diantara komponen-komponen diklat, kurikulum merupakan komponen utama yang sangat penting. Kurikulum merupakan subsistem diklat yang memiliki peranan terhadap efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan diklat.

4 Kurikulum merupakan pedoman yang akan menjadi acuan dalam setiap aktivitas diklat. Kurikulum tidak boleh disusun dan dikembangkan secara sembarangan dan asal-asalan karena komponen-komponen yang lain akan berproses dengan berdasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan. Kurikulum diklat seyogyanya direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar memenuhi apa yang dibutuhkan oleh peserta diklat. Dokumen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan disusun dalam bentuk sebuah program diklat yang memuat komponen-komponen kurikulum. Komponen tujuan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi yang ingin dicapai adalah peserta diklat setelah mengikuti diklat mampu menguji pekerjaan jalan dan. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai antara lain setelah mengikuti diklat diharapkan peserta diklat memahami proses perencanaan pekerjaan jalan dan ; memahami proses pelaksanaan pekerjaan jalan dan ; memahami proses pengujian pekerjaan jalan dan ; serta dapat menggunakan peralatan pengujian, baik di lapangan maupun di laboratorium. Indikator hasil belajar tidak dicantumkan dalam program diklat tersebut. Padahal indikator hasil belajar merupakan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta diklat setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Indikator hasil belajar merupakan penjabaran dari kompetensi dasar, karena kompetensi dasar masih bersifat umum dan sulit diukur tingkat ketercapaiannya. Indikator hasil belajar bersifat observable, artinya apa hasil yang diperoleh peserta diklat setelah mengikuti proses pembelajaran harus dapat diobservasi. Dengan demikian, indikator hasil belajar lebih praktis apabila dijadikan sebagai acuan dalam mengetahui tingkat efektivitas pencapaian tujuan diklat.

5 Berdasarkan laporan hasil evaluasi diklat yang dilakukan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK diketahui bahwa peserta diklat tidak dapat menggunakan peralatan pengujian. Hal ini disebabkan orang yang akan menggunakan peralatan untuk menguji mutu jalan dan harus memiliki sertifikat keahlian. Artinya kompetensi dasar yang diharapkan bahwa peserta diklat mampu menggunakan peralatan pengujian tidak akan pernah dapat tercapai, karena para peserta diklat tidak memiliki sertifikat keahlian. Dengan demikian tujuan dari diklat tersebut perlu dikaji ulang. Materi diklat yang disampaikan kepada peserta diklat berdasarkan program diklat terkait dengan konstruksi jalan aspal dan konstruksi beton, yang meliputi: perencanaan, manajemen konstruksi, persyaratan teknis, pelaksanaan pekerjaan lapangan, pengendalian mutu, identifikasi penyimpangan-penyimpangan, tata cara pemeriksaan, serta teori dan praktikum penggunaan alat ukur dan alat uji di lapangan maupun di laboratorium. Robert Zais (1976, hlm. 343-346) mengemukakan empat kriteria dalam memilih materi kurikulum, yaitu: significance, utility, interest, dan human development. Materi dikatakan signifikan apabila memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi, sedangkan utility mengandung maksud bahwa materi harus bernilai guna bagi kehidupan peserta didik. Kedua kriteria ini mensyaratkan bahwa materi yang disampaikan dalam diklat harus benar-benar bermanfaat sesuai dengan kebutuhan peserta diklat dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Kriteria interest berarti bahwa materi yang disampaikan harus sesuai dengan latar belakang peserta didik dan menarik perhatiannya. Sedangkan kriteria human development mensyaratkan bahwa materi harus sesuai dengan perkembangan individu peserta didik. Peserta diklat menyampaikan bahwa materi yang dibahas kurang aplikatif dan terlalu teoritis. Tujuan dari pelaksanaan diklat ini adalah peserta

6 setelah mengikuti diklat mampu menguji/memeriksa pekerjaan jalan dan, sehingga materi yang disampaikan seharusnya sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan di lapangan. Materi diklat dalam daftar di atas tidak memuat mengenai bagian-bagian struktur dari jalan dan. Padahal pemahaman mengenai bagian-bagian dari struktur jalan dan, mulai dari bagian struktur paling dasar sampai struktur atas, sangat penting dalam melaksanakan pemeriksaan. Kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pemeriksaan infrastruktur jalan dan adalah kemampuan dalam menghitung volume pekerjaan terpasang, karena hal ini sangat terkait dengan kontrak dan besarnya biaya yang dibayarkan kepada kontraktor/penyedia jasa. Namun, dalam daftar materi hanya terdapat materi mengenai tata cara pemeriksaan dan penilaian keandalan konstruksi jalan aspal dan konstruksi beton terpasang dengan lama pembelajaran selama dua jam pelajaran. Sedangkan dalam pekerjaan infrastruktur jalan dan, terdapat banyak item pekerjaan yang cara perhitungan volume pekerjaannya juga bervariasi. Selain itu dalam daftar materi di atas juga tidak terdapat materi mengenai. Hal ini juga dituangkan dalam hasil evaluasi diklat bahwa materi tentang tidak disampaikan. Tentu saja dengan tidak adanya materi tentang, maka tujuan diklat tidak akan tercapai secara efektif. Proses pembelajaran dalam diklat ini sesuai dengan program diklat menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi, karena peserta diklat adalah orang dewasa. Prinsip andragogis menuntut pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta diklat (trainee-centered approach). Penerapan pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode pembelajaran antara lain ceramah, latihan soal, permainan peran/demonstrasi, studi kasus dan diskusi kelompok serta praktik di lapangan. Penerapan metode ini dipandang cukup tepat sesuai dengan karakteristik peserta diklat. Namun

7 dalam implementasinya, pembelajaran cenderung berpusat pada instruktur/fasilitator (trainer-centered approach). Instruktur banyak menggunakan bahasa teknis yang tidak dipahami lulusan non teknik sipil. Hal ini disebabkan metode pembalajaran tersebut tidak diuraikan secara spesifik untuk masing-masing materi diklat, sehingga penyampaian materi menyesuaikan para instruktur karena mereka tidak memiliki acuan penggunaan metode pembelajaran yang jelas. Instruktur sebagaimana disebutkan dalam program diklat berasal dari perguruan tinggi/universitas, yaitu Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia. Memang instruktur dari universitas memiliki keahlian dalam bidang infrastruktur, namun mereka tidak ahli dalam bidang pemeriksaan. Oleh karena itu, instruktur sebaiknya merupakan kombinasi dari para ahli pada bidang infrastruktur dan ahli pada bidang pemeriksaan/audit sehingga pengalaman belajar peserta diklat lebih lengkap dan aplikatif sesuai dengan kondisi pekerjaannnya di lapangan. Kurikulum/program diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan juga memuat komponen evaluasi. Evaluasi diklat dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi dan penyerapan materi diklat oleh peserta diklat. Evaluasi dilakukan dengan mengadopsi model evaluasi empat level dari Kirkpatrick. Namun dalam diklat ini, evaluasi hanya dilakukan pada level 1 dan level 2 saja. Evaluasi level 1 untuk mengukur tingkat reaksi dan feedback dari peserta terhadap pelaksanaan diklat. Pengumpulan datanya dapat dilakukan melalui metode kuisioner, observasi, atau interviu/diskusi. Sedangkan evaluasi level 2 untuk mengukur tingkat pemahaman materi diklat oleh peserta diklat. Pengumpulan datanya dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, studi kasus, simulasi, role play atau metode lain yang ditentukan oleh masing-masing instruktur atau pembuat materi diklat. Evaluasi level 3 dan level 4 tidak dilakukan karena evaluasi dalam pelaksanaan diklat relatif lebih

8 sulit daripada evaluasi pada pendidikan formal, terutama pada evaluasi terhadap output dan outcomes-nya. Hal ini disebabkan adanya kendala jarak dan waktu karena para peserta diklat yang telah kembali ke unit kerjanya masing-masing. Selain itu cukup sulit untuk menentukan bahwa peningkatan kinerja dari pemeriksa benar-benar hasil dari keikutsertaan diklat dan bukan karena pengaruh lain. Oleh karena itu diperlukan kajian lagi mengenai penentuan teknik evaluasi yang tepat sesuai kebutuhan. Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan dilaksanakan selama lima hari. Peserta diklat merupakan pemeriksa yang berasal dari BPK pusat dan perwakilan, baik perwakilan wilayah timur maupun wilayah barat. Peserta diklat berasal dari latar belakang pendidikan formal yang berbedabeda, namun sebagian besar berasal dari jurusan ekonomi akuntansi. Pertanyaannya, apakah penyelenggaraan diklat teknis tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar peserta diklat untuk menunjang kegiatan pemeriksaan di lapangan? Tentu saja jawaban dari pertanyaan ini memerlukan pengkajian yang mendalam. Namun, berdasarkan hasil post-test terhadap kemampuan kognitif dari 24 peserta diklat di Pusdiklat Jakarta, hanya 10 peserta atau 41,67% saja yang memenuhi Nilai Kelulusan Minimal (skor 65). Hal ini mengindikasikan bahwa peserta diklat belum memahami materi yang disampaikan serta belum memenuhi tujuan diklat yang telah ditetapkan. Uraian di atas menunjukkan bahwa kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan masih terdapat beberapa kelemahan pada perumusan komponen-komponennya. Oleh karena itu, kurikulum diklat tersebut perlu didesain ulang sehingga komponen-komponennya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta diklat. Leslie Rae (2005, hlm. 3) mengemukakan bahwa: Boleh saja Anda memberikan air kepada kucing piaraan Anda, tetapi jangan berharap Anda bisa membuat kucing tersebut meminumnya. Leslie Rae bermaksud bahwa dalam melaksanakan pelatihan

9 kita harus memberikan materi yang tepat dan benar-benar dibutuhkan oleh para peserta diklat sesuai dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan kegiatan diklat maka sebelumnya harus dilakukan perencanaan yang matang terlebih dahulu untuk menilai kebutuhan-kebutuhan diklat tersebut. Salah satu bentuk perencanaan diklat adalah dengan melakukan identifikasi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar merupakan upaya untuk mengidentifikasi ketimpangan atau kesenjangan kompetensi antara kompetensi yang sudah dimiliki pemeriksa sebagai calon peserta diklat dengan kompetensi standar yang harus dimiliki oleh pemeriksa sesuai tuntutan pekerjaan/lembaga kerja. Identifikasi kebutuhan belajar diperlukan untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi tingkat kemanfaatan dan kemudahan pemenuhannya dalam penyelenggaraan diklat. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan belajar berguna untuk mendesain kurikulum diklat, sehingga tujuan dari kegiatan diklat dapat tercapai secara efektif. B. Identifikasi Masalah Penelitian Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan pada dasarnya merupakan bagian dari program peningkatan kualitas hasil pemeriksaan secara menyeluruh, karena untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang andal dan berkualitas dibutuhkan para pemeriksa yang berkualitas pula. Kegiatan diklat dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pemeriksa agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab profesionalnya. Namun efektivitas diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan dianggap masih belum memadai, karena hanya 41,67% peserta diklat yang memenuhi Nilai Kelulusan Minimal. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta diklat belum memahami materi yang disampaikan serta belum memenuhi

10 tujuan diklat yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan ini antara lain disebabkan oleh: 1. Latar belakang pendidikan formal para peserta diklat yang sebagian besar bukan dari teknik sipil sehingga kurang memahami istilah-istilah teknis; 2. Waktu pelaksanaan diklat selama lima hari terlalu singkat; 3. Penentuan sebagian tujuan diklat yang kurang tepat; 4. Materi yang diajarkan terlalu teoritis serta kurang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta diklat karena kurang aplikatif; 5. Materi yang diajarkan kurang menyeluruh, terutama materi tentang ; 6. Metode pembelajaran yang cenderung trainer oriented sehingga kurang menyesuaikan dengan materi serta karakteristik dan keinginan peserta diklat; 7. Instruktur yang hanya berasal dari ahli di bidang infrastruktur tanpa melibatkan instruktur dari bidang pemeriksaan/audit; 8. Evaluasi diklat yang belum dilakukan secara menyeluruh. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi di atas banyak berkaitan dengan kurikulum diklat. Mengingat luasnya bidang kajian kurikulum, maka peneliti akan membatasi masalah penelitian, yaitu kurikulum sebagai suatu rencana tertulis berupa desain kurikulum diklat. Karena desain kurikulum diklat juga mencakup aktivitas yang sangat kompleks, maka masalah penelitian ini lebih difokuskan lagi pada desain kurikulum berdasarkan kebutuhan belajar tanpa melakukan penilaian kompetensi yang telah dimiliki oleh calon peserta diklat. Kompetensi existing tersebut telah tergambar dari: (1) hasil evaluasi diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan ; (2) latar belakang pendidikan formal para auditor/pemeriksa yang sebagian besar bukan dari teknik sipil, sehingga mereka kurang memahami bidang infrastruktur jalan dan ; serta (3) banyaknya penyimpangan atas

