BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Jawa Timur secara umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Filosofi Arsitektur Masjid Sultan Ternate sebagai Prototipe Masjid Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CATATAN DOSEN PEMBIMBING...

RUMOH ACEH. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID,

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

UTS SPA 5 RAGUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VII KESIMPULAN 7.1. Ringkasan Temuan

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI. transformatif nilai-nilai religi dan budaya dalam pendidikan sejarah di Sekolah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB VI HASIL RANCANGAN. Kabupaten Bangkalan ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang memadahi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Hal ini terbukti dari berbagai macam penemuan yang menggunakan

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan sintesa dari hasil proses analisis dan pembahasan yang ditemukan pada masjid-masjid kesultanan Maluku Utara. Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik yang berarti ciri-ciri khas yang tidak terdapat pada bangunan lainya. Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan tentang karakteristik masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara. V.1.1. Karakteristik Arsitektur Masjid-Masjid Kesultanan Di Maluku Utara. A. Tata Letak Pada Tapak 1. Berdasarkan tata letak masjid dipengaruhi oleh istana atau wilayah kerajaan. Dengan kata lain istana sebagai pusat perintahan yang mengurus permasalahan duniawi sedangkan masjid sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang bertanggung jawab permasalahan surgawi. Selain itu masjid juga merupakan salah satu elemen pembentuk kota kerajaan selain istana atau keraton. (dapat ditinjau pada halaman 136-138). 2. Orientasi bangunanan masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara pada umumnya tidak tepat mengarah ke arah Kiblat melainkan sedikit bergeser ke arah Timur dan Barat atau arah terbit dan tengelammnya matahari. ( dapat ditinjau pada halaman 138-142). 3. Berdasarkan komposisi massa, pola letak pada tapak dari masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara memiliki bentuk pola terpusat, dengan gerbang sebagai akses masuk ke masjid dan bangunan masjid sebagai sentral dari 165

kegiatan yang ada dalam tapak tersebut. (dapat ditinjau pada halaman 143-144). B. Bentuk 1. Berdasarkan Bentuk, masjid-masjid Kesultan Maluku Utara dapat dikenali dari kategori yaitu bentuk denah dan tampaknya. Denah pada masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara memiliki bentuk denah persegi dengan tambahan satu buah ruang kecil yang menonjol di bagian Barat yang difungsikan sebagai tempat imam memimpin shalat berjamaah atau disebut dengan Mihrab, serta memiliki bentuk serambi atau teras yang melebar ke depan dan mengelilingi bangunan. Posisi duduk jemaah di masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara secara tidak langsung menggambarkan posisi seseorang dalam masyarakat. Tidak seperti pada masjid-masjid umumnya Pada masjid-masjid Kesultan di Maluku Utara terdapat ruang khusus yang diperuntukan untuk Sultan ketika melaksanakan shalat berjamah di masjid. Sedangkan dari bentuk tampak masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara memiliki karakteristik beratap tumpang dengan tumpang teratas berbentuk piramid dan terdapat hiasan berupa tiang yang terbuat dari kayu (tiang alif) pada puncak atapnya. Bentuk atap tersebut merupakan suatu cerminan atau kepercayaan lokal terhadap ketuhan bahwa pencapaian yang tertinggi hanyalah kepada Allah SWT. Selain itu masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara memberikan privilege atau hak istimewa pada kaum lelaki dibandingkan dengan kaum perempuan. (dapat ditinjau pada halaman 145-150). 2. Dari segi struktur masjid-masjid ini sangat unik karna tidak memiliki tiang raja sesbagai penguat struktur atap, melainkan semuanya bertumpu pada tiang soko guru. Jumlah dari tiang soko guru yang berjumlah empat mengambarkan 166

empat kerajaan di Maluku Utara yang dikenal dengan Moloku Kie Raha. (dapat ditinjau pada halaman 151-156). 3. Besar kecilnya masjid kesultanan di Maluku Utara mencerminkan pengaruh dari seorang pemimpin Islam atau sultan. (dapat ditinjau pada halaman 156-157) 4. Masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat muslim Maluku Utara, karena membangun masjid menggunakan bahan lokal dan teknik lokal. (dapat ditinjau pada halaman 1557-158) V.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Arsitektur Masjid-Masjid Kesultanan Di Maluku Utara Dari Segi Setting Dan Bentuk Fakto-faktor yang mempengaruhi karakteristik arsitektur masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara, dari segi setting dan bentuk. Maka terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi karakteristik arsitektur tersebut antara lain: a). Aktivitas, b). Sosial budaya, dan c). Kesenian. Adanya aktivitas keagamaan seperti kehadiran sultan ketika shalat berjamaah dimasjid kesultanan yang biasa dikenal dengan jou uci sabea atau kolano uci sabea sehingga menjadikan masjid sebagai salah satu elemen pembentuk kota kerajaan. Selain itu juga keberadaan masjid di wilayah kerajaan mencerminkan bahwa peran sultan tidak hanya sebagai kepala pemerintahan atau Raja, melainkan sultan juga berperan penting dalam menyiarkan dan menjaga ajaran Islam di wilayah Maluku dan Maluku Utara. Aspek sosial budaya yang dimaksud adalah tradisi dan kepercayaan yang masih melekat pada masyarakat muslim Maluku Utara, dan masih tetap dijaga sampai saat ini. Kebudayaan yang melekat pada masyarakat muslim Maluku Utara merupakan Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Adat. Hal ini tercermin dari pelaksanaan ritus-ritus keislaman yang dibaurkan dengan tradisi atau kepercayaan yang bukan rukun dan syarat agama. Aspek kesenian yang dimaksud adalah kesenian dari masyarakta Muslim Maluku Utara dalam membangun masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara yang masih 167

menggunakan teknik dan cara lokal, sehingga menjadikan bangunan masjid terlihat kokoh sampai saat ini. (dapat ditinjau pada halaman 162-163). V.2. Saran Bagi peniliti lain, Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini perlu dilakukkan penelitian lebih lanjut, dan dapat dirinci sebagai berikut: 1. Diduga kuat tata letak dari masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara dipengaruhi oleh letak istana Kesultana atau keraton. Dengan kajian mengenai sistem setting pada masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara diharapkan dapat merumuskan karakteristik pola setting dari kerajaan-kerajaan islam yang ada di Maluku Utara. 2. Pengkajian lanjutan untuk mengkaji pemaknaan bentuk ornamen-ornamen yang digunakan pada masjid-masjid Kesultan Maluku Utara sehingga dapat menjelaskan lebih dalam bentuk ornamen yang digunakan pada masjid-masjid tersebut, dimana dalam penelitian ini penulis belum mengembangkan analisis sampai pada pengkajian bentuk ornamen yang terdapat pada masjid-masjid Kesultan tersebut. Penulis menemukan kesulitan dalam mengkaji karakter bentuk ornamen, karena setiap bentuk karakter ornamen yang melekat pada bangunan masjid- masjid Kesultan Maluku Utara hampir sama, namun memiliki makna yang berbeda. 3. Penelitian yang sama, tetapi variabelnya berbeda terutama menganai nilai kebudayaan lokal yang membentuk karakteristik arsitektur masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara. Dimana dalam penelitian ini penulis belum mampu megkaji lebih dalam mengenai nilai kebudayaan lokal yang membentuk karakteristik arsitektur masjid-masjid kesultanan maluku utara. 168

4. Bagi pemerintah Provinsi Maluku Utara. Masjid bersejarah sebagai salah satu benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting. Karena masjid-masjid bersejarah dapat dimanfaatkan sebagai kepentinagan agama, sosial, pariwisata, pendididkan, ilmu pengetahuandan kebuadayaan. oleh karena karena itu dapat dijadiakan sebagai acuan dalam merevitalisasi bangunanbangunan bersejarah dalam hal ini masjid-masjid Kesultanan dan harus mempertahankan bentuk aslinya agar dapat dijadikan sebagai identitas kota. 5. Perlu adanya sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya bangunanbangunan bersejarah, agar meningkatkan rasa kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikannya. 6. Bagi perencanaan dan perancangan, dapat dijadikan acuan dalam mendesain sebuah masjid baru agar selalu memperhatikan budaya lokal. 169