:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

METODE. Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

METODE. Materi. Rancangan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

Tepung Pisang dan Had Olahannya. Sayur Asin. Pengawetan Telur Segar, Selai dan Jelly, Brem Cair

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB III METODE PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

111. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Resep Kue. Resep kue nastar

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN. dan penelitian utama dengan rancangan perlakuan konsentrasi koji Bacillus

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

I. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel

Transkripsi:

ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329

PENGEMBANGAN PISANG TONGKA LANGIT (Musa troglodyarium) MENJADI BISKUIT The Elaboration of Tongka Langit Banana (Musa troglodyarium) Become a Cracker Meitycorfrida Mailoa Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon ABSTRAK Pisang Tongka Langit ( Musa troglodyarium) di Maluku masih sangat terbatas pengolahannya, biasanya hanya digoreng, direbus atau dibakar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengolah pisang tongka langit menjadi tepung dan menjadikannya sebagai bahan subtitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit serta mengetahui mutu biskuit berupa uji kimia dan uji organoleptik. Tujuan lain yaitu unuk mengetahui daya terima anak balita terhadap produk biskuit yang dihasilkan. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan 3 kali ulangan dan memiliki 4 tingkat perlakuan, yaitu: A1 = Biskuit dengan campuran tepung pisang 20% dan tepung terigu 80% ; A2 = Biskuit dengan campuran tepung pisang 40% dan tepung terigu 60% ; A3 = Biskuit dengan campuran tepung pisang 60% dan tepung terigu 40% ; A4 = Biskuit dengan campuran tepung pisang 80% dan tepung terigu 20%. Pengamatan dan analisis berupa uji kimia (kandungan karbohidrat, protein, vitamin C, dan β-karoten) dan uji organoleptik berupa uji tingkat kesukaan terhadap rasa biskuit yang dilakukan terhadap 20 orang anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah tepung pisang tongka langit yang ditambahkan untuk mensubtitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit menunjukkan kadungan karbohidrat yang semakin meningkat (mencapai 83,64% pada perlakuan A4), sedangkan kandungan protein yang lebih tinggi berda pada perlakuan A1 dan A2, masing-masing 7,72% dan 7,59%. Kandungan vitamin C dan kandungan β-karoten dari biskuit pada semua perlakuan menunjukkan nilai yang rendah. Biskuit dengan tingkat subtitusi tepung pisang tongka langit 20%, 40%, 605 dan 80% dapat diterima oleh panelis dengan nilai tingkat kesukaan yang tertinggi berada pada perlakuan A1 dan A2, masing-masing 3,55 dan 3,50. Kata Kunci : Pisang Tongka Langit, Biskuit PENDAHULUAN Pisang Tongka Langit ( Musa troglodyarium) merupakan salah satu varietas pisang yang cukup unik di Maluku karena tandannya tidak melengkung ke bawah tetapi tandannya tegak ke atas, sehingga masyarakat Maluku menyebutnya dengan nama Pisang Tongka (Tongkat) Langit. Pisang tongka langit memiliki panjang 14-15 cm, warna merah jingga, 1 tandan 5-6 sisir dan satu sisir 6-7 buah. Penyebaran pisang tongka langit di Maluku antara lain di Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Nusalaut dan Seram (Dinas Pertanian Provinsi Maluku, 2005). Pisang yang telah matang merupakan buah yang mudah rusak karena kadar airnya yang cukup tinggi. Untuk memperpanjang daya awet dan daya gunanya, buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk. 6

Pisang tongka langit di Maluku masih sangat terbatas pengolahannya, biasanya hanya di goreng, direbus atau dibakar. Pisang tongka langit jika tertunda pengolahannya atau tidak habis dikonsumsi maka akan menjadi terlalu masak dan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat di konsumsi lagi. Menurut Marliyati, Sulaiman, dan Anwar (1992), pembuatan tepung pisang merupakan salah satu alternatif pengolahan. Dari tepung pisang akan diperoleh hasil pengolahan berupa makanan bayi dan balita, bahan pembuat roti, kue, biskuit, dan lain-lain. Pada pengolahan biskuit atau kue tersebut perlu ditambahkan tepung terigu sebagai bahan dasar karena daya rekatnya yang tinggi dibandingkan tepung pisang. Dari dasar pemikiran ini, maka dilakukan penelitian tentang pengembangan pisang tongka langit ( Musa troglodyarium) menjadi pangan olahan yang kaya gizi yaitu menjadi tepung yang dapat mensubtitusi tepung terigu dalam membuat biskuit yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan anak balita. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon. Bahan dan Alat yang digunakan Bahan: Tepung pisang tongka langit 2 kg, tepung terigu 2 kg, gula pasir 1200 g, mentega 1600 g, susu bubuk 108 g, telur 16 butir, soda kue 4 sdt, aquades, campuran selen, larutan HCL, larutan NaOH, larutan iodium, larutan H2SO4, larutan pati, petroleum eter, kertas saring. Alat: pisau, talenan, blender, mangkok, kantong plastik, mixer, sendok, timbangan, cetakan kue, oven, loyang, kompor, ember, Erlenmeyer, labu ukur, timbangan, pemanas listrik, corong, pengaduk, trepan, pipet, buret, gelas ukur, alat tulis menulis. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan (A) adalah campuran tepung pisang tongka langit dengan tepung terigu yang terdiri dari empat tingkat perlakuan, sebagai berikut: A1 tepung pisang 20% : tepung terigu 80% A2 tepung pisang 40% : tepung terigu 60% A3 tepung pisang 60% : tepung terigu 40% A4 tepung pisang 80% : tepung terigu 20% Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga total satuan percobaan yaitu 3 x 4 = 12 satuan percobaan, dengan model matematiknya adalah sebagai berikut: Yij = µ + α i + ε ij Dimana: Yij = Nilai rata-rata umum µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh perbandingan tepung pisang tongka langit dan tepung terigu εij = Galat percobaan padataraf ke-i, ulangan ke-j Pelaksanaan Penelitian Pisang tongka langit dengan kematangan sedang dan dalam keadaan yang baik (tidak mengalami kerusakan) dikupas kemudian di iris tipis-tipis lalu dikeringkan di dalam oven. Setelah itu dihaluskan dengan blender dan hasilnya di saring untuk memperoleh tepung yang halus. Tepung siap digunakan sesuai rancangan percobaan. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan yaitu analisa kimia meliputi uji kandungan karbohidrat, protein, vitamin C dan β- karoten, sedangkan uji organoleptik yaitu tingkat kesukaan (rasa) yang diuji pada 20 orang panelis (anak balita). 7

Dilakukan analisis ragam pada data hasil penelitian sesai dengan rancangan yang digunakan, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan terhadap pengaruh perlakuan yang berbeda nyata. Pisang disortir Dikupas kulit Diiris tipis-tipis Dikeringkan di oven Dihaluskan dengan menggunakan blender Diayak Tepung Pisang Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Pisang Tongka Langit 8

Gula pasir + 300g + mentega 400g + susu bubuk (Dancow) 27g + telur 4 butir + soda kue 1 sdt + Tepung pisang tongka langit (200g, 400g, 600g, 800g) + Tepung Terigu (800g, 600g, 400g, 200g) Bulatkan adonan Adonan digiling setebal 3 mm Dicetak Dipanggang di dalam oven ± 30 menit Biskuit Analisa Uji Organoleptik : Tingkat Kesukaan Uji Kimia : Karbohidrat, protein, vitamin C, β-karoten Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan analisis ragam disajikan dalam ringkasan pada Tabel 1. Tabel 1. Ringkasan Analisis Ragam Parameter Pengaruh Perlakuan Kandungan Karbohidrat ** Kandungan Protein ** Kandungan Vitamin C ** Kandungan β-karoten ** Kandungan Karbodidrat bahan pangan yang menjadi sumber energi utama dalam susunan makanan adalah yang mengandung banyak karbohidrat. Kandungan Protein Gambar 3. Hasil Uji Beda Perlakuan Campuran Tepung Pisang dan Tepung Terigu Terhadap Kandungan Karbohidrat Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan karbohidrat antara perlakuan A1 sampai perlakuan A4 berkisar antara 81,11% - 83,64%. Jika dibandingkan dengan mutu biskuit berbahan dasar terigu berdasarkan SNI, maka biskuit yang dihasilkan pada ke-4 perlakuan ini memiliki kandungan karbohidrat di atas nilai standar (SNI: Karbohidrat 70%), walaupun antar ke- 4 perlakuan ini terdapat perbedaan yang nyata. Dengan melihat kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada biskuit yang dihasilkan maka walaupun biskuit hanya merupakan makanan selingan, tetapi jika dikonsumsi oleh anak balita dalam jumlah yang cukup, maka kebutuhan energi dapat terpenuhi. Dikemukakan oleh Gamman dan Sherington (1994) bahwa Gambar 4. Hasil Uji Beda Perlakuan Campuran Tepung Pisang dan Tepung Terigu Terhadap Kandungan Protein Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan protein yang lebih tinggi pada perlakuan A1 dan A2 dibandingkan dengan pada perlakuan A3 dan A4. Jika dibandingkan dengan mutu biskuit berbahan dasar tepung terigu berdasarkan SNI, maka kandungan protein dari ke-4 perlakuan biskuit ini masih dibawah standar (SNI: Protein 9%). Rendahnya kandungan protein biskuit dapat disebabkan terjadinya kehilangan beberapa asam amino selama proses pemanggangan, seperti yang dikatakan oleh Harris dan Karmas (1989) 10

bahwa selama proses pemanggangan dapat terjadi susut lisin. Suatu penelitian melaporkan bahwa sebanyak 10-15% lisin akan hilang selama proses pembakaran roti atau kue (Muctadi dkk, 1992). Kandungan tepung pisang juga agak rendah (4,4%) dibandingkan dengan tepung terigu, sehingga hal ini mungkin juga berpengaruh pada rendahnya kandungan protein dari biskuit yang dihasilkan. Vitamin C Seperti yang dikemukakan oleh Kumalaningsih (2007) bahwa vitamin C bersifat tidak stabil bila terkena cahaya dan pada suhu tinggi mudah mengalami kerusakan. Begitu juga dengan pemanasan yang terjadi pada proses pengolahan biskuit dapat menurunkan kandungan vitamin C, seperti yang dinyatakan oleh Apandi (1984) bahwa proses pengolahan panas dapat mengakibatkan penurunan kandungan vitamin C. β-karoten Gambar 5. Hasil Uji. Hasil Uji Beda Perlakuan Campuran Tepung Pisang dan Tepung Terigu Terhadap Kandungan Vitamin C Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan A4 kandungan vitamin C lebih besar (0,21%) diikuti dengan perlakuan A3 (0,19%), A2 (0,17%), A1 (0,16%). Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat subtitusi tepung pisang terhadap biskuit yang dihasilkan semakin tinggi juga kandungan vitamin C, namun secara statistik tidak ada perbedaan antar setiap perlakuan. Kandungan vitamin C yang terdapat pada biskuit dari semua perlakuan memiliki nilai yang cukup rendah. Hal ini diduga disebabkan vitamin C telah mengalami kerusakan selama berlangsungnya proses pengeringan dari pisang menjadi tepung dan hal ini mengakibatkan nilainya berkurang. Gambar 6. Hasil Uji Beda Perlakuan Campuran Tepung Pisang dan Tepung Terigu Terhadap Kandungan β-karoten Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan A4 kandungan β-karoten lebih besar (0,21%) diikuti dengan perlakuan A3 (0,20%), A2 (0,18%) dan A1 (0,16%). Walaupun hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat subtitusi tepung pisang terhadap biskuit yang dihasilkan semakin tinggi juga kandungan β-karoten, namun secara statistik tidak ada perbedaan dari setiap perlakuan. Kandungan β-karoten yang terdapat pada biskuit dari semua perlakuan memiliki nilai yang cukup rendah. Penurunan β-karoten ini diduga diakibatkan oleh adanya proses pengeringan pisang menjadi tepung seperi yang dikatakan oleh Muchtadi dkk (1992), bahwa 11

β-karoten dapat mengalami kerusakan karena proses pengeringan. Tingkat Kesukaan tingkat kesukaan antara perlakuan A1, A2, dengan A3, A4 diduga disebabkan biskuit pada perlakuan A3 dan A4 teksturnya agak keras dibandingkan dengan peralukan A1 dan A2. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 7. Hasil Uji Beda Perlakuan Campuran Tepung Pisang dan Tepung Terigu Terhadap Kandungan Tingkat Kesukaan Biskuit Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa biskuit memiliki nilai antara 2,65 3,55. Walaupun data pada Gambar 7 menunjukkan nilai tingkat kesukaan terhadap rasa biskuit yang semakin menurun dari perlakuan A1 sampai perlakuan A4 dan secara statistik menunjukkan perbedaan, namun penilaian panelis untuk semua perlakuan ini mash berada dalam kategori suka,sehingga hal ini menunjukkan adanya daya terima yang baik dari panelis terhadap produk biskuit tersebut. Tingginya tingkat kesukaan panelis terhadap rasa biskuit ini diduga disebabkan oleh rasa manis yang ada pada biskuit yang dapat mengundang selera makan anak-anak. Rasa manis pada biskuit selain karena ada penambahan gula pasir juga karena pada tepung pisang terdapat kandungan gula yang dapat menimbulkan rasa manis. Menurut Fitriyani (2007), jenis karbohidrat yang terdapat pada pisang adalah pati dan gula, dan selama proses pematangan pisang berlangsung, pati akan berubah menjadi gula sehingga menjadikan pisang lebih manis setelah masak. Perbedaan Kesimpulan 1. Semakin tinggi jumlah tepung pisang tongka langit yang ditambahkan untuk mensubtitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit menunjukkan kandungan karbohidrat yang semakin meningkat (83,64% pada perlakuan A4), sedangkan kandungan protein yang lebih tinggi berada pada perlakuan A1 dan A2, masing-masing 7,72% dan 7,59%. 2. Kandungan vitamin C dan kandungan β-karoten dari biskuit pada semua perlakuan menunjukkan nilai yang rendah. 3. Biskuit dengan tingkat subtitusi tepung pisang tongka langit 20%, 40%, 60% dan 80% dapat diterima oleh panelis dengan nilai tingkat kesukaan yang tertinggi berada pada perlakuan A1 dan A2, masingmasing 3,55 dan 3,50. Saran 1. Disarankan bagi masyarakat industri kecil dan masyarakat pengguna lainnya untuk dapat mengolah pisang tongka langit menjadi tepung guna dimanfaatkan untuk pembuatan biskuit maupun aneka produk lainnya. 2. Bagi masyarakat yang ingin menjadikan tepung pisang tongka langit sebagai subtitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit sebagai makanan selingan anak balita, dapat menggunakannya sampai pada tingkat subtitusi 40%. 12

DAFTAR PUSTAKA Apandi M., 1984, Teknologi Buah dan Sayur, PT. Alumni, Bandung. Dinas Pertanian Provinsi Maluku, 2005, Pisang Tongka Langit, Ambon. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1995, Daftar Komposisi Bahan Makanan, Jakarta. Fitriyani, 2007, Tanaman Buah dalam Pikiran Rakyat, 10 Mei 2007. Gaman P. M. dan K. B. Sherrington, 1994, Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gaspersz V., 1994, Metode Perancangan Percobaan, CV Armico, Bandung. Harris R. S., E. Karmas, 1989, Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan, ITB, Bandung. Marliyati S. A., A. Sulaiman dan F. Anwar, 1992, Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Santoso H. B.,1995, Tepung Pisang, Kanisius, Yokyakarta. Soekarto S. T., 1985, Penilaian Orgonaleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian, Bharata Karsa Aksara, Jakarta. 13