PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Adapted from

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 15 APRIL 2018 (MINGGU PASKAH III - PUTIH) KOMUNITAS YANG BERSAKSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

1. BELAS KASIH ILAHI: ALLAH 2. BELAS KASIH MANUSIA:

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

BERDOA MENGGUNAKAN BAHASA ROH

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Ya Tuhan, Tiap Jam KJ 457:1,4,5. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

Yesus Adalah Gembala Yang Baik. Kejadian fasal 4,ayat 2, tertulis, " Habel menjadi gembala kambing domba, Kain

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

BAHAN SHARING KELOMPOK SEL KELUARGA ALLAH

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

03 DESEMBER 2017 S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Hakim Dalam T rang Abadi NKB 146:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

HUBUNGAN HUKUM TAURAT DENGAN ORANG PERCAYA PERJANJIAN BARU

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 25 JUNI 2017 Tema: PENGHARAPAN DI TENGAH RATAPAN JEMAAT BERHIMPUN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Alkitab dan kita: Bagaimana menafsirkan Alkitab. 2 Petrus 1:20. Bagaimana Alkitab mengubah hidup kita? 2 Petrus 1:21.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Namun demikian banyak bangsa akan kagum, pun raja-raja akan bungkam karena hamba-ku itu. Sebab sesuatu yang belum pernah diceriterakan akan

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

Tahun C Hari Minggu Biasa XXIV LITURGI SABDA

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

PERTENTANGAN KOSMIS Lesson 1 for April 7, 2018

KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban)

Jika Allah hanya peduli pada kegiatan keagamaan,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 8-12) Hanya Yesuslah sumber keselamatan. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

Apakah Allah Akan Mengatakan Kepadaku Apa yang Harus Kulakukan Selanjutnya?

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Transkripsi:

PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL PDT. HENDRI WIJAYATSIH, MA Dosen pada Fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta Abstraksi: Paul Tillich has properly pointed out the nature of caring as general and universal human characteristic. In the church, caring is transformed into pastoral care by reference both motivation and context. It is the conscius acting out toward one another of the love that God as shown to us and it is done within and also as a representative of the community of faith. But there are a certain types of situastions of human distress for which the pastoral caring is not sufficient. Therefore, the church needs to perform a specialized technique of caring, which called pastoral counseling. Kata kunci: penggembalaan, pastoral care, pastoral counseling Seorang teolog bernama Paul Tillich menyatakan bahwa karakteristik dasar manusia adalah nalurinya untuk mengasuh dan mendampingi. Naluri ini muncul dalam berbagai wujudnya sepanjang rentang kehidupan manusia. 1 Sebagai salah satu contoh, mari kita lihat bagaimana naluri pribadi dan juga komunitas kita di sekitar peristiwa kematian. Ketika ada salah satu anggota keluarga kita meninggal, secara naluriah kita berusaha untuk memberikan penghormatan terakhir yang sebaik-baiknya, kendatipun keluarga merasa kehilangan dan kedukaan yang mendalam. Masyarakat kitapun mendukung keluarga yang berduka sejak peristiwa kematian, penguburan sampai kurun waktu tertentu yang menurut ukuran budaya, keluarga yang ditinggalkan bisa mengatasi kedukaannya. Dalam tradisi Jawa, karena pengaruh ajaran Islam, kita mengenal upacara 7 hari, 40 hari, 100 hari sampai 100 hari. Dalam sejarah kehidupan manusia, kecenderungan pengasuhan juga mengkristal dalam pelayanan gerejawi. Melalui berbagai kegiatan pengasuhannya, gereja berkehendak untuk memelihara kehidupan warga jemaatnya secara utuh yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan spiritual. Secara teori, bentuk pelayanan pengasuhan dalam pelayanan gerejawi ini disebut dengan PENDAMPINGAN PASTORAL (PASTORAL CARE) dan KONSELING PASTORAL (COUNSELING PASTORAL). Apa kekhasan pendampingan dan konseling pastoral dibandingkan dengan pelayanan konseling yang dilakukan oleh seorang psikolog/psikiater? 1. Kekhasan Pendampingan dan Konseling Pastoral Untuk mempermudah kita dalam menemukan jawab atas pertanyaan di atas, ada baiknya kita memperhatikan gambar dibawah ini 2 : (lihat gambar 1) Pada gambar di atas, pendampingan (care) ditransformasikan menjadi pendampingan pastoral (Pastoral Care) karena memiliki kekhasan motivasi dan konteks dimana pendampingan itu dilakukan. Pendampingan Pastoral adalah sebuah tindakan manusia dalam menemani 1

sesamanya karena kesadaran akan besarnya kasih Kristus yang telah dihayatinya dalam kehidupan. Motivasi pendampingan pastoral bukanlah karena bayaran (fee) tetapi kasih. Karena pendampingan ini dilakukan dalam komunitas beriman, maka pendampingan ini mendapatkan peneguhan dari sisi pastoralnya. Dengan demikian, pendampingan pastoral adalah sebuah aksi sadar yang melampaui kecenderungan naluriah kita sebagai manusia. Allah yang Maha Kasih senantiasa mendampingi sebagai pribadi dan anggota komunitas beriman, oleh karena itu, sudah layak dan sepantasnyalah kalau kita saling mendampingi. 3 Pendampingan Pastoral (Pastoral Care) ini berlaku umum dan disediakan untuk semua anggota komunitas beriman. Tujuan dari pendampingan ini adalah untuk mengaktualisasikan kasih Allah dalam kehidupan komunitas beriman. Bentuk pendampingan pastoral dalam kehidupan komunitas beriman bisa berwujud : Kotbah yang memandu warga dengan tema-tema khusus sesuai pergumulan jemaat saat itu. Pelayanan liturgi, misalnya apa saja yang perlu kita tata dan persiapkan agar jemaat merasakan kehadiran Allah dalam berbagai ibadah yang dilakukan di gereja kita? Pelayanan diakonia : bagaimana agar upaya pemberian bantuan kita kepada sesama yang membutuhkan menjadi wahana olah batin meneruskan kemurnian pelayanan Tuhan Yesus kepada dunia? Perkunjungan rumah tangga: bagaimana menjadikan kegiatan ini sebagai wahana Allah yang melawat umatnya? 4 Mengingat pelayanan ini bersifat umum, maka idealnya siapapun bisa dilibatkan dalam pendampingan pastoral ini, selama orang tersebut memiliki kemampuan berempati dan tingkat kepedulian tinggi terhadap realitas yang menyekitarinya. Namun dalam kehidupan ini, kita menyadari bahwa tak jarang kita diperhadapkan pada situasi / krisis tertentu yang tidak mungkin dipenuhi melalui pendampingan (Care). Dalam rangka menolong orang dengan kondisi yang khusus inilah kemudian berkembang bentuk pendampingan khusus yang disebut konseling (Counselling), contohnya : konseling psikologis dan konseling psikoterapi. Keadaan khusus ini juga terjadi dalam komunitas beriman, oleh karena itu berkembanglah layanan konseling pastoral (Pastoral Counseling). Konseling Pastoral adalah sebuah layanan percakapan terarah yang menolong orang yang tengah dalam krisis agar mampu melihat dengan jernih krisis yang dihadapinya. Dengan demikian, diharapkan, orang tersebut mampu menemukan kemungkinan solusi atas krisis yang dihadapinya. Contoh layanan konseling dalam komunitas beriman : Konseling kedukaan Konseling kepada warga jemaat yang sakit Konseling keluarga, dll Mengingat konseling pastoral adalah sebuah layanan khusus yang diberikan kepada orang yang tengah mengalami krisis, maka orang yang akan melakukan layanan jenis ini minimal memiliki pengetahuan dasar tentang konseling, psikologi dan teori krisis serta dinamikanya. Bentuk layanan konseling yang disebutkan diatas adalah bentuk layanan konseling yang berupa tatap muka langsung. Namun mengingat perkembangan zaman dan juga pergumulan warga jemaat, beberapa gereja/lembaga juga mulai dikembangkan layanan-layanan konseling pastoral yang lebih khusus, misalnya : Konseling Pastoral melalui surat, telepon dan email 2

Penyediaan rumah aman dan advokasi hukum bagi anak dan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga Layanan jenis-jenis ini dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi sarana pembuka bagi layanan konseling tatap muka. Sebagai contoh bisa kita lihat bagaimana salah satu Women Crisis Center justru mampu melayani perempuanperempuan korban kekerasan. Dalam beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga, ditemukan bahwa pelaku kekerasan membatasi akses perempuan korban untuk berhubungan dengan dunia luar. Layanan melalui telepon seringkali menjadi solusi antara, sampai dimungkinkan adanya tatap muka langsung antara perempuan korban dengan konselor. Atau layanan kepada kelompok yang beresiko terinfeksi HIV. Tidak jarang, ketika orang merasa dirinya tergolong orang yang beresiko atau bahkan orang yang tengah terinfeksi, seringkali butuh waktu dan proses untuk membuka jati dirinya. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah tingginya marginalisasi dan stigmatisasi masyarakat kita terhadap mereka yang terinfeksi HIV. Melalui layanan lewat telepon ataupun konsultasi lewat email/website, konseli dalam kategori ini, dimungkinkan untuk mendapatkan layanan konseling pastoral. Tanpa menafikan kelemahan konseling non tatap muka seperti ini, sudah saatnya kita belajar mengembangkan layanan konseling dengan berbagai cara/media guna mengembangkan jangkauan pelayanan pastoral kita ditengah masyarakat yang terus berkembang. Justru melalui keberanian melakukan terobosanterobosan baru seperti inilah, kita mencerminkan upaya Sang Gembala Agung yang tak kenal lelah dalam menggembalakan umatnya. Berangkat dari pemahaman dasar tentang pendampingan dan konseling pastoral di atas, maka perlulah disadari bahwa dalam pendampingan dan konseling pastoral yang ada bukanlah dialog tetapi trialog 5 seperti yang tertuang pada bagan berikut ini : (lihat gambar 2) Kendatipun secara fisik yang ada adalah percakapan antara pendamping/konselor dengan orang yang didampingi atau konseli, namun hendaknya perlu tetap disadari bahwa Allah turut berkarya dalam perjumpaan itu. Kesadaran akan konsep trialog ini, kembali menegaskan dasar spiritual bagi layanan pendampingan dan konseling pastoral yang kita lakukan. Dalam situasi sesulit apapun, pendamping/konselor hendaknya tetap yakin, bahwa Sang Gembala Agung menopang pelayanannya. Kesadaran ini hendaknya juga menjadikan para pendamping/konselor menjadi lebih rendah hati. Bahkan jika orang yang didampinginya tertutup bahkan menolak dia sekalipun. Janganlah berhenti berdoa, agar orang tersebut dimampukan untuk menghayati penggembalaan Allah melalui hubungan pribadinya dengan Tuhan. Konsep trialog ini, juga menyadarkan para pendamping bahwa dia memiliki relasi yang sejajar (bukan top down) dengan orang yang didampinginya. Baik konselor maupun konseli ada dibawah naungan Sang Gembala Agung. Dalam kesejajaran ini, ada tugas dan fungsi khusus yang perlu diaktulisasikan oleh seprang pendamping/konselor pastoral. Fungsi apa sajakah itu? 3. FUNGSI PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL Secara spesifik, ada 4 fungsi pendampingan pastoral yang bisa kita wujudkan dalam relasi trialog tersebut di atas, yaitu: a. Menyembuhkan (healing) Yang dimaksud di sini bukanlah kemampuan untuk melakukan mukijzat peyembuhan. Namun kemampuan kita dalam menolong sesama dalam mengatasi derita fisik maupun luka batinnya. Apa yang perlu kita lakukan akan perjumpaan kita dengan sesama, baik melalui pendampingan maupun konseling pastoral, menolong sesama kita untuk 3

kembali dan bertumbuh pada kemanusiaannya yang utuh, dengan harapan agar sesama kita merasa diteguhkan untuk melanjutkan kehidupannya dengan penuh pengharapan. b. Menguatkan/menopang (sustaining) Fungsi ini merupakan upaya untuk membantu orang yang tengah menderita untuk menanggung dan mengatasi hal-hal yang sudah tidak mungkin dirubah lagi. Hal yang penting dalam fungsi ini adalah kesediaan pendamping dalam menunjukkan sikap yang penuh belas kasih. Dalam fungsi ini memang pendamping mendorong orang yang didampingi untuk membuka diri dan berharap penuh pada kasih karunia Allah. Kepasrahan untuk menerima hal-hal yang memang sudah tidak mungkin dirubah lagi, diharapkan akan membawa oran tersebut dalam pertumbuhan spiritual yang lebih tinggi. Fungsi ini lebih banyak muncul dalam pelayanan terhadap orang-orang yang sudah tidak memiliki pengharapan lagi, misalnya : seorang pasien dengan status terminal. c. Membimbing (guiding) Dalam fungsi ini, pendamping dipanggil untuk menolong sesama yang tengah bingung untuk mengambil keputusannya secara mandiri. Peran pendamping di sini adalah membantu orang yang didampingi dengan memaparkan alternatif pemecahan masalah orang yang didampingi serta resiko yang mugkin dihadapinya ke depan. d. Memperbaiki hubungan (reconciling) Fungsi ini merupakan upaya untuk memantapkan kembali relasi antar manusia dengan sesamanya; antar manusia dengan Tuhannya. Rusaknya relasi antar manusia dengan sesamanya akan menggangu juga relasinya dengan Allah. Oleh karena itu dalam melakukan penggembalaan, hendaknya pastor mendorong orang yang didampinginya untuk memperhatikan kedua relasi ini secara seimbang. Sebab relasi antar manusia dengan sesamanya tidak dapat dimengerti di luar relasi manusia dengan Allah. 6 Keempat fungsi di atas memang tidak selamanya dipakai pada saat yang bersamaan. Penggunaan dari fungsi-fungsi ini tergantung pada proses dan kebutuhan orang yang kita dampingi, misalnya : ketika mendatangi keluarga yang berduka, kehadiran seorang pendamping yang mampu menopang/menguatkan keluarga dalam mengatasi kedukaan, merupakan fungsi awal yang bisa diwujudkan. Dan jika dalam perkembangan pelayanan selanjutnya, pendamping melihat bahwa anggota keluarga duka tengah mati rasa dan melakukan hidup kesehariannya dengan kebingungan, maka konselor perlu menghadirkan fungsi membimbing (guiding). Secara filosofis praktis, keempat fungsi tersebut bisa dirunut dari konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian baru tentang gembala. 4. GAMBARAN GEMBALA DALAM PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU Dalam Perjanjian Lama, kita sering membaca tentang Tuhan Allah sebagai gembala umatnya. Hal ini tampak diantaranya dalam : a. Yesaya 40 : 11 Tuhan Allah sebagai gembala membimbing domba-dombanya. Ia mengumpulkan domba dalam pangkuannya dan membaringkan di ribaannya. Ia menuntun induk-induk domba yang masih menyusui anaknya. b. Mazmur 23 Tuhan Allah adalah gembala yang senantiasa membimbing, mencukupi kebutuhan dan menjaga keselamatan dombanya. c. Yehezkiel 34 (bnd. Yeremia 23 : 113) 4

Pengembalaan Tuhan Allah ini dipercayakan kepada pemimpinpemimpin Israel. Tetapi pemimpinpemimpin itu tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka malah membiarkan domba-domba yang harusnya mereka pimpin dan bahkan memakainya untuk kepentingan diri sendiri. Karena itulah Tuhan murka. d. Yesaya 53 ; Yeremia 23 Ayat-ayat ini berisi janji Tuhan Allah telah membuang gembala-gembala yang jahat. Ia akan memberikan seorang gembala dari keturunan Daud. Gembala ini akan melepaskan dombadombanya dari tangan penjahat, ia mengumpulan, memberi makan, bahkan juga memberikan keselamatan kepada segala bangsa. 7 Dari beberapa ayat yang dikutip di atas, kata gembala dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Tuhan Allah dalam relasinya dengan umat Israel. Umat Israel mengakui bahwa Tuhan Allahlah Sang Gembala yang baik itu. Pengakuan ini lahir dari pengalaman hidup bangsa Israel bersama dengan Allah. Umat Israel mengalami dan merasakan bahwa Allahlah yang membimbing mereka melintasi sejarah menuju sejarah kehidupan. 8 Kesaksian Perjanjian Lama tentang gembala di atas dapat kita temui kembali dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam pekerjaan Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik. a. Yohanes 10 Allah mengenal domba-dombanya dan domba-dombanya mengenal Dia. Ia menuntun dan menjagai dombadombanya dari serangan serigalaserigala dengan mempertaruhkan nyawanya. b. Lukas 15 : 4 Tuhan Yesus adalah gembala yang meninggalkan 99 ekor dombanya di padang gurun dan pergi mencari seekor dombanya yang tersesat. c. Markus 2 : 15 Tuhan Yesus makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Sikap Tuhan Yesus ini menunjukkan kesediaan seorang gembala merendahkan dirinya agar dapat melakukan tugas pelayanannya. d. Yohanes 1 : 14 dan 3 : 16 Firman yang menjadi manusia adalah wujud penggembalaan Allah yang tidak berkesudahan terhadap manusia. Kesediaan menyerahkan putra tunggalnya adalah wujud kasih yang tertinggi kepada umat manusia. Dan Sang Putra ini pula yang akhirnya menyerahkan nyawanya agar manusia yang digembalakannya bebas dari cengkeraman maut. Kutipan ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa karya Tuhan Yesus tetap menampakkan kasih dan pemeliharaan Allah terhadap umatnya. Tuhan Yesus memanggil orang untuk memasuki kondisi dan situasi Kerajaan Allah. Dalam perjumpaan dengannya, orang akhirnya menemukan siapakah Allah itu sebenarnya. Terlebih lagi orang akhirnya dapat menghayati apakah rahmat dan keadilan Tuhan itu bagi mereka secara pribadi. 9 Pola pelayanan Yesus sebagai gembala yang baik ini hendaknya menjadi pedoman, menjiwai setiap aksi pendampingan dan konseling pastoral kita di masa kini. Meskipun kita tidak dapat meniru Tuhan Yesus secara utuh, akan tetapi kita dapat berusaha mengikuti jejaknya. Mengikuti jejak Tuhan Yesus ini memang merupakan panggilan kita bersama, namun jangan sampai justru niatan ini membuat kita terbeban. Niatan untuk mengikuti jejak penggembalaan Tuhan Yesus hendaknya juga diimbangi dengan penyerahan diri dan kesadaran kita akan keterbatasan kemanusiaan kita. 5. PENUTUP Pemahaman dasar tentang apa pendampingan dan konseling pastoral ini, 5

semoga menolong kita dalam menjernihkan bentuk dan jangkauan layanan pastoral kita. Pendampingan dan konseling pastoral adalah bentuk layanan yang bisa dibedakan namun tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mendukung dan melengkapi. Selain itu, dengan mengenali apa beda pendampingan dan konseling pastoral, diharapkan gereja juga dimampukan dalam melakukan rekrutmen dan pembekalan pelayan-pelayan yang akan dilibatkan dalam pendampingan dan konseling pastoral di jemaat-jemaat. DAFTAR PUSTAKA A, Clebsch. William & Charles R. Jaekle, 1967 Pastoral Care in Historical Perspective, New York: Harper Torchbooks Ch, Abineno, J.L. 1993 Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta Ch, Abineno. J.L. 1967 Penggembalaan, Jakarta G, Tjaard dan E.G. Singgih, Ph.D (ed). 1992 Theologi dan Praksis Pastoral, Jakarta Yogyakarta : BPK Gunung Mulia Kanisius Hunter, Rodney J. 1990 Dictionary of Pastoral Care and Counseling, Nashville : Abingdon Press Oates,Wayne E. 1974 Pastoral Counseling, Philadelphia:Fortress Press Switzer, David K. 1978 Minister as A Crisis Counselor, Nashville: Abingdon Press Gambar 1 Care (pendampingan) Counselling (konseling) Pastoral Care (pendampingan pastoral) Pastoral Counselling (Konseling Pastoral) Gambar 2 Allah Sang Gembala Agung 6

1 Switzer (1978, h. 16) 2 Switzer ( 1978, h.16) 3 Bdk. Switzer (1978, h. 16) dan Heitink (1992,hp. 414) 4 Hunter (1990, h. 845) 5 Oates (1974, h. 12) 6 Jaekle (1967, h. 8 10) 7 Ch (1967, h. 14 15) 8 Ch, (1993, h. 9) 9 Heitink (1992, h. 414) 7