Komputasi Paralel Sebagai Alternatif Solusi Peningkatan Kinerja Komputasi

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPUTASI PADA JARINGAN KOMPUTER SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN KINERJA KOMPUTASI

Metode Sorting Bitonic Pada GPU

ANALISIS KOMPUTASI PARALEL DAN SERIAL PADA ALGORITMA MERGE SORT

VIRTUAL PARALLEL ENVIRONMENT USING PVM CASE STUDY BUBBLE SORT ALGORITHM

Penerapan Algoritma Bucket Sort Untuk melakukan Pengurutan n buah Bilangan Mata Kuliah Pemrosesan Paralel

KINERJA ALGORITMA PARALEL UNTUK PENCARIAN KATA DENGAN METODE BOYER-MOORE MENGGUNAKAN PVM

JARINGAN UNTUK MERGING

Kompleksitas Algoritma Rank Sort dan Implementasi pada Parallel Programming Dengan Menggunakan OpenMP

Analisis Kompleksitas Waktu Untuk Beberapa Algoritma Pengurutan

Analisa Kompleksitas Algoritma. Sunu Wibirama

Analisis Algoritma. Jimmy Tirtawangsa. Universitas Telkom 2014

Pengertian Algoritma Pengurutan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK KOMPUTER)

Kompleksitas Algoritma Dalam Algoritma Pengurutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perangkat keras yang digunakan adalah sebagai berikut : PC Intel Core2Duo 1.8 GHz RAM 2 GB VGA GeForce 7600GT 256 MB

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SORTING (PENGURUTAN DATA)

Analisis Kecepatan Sorting Dengan Notasi Big O

Multithreading untuk Algoritma Divide and Conquer

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH ALGORITMA PENGOLAHAN PARALEL (S1/ TEKNIK INFORMATIKA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Kecepatan/Waktu Komputasi Beberapa Algoritma Pengurutan (Sorting)

BAB I PENDAHULUAN.

Algoritma Sorting (Selection Insertion)

Pendahuluan Metode Numerik

OPERASI MATRIKS. a 11 a 12 a 13 a 14 A = a 21 a 22 a 23 a 24 a 31 a 32 a 33 a 34 a 41 a 42 a 43 a 44

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA

Penggunakan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Tujuan Utama Untuk meningkatkan performa komputasi.

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

TELAAH WAKTU EKSEKUSI PROGRAM TERHADAP KOMPLEKSITAS WAKTU ALGORITMA BRUTE FORCE DAN DIVIDE AND CONQUER DALAM PENYELESAIAN OPERASI LIST

10. PARALLEL PROCESSING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Algoritma Divide and Conquer Dalam Komputasi Paralel

Kompleksitas Algoritma Sorting yang Populer Dipakai

KARAKTERISTIK KINERJA ALGORITMA RECURSIVE DECOUPLING PADA SISTEM MULTIPROSESOR BERBASIS PVM

Implementasi Hypergraph Partitioning pada Paralelisasi Perkalian Matriks-Vektor

Analisis Algoritma Bubble Sort

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER

Studi Mengenai Perbandingan Sorting Algorithmics Dalam Pemrograman dan Kompleksitasnya

ANALISIS PERBANDINGAN ALGORITMA SELECTION SORT DENGAN MERGE SORT

Algoritma Heap Sort. Sekolah Teknik Elektro & Informatika Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Gambar 13.1 Ilustrasi proses algoritma sorting

Perbandingan Algoritma Pencarian Kunci di dalam Himpunan Terurut Melalui Linear Search dan Binary Search

Kompleksitas Algoritma Pengurutan Selection Sort dan Insertion Sort

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL IV PENCARIAN DAN PENGURUTAN

Pendahuluan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien. Algoritma yang bagus adalah algoritma yang efektif dan efisien.

Sorting Algorithms. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. seiring perkembangan teknologi mikroprosesor, proses komputasi kini dapat

ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN

Algoritma dan Pemrograman Sorting (Pengurutan) IS1313. Oleh: Eddy Prasetyo N

Kompleksitas Algoritma

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

STRUKTUR DATA SORTING ARRAY

Menghitung Inversion Pada Barisan Dengan Menggunakan Modifikasi Bubble Sort, Insertion Sort, dan Merge Sort

Algoritma dan Pemrograman Array/Tabel[2] Oleh: Eddy Prasetyo N

Quick Sort dan Merge Sort. Arna Fariza Yuliana Setiowati

Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna

PEMROGRAMAN DAN METODE NUMERIK Semester 2/ 2 sks/ MFF 1024

SORTING. Struktur Data S1 Sistem Informasi. Ld.Farida

SORTING ALGORITMA. Bubble Sort JANUARY 14, 2016


Jurnal Evolusi Volume 5 No evolusi.bsi.ac.id

Algoritma Bubble Sort dan Quick Sort

KOMPLEKSITAS ALGORITMA PENGURUTAN (SORTING ALGORITHM)

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

Implementasi Hypergraph Partitioning pada Paralelisasi Perkalian Matriks-Vektor

SORTING. Hartanto Tantriawan, S.Kom., M.Kom

Kompleksitas Algoritma

oleh : Edhy Suta tanta

Matematika Diskrit Kompleksitas Algoritma. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

BAB III METODE PENELITIAN

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

ALGORITMA PENGURUTAN. Oleh : S. Thya Safitri, MT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kompleksitas Algoritma

Penyelesaian Barisan Rekursif dengan Kompleksitas Logaritmik Menggunakan Pemangkatan Matriks

Jurnal Mahajana Informasi, Vol.1 No 2, 2016 e-issn: SIMULASI PENGURUTAN DATA DENGAN ALGORITMA HEAP SORT

Sorting Algorithms. Divide and Conquer

EXERCISE WORKBOOK MI /2012#07

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Struktur Data Kode : TIS3213 Semester : III Waktu : 2 x 3 x 50 Menit Pertemuan : 12 & 13

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuat secara wireless oleh karena mobilitasnya yang tinggi dan kemudahan

STRUKTUR DATA (3) sorting array. M.Cs

Analisa dan Perancangan Algoritma. Ahmad Sabri, Dr Sesi 2: 16 Mei 2016

Outline STRUKTUR DATA. VII. Sorting

1. Kompetensi Mengenal dan memahami algoritma percabangan yang komplek.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Heap Tree dan Kegunaannya dalam Heap Sort

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) : Aswir Premadi, S.T., M.Sc. (Eng) Pertemuan Minggu ke : 1 & 2 ( 1 x 2 x 50 )

Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.

Hubungan Kompleksitas Algoritma dengan Cara Belajar

Array (Tabel) bagian 2

Penggunaan Metode Binary Search Pada Translator Bahasa Indonesia Bahasa Jawa

Yaitu proses pengaturan sekumpulan objek menurut urutan atau susunan tertentu Acuan pengurutan dibedakan menjadi :

Transkripsi:

Thomas Anung Basuki Komputasi Paralel Sebagai Alternatif Solusi Peningkatan Kinerja Komputasi Intisari Makalah ini membahas komputasi paralel pada jaringan komputer menggunakan PVM. Untuk memperjelas, diimplementasikan dua contoh dan diukur waktu eksekusinya serta dibandingkan dengan waktu eksekusi ideal. Abstract This paper discusses parallel computation on computer network using PVM. For illustration, two programs are given and their execution time are compared to their ideal execution time. I. Pendahuluan Saat ini penggunaan komputer untuk menyelesaikan masalah sudah merasuk ke segala bidang. Hal ini karena komputasi dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyelesaian masalah secara manual. Seiring dengan hal tersebut, semakin dituntut proses komputasi yang semakin cepat. Untuk meningkatkan kecepatan proses komputasi, dapat ditempuh dua cara :!" peningkatan kecepatan perangkat keras,!" peningkatan kecepatan perangkat lunak. Komponen utama perangkat keras komputer adalah processor. Saat ini, peningkatan kecepatan processor benarbenar luar biasa. Processor Pentium 4 yang dikeluarkan Intel kecepatannya sudah mencapai 1.8 GHz. Meskipun kecepatan processor dapat ditingkatkan terus, namun karena keterbatasan materi pembuatnya, tentu ada suatu batas kecepatan yang tak mungkin lagi dapat dilewati. Karena itu timbul ide pembuatan komputer multiprocessor. Dengan adanya banyak processor dalam satu komputer, pekerjaan bisa dibagi-bagi kepada masing-masing processor. Dengan demikian lebih banyak proses dapat dikerjakan dalam satu saat. Perubahan arsitektur komputer menjadi multiprocessor memang bisa membuat lebih banyak proses bisa dikerjakan sekaligus, namun tetap tidak bisa meningkatkan kecepatan masing-masing proses. Peningkatan kecepatan setiap proses bisa dicapai melalui peningkatan kecepatan perangkat lunak. Kecepatan perangkat lunak sangat ditentukan oleh algoritmanya. Usaha untuk mencari algoritma yang lebih cepat tidaklah mudah, namun dengan adanya komputer multiprocessor, dapatlah dirancang 72 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001

algoritma yang lebih cepat, yaitu dengan memparalelkan proses komputasinya. Saat ini komputer multiprocessor masih jarang dan mahal harganya. Hal ini menyebabkan algoritma paralel yang ada sukar diimplementasikan. Untuk mengatasinya dirancanglah mesin paralel semu. Mesin paralel semu ini sebenarnya adalah jaringan komputer yang dikendalikan oleh sebuah perangkat lunak yang mampu mengatur pengalokasian proses-proses komputasi kepada processor-processor yang tersebar dalam jaringan tersebut. Pada makalah ini dibuat dua aplikasi dari komputasi paralel. Tujuan dari pembuatan aplikasi ini hanyalah untuk menunjukkan peningkatan kecepatan yang diperoleh dari paralelisasi algoritma sekuensial, sehingga sengaja dipilih aplikasi yang sederhana. Karena ketiadaan perangkat keras komputer paralel, maka kedua aplikasi tersebut dibuat dengan menggunakan PVM (Parallel Virtual Machine), suatu sistem perangkat lunak yang bekerja pada jaringan komputer dan mampu mensimulasikan kerja komputer paralel. Program dibuat dengan bahasa pemroraman C pada sistem operasi Red Hat Linux. Terdapat dua aplikasi sederhana yang dipilih untuk diimplementasikan, yaitu penjumlahan n bilangan secara paralel dan pengurutan n bilangan dengan menggunakan suatu sorting network yang disebut Bitonic Sort. Untuk masing-masing aplikasi akan dibandingkan dengan algoritma sekuensialnya. yang tersebar di jaringan komputer. Dengan PVM bisa ditentukan berapa jumlah processor yang akan dilibatkan dalam proses komputasi. III. Penjumlahan Bilangan III.1. Penjumlahan Secara Sekuensial Algoritma penjumlahan secara sekuensial untuk n data, adalah sebagai berikut : 1 sum a[1] 2 for i 2 to n do 3 sum sum + a[i] Waktu eksekusi algoritma di atas sebanding dengan banyaknya eksekusi loop for. Loop tersebut pasti akan dieksekusi sebanyak n-1 kali. Jadi waktu eksekusinya adalah O(n). III.2. Penjumlahan Secara Paralel Untuk menjumlahkan n buah bilangan, terdapat satu syarat yaitu n adalah bilangan yang merupakan hasil perpangkatan dari 2 (power of 2). Cara kerja algoritma penjumlahan paralel dapat dilihat pada contoh berikut ini. Pada contoh ini akan dijumlahkan 8 buah data (1+2+ +8). Untuk itu diperlukan 4 buah prosesor. Mulamula : II. Parallel Virtual Machine (PVM) PVM adalah suatu perangkat lunak yang mampu mensimulasikan pemrosesan paralel pada jaringan komputer. Saat ini ada dua bahasa pemrograman yang didukung oleh PVM, yaitu FORTRAN dan C. Versi PVM yang paling umum digunakan berbasis UNIX, meskipun ada juga PVM berbasis Windows. Cara kerja PVM adalah dengan membuat (spawning) proses-proses anak yang akan dikirim ke processor-processor INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001 73 1 2 3 4 7 8

Tahap 1: prosesor ke-i akan menyimpan hasil penjumlahan data ke-i dan data ke-(i+4) 8 10 12 0 0 0 0 Tahap 2 : prosesor ke-i akan menyimpan hasil penjumlahan data ke-i, ke-(i+2), ke-(i+4) dan ke-(i+) 1 20 0 0 0 0 0 0 Tahap 3: seluruh data sudah dijumlahkan dan disimpan di prosesor ke-1 3 0 0 0 0 0 0 0 Dari gambar di atas dapat dirancang algoritma penjumlahan paralel tersebut : 1 k n/2 2 while (k > 0) do 3 for i 1 to k in parallel do 4 a[i] a[i] + a[i+k] k k/2 Hasil akhir dari operasi di atas akan disimpan di a[1]. Jika diperhatikan, waktu eksekusi dari algoritma di atas sebanding dengan banyaknya eksekusi while loop. While loop akan berhenti dieksekusi bila k = 0, berarti bergantung dari k. Karena pada setiap akhir eksekusi while loop, nilai k akan dibagi 2, maka waktu eksekusinya adalah O (log n). Dengan demikian peningkatan yang diperoleh dengan memparalelkan penjumlahan adalah O(n/log n). Untuk mengimplementasikan algoritma di atas idealnya dibutuhkan n/2 processor. Dengan teknik-teknik pemrograman paralel, algoritma di atas bisa diimplementasikan dengan jumlah processor kurang dari n/2. Algoritma tersebut diimplementasikan menjadi dua program : mainsum.c yang merupakan terjemahan dari algoritma di atas, dan adder.c yang merupakan program untuk menjumlahkan dua bilangan (sama dengan baris ke-4 dari algoritma di atas). Pada setiap iterasi mainsum.c akan membuat k buah proses adder.c dan mengirim data a[i] dan a[i+k] ke proses ke-i. Setiap proses adder.c akan mengirim kembali hasil penjumlahan a[i] dan a[i+k] ke proses mainsum.c. IV. Pengurutan (Sorting) IV.1 Pengurutan Sekuensial Terdapat dua jenis algoritma pengurutan yaitu pengurutan dengan pembandingan dan pengurutan tanpa pembandingan. Yang termasuk ke dalam algoritma pengurutan dengan pembandingan antara lain adalah : Bubble Sort, Insertion Sort, Selection Sort dengan waktu eksekusi O(n 2 ), serta Heap Sort dan Quick Sort dengan waktu eksekusi O(n log n). Yang termasuk algoritma pengurutan tanpa pembandingan antara lain adalah Count Sort dan Radix Sort dengan waktu eksekusi O(n). 74 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001

IV.2 Bitonic Sort Bitonic Sort adalah suatu algoritma pengurutan paralel menggunakan sorting network. Komponen terkecil dari sorting network adalah comparator, yaitu suatu perangkat dengan dua masukan, x dan y, dan dua keluaran, x dan y, di mana x = min(x,y) dan y = max(x,y). COMPARATOR(x,y) 7 if x > y then temp x x y y temp Algoritma 1 : Comparator x x y 3 Gambar 1 : Comparator 3 7 y keluaran yang terurut menaik (b 1 b 2 b n ). Suatu bitonic sequence adalah suatu sequence yang terurut menaik kemudian terurut menurun atau terurut menurun kemudian menaik. Sequence <1,4,,8,3,2> dan <,8,3,2,4,> adalah contoh bitonic sequence. Suatu half cleaner adalah comparison network dengan kedalaman 1 di mana masukan ke-i akan dibandingkan dengan masukan ke-(i+n/2) untuk i = 1,2,,n/2. Jika masukan dari half cleaner adalah bitonic sequence berukuran n, maka keluarannya adalah dua bitonic sequence yang masing-masing berukuran n/2 dan data pada bitonic sequence ke-2 data bitonic sequence ke-1. Half cleaner dapat diterjemahkan menjadi modul algoritma berikut ini, yang waktu eksekusinya adalah O(1) : HALF-CLEANER(a, start, n) for i start to start+n/2-1 in parallel do COMPARATOR(a[i],a[i+n/2]) Algoritma 2 : Half-Cleaner Diasumsikan setiap comparator membutuhkan waktu O(1) untuk melakukan operasinya. Dengan menghubungkan sejumlah comparator dengan kabel, dapat dibentuk sebuah comparison network. 2 2 a1 3 b1 b2 b3 a2 1 b4 8 8 a3 2 2 7 7 b b a4 3 b7 Sebuah sorting network adalah comparison network di mana untuk sembarang masukan akan menghasilkan 1 Gambar 2 : Half-Cleaner INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001 7

Dengan menggunakan half cleaner dapat dibentuk Bitonic Sorter. Bitonic Sorter(n) dapat dibentuk dengan menghubungkan kabel keluaran dari half cleaner(n) dengan kabel masukan dari dua Bitonic Sorter(n/2). a 1 b 1 a 2 SORTER b 2 a 3 HALF (n/2) b 3 a 4 a CLEANER (n) b 4 b a b SORTER a 7 (n/2) b 7 a 8 b 8 Gambar 3 : Bitonic-Sorter -SORTER(a, start, n) /*asumsi n genap*/ HALF-CLEANER(a, start, n) if n>2 then for i 0 to 1 in parallel do -SORTER(a, start+i*n/2, n/2) Algoritma 3 : Bitonic-Sorter Waktu eksekusi Bitonic Sorter(n) dapat dihitung sebagai berikut : 0, n = 1 mengurutkan sembarang data. Tahap T ( n) = berikutnya dari pembuatan sorting 1 + T ( n / 2), n > 1 network tersebut adalah membentuk Solusinya adalah T(n) = O(log n). Jadi network yang mampu menggabungkan waktu eksekusi Bitonic Sorter(n) = dua sequence berukuran n/2 yang sudah O(log n). terurut menaik, menjadi sebuah Bitonic Sorter sudah mampu sequence berukuran n yang terurut mengurutkan, namun masukannya menaik. Ini disebut merging network. berupa bitonic sequence. Diinginkan Merging network berukuran n dapat sebuah sorting network yang mampu dibentuk dengan memodifikasi half- 7 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001

cleaner pertama dari bitonic sorter(n). Waktu eksekusinya juga O(log n). a 1 a 2 a 3 SORTER(n/2) b 1 b 2 b 3 a 4 a b 4 a SORTER(n/2) b b a 7 a 8 b 7 b 8 Gambar 4 : Merging Network MERGER(a, start, n) /*asumsi n genap*/ for i 1 to n/2 in parallel do COMPARATOR(a[start+i-1], a[start+n-i]) if n>2 then for i 0 to 1 in parallel do -SORTER(a, start+i*n/2, n/2) Algoritma 4 : Merging Network Akhirnya dengan menggabungkan merging network, didapat sebuah sorting network yang dapat mengurutkan sembarang sequence berukuran n (SORTER(n)). SORTER(a, start, n) /*asumsi n genap*/ if n>2 then for i 0 to 1 in parallel do SORTER(a, start+i*n/2, n/2) MERGER(a, start, n) Algoritma : Bitonic-Sorter Waktu eksekusi Bitonic-Sort adalah : 0 T ( n) = O(log n) + T ( n / 2) Solusinya adalah O(log 2 n)., n = 1, n > 1 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001 77

a 1 b 1 a 2 SORTER(n/2) b 2 a 3 MERGER b 3 a 4 (n) a b 4 a SORTER(n/2) b b a 7 a 8 Gambar : Bitonic-Sorter b 7 b 8 V. Analisis Hasil Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya diketahui bahwa untuk penjumlahan paralel waktu eksekusinya adalah O(log n) sedangkan bitonic sort waktu eksekusinya adalah O(log 2 n). Berikut ini akan diperiksa apakah waktu eksekusi yang sesungguhnya sesuai dengan waktu teoritisnya. Grafik di bawah ini menunjukkan grafik log n dan log 2 n. Terlihat bahwa jika n adalah kepangkatan dari 2, maka waktu eksekusi penjumlahan paralel (log n) seharusnya menaik secara linier, sedangkan waktu eksekusi Bitonic Sort (log 2 n) seharusnya menaik secara kuadratik. GRAFIK WAKTU EKSEKUSI IDEAL 0 80 70 0 0 40 log(n) log2(n) 30 20 10 0 2 4 8 1 32 4 128 2 12 N 78 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001

Tabel 1. Waktu Eksekusi Penjumlahan Paralel (dalam detik) n 1 prosesor 2 prosesor 3 prosesor 4 prosesor Rata-rata 1 0.00 0.01 0.01 0.00 0.01 32 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 4 0.02 0.02 0.01 0.03 0.02 128 0.0 0.0 0.02 0.02 0.04 2 0.0 0.04 0.04 0.02 0.04 12 N/A 0.17 0.11 0.11 0.13 Tabel 2. Waktu Eksekusi Pengurutan Paralel (dalam detik) n 1 prosesor 2 prosesor 3 prosesor 4 prosesor Rata-rata 1 0.02 0.02 0.03 0.04 0.03 32 0.14 0.11 0.0 0.11 0.11 4 0.7 0.4 0.47 0.3 0.8 128 2.41 2.7 2.37 2.24 2.44 2 N/A.03 8...18 12 N/A N/A 34.7 3.8 3.48 Dari tabel 1, tampak bahwa waktu eksekusi penjumlahan paralel menaik secara linier. Jadi waktu eksekusi penjumlahan paralel bisa dianggap sesuai dengan waktu idealnya (O(log n)). Dari tabel 2, tampak bahwa waktu eksekusi Bitonic Sort tidak menaik secara kuadratik. Jadi waktu eksekusi pengurutan paralel ternyata lebih buruk daripada waktu idealnya. Pada tabel 1, untuk data sebanyak 12 dengan 1 prosesor, PVM tidak mampu melakukannya (pesan kesalahan : gagal mengirim data). Penulis tidak tahu pasti penyebab terjadinya hal tersebut, namun diduga hal itu terjadi karena keterbatasan PVM dalam mengolah data yang cukup besar. Pada tabel 2, untuk data yang cukup besar dengan jumlah prosesor sedikit (n = 2, 1 prosesor; n = 12, 1 atau 2 prosesor), waktu eksekusinya terlalu lama ( > 1 jam) sehingga tidak penulis sertakan. Hal ini diduga juga terjadi karena kelemahan PVM dalam mengolah data besar dengan prosesor sedikit. Selain itu juga tampak bahwa jumlah prosesor ternyata tidak terlalu berpengaruh pada PVM. VI. Referensi [1] Cormen, T.H., Leiserson, C. dan Rivest, R.E. Introduction to Algorithms. MIT Press, 10 [2] Kernighan, B.W. dan Ritchie, D.M. The C Programmming Language. Prentice-Hall, 18. [3] Geist, A., Beguelin, A., Dongarra, J., Jiang, W., Manchek, R., Sunderam, V. PVM : Parallel Virtual Machine, A Users Guide And Tutorial For Networked Parallel Computing. MIT Press, 14. Penulis Thomas Anung Basuki adalah dosen jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Katolik Parahyangan. INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001 7

80 INTEGRAL, vol., no. 2, Oktober 2001