11 pekerjaan infrastruktur jalan dan, baik kuantitas maupun kualitasnya, yang tidak terungkap oleh pemeriksa saat melaksankan pemeriksaan. Alasan pembatasan ini adalah kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan merupakan kurikulum yang unik, artinya desain kurikulumnya bukan semata-mata berasal dari kajian teoritis, tetapi lebih bersumber dari pendapat para praktisi di bidang pemeriksaan (audit) serta praktisi di bidang infrastruktur jalan dan. Sehingga diharapkan materi kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan lebih aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Namun demikian, penelitian ini hanya mengembangkan produk berupa desain kurikulum diklat secara teoritis saja tanpa dilakukan ujicoba secara empiris. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, rumusan permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: Desain kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan? Rumusan permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam submasalah penelitian sebagai berikut: 1. Komponen-komponen kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai dengan kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan? Submasalah penelitian ini diuraikan ke dalam empat pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Rumusan tujuan diklat seperti apakah yang sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki pemeriksa? b. Materi diklat apa saja yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai macam latar belakang pendidikan formal? c. Metode pembelajaran apa saja yang sesuai dengan tujuan, materi dan peserta diklat tersebut?

12 d. Metode evaluasi yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas pelaksanaan diklat? 2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang desain kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan? Submasalah penelitian ini diuraikan ke dalam tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki peserta diklat? b. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki instruktur diklat? c. Sarana-prasarana pendukung apa saja yang harus tersedia? D. Definisi Operasional Definisi operasional disusun agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Desain Kurikulum Desain kurikulum adalah rancangan pengorganisasian komponenkomponen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan. 2. Kebutuhan Kebutuhan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kebutuhan belajar, yaitu kesenjangan kompetensi antara kompetensi yang telah dimiliki pemeriksa dengan kompetensi yang dituntut atau harus dimiliki pemeriksa sehingga mampu melaksanakan tugas pemeriksaan infrastruktur jalan dan dengan baik dan profesional. 3. Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi pemeriksa/auditor BPK dalam melaksanakan tugas pemeriksaan terhadap

13 pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah untuk pembiayaan infrastruktur jalan dan. E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan desain kurikulum berbasis kebutuhan yang sesuai untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Menentukan komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan, yang meliputi: a. Rumusan tujuan diklat yang sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki pemeriksa; b. Materi diklat yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai macam latar belakang pendidikan formal; c. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi dan peserta diklat tersebut; d. Metode evaluasi yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas pelaksanaan diklat. 2. Menentukan faktor-faktor penunjang dalam desain kurikulum berbasis kebutuhan untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan, yang meliputi: a. Kualifikasi yang harus dimiliki peserta diklat; b. Kualifikasi yang harus dimiliki instruktur diklat; dan c. Sarana-prasarana pendukung yang harus tersedia.

14 F. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat semaksimal mungkin, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menemukan desain kurikulum sesuai dengan teori pengembangan kurikulum, khususnya berkenaan dengan pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Pusdiklat BPK, yaitu sebagai masukan untuk mengambil kebijakan dalam mengembangkan kurikulum diklat sesuai dengan kebutuhan, khususnya kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan ; b. Pengguna, yaitu sebagai masukan dalam memanfaatkan lulusan peserta diklat sesuai dengan kompetensi yang diperoleh dari pelaksnaan diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan untuk kepentingan instansi; c. Peserta diklat, yaitu sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi pemeriksa sesuai dengan kebutuhan di lapangan; d. Program studi pengembangan kurikulum, yaitu sebagai bahan masukan dalam mengembangkan model desain kurikulum pendidikan dan pelatihan yang bersifat aplikatif di lapangan; e. Peneliti lainnya, yaitu sebagai acuan dalam pengembangan model desain kurikulum yang lain serta materi yang lain pula.