PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS JAMUR BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS AGRISBISNIS CABAI MERAH BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS AGRISBISNIS BAWANG MERAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN. DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS TANAMAN BUAH MANGGIS dan GAP/SOP BUAH (MANGGIS) BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS BUDIDAYA KRISAN BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TOMT (TRAINING OF MASTER TRAINERS) AGRIBISNIS PADI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Nomor : 638/SM.510/J.3.7/08/ Agustus 2014 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Permintaan Calon Peserta Diklat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

Nomor : 763/SM.510/J.3.7/09/ September 2014 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Panggilan Peserta Diklat

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS ANTISIPASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d

An.Kepala Balai, Kepala Bagian Umum TTD

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

2018, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

Nomor : 734 /SM.510/J.3.7/08/ Agustus 2015 Sifat : Segera Lampiran : 2 (dua) lembar Perihal : Panggilan Peserta Diklat POPT Terampil

Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Sistim informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN)

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT METODOLOGI PENYULUHAN PERTANIAN BAGI PENYULUH PERTANIAN SWADAYA BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan.

Negara, pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan. pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

DAFTAR ISI. PENGANTAR... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup.. 2

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN DIKLAT TEKNIS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL ANGKATAN I DAN II DI PUSDIKLAT KEMENDAGRI REGIONAL BUKITTINGGI TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2015

KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG NOMOR : 132/Kpts./HM.130/J.3.7/04/2014

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

Panduan Diklat Inspektur Tambang Pertama BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PENGESAHAN. Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Kasi Penyelenggaraan Diklat. Wakil Manajemen Mutu DAFTAR DISTRIBUSI. Jabatan

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

A. Tujuan dan Manfaat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

( Terlampir ) Ir. Bandel Hartopo, M.Sc. NIP

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN : BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 101/Permentan/OT.140/10/2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS JAMUR BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada Pola Pangan Harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buahbuahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan yang dikonsumsi, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Jamur sudah dikenal sejak lama umumnya masih hidup liar di hutan, kebun atau pekarangan rumah. Walaupun jenis jamur yang memiliki nilai ekonomi masih sedikit, tetapi potensi jamur dibidang pertanian, industri, lingkungan, bahan makanan dan bahan obat sangat tinggi. Beberapa jenis jamur yang telah dibudidayakan dan memiliki nilai bisnis besar diantaranya adalah jamur merang, jamurkuping, shitake, champignon, lingzi dan jamur tiram. 1

Upaya memproduksi sayuran unggulan terutama Jamur dan untuk memenuhi permintaan pasar khusus dan ekspor perlu terus digalakan. Hal ini disebabkan permintaan akan jamur terus meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sementara di lain pihak sumberdaya manusia yang kompeten dalam upaya peningkatan produktivitas dan kuantitas komoditas jamur, masih sangat kurang terutama dalam hal penguasaan teknologi tepat guna dan modern, serta pemahaman GAP dan SOP budidaya tanaman jamur. Diklat Teknis Agribisnis jamur bagi petugas adalah suatu langkah strategis dan mutlak dilaksanakan untuk pengembangan dan ketersediaan sumberdaya manusia pertanian yang menguasai teknologi tepat guna dan modern serta cara budidaya jamur yang baik dan benar, sehingga dapat memberikan pembinaan yang lebih efektif terhadap para petani jamur di wilayah kerjanya dan pada gilirannya akan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas jamur seperti yang diharapkan. B. TUJUAN, SASARAN DAN KELUARAN 1. TUJUAN Tujuan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Diklat Teknis Agribsinis Jamur adalah untuk 2

memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelatihan 2. SASARAN Sasaran Petunjuk Teknis Pelaksanaan Diklat Teknis Agribsinis Jamur adalah Bidang Penyelenggaraan Pelatihan pada Balai /Besar Pelatihan. 3. KELUARAN Keluaran Petunjuk Teknis ini adalah terselenggaranya pelatihan Diklat Teknis Agribsinis Jamur yang berkualitas untuk peningkatan kapasitas kompetensi. C. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS; 3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 15/Permentan/ OT.140/2/2007, tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang ; 3

5. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014; 6. Peraturan Menteri Pertanian nomor : 49/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur dan Non Aparatur. 7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan Pertanian. 8. Surat Keputusan Kepala Badan SDM Pertanian Nomor: 20/Kpts/OT.130/3/2010, Tanggal 3 Maret 2010 tentang Pembagian Wilayah Unit Kerja UPT Pelatihan BPSDMP; 9. Surat Pengesahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Tahun Anggaran 2012 Nomor : 0427/018-10.2.01/12/2011 tanggal 9 Desember 2011. D. PENGERTIAN Dalam petunjuk pelaksanaan pelatihan teknis agribinis ini, yang dimaksud dengan: 1. Pelatihan adalah diklat yang diselenggarakan dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan; 2. Pelatihan Teknis adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis 4

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas peserta pelatihan; 3. Pelatihan Teknis Agribisnis adalah diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis bidang agribisnis komoditas tertentu, yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas Penyuluh Pertanian dan petugas pertanian lainnya; 4. Widyaiswaraadalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada lembaga diklat pemerintah; 5. Narasumber adalah pejabat atau seseorang yang karena kemampuan, keahlian atau kedudukannya dapat meningkatkan pencapaian tujuan pelatihan; 6. Praktisi adalah seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang usaha/kegiatan tertentu sesuai dengan keahliannya dalam membantu pencapaian tujuan pelatihan; 7. Agribisnis adalah rangkaian usaha pertanian yang terdiri dari empat subsistem pertanian yaitu a) sub-sistem hulu, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; b) sub-sistem pertanian primer, yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan sub-sistem hulu; c) subsistem agribinis hilir, yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian; dan d) sub- 5

sistem penunjang, yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain: permodalan, teknologi, dll; 8. Materi Pelatihan adalah bahan ajar yang akan disampaikan widyaiswara/narasumber kepada peserta diklat dalam bentuk modul dan naskah yang berkaitan dengan tujuan pelatihan. 9. Mata Pelatihan adalah kumpulan dari materimateri pelatihan yang berasal dari satu rumpun kompetensi kerja; 10. Penyuluh Pertanian adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. 11. Penyuluh Pertanian PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian; 12. Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) selanjutnya disebut THL Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yang direkrut oleh Kementerian Pertanian selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian; 13. Monitoring adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk memastikan ketepatan pendayagunaan sumberdaya pelatihan serta pelaksanaan kegiatan pelatihan pertanian sesuai 6

dengan jadwal kerja dan hasil yang akan dicapai (target) serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses pelaksanaan pelatihan yang sedang berjalan; 14. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai efisiensi, efektivitas dan dampak dari suatu kegiatan pelatihan pertanian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi dilakukan secara sistematik dan objektif dengan menggunakan instrumen dan alat ukur yang tepat dan jelas untuk menilai, merumuskan perbaikan dalam rangka pengembangan program pelatihan, baik sebelum, sedang, dan sesudah pelatihan pertanian berlangsung; 15. Evaluasi Pasca pelatihan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat manfaat pelatihan dan perubahan kinerja purnawidya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya; 16. Praktik Lapangan adalah kegiatan nyata di lapangan yang dilaksanakan oleh peserta pelatihan tentang teknonologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi dan kelestarian lingkungan yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan; 7

BAB II PENYELENGGARAAN DIKLAT A. PERSIAPAN Untuk menjamin kualitas pelatihan, maka penyelenggaraan melakukan persiapan pelatihan yang meliputi : 1. Panduan Penyelenggaraan (dilengkapi dengan pola, RPD/GBPP/SAP); 2. Penetapan pengelola diklat, fasilitator dan peserta; 3. Penyusunan bahan ajar; 4. Penetapan jadwal pelatihan; 5. Penetapan sistem evaluasi; 6. Penyiapan blanko STTPP. Pelatihan Teknis Diklat Teknis Agribsinis Jamur dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. B. PERSIAPAN 1. WAKTU DAN TEMPAT Diklat dilaksanakan selama 7 hari efektif sebanyak 56 jam pelajaran @ 45 menit. Adapun tempat pelaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Jl. Kayuambon No. 82 Telp. / Fax. (022) 2786234, 2789783 Lembang 8

2. MATERI, METODE DAN POLA A. MATERI DIKLAT Mata Pelatihan terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang No. Mata Latihan JP T P I. KELOMPOK DASAR ( 2 ) - 1. Kebijakan Program Pengembangan 2 - Jamur II. KELOMPOK INTI (42) (8) 2.1 Persiapan Sarana Produksi 2 2 a. Mengidentifikasi lokasi jamur b. Menyiapkan Kumbung c. Menyiapkan alat pasteurisasi 2.2 Budidaya Jamur 14 6 a. Mengidentifikasi bahan-bahan media jamur b. Mengayak/menyeleksi media jamur. c. Memformulasikan bahan media jamur. d. Melakukan pasteurisasi media jamur. e. Menginokulasi f. Menginkubasi g. Pemeliharaan 2.3 Panen dan Pasca Panen 4 2 a. Waktu Panen b. Ciri-ciri Panen c. Pemanenan d. Penyimpanan 9

e. Pengawetan 2.4 Pengolahan Hasil 6-2.5. Pembukuan Usaha Agribisnis 4-2.6. Pemasaran Hasil 4-2.7. Analisa Usaha Tani 4-2.8. Permodalan 2 - III KELOMPOK PENUNJANG (4) 1. Dinamika Proses Belejar 2 2. Profil Wirausahawan Jamur 2 TOTAL 56 B. METODE PELATIHAN Pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (andragogi), semua proses berlatih melatih dilakukan secara partisipatif dengan menggabungkan berbagai metode, antara lain: Ceramah Diskusi Tanya jawab Pemaparan Penugasan Studikasus Simulasi Observasi lapangan 10

Sedangkan pola pelaksanaan adalah HARI KE 0 1 4 5 6-7 Pembukaan Kunjungan Klasikal Lapang Registrasi Peserta Klasikal RTL Evaluasi Penutupan C. PERSYARATAN A. FASILITATOR Fasilitator berasal dari : 1. Widyaiswara BBPP Lembang. 2. Praktisi 3. Dirjen Horti B. PESERTA a. ASAL Peserta Diklat Teknis Agribisnis Jamur berasal dari Jawa Barat, DKI Jamur, Banten, Jawa Tengah. b. PERSYARATAN Persyaratan Peserta untuk Aparatur, adalah : a. Peserta Penyuluh Pertanian yang membina petani tanaman Jamur di daerah sentra pengembangan Jamur. 11

b. Belum pernah mengikuti pelatihan yang sejenis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir; c. Membawa pas photo terbaru berlatar belakang merah, ukuran 4 X 6 cm serta 3 X 4 cm masingmasing 1 lembar d. Ditugaskan/diusulkan oleh pimpinan Dinas/Badan Intansi lingkup Pertanian dan membawa surat tugas dari atasan langsung/pejabat yang berwenang; e. Sehat jasmani dan rohani; f. Mentaati seluruh ketentuan yang berlaku sesuai dengan Tata Tertib yang berlaku; g. Sanggup mengikuti diklat dari awal hingga akhir. Persyaratan Peserta untuk Non Aparatur,adalah : a. Petani Jamur di daerah sentra pengembangan Jamur; b. Belum pernah mengikuti diklat sejenis; c. Diusulkan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian/Dinas Pertanian dengan membawa surat tugas dari atasan langsung/pejabat yang berwenang; 12

d. Sanggup mengikuti Diklat dari awal hingga akhir ; e. Sehat jasmani dan rohani (membawa surat keterangan sehat dari dokter), untuk peserta wanita tidak dalam keadaan hamil tua; f. Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan menggunakan pakaian rapih dan menggunakan pakaian batik pada acara pembukaan dan penutupan diklat. g. Membawa pas photo terbaru berlatar belakang merah, ukuran 4 x 6 cm serta 3 x 4 cm masingmasing 1 lembar; h. Peserta sudah hadir tepat pada waktunya; i. Mentaati seluruh ketentuan yang berlaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku; D. PEMBINAAN Pembinaan terhadap penyelenggaraan Diklat Teknis Agribisnis Jamur secara fungsional dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, c.q Pusat Pelatihan Pertanian. Pembinaan dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan diklat. 13

E. PEMBIAYAAN Biaya penyelenggaraan Diklat Teknis Agribisnis Jamur, dibebankan kepada DIPA BBPP Lembang TA. 2012. 14

BAB III MONOTORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. MONITORING Kegiatan monitoring pelatihan dilaksanakan secara periodic dari persiapan sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pelatihan oleh Balai Besar Pelatihan (BBPP) Lembang. 1. Daily Mood Evaluasi Daily Mood dilaksanakan setiap hari, dimana setiap peserta wajib memasukan satu koin kedalam kotak daily mood yang telah disediakan sesuai dengan suasana hati sebelum proses pembelajaran (Gembira/Biasa/Sedih). 2. KesesuaianTempatPraktek Monitoring kesesuaian tempat praktek lapang dilaksanakan setelah kegiatan praktek lapang berlangsung, setiap peserta mengisi blanko yang telah disediakan. B. EVALUASI PESERTA 1. Penguasaan Materi Pada evaluasi penguasaan materi, peserta akan memperoleh lembar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran (kurikulum) Diklat. Evaluasi ini dilaksanakan sebelum dan sesudah materi pembelajaran disampaikan, yang dimaksudkan untuk 15

mengetahui tingkat penguasaan materi setiap peserta sebelum dan sesudah mengikuti Diklat. 2. Sikap dan Perilaku Setiap fasilitator yang memberikan materi pembelajaran, akan menilai sikap dan perilaku peserta melalui beberapa aspek, antara lain; a. Displin, b. Motivasi, c. Kepemimpinan, d. Kerjasama dan e. prakarsa. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi sejauhmana peserta dapat mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah disampaikan baik secara klasikal maupun praktek lapangan. Dalam pelaksanaannya, fasilitator akan memberikan nilai secara objektif terhadap setiap peserta sesuai skala yang telah ditentukan dan tercantum pada lembar evaluasi. C. EVALUASI FASILITATOR Aspek yang di evaluasiadalah : a. Penguasaan Materi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap); b. Penguasaan Metode (Kemampuan Menyajikan dan menjawab, komunikasi, nada dan suara, kerjasama); 16

c. Kemampuan menggunakan alat bantu (penggunaan sarana pembelajaran); d. Penegakan disiplin (kehadiran, kerapihan berpakaian, sikap dan prilaku); e. Pencapaian tujuan pembelajaran (relevansi materi dengan tujuan pembelajaran) Hasil penilaian disampaikan kepada setiap fasilitator sebagai masukan bagi yang bersangkutan untuk peningkatan kualitas masing-masing fasilitator. Lampiran 3. D. EVALUASI PENYELENGGARAAN Pelayanan prima merupakan syarat mutlak bagi kesuksesan penyelenggaraan Diklat yang tergambar melalui tungkat kepuasan peserta Diklat terhadap berbagai fasilitasi yang diberikan pihak panitia penyelenggara. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan dari peserta menjadi hal yang mutlak diperoleh panitia dalam upaya peningkatan pelayanan bagi setiap peserta Diklat, melalui penilaian secara objektif terhadap berbagai aspek, antara lain; kepanitiaan, saran prasarana, kualitas pengajaran, akomodasi dan konsumsi dengan memberikan nilai pada kolom yang telah disediakan sesuai skala penilaian yang telah ditentukan.lampiran 4 17

E. PELAPORAN Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang selaku penyelenggara wajib mengirimkan laporan pelaksanaan pelatihan kepada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Pusat Pelatihan Pertanian selambatlambatnya 2 (dua) minggu setelah pelatihan berakhir. F. SURAT TANDA TAMAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peserta yang telah mengikuti Diklat Teknis Agribisnis Jamur serta telah menyelesaikan keseluruhan proses belajar mengajar dengan baik, kepada Penyuluh Pertanian PNS dan Petani diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP). a. MEKANISME Satu minggu sebelum pelatihan berakhir, penyelenggara menyampaikan rekapitulasi biodata kepada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian c.q. Kepala Pusat Pelatihan Pertanian untuk memperoleh STTPP. Sehari sebelum pelatihan berakhir bagian penyelenggaraan pelatihan membuat STTPP untuk peserta Non Aparatur (petani). 18

b. PENANDATANGANAN Penandatanganan STTPP Diklat Teknis Agribisnis Jamur, ditandatangani oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertania. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian selaku penanggungjawab program dan oleh Kepala BBPP Lembang selaku penanggung jawab pelatihan. Penandatanganan Diklat Teknis Agribisnis Jamur bagi Non Aparatur ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. 19