PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

TINJAUAN PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 PADA PASIEN UMUM DI RSUD KOTA SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2012

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

HUBUNGAN ANTARA SPESIFITAS PENULISAN DIAGNOSIS TERHADAP AKURASI KODE PADA RM 1 DOKUMEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

ANALISA KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN BEDAH NON ASURANSI DI RSU AISYIYAH KUDUS PADA TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Resume Medis Pasien Rawat Inap

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

ABSTRAK ANALISA KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PENYAKIT DALAM PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2013 DI RS TELOGOREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

TINJAUAN PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 PADA PASIEN UMUM DI RSUD KOTA SEMARANG TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS HEPATITIS BERDASARKAN KUNING PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

Tinjauan Ketidaklengkapan Pengisian Resume Medis Di RS. X, Mei - Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

Shita Anindyta. PENDAHULUAN Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medis nomor 78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit tersebut, maka terkena kewajiban menyelenggarakan. pelayanan rekam medis sesuai dengan PERMENKES RI No.

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

ANALISIS PERILAKU DOKTER DALAM MENGISI KELENGKAPAN DATA REKAM MEDIS LEMBAR RESUME RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 2 / September 2011

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara pariurna yang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata mencari keuntungan. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran dalam menyediakan data-data dan informasi yang penting

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Transkripsi:

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG Retno Dwi Vika Ayu*), Dyah Ernawati**) *) Asri Medical Center Yogyakarta **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRAK Latar Belakang : Rumah Sakit Kota Semarang merupakan rumah sakit umum tipe B yang telah menggunakan ICD-10 sebagai pedoman koding. Dalam survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 30 dokumen rekam medis, ditemukan sebanyak 47% dokumen rekam medis dengan penulisan kode diagnosis yang kurang sesuai. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara penulisan diagnosis utama dengan koding ICD-10, pada pasien umum. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan pendekatan crossectional dengan jenis penelitian deskriptif analitik, sementara populasi dari penelitian ini adalah 1323 dokumen rekam medis rawat inap dengan sampel 93 dokumen diambil dengan teknik systematic random sampling. Hasil : Hasil pengamatan penulisan kode diagnosis utama yang sesuai pada dokumen rekam medis rawat inap sebanyak 83,87 % dokumen, dan kode diagnosis utama yang tidak sesuai sebanyak 16,13 % dokumen rekam medis rawat inap. Penyebab ketidaksesuaian pemberian kode adalah penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik dan penentuan kode diagnosis yang tidak memperhatikan lembar-lembar pemeriksaan lainnya dan petugas koding belum pernah mengikuti pelatihan di bidang kodefikasi penyakit. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa untuk mendapatkan kesesuaian kode diagnosis tidak hanya dipengaruhi oleh penulisan diagnosis utama spesifik, tetapi juga dipengaruhi ketelitian petugas koding serta faktor-faktor lain yang terkait. Oleh karena itu, petugas koding sebaiknya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan tugasnya sebagai petugas koding. Selain itu petugas koding harus lebih aktif dan teliti dalam mencari informasi jika menemukan diagnosis utama yang tidak spesifik dengan menganalisis lembar-lembar pemeriksaan lainnya, atau jika perlu menanyakan pada dokter yang menulis diagnosis. Kata kunci : Diagnosis Utama, Kode Penyakit, ICD - 10 PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.( UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Untuk menunjang mutu pelayanan Rumah Sakit maka wajib menyelenggarakan rekam medis. Berdasarkan data pada rekam medis tersebut akan dapat dinilai apakah pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak.( Sunny Ummul, Firdaus, 2008) Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.. Termasuk didalamnya adalah penulisan diagnosis oleh dokter pada lembar resume keluar/resume medis. Dalam penentuan diagnosis, peran dokter adalah dominan dan tidak dapat digantikan oleh profesi atau petugas lain. Ketepatan dalam penulisan diagnosis juga menjadi tanggung jawab dokter. (Rustiyanto, 2009). Di Indonesia pemberlakuan ICD-10 sebagai pedoman klasifikasi penyakit telah diatur pada Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 50/ MENKES/ SK/ I/ 1998 yaitu tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-10 tertanggal 13 Januari 1998. RS Kota Semarang merupakan rumah sakit umum tipe B yang bertujuan memberikan pelayanan masyarakat, informasi kesehatan, penelitian atau pendidikan dibidang kesehatan. RS Kota Semarang telah menggunakan ICD-10 sebagai pedoman koding. Pada bagian rawat inap, terdapat dua petugas koding (koder) yang melayani pasien umum maupun pasien asuransi. Setiap harinya, lebih kurang 30 DRM rawat inap pasien umum yang akan di koding. DRM rawat inap yang akan di koding adalah DRM rawat inap yang tiba pada hari sebelumnya, sedangkan DRM rawat inap yang datang hari ini akan di koding di hari berikutnya. Dalam melakukan pengkodingan, petugas mempunyai SOP (Standart Oprasional Prosedur) yang dipergunakan sebagai acuan dalam bekerja. Sebelum peneliti melakukan penelitian di RS Kota Semarang, peneliti melakukan survey awal dengan meninjau kesesuaian penulisan diagnosis utama pada 30 DRM rawat inap dengan koding ICD-10. Berdasarkan hasil survey peneliti, ditemukan sebanyak 47% DRM dengan penulisan diagnosis yang kurang sesuai. Ketidaksesuaian didalam pengkodean suatu diagnosis akan berpengaruh terhadap klaim biaya perawatan, administrasi RS, dan kualitas pelayanan yang ada didalam rumah sakit tersebut, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengambil topik Tinjauan Kesesuaian Antara Diagnosis Utama Dokter dan Koding ICD-10 Pada Pasien Umum di RS Kota Semarang METODE Dalam penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yaitu penelitian yang menguraikan suatu keadaan dalam suatu populasi. Identifikasi Variabel : Diagnosis utama, Kode ICD- 10, Ketepatan kode ICD-10, Persentase ketepatan kode ICD-10. Populasi pada penelitian ini adalah berkas rekam medis rawat inap pada lembar RM 1 bulan Januari Maret tahun 2012 dengan jumlah sebanyak 1323 dokumen rekam medis. Sampel, menggunakan systematic random sampling (pengambilan sampel secara random sistematik), ditentukan berdasarkan rumus slovin, dihasilkan jumlah sampel 93 dokumen. Data primer yaitu diagnosis utama pada lembar masuk dan keluar (RM1), serta wawancara langsung pada petugas koding khususnya tentang pelaksanaan koding indeksing di RS Kota Semarang. Cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada dokumen rekam medis rawat inap khususnya pada RM1. Instrumen pengumpulan data : Check-list, ICD-10 Volume 1 dan Volume 3, Wawancara. Pengolahan Data dengan Cross-check (editing), Koding, Calculating. Dalam penelitian ini menggunakan analisa data deskriptif yaitu dengan mengunakan tingkat kesesuaian kode diagnosis utama dokumen rekam medis rawat inap apakah sesuai dengan keadaan sebenarnya tanpa melakukan uji statistik. HASIL 1. Diagnosis utama pada dokumen rekam medis Di RS Kota Semarang dilakukan observasi pada lembar masuk dan keluar (RM 1). Dari hasil observasi pada lembar masuk dan keluar (RM 1). Dari hasil observasi, ditemukan penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik. Penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik akan mempengaruhi ketepatan kode pada diagnosis utama. Dari jenis diagnosis yang ada pada dokumen rekam medis yang digunakan sebagai sampel, ditemukan ketidaktepatan antara lain pada diagnosis penyakit : keloid, malocclusion,hepatitis, KPD (ketuban pecah dini), febris, BBLR (berat bayi lahir rendah), TB paru, DM (diabetes mellitus) 2. Kode diagnosis utama Sehubungan dengan ketepatan kode diagnosis utama pada dokumen rekam medis, masih ditemukan kode yang belum sesuai dengan kriteria. Ketidaktepatan kode diagnosis utama sering dijumpai didalam penulisan pada karakter keempat. Ketidaktepatan dalam penulisan kode diagnosis karakter ke empat dipengaruhi oleh tidak spesifiknya penulisan pada diagnosis utama yang ada 3. Ketepatan kode ICD-10 pada Diagnosis Utama

Hasil penelitian didapat total sampel sejumlah 93 DRM. Jumlah kode diagnosis utama yang tidak tepat sebesar 15 DRM rawat inap tahun 2012 triwulan 1 4. Persentase ketepatan kode ICD-10 pada diagnosis utama Berdasarkan data yang didapatkan dari tingkat ketepatan kode ICD-10 pada kode diagnosis utama, diperoleh persentase ketepatan sebesar 83,87% PEMBAHASAN Di RS Kota Semarang dilakukan observasi pada lembar masuk dan keluar (RM1). Dari hasil observasi, ditemukan penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik. Penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik akan mempengaruhi ketepatan kode pada diagnosis utama. Sehubungan dengan ketepatan kode diagnosis utama pada dokumen rekam medis, masih ditemukan kode yang belum sesuai dengan kriteria. Ketidaktepatan kode diagnosis utama sering dijumpai didalam penulisan pada karakter ke empat. Ketidaktepatan pada penulisan kode diagnosis karakter ke empat di pengaruhi oleh tidak spesifiknya penulisan pada diagnosis utama yang ada. Hasil penelitian didapat dari total sampel sejumlah 93 DRM. Jumlah kode diagnosis utama yang tepat 78 DRM (83,87%) dan jumlah kode diagnosis utama yang tidak tepat sebesar 15 DRM (16,13%) rawat inap tahun 2012 triwulan I. Dari jenis diagnosis yang ada pada dokumen rekam medis yang digunakan ditemukan ketidaktepatan antara lain : sebagai sampel, 1. Keloid Pada diagnosis Keloid, petugas memberikan kode Z47.0. Kode yang diberikan tidak tepat, karena kode Z47.0 adalah kode yang diberikan kepada pasien yang follow up care (datang untuk kontrol) sedangkan pasien disini adalah pasien yang menjalani rawat inap. kode yang tepat adalah L91.0. 2. Malocclusion Pada diagnosis Malocclusion, petugas memberikan kode S00.5. Kode yang diberikan tidak tepat, karena kode S00.5 adalah kode yang diberikan kepada pasien yang mengalami trauma karna kecelakaan sedangkan pasien disini adalah pasien yang menderita Malocclusion dengan jahitan pada bibir. 3. Hepatitis Pada diagnosis Hepatitis, petugas memberikan kode K30. Kode yang diberikan tidak tepat, karena kode K30 adalah kode diagnosis penyakit Dyspepsia. Kode yang tepat untuk diagnosis Hepatitis adalah B15.9. 4. KPD (Ketuban Pecah Dini) Pada diagnosis KPD (Ketuban Pecah Dini), petugas memberikan kode O42.1. Kode yang diberikan pada karakter ke empat tidak tepat, kode tersebut memang diberikan pada diagnosis KPD (Ketuban Pecah Dini) akan tetapi pada ibu hamil yang ketubannya pecah

setelah 24 jam. Pada lembar pemeriksaan penunjang diketahui bahwa ketuban pecah pada saat 16 jam. Kode yang tepat untuk diagnosis KPD (Ketuban pecah Dini) dengan kondisi tersebut adalah O42.0. 5. Febris Pada diagnosis Febris, petugas memberikan kode J06.9. Kode yang diberikan tidak tepat, karena kode tersebut adalah kode untuk penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan perjalanan penyakit tidak memperlihatkan pasien menderita batuk pilek atau gejala yang menunjukkan penyakit ISPA. Kode yang sesuai untuk diagnosis Febris adalah R50.6. 6. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Pada diagnosis BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), petugas memberikan kode Z30.8. Kode yang diberikan tidak tepat. Z30.8 adalah kode yang digunakan untuk diagnosis Neunatus Aterm. Kode Z30.8 adalah kode yang diberikan kepada ibu yang melahirkan, bukan pada bayi. Kode yang tepat untuk diagnosis BBLR adalah P07.1 dengan berat bayi antara 1000-2499 gram. 7. TB Paru Pada diagnosis TB Paru, adalah diagnosis yang paling sering dijumpai dengan penulisan kode yang tidak tepat. Pada dasarnya kode penyakit TB Paru yang disertai dengan pemeriksaan sputum yang positif menggunakan kode A15.0, akan tetapi kode diagnosis yang digunakan adalah A16.2. Begitu juga sebaliknya, diagnosis utama TB Paru yang tidak disertai dengan pemeriksaan sputum yang positif diberikan kode A15.0 yang seharusnya kode yang sesuai adalah A16.2. Pemeriksaan sputum pada penyakit TB Paru dapat dilihat di hasil pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan penunjang biasanya tertera apakah pasien yang bersangkutan melakukan pemeriksaan sputum. Jika pasien melakukan pemeriksaan sputum, dapat dilihat apakah sputum pasien bernilai positif atau negatif. Hal ini membuktikan bahwa petugas koding di RSUD Kota Semarang kurang teliti dalam menentukan kode diagnosis yang ada, karena untuk menentukan kode diagnosis utama tidak hanya dilihat dari lembar masuk dan keluar pasien yang bersangkutan. Lembar-lembar pemeriksaan lainnya yang ada di DRM pasien juga sangat menentukan kode diagnosis utama. 8. DM (Diabetus Melitus) Selain ketidaksesuaian dalam kode diagnosis utama yang ditulis oleh petugas, dalam penelitian ini dijumpai penulisan diagnosis yang kurang sesuai. Misalnya pada kasus berikut ini, pasien dirawat dengan diagnosis utama adalah DM (Diabetus Melitus), kode yang diberikan adalah E11.8. Pada dasarnya pasien tersebut dirawat karena mengalami diare akut selama 7hari dan DM adalah penyakit yang pernah diderita oleh pasien. Penyakit DM tidak pernah muncul di riwayat perjalanan penyakit pasien selama periode perawatan. Pada kasus seperti ini seharusnya petugas koding lebih jeli dan teliti lagi. Dan seharusnya petugas koding mengklarifikasi ke dokter yang bersangkutan. Agar diperoleh diagnosis utama yang sesuai dan kode diagnosis utama yang sesuai dengan koding ICD 10. SIMPULAN 1. Ditinjau dari diagnosis utama pada dokumen rekam medis, ditemukan penulisan diagnosis yang tidak spesifik sehingga kode yang dihasilkan tidak tepat. 2. Ditinjau dari kode diagnosis utama, kode yang digunakan oleh petugas tidak mencakup diagnosis yang dituliskan. Hal ini dibuktikan dengan adanya penulisan kode diagnosis yang tidak tepat sesuai dengan diagnosis yang ada. 3. Ditinjau dari tingkat kesesuaian kode diagnosis utama yang tepat sebanyak 76 dokumen rekam medis rawat inap dan kode diagnosis yang tidak tepat sebanyak 17 dokumen rekam medis rawat inap. 4. Ditinjau dari perhitungan persentase, kode diagnosis utama yang tepat adalah 83,87% sedangkan kode diagnosis utama yang tidak tepat adalah 16,13% SARAN 1. Petugas koding diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kompetensi pengkodingan. 2. Petugas koding harus lebih aktif dan teliti dalam mencari informasi jika menemukan diagnosis utama yang tidak spesifik dengan menganalisis lembar-lembar pemeriksaan lainnya, atau jika perlu menanyakan pada dokter yang menulis diagnosis.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI Dirjen Pelayanan Medik. Pedoman Pengolahan RM Rumah Sakit di Indonesia Revisi 1. Jakarta, 1997 Depkes RI. Dirjen Yanmed. Pelatihan Penggunaan Klasifikasi International Mengenai Penyakit Revisi X (ICD-10). Jakarta. 2000 Depkes RI. PERMENKES NO 269/MENKES/PER/III.2008. Hapsari, Anita. Tinjauan Penulisan Kode ICD-10 Berdasarkan Diagnosa Pertama Pada Lembar Masuk dan Keluar Dokumen Rekam Medis RS Islam Sultan Agung Triwulan IV Tahun 2003. Semarang, 2004. Volume 1, WHO, Genewa, 2004 Volume 2, WHO, Genewa, 2004 Volume 2, WHO, Genewa, 2004 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 50/ MENKES/ SK/ I/ 1998 yaitu tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-10 tertanggal 13 Januari 1998 Kresnowati, Lily. & Ariyani, Dessi. Modul Klasifikasi Penyakit dan Tindakan I General Koding. Semarang, 2011. Kresnowati, Lily. Hand Out ICD-10 tidak dipublikasikan. Semarang. 2005 Kresnowati, Lily. Modul Klasifikasi Tindakan II Morbiditas Coding. Semarang, 2012. Rustiyanto, E, Etika Profesi Perekam Medis Informasi Kesehatan, Graha Ilmu, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2009 Shofari, Bambang. Pengelolaan Sistem Rekam Medis 1 & 2. Semarang, 2004. (tidak dipublikasika) Shofari, Bambang. Pengelolaan Sistem Rekam Medis Kesehatan, Semarang. 2004 Sunny Ummul, Firdaus, Rekam Medik dalam Sorotan Hukum dan Etika, LPP UNS, 2008 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit