GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

Bab I. Sejarah Umum Masyarakat Banjar

INFO TEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 ( ) Tipologi dan Morfologi Arsitektur Suku Banjar di Kal-Sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

dalam bahasa Ngaju berarti orang melayu. Bandarmasih artinya desa olah masih masih menyebut kerajaan Bandarmasih dengan lafal Belanda Bandzermash

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

JEJAK HUBUNGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BANJAR DAN SUKU BAKUMPAI

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. Gambaran Umum Kota Banjarmasin serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal, Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

PERMASALAHAN HASIL PERTANGGALAN RADIOKARBON PADA SITUS PATIH MUHUR DAN POSISINYA DALAM SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI KALIMANTAN SELATAN

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

DIASPORA SUKU BANJAR DI TANJUNG JABUNG BARAT (STUDI KASUS DI KUALA TUNGKAL ) SKRIPSI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

LEGENDA PULAU HALIMUN

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan. Selatan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BAB II KERAJAAN BANJAR DI BANJARMASIN

Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.

Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Banjarmasin

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

KONDISI UMUM BANJARMASIN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

BAB IV DAMPAK PERANG BANJAR TERHADAP KERAJAAN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB IV GAMBARAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

Islam di Kalimantan Selatan pada Abad Ke-15 sampai Abad Ke -17

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

PENINGGALAN KERAJAAN BANJAR DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. terkait erat dengan pasar. Pasar di mana-mana sangat besar peranannya, dari pasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

Transkripsi:

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk asli daerah ini, melainkan hasil percampuran (darah, bahasa, agama/kepercayaan, budaya, dll) dari penduduk asli / Dayak, orang Melayu dan pendatang berikutnya. Setelah kedatangan migrasi kelompok orang Melayu, dan berdirinya kerajaan pertama di Kalimantan Selatan, yaitu Tanjung-Pura pada abad ke-4, tidak ada lagi catatan tentang perkembangan kerajaan ini selanjutnya. Pada abad ke-13 akibat terjadinya perebutan kekuasaan dalam kerajaan Majapahit terjadilah arus pengungsian dari Jawa Timur (Kediri Utara) ke Kalimantan Selatan 1. Pendapat lain mengatakan bahwa para pendatang ini berasal dari India, tetapi pendapat ini lemah dan secara umum Jawa Timur-lah yang dianggap sebagai asal dari para pendatang / imigran yang dipimpin oleh Empu Jatmika ini 2. Para imigran orang Kaling dari kerajaan Kuripan atau Jenggala di Kediri Utara ( Jawa Timur ) ini selanjutnya mengembangkan kota-kota yang telah ada dari masa kerajaan Tanjung-Pura. Dalam bidang sosial para pendatang ini juga cepat menyesuaikan dengan budaya setempat, khususnya bahasa yang telah berkembang, yaitu percampuran bahasa Melayu dengan bahasa Dayak (Ma anyan, Lawangan, Bukit, dan Ngaju) yang dikenal sebagai bahasa Banjar kuno. Para pendatang ini, dengan andil Empu Jatmika mendirikan dinasti baru, yaitu kerajaan kedua di Kalimantan Selatan yaitu Negara-Dipa 3. Adapun catatan sejarah memperkirakan nama Negara-Dipa berasal dari bahasa Ngaju, dipah ten yang berarti seberang situ, sedangkan dalam catatan kesusasteraan Jawa dikenal dengan nama Tanah Sabrang 4. Namun yang jelas bahwa kerajaan Negara-Dipa ini sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa, ditandai dengan ditemukannya candi Agung dan candi Laras di daerah bekas kerajaan ini. Berdasar tipologi batu yang dipakai pada candi Agung di Tabalong dan Candi Laras di Margasari-Marampian menunjukkan bahwa bahannya tidak berasal dari daerah Kalimantan Selatan, namun serupa dengan batu di Trowulan (Jawa Timur) 5. Selanjutnya pada permulaan abad ke-15, Majapahit menyerang dan menaklukkan kerajaan Negara-Dipa ini, sehingga muncullah kerajaan ketiga di 1 Saleh, Rumah., hal. 6 menyebutkan terjadi peperangan di Gentar antara Ken Arok dengan Kertajaya, tahun 1222 dengan kekalahan dan kematian Kertajaya. 2 Daud, