KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan usaha tanaman jahe di antara kelapa dewasa, selain dapat memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman sela, juga dapat meningkatkan produksi kelapa apabila tanaman sela dikelola secara intensif. Di Kabupaten Sikka usahatani Jahe diantara kelapa dewasa masih dalam jumlah yang terbatas. Di Kecamatan Kewapante beberapa faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi jahe sebagai tanaman sela di antara kelapa dewasa, yaitu luas tanaman Jahe, tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan tingkat pengalaman petani. Hasil pengujian skala menunjukkan bahwa usahatani ini berada pada keadaan increasing return to scale atau pada skala usaha dengan hasil yang bertambah, di mana jumlah elastisitas semua faktor sebesar 1,085. Keadaan ini berarti apabila petani memperluas usahataninya dengan menambah masukan akan terjadi penurunan biaya rata-rata produksi dan keuntungan usahatani akan meningkat. Kata Kunci : Skala Usaha Tani Jahe, Tanaman Sela, Tanaman Kelapa. PENDAHULUAN Keragaan investasi pemerintah pada bidang penelitian sistem usahatani lahan kering saat ini lebih banyak terkonsentrasi di Jawa, sementara penelitian yang sama untuk wilayah luar Jawa khususnya kawasan Timur Indonesia masih langkah, oleh karena itu investasi pemerintah pada penelitian tersebut perlu diarahkan pada kawasan Timur Indonesia. Setelah teknologi Pertanian spesifik lokasi tersebut dihasilkan, sering teknologi itu tidak mudah dapat diperkenalkan kepada petani apalagi diadopsi. Beberapa alasan yang mungkin (Baum dan Tolbert (1985) adalah : 1. Tidak tersedianya input yang melekat pada teknologi tersebut di lokasi karena adanya defisiensi dalam pemasaran dan distribusi. 2. Tidak sampainya informasi teknologi kepada petani. 3. Petani tidak mampu membiayai penerapan teknologi. Tanaman Jahe (Zingiber Officihale Roscoe), termasuk salah satu komoditi yang pemakaiannya di dalam negeri digunakan sebagai obat tradisional. Diantaranya untuk menyembuhkan penyakit perut, penyakit rematik, sakit kepala dan lain-lain. Sebagai remah-rempah digunakan terutama untuk memberi rasa sedap pada berbagai macam makanan dan minuman. Nilai dari tanaman ini terletak pada rimpangnya, karena mengandung minyak atsiri, oloresih, pati dan asam organik. Penanaman jahe di Sikka selama ini ditempuh dalam dua cara yaitu sistim tumpang sari pola lahan ladang dan sistim monokultura. Kedua sistim pola tanam yang diterapkan dalam usaha tani Jahe amat berbeda. Pola usaha tani tumpang sari umumnya diterapkan oleh petani-petani kecil. Pada skala areal yang sempit masukan atau korbanan terhadap proses produksi masih terbatas, sesuai dengan sifat pengelolaannya sebagai usaha sembilan. Pada usahatani monokultur umumnya diterapkan dalam skala usaha yang luas, teknologi budi daya lebih maju, umumnya penanaman dilakukan secara kontinyu. Lahan di antara tanaman kelapa merupakan salah satu sumberdaya yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan jenis tanaman lainnya sebagai tanaman sela. Di Kabupaten Sikka lahan ini umumnya belum dimanfaatkan atau kebanyakan masih diusahakan secara monokultur kelapa, sehingga pendapatan per satuan luas usahatani masih rendah, salah satu komoditas yang diusahakan petani pada areal tanaman kelapa di daerah ini adalah tanaman Jahe.
Selama periode tahun 2000, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas per tahun Jahe di daerah ini masing-masing 21,72 %, 37,63 %, 6,67 % (Anon., 2003). Usaha ini sudah termasuk yang diusahakan petani pada areal tanaman kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kelapa sebagai tanaman pokok tidak menurun jika ditumpangsarikan dengan tanaman semusim yang lain. Produksi kelapa bahkan cenderung meningkat apabila tanaman selanya dikelola dengan baik (Soehardjan, 1986). Penanaman tanaman sela di antara kelapa jauh lebih menguntungkan dibanding dengan kelapa secara monokultur (Anon., 1985). Hasil percobaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulawesi Utara menunjukkan bahwa penanaman tanaman di empon-empon bawah pohon kelapa dapat tumbuh dengan baik dan produksi kelapa pun meningkat dari 8 butir menjadi 25 butir per pohon per triwulan setelah 1,5 tahun dilaksanakan usaha tanaman sela (Anon, 1999). Budidaya tanaman sela khususnya tanaman pada areal tanaman kelapa dewasa bertujuan untuk meningkatkan produktivitas usahatani guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan petani per satuan luas tanam. Untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memanfaatkan lahan tersebut secara maksimal dengan mengalokasikan faktor-faktor produksi secara secara optimal. Salah satu analisis untuk mengetahui pekembangan usahatani pada kondisi yang berlaku berdasakan penggunaan faktor-faktor produksi di atas adalah skala usaha (return to scale). Skala usaha menggambarkan respon dari keluarga sebagai akibat proporsional dari masukan, atau menunjukkan hubungan antar biaya produksi dengan perubahan perluasan usaha. Dalam usahatani ada 3 kemungkinan skala usaha yang terjadi, yaitu (1) skala usaha dengan kenaikan hasil yang bertambah atau increasing return to scale, yaitu kenaikan usaha dengan kenaikan hasil yang bertambah; (2) skala usaha dengan kenaikan hasil yang tetap atau constant return to scale yaitu penambahan masukan mengakibatkan terjadinya kenaikan hasil yang berkurang atau decreasing return to scale, yaitu penambahan masukan mengakibatkan terjadinya kenaikan hasil yang smakin berkurang. Tujuan utama dalam tulisan ini adalah apakah perluasan usahatani ini pada kondisi yang berlaku masih dapat diperbaiki sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat skala usaha dari usahatani yang diusahakan petani sebagai tanaman sela pada tanaman kelapa dewasa.
METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terpola. Pemilihan contoh petani secara acak sistimatik sebanyak 35 petani pada dua desa, yaitu Desa Kopong masing-masing 20 petani dan Desa Sesuina 15 petani. Metode Analisis Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, model analisis yang digunakan adalah melalui pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematik, fungsi ini dapat ditulisklan sebagai berikut : b1 Y = a X 1 X b2 2... 1 bi... X n bn e U. dimana : Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga U = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718 Penggunaan model di atas dengan asumsi bahwa petani cukup rasional dalam menggunakan faktor produksi sehingga diharapkan akan diperoleh koefisien 0<b 1<1, yang berarti bahwa petani berproduksi pada tingkat di mana produk marjinalnya menurun tetapi belum mencapai nol. Model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Y = B0 X BIPT X2 1 2 B2 X3 3 B3 X4 4 B5 z1, A2 z2 2, A2 c (C 1D 1 + C 2D 2 + U 1) dimana : Y = produksi fisik Jahe (kg) X 1 = luas tanaman (ha) X 2 = tenaga kerja dalam keluarga (HOK) X 3 = tenaga kerja luar keluarga (HOK) X 4 = pupuk Urea (kg) X 5 = pupuk TSP (kg) Z 1 = jumlah pohon kelapa Z 2 = pendidikan petani D 1 = dummy, petani berpengalaman 1, petani tidak pengalaman 0 D 2 = dummy, pemilik penggarap 1, petani lainnya 0 B 0 = intersep B 1 = koefisien regresi atau clastisitas tiap variabel independen C i = koefisien peubah dummy U i = faktor kesalahan e = logaritma natural Terhadap masing-masing koefisien regresi tersebut dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan uji t-statistik. Sedangkan pengujian dilakukan bersama-sama dengan uji F- statistik serta koefisien determinasi (R 2 ). Besaran koefisien regresi (Σb 1) menunjukkan skala usaha (return to scale) usahatani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis fungsi produksi Jahe sebagai tanaman sela pada tanaman kelapa dewasa di daerah penelitian berdasarkan tahapan analisis model III (lihat Lampiran 1) dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis fungsi produksi Jahe sebagai tanaman sela diantara kelapa dewasa di Kecamatan Kewapante. V a r i a b e l Parameter Nilai Parameter Luas tanaman Jahe (1nX 1) β1 0,6568 *** (7,041) Tenaga kerja keluarga (1nX 1) β2 0,1885 *** (2,210) Tenaga kerja luar keluarga (1nX 1) β3 0,1935 *** (4,072) Pupuk Urea (1nX 4) β4 0,0464 (0,984) Pengalaman petani (D 1 1) 0,1965 * (1,583) Intersep 0,9275 R 2 F-hitung 4 Σ βj J = 1 Keterangan : *** nyata pada taraf α = 0,01 ** nyata pada taraf α = 0,05 * nyata pada taraf α = 0,10 angka dalam kurung adalah nilai t-hitung. 73,03 1,0852 Hasil pendugaan dari Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi Jahe yaitu luas tanaman, tenaga kerja dalam dan luar keluarga, dan pengalaman petani. Variabel pupuk Urea secara statistik tidak berpengaruh terhadap produksi Jahe, namun variabel ini tetap diikutsertakan dalam model karena secara teknis faktor ini dianggap dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan Jahe. Faktor-faktor lain yang dianggap tidak berpengaruh adalah pupuk TSP, jumlah pohon kelapa, pendidikan dan status pemilikan tanah. Meskipun demikian bila dikaji hubungan nilai koefisien dari masing-masing variabel ini bahwa jumlah pohon kelapa produksi Jahe seharusnya negatif, yaitu makin banyak pohon kelapa berarti produksi jahe makin menurun karena makin terbatasnya intensitas sinar matahari mencapai tanaman. Terjadinya hubungan yang positif ini antara lain disebabkan adanya perbedaan penguasaan dan alokasi teknologi pada stiap petani (kelemahan asumsi). Demikian pula faktor pupuk TSP terjadi hubungan yang negatif karna jumlah petani yang menggunakan faktor ini masih dalam jumlah sedikit, juga variabel pendidikan hanya dikaji tentang tingkat pendidikan formal petani. Hasil analisis produksi (Tabel 1), nilai parameter dari variabel bebas x, adalah besaran elastisitas dari tiap variabel yang bersangkutan. Jumlah besaran elastisitas (βj) keempat faktor ini sebesar 1,085 (lebih besar 1). Hasil pengujian lanjutan menunjukkan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel, secara statistik berarti fungsi produksi tersebut beada pada keadaan increasing return to scale atau pada skala usaha dengan hasil yang bertambah. Artinya apabila faktor-faktor produksi tersebut ditambah 1 persen pada kondisi ini bila semua faktor produksi disewa, petani belum memperoleh keuntungan. Keadaan yang demikian petani harus memperluas usahataninya dengan menambah masukan, karena perluasan usahatani ini akan menurunkan biaya rata-rata produksi sehingga petani masih berpeluang besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Secara parsial besaran elastisitas setiap input variabel bebas menunjukkan bahwa setiap penambahan input sebesar 1 persen akan mengakibatkan produksi Jahe meningkat sebesar nilai elastisitas (dalam persen) dari setiap variabel yang bersangkutan. Luas tanah garapan merupakan faktor penentu utama terhadap produksi dan tingkat skala usaha dari usahatani ini karena mempunyai nilai elastisitas tertinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN Rata-rata usahatani Jahe sebagai tanaman sela pada tanaman kelapa dewasa di daerah penelitian berada dalam taraf increasing return to scale atau dasar taraf usaha dengan kenaikan hasil yang bertambah. Perluasan usahatani ini masih dapat menurunkan biaya rata-rata produksi dan menambah keuntungan petani. Pada kondisi yang berlaku yaitu luas garapan, tenaga kerja dalam keluarg,a tenaga kerja luar keluarga dan pengalaman petani berpengaruh nyata terhadap produksi Jahe. Luas garapan mendominasi pengaruhnya terhadap produksi Jahe. Untuk meningkatkan produktivitas usahatani serta keuntungan yang maksimal, perlu peningkatan luas garapan, karena dengan rata-rata luas garapan 0,27 ha belum menunukkan skala usaha yang optimal atau belum dicapai kondisi keuntungan yang maksimal. Hal ini perlu ditunjang dengan alokasi faktor-faktor lainnya secara seimbang berupa penggunaan pupuk, pestisida, varietas benih serta pemulihan tanaman yang lebih baik. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada John D. Saru dan Istutik yang telah membantu selama pelaksanaan dilapangan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1984. Pengembangan Tanaman Kedele di bawah pohon Kepala di Sulawesi Utara. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulawesi Utara, Manado. 1986, Tanaman Pangan sebagai Tanaman Sela di antara Tanaman Kelapa, Laporan Bulanan Balitka Manado (November 1985). 2003, Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sikka. Soehardjan, M. 1986. Usaha memantapkan Komoditas Tanaman Industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. V No. 3. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian.