PENGAKUAN. Akibat: Permasalahan: Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAKUAN. AKIBAT: PERMASALAHAN: PASAL 3, DEKLARASI MONTEVIDEO 1933: POLITIK SUATU NEGARA, BEBAS DARI PENGAKUANNYA OLEH NEGARA LAIN

H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si

Konvensi Montevideo 1933

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB VI PENGAKUAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

Lex et Societatis, Vol. V/No. 4/Jun/2017

BAB II PENGAKUAN ATAS NEGARA OLEH PERSERIKATAN BANGSA BANGSA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

Hukum Internasional. Pertemuan XXXIV. Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 5 UNSUR-UNSUR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION)

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

PEMETAAN SK / KD. Materi Pembelajaran Lingkup hubungan internasional

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

Politik Pengakuan Dalam Hukum Internasional Yuli Fachri.

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

BAB VII. KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN KEDUA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL BABV EKSISTENSI NEGARA DALAM MASYARAKATINTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kedaulatan Wilayah H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL. A. Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL. Secara umum subyek hukum diartikan sebagai pendukung / pemilik hak dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SENGKETA INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Secara subyektif, ketika menyebut Palestina orang awam bisa

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XVI/2018 Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1976 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI TUNGGAL NARKOTIKA 1961 BESERTA PROTOKOL YANG MENGUBAHNYA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

NAVIGASI. Pengertian Lintas (Art. Art. 18 LOSC) SELAT SELAT REZIM HAK LINTAS. Dalam arti geografis: Dalam arti yuridis: lain.

: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENOLAKAN PENYATUAN PAPUA DALAM NKRI... RAKYAT PAPUA TABUN 2000 SEBAGAI PERWUJUDAN HAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hak Asasi Manusia (HAM), Implementasi dan. Hubungannya dengan Hukum Humaniter Internasional (HHI) Oleh : Yulianto Achmad

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Diskripsi Umum Mata Kuliah Hukum Internasional SKS.:3

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan undang-undang atau keputusan pengadilan. Hukum internasional

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XIII/2015 Kewajiban Pelaku Pembangunan Rumah Susun Dalam Memfasilitasi Terbentuknya PPPSRS

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Bangsa dan Negara 1.1 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Individu 1.2 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Sosial 2.1 Pengertian Bangsa

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

the Right of Indigenous Peoples, melalui suatu pemungutan suara (roll-call vote),

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM BIDANG HAK SIPOL

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PENGAKUAN Iman Prihandono, SH., MH., LL.M Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Airlangga E-Mail: iprihandono@unair.ac.id Blog: imanprihandono.wordpress.com Pasal 3, Deklarasi Montevideo 1933: Keberadaan politik suatu negara, bebas dari pengakuannya oleh negara lain. Permasalahan: 1. Recognition is a political act with legal consequences. 2. Pengakuan merupakan masalah dalam hubungan internasional, karena: Melibatkan masalah hukum dan politik; Hukum internasional belum mengatur secara tegas; Akibat: 1. Konsekuensi politis: kedua negara dapat dengan leluasa mengadakan hubungan diplomatik; 2. Konsekuensi hukum: Merupakan evidence of the factual situation; Menimbulkan akibat hukum tertentu dalam hubungan diplomatik; Memperkukuh judicial standing negara yang diakui; 1

J.B. Moore: makna pengakuan sebagai jaminan bahwa negara baru tersebut diterima sebagai anggota masyarakat internasional; Lauterpacht dan Chen: pemberian pengakuan merupakan suatu kewajiban hukum; Ian Brownlie: pengakuan adalah optional dan politis; D.J. Haris: suatu negara tetap negara, meskipun belum atau tidak diakui sama sekali; Podesta Costa: tindakan pengakuan merupakan tindakan fakultatif; Definisi dan Fungsi Definisi: Tindakan politis suatu negara untuk mengakui negara baru sebagai subyek hukum internasional yang menimbulkan akibat hukum tertentu; Fungsi: Memberikan tempat yang sepantasnya kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai anggota masyarakat internasional; Arti Penting: Sebagai suatu jaminan yang diberikan kepada suatu negara baru bahwa negara tersebut diterima sebagai anggota masyarakat internasional. Bentuk-bentuk Pengakuan: A. Pengakuan Negara Baru. B. Pengakuan Pemerintah Baru. C. Pengakuan Belligerency. D.Pengakuan sebagai Bangsa. E. Pengakuan hak-hak teritorial dan situasi internasional baru. A. Pengakuan Negara Baru 1. Pernyataan suatu negara yang mengakui negara lain sebagai subyek hukum internasional; 2. Pengakuan terhadap masyarakat internasional baru; 3. Mentaati kewajiban dalam HI; Pengakuan Negara Baru Tidak bermasalah jika Pengakuan diperoleh dengan cara damai. Bermasalah: dengan cara-cara kekerasan atau revolusi oleh negara baru terhadap negara yang mendudukinya atau sepihak, contoh : Indonesia v. Belanda, Aljazair v. Perancis 2

Teori Pengakuan 1. Teori Konstitutif: suatu negara menjadi subyek hukum internasional hanya melalui pengakuan. (Oppenheim, Lauterpacht,, Chen) Dasar berlakunya HI, negara sebagai subyek HI, tidak dapat tanpa kesepakatan; Bila negara/pemerintah tidak diakui maka tidak bisa berhubungan dengan negara lain; Teori Pengakuan 2. Teori Declaratif: pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara baru oleh negara-negara lainnya. (D.P. O Connel, Pasal 3 Konvensi Montevideo). Macam-macam macam Pengakuan a. Pengakuan secara kolektif: pengakuan sekelompok negara dalam suatu organisasi internasional dalam bentuk deklarasi, untuk menjadi pihak dalam perjanjian multilateral; b. Pengakuan terpisah: diberikan kepada negara baru tapi tidak pada pemerintahannya ( atau sebaliknya); Macam-macam macam Pengakuan c. Pengakuan mutlak: pengakuan yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali (de jure). Tetapi jika dilakukan dengan cara de facto, maka pengakuan dapat ditarik kembali (jarang terjadi); d. Pengakuan bersyarat: disertai dengan syarat tertentu sebagai imbalan atas pengakuan (baik sebelum atau sesudah pengakuan); B. Pengakuan Pemerintah Baru Pernyataan dari suatu negara yang mengakui bahwa negara tersebut bersedia berhubungan dengan pemerintah yang baru diakui; Hanya formalitas dan implied (konstitusional); Cara non konstitusional (kudeta, pemberontakan, penggulingan pemerintahan dengan cara tidak sah); Jika suatu pemerintahan tidak diakui, maka negara tetap sebagai subyek HI; Kriteria Pemberian Pengakuan 1. Pemerintahan yang permanen; 2. Pemerintah yang ditaati oleh rakyat (stabilitas); 3. Penguasaan wilayah secara efektif; 3

1. Perbedaan Pengakuan Negara dan Pengakuan Pemerintah Pengakuan negara adalah pengakuan terhadap kesatuan yang telah memiliki unsur konstitutif sebagai negara; Pengakuan pemerintah adalah pengakuan terhadap organ yang bertindak untuk dan atas nama negaranya. Pengakuan negara sekali diberikan dan berlaku untuk selamanya; Pengakuan pemerintah sewaktu-waktu dapat dicabut dan diberikan kembali. Doktrin Pengakuan Pemerintahan Baru Doktrin Legitimasi (legitimist principle) ) Thomas Jefferson, 1792: Pemerintahan yang dibentuk secara konstitusional. Hak setiap bangsa untuk membentuk dan mengubah pemerintah. Doktrin de Facto-ism: Rev.Perancis, fakta pemerintahan baru dalam negara baik konstitusional dan non konstitusional. Akibat Pengakuan terhadap Pemerintah Baru Terjadinya Pengakuan Pemerintah 1. Dapat mengadakan hubungan resmi dengan negara yang mengakui; 2. Dapat menuntut negara yang mengakui di peradilannya; 3. Dapat melibatkan tanggung jawab negara untuk perbuatan internasionalnya; 1. Doktrin Tobar: suatu negara seharusnya tidak mengakui pemerintahan baru yang diperoleh dengan cara-cara yang inkonstitusional. Doktrin Legitimasi Konstitusional. 2. Doktrin Stimson (Doctrin of non- recognition): untuk wilayah yang diperoleh secara tidak sah. Negara-negara tidak akan mengakui suatu wilayah yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak damai atau cara- cara abnormal atau pemilikan suatu wilayah yang didapat dengan menggunakan Angkatan Bersenjata. ( Pasal 3 Anti War Pact of Non- Aggression and Conciliation ) 3. Doktrin Estrada: penolakan pengakuan adalah cara yang tidak baik karena bukan saja bertentangan dengan kedaulatan suatu negara tetapi juga merupakan campur tangan terhadap soal dalam negeri negara lain. 4

Macam Pengakuan Pemerintah Baru 1. Pengakuan de facto diberikan apabila masih terjadi keraguan terhadap pemerintah baru; 2. Pengakuan de facto mengawali pengakuan de jure; 3. Pengakuan de jure lebih kuat dibandingkan dengan pengakuan de facto; Penyalahgunaan Pengakuan Pemerintah Baru Pengakuan yang diberikan kepada suatu pemerintah baru yang bersifat sebagai alat politik nasional guna menekannya supaya memberikan konsesi-konsesi politik dll kepada negara yang hendak memberi pengakuan. C. Pengakuan Belligerency 1. Memberikan kepada pihak gerakan kemerdekaan hak dan kewajiban suatu negara merdeka selama berlangsungnya peperangan: konsep recognition of insurgency. 2. Merupakan subyek hukum internasional terbatas, tidak penuh dan sementara. 3. Pengakuan oleh negara induk: berlaku Hukum Humaniter Internasional. 4. Pengakuan belligerency bersifat terbatas dan sementara, hanya pada waktu sengketa bersenjata. Pengakuan Belligerency menurut Oppenheim-Lauterpacht 1. Adanya peperangan sipil yang diikuti dengan pertikaian terbuka. 2. Adanya pendudukan wilayah-wilayah tertentu dan penyelenggaraan pengaturannya. 3. Pihak pemberontak berada di bawah seseorang pimpinan dan mentaati kaidah- kaidah hukum perang. 4. Adanya negara ketiga yang menyatakan sikapnya terhadap perang sipil tesebut. Pengakuan terhadap Gerakan Pembebasan Nasional Perhatian PBB terhadap National Liberation Movement: Resolusi MU No. 3102 (XXVII): Urged that the national liberation movement recognized by the various regional international organization concerned be invited to participate in the Diplomatic Conference as observers in accordance with the practice of the United Nations. 5

General Assembly Resolution 3111 (XXVIII), 12 December 1973. SWAPO (South West Africa People s s Organization): which accord SWAPO the status of "sole and authentic representative of the Namibian people." Resolusi MU No. 3237, tanggal 22 Nopember 1974 PLO (Palestinian( Liberation Organization) diberikan status sebagai peninjau pada PBB. National Liberation Movement: War of National Liberation dilakukan oleh people yang sedang melakukan right to self-determination; Pasal 1 ayat (4) Protokol Tambahan I Tahun 1977 dari Konvensi Jenewa 1949 CAR conflict : Colonial Domination, Alien Occupation, Racist Regimes; 6