Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL)

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE).

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania *

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam)

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi yang ada. Sampai saat ini tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN

oleh : Eli Mas idah, Wiwiek Fatmawati, Lazib Ajibta Fakultas Teknologi Industri UNISSULA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

Rekomendasi Teknis Pengangkatan Material dan Waktu Istirahat pada Aktivitas Angkat-Angkut Tradisional Wanita Madura

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERHITUNGAN ENERGI EXPENDITUR, KONSUMSI ENERGI DAN PENILAIAN BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Vol. 2, No. 1, Mei 2014 ISSN: JURNAL REKAVASI. Jurnal Rekayasa & Inovasi Teknik Industri. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

Evaluasi Ergonomi Aktivitas Manual Material Handling pada Bagian Produksi di CV. GMS, Bangkalan

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

APLIKASI SISTEM INFORMASI K3 DENGAN METODE RULA DAN NIOSH

PENENTUAN MAXIMUM ACCEPTABLE WEIHGHT LIMIT (MAWL) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

EVALUASI KEMAMPUAN FISIK BERDASARKAN JOB SEVERITY INDEX GUNA KESELAMATAN PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

Muhammad Zeki, Iskandar, dan Mohd Iqbal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Samudra Langsa, Aceh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Industri Agro, Politeknik ATI Makassar Jl. Sunu No. 220 Makassar (1)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Sekarang sudah banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO

EVALUASI MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) DI GUDANG BULOG NGABEYAN SURAKARTA MENGGUNAKAN METODE MULTITASK JOB ANALYSIS DAN FISIOLOGI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Frydom Nainggolan Dr. Ratna Purwaningsih, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

USULAN ALAT BANTU PEMINDAHAN BATAKO UNTUK MENGURANGI RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

Abstract. Abstrak. Pendahuluan. Hikmah, et al.postur Kerja Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Manual Material Handling pada...

Analisis Manual Material Handling Berdasarkan Prinsip Biomekanika (Studi Kasus CV. Titian Mandiri)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG ALAT BANTU MANUAL MATERIAL HANDLING OPERATOR PEMINDAH TABUNG GAS LPG 3 KG UNTUK MEREDUKSI TINGKAT BEBAN KERJA

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

Analisa Postur Tubuh Pekerja Penjemuran Batako di Batam ( Studi Kasus UKM Batako Pak Sirom) Abstrak

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA

Iskia Kristy Manurung

Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Biomekanika dan Niosh

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PT. Indospring Tbk adalah sebuah perusahaan otomotif manufacturing yang memproduksi spring dengan mutu

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256 e-mail : t_wibw@yahoo.com Abstrak Penanganan material secara manual (manual material handling/mmh) merupakan pekerjaan yang berpotensi membahayakan keselamatan kerja seperti timbulnya cedera pada sistem tulang dan otot (musculoskeletal disorders). Faktor penyebab cidera tersebut antara lain postur kerja yang tidak nyaman (tepat), berat beban yang diangkat, dan frekuensi pengangkatan. Pekerjaan pembuatan batako merupakan salah satu contoh pekerjaan yang dilakukan secara manual. Pekerjaan ini meliputi pengadukan bahan baku, mencetak, menjemur batako basah, dan mengangkat batako kering. Aktifitas kerja pekerja tersebut termasuk rawan terhadap cidera tulang belakang. Penentukan aktifitas pengangkatan beban yang memiliki resiko cidera tulang belakang dan menentukan berat beban yang direkomendasikan dengan metode NIOSH Equation. Langkah awal adalah perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) yang hasilnya berupa nilai Lifting Index (LI). Jika nilai LI lebih dari satu maka pekerjaan tersebut berpotensi mengakibatkan resiko cidera tulang belakang. Sedangkan untuk tolak ukur penentu berat ringannya pekerjaan dilakukan dengan perhitungan konsumsi energi. Hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas kerja yang berpotensi mengakibatkan cidera tulang belakang karena nilai LI lebih dari satu adalah stasiun kerja menjemur batak basah.. Perbaikan variable dilakukan sampai mendapatkan nilai Lifting Index kurang dari satu. Dari hasil perbaikan tersebut diharapkan bahwa pekerjaan pembuatan batako tidak berpotensi mengakibatkan cidera tulang belakang. Perhitungan konsumsi energi untuk semua stasiun kerja masih dalam kondisi tidak melebihi batas yang ditentukan yaitu sebesar 5,2 kkal/menit, sehingga termasuk pekerja moderat dan aman. Kata kunci : MMH, musculoskeletal disorders, NIOSH Equation, Lifting Indeks PENDAHULUAN Penanganan material secara manual apabila dilakukan dengan tidak tepat dapat menimbulkan resiko cedera pada tubuh utamanya pada bagian tulang belakang. Salah satunya adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang disebabkan beban statis yang diterima otot secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama. Keluhan inilah yang biasanya disebut dengan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem tulang dan otot. Kecelakaan industri (industrial accident) yang disebut sebagai Over exertion-lifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebihan (Nurmianto, 2004). Data mengenai insiden tersebut telah mencapai nilai rata-rata 18% dari seluruh kecelakaan selama tahun 1982-1985 menurut data statistik tentang konpensasi para pekerja di negara bagian New South Wales, Australia dalam Nurmianto (2004). Dari data kecelakaan ini 93% diantaranya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan) sedangkan 5% lainnya pada hernia. Dari data tentang strain 61% diantaranya berada pada bagian punggung. Kondisi lingkungan kerja yang tidak mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan para pekerja juga sering menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. B - 20

Berdasarkan laporan penelitian NIOSH (The National Institute of Occupational Safety and Health) pada tahun 1981 yang menyebutkan bahwa tingginya angka kecelakaan kerja sering disebabkan oleh kecerobohan dan keteledoran dari pekerja itu sendiri, yaitu seperti pada proses pemindahan material secara manual yang dilakukan secara tidak ergonomis. Aktivitas pemindahan secara manual dapat dilakukan dengan cara menarik (pull), mendorong (push), mengangkat baik itu menaikan (loading) maupun menurunkan (unloading), serta membawa (carry). Pada proses pembuatan batako semuanya dilakukan secara manual, dari proses pencampuran bahan baku, proses pencetakan, sampai dengan proses penjemuran. Berdasarkan wawancara secara langsung kepada pekerja pembuat batako, diketahui bahwa pada aktivitas pengangkatan material pada proses penjemuran sering mengakibatkan nyeri pada pinggang dan tulang belakang, karena aktivitas ini dilakukan secara terus-menerus dan mengangkat beban yang cukup berat. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis terhadap postur kerja dan tingkat beban yang aman bagi para pekerja untuk mengurangi resiko terjadinya musculoskeletal disorders. Adapun perbaikan yang dilakukan dengan pendekatan Recommended Weight Limit (RWL) untuk menentukan tingkat beban yang aman bagi pekerja. METODA Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan dengan Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat yang berlaku pada keadaan sebagai berikut (Waters, et al, 1994) : a. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban di saat melakukan pekerjaan. b. Pengangkatan atau penurunan beban dengan kedua tangan. c. Pengangkatan atau penurunan beban dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam. d. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan pada kondisi duduk atau berlutut. e. Ruang tempat melakukan pekerjaan representatif (tidak dibatasi) Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut (Waters, et al, 1993): RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan : LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal = 25/H VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 0,003 [V 75] DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 0,0032 A ο FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle) Catatan : H = Jarak horizontal posisi tangan pemegang beban dengan titik pusat tubuh. V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki Setelah dilakukan perhitungan RWL selanjutnya dapat ditentukan besarnya Lifting Index (LI). LI merupakan estimasi sederhana terhadap resiko cidera yang ditimbulkan akibat beban yang diangkat, dengan persamaan : Berat Beban LI = RWL B - 21

Jika Lifting Index lebih besar dari 1 (LI > 1), berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut mengandung resiko cedera tulang belakang. Sebaiknya dilakukan perbaikan posisi kerja atau penurunan beban yang diangkat. Jika Lifting Index lebih kecil dari 1 (LI < 1), berat beban yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cedera tulang belakang (Waters, et al; 1993). Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pembuatan batako yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, dapat dilakukan pengukuran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban tersebut. Kenyamanan kerja diukur melalui energi yang dikeluarkan selama melakukan pekerjaan. Besarnya pengeluaran energi diperoleh dari hasil konversi dari denyut jantung. Untuk menyatakan hubungan antara energi dengan kecepatan denyut jantung menggunakan analisis regresi. Adapun persamaannya sebagai berikut : 4 2 Y = 1,80411 0,0229038X + 4,71711.10. X Dimana: Y = energi (kkal/menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut/menit) Setelah besaran kecepatan dapat disetarakan dalam bentuk energi maka konsumsi energi untuk kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: K E = Y t Y i Dimana: K E = Konsumsi energi (kkal/menit) Y t = Pengeluaran energi beberpa saat setelah melakukan pekerjaan (kkal/menit) Y i = Pengeluaran energi sebelum melakukan pekerjaan (kkal/menit) Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih waktu antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari perhitungan RWL dan LI untuk mesing-masing stasiun kerja baik dalam kondisi origin maupun destination merekomendasi bahwa masih perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel-variabel yang berpengarug pada penentuan RWL termasuk postur kerja. Dengan perbaikan ini selanjutnya dilakukan perhitungan kembali RWL dan Lifting indeks untuk masing-masing stasiun kerja. Hasil perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan RWL dan LI Sebelum dan Setelah Perbaikan Stasiun Kerja Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan Origin Destination Origin Destination 1. Pengadukan RWL 23,62 18,86 23,62 21,16 LI 1,05 1,33 0,85 0,95 2. Pencetakan RWL 12,01 20,01 22,64 21,53 LI 4,16 2,42 0,88 0,93 3. Penjemuran RWL 16,78 19,15 20,31 21,65 LI 2,98 2,61 0,98 0,92 4. Pengangkatan RWL 25,24 22,28 26,97 24,96 LI 1,97 2,24 0,74 0,8 Berdasarkan nilai LI sebelum perubahan, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan nilai LI stasiun kerja 1,2,3 maupun 4 semuanya lebih dari 1. Ini mengindikasikan bahwa pengangkatan yang dilakukan oleh para pekerja dengan beban tersebut sangat beresiko menyebabkan kecelakaan kerja dan cedera pada tulang belakang. Setelah adanya perbaikan harga LI dapat diturunkan seperti yang ditunjukkan pada grafik pada Gambar 1 dan Gambar 2. B - 22

30 25 RWL ORIGIN SEBELUM BEBAN KERJA (Kg) 20 15 10 5 RWL DESTINATION SEBELUM RWL ORIGIN SETELAH RWL DESTINATION 0 1 2 3 4 SETELAH STASIUN KERJA Gambar 1. Perbandingan RWL sebelum dan sesudah perbaikan LIFTING INDEX 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 LI ORIGIN SEBELUM LI DESTINATION SEBELUM LI ORIGIN SETELAH LI DESTINATION SETELAH STASIUN KERJA Gambar 2. Nilai LI sebelum dan setelah perubahan Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa perhitungan RWL terbesar berada pada stasiun kerja 4. Hal ini disebabkan oleh perubahan lokasi tangan (horizontal) origin menjadi 40 cm sehingga benda jauh dengan titik pusat tubuh. Perbaikan selanjutnya adalah dengan merubah posisi pengangkatan yang mendekati titik berat tubuh menjadi 15 cm dengan cara memberikan rak-rak. Dengan perubahan tersebut menghasilkan nilai LI sebesar 0,74 yang berarti bahwa pengangkatan tersebut aman bagi pekerja karena nilai LI < 1. Dari hasil perbaikan yang telah dilakukan pada stasiun kerja 1,2,3 dan 4 menghasilkan nilai LI < 1, sehingga pengangkatan secara manual pada pembuatan batako sudah memenuhi standar NIOSH dan aman bagi pekerja. Kenyamanan kerja diukur melalui energi yang dikeluarkan selama melakukan pekerjaan. Hasil perhitungan konsumsi energi untuk masing-masing pekerja pada setiap stasiun kerja ditunjukkan pada Gambar 3. B - 23

7 KONSUMSI ENERGI 6 5 4 KE SEBELUM PERUBAHAN KE SETELAH PERUBAHAN 3 1 2 3 4 Gambar 3. Konsumsi energi sebelum dan setelah perbaikan Pengeluaran energi digunakan sebagai penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Berdasarkan rekomendasi NIOSH, pengeluaran energi standar untuk pria adalah 5 kilokalori/menit (Pulat, 1992). Hasil penentuan kategori beban kerja ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori Beban Kerja Sebelum Dan Setelah Perbaikan Stasiun kerja STASIUN KERJA KE Sebelum Perbaikan Work Grade KE Setelah Perbaikan Work Grade 1 4,85 Light 4,9 Light 2 5,6 Moderate 4,94 Light 3 5,92 Moderate 5 Light 4 5,68 Moderate 4,94 Light Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi energi dapat dilihat terjadi penurunan tingkat beban kerja pada stasiun kerja 2,3 dan 4. Ini dapat dilihat dari pengeluaran energi pekerja sebelum perbaikan untuk stasiun kerja 1 tergolong dalam tingkat kerja light dan pekerja 2,3 dan 4 tergolong kedalam moderate. Sedangkan pengeluaran energi pekerja setelah perbaikan semuanya tergolong kedalam light. Perubahan tingkat kerja moderate ke tingkat kerja light terjadi karena perbaikan postur kerja dan perbaikan pada proses pengangkatan dimana yang semula dilakukan dengan dengan jarak pengangkatan vertikal 40 cm menjadi 15 cm. Selain itu juga disebabkan karena adanya perubahan jarak horisontal yang semakin lama akan semakin dekat dengan tempat penumpukan hasil produk. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perbaikan dilakukan dengan metode kerja dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel-variabel yang akan berpengaruh pada Recomended Weight Limit (RWL). Pada proses pembuatan batako dengan menambah rak maka variabel vertical multiflier (VM) menjadi lebih kecil, sehingga resiko terjadinya cedera juga dapat dikurangi. 2. Perbaikan ini akan memberikan kenyamanan pekerja yang ditunjukkan dengan menurunnya konsumsi energi yang dikeluarkan. B - 24

DAFTAR PUSTAKA Muslimah,E., Pratiwi,I., Rafsanjani., F., 2006 Analisis Manual Material Handling Menggunakan NIOSH EQUATION (Studi Kasus di Bulog Surakarta), Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol. 5 No. 2, hal 53 60 Nurmianto, E., 1996, Ergonomi Konsep-konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 1, Jakarta: Guna Widya. Pulat, B., 1992, Fundamental of Industrial Ergonomics. Prentice Hall, Englewood cliffs, New Jersey. Sastrowinito, S., 1985, Meningkatkan Produktifitas dan Ergonomi, Seri Manajemen No.116, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Sutalaksana, I. Z., 1979, Teknik Tata Cara Kerja, Bandung: Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. Tarwaka, B, S.H.A., Sudiajeng, L., 2004, Ergonomi, untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press, Surakarta. Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi Study Gerak dan Waktu, Jakarta: Guna Widya. Waters, T. R., 1994, Applications Manual For The Revised NIOSH Lifting Equation, Cincinnati Ohio: U.S Departement Of Health And Human Services. B - 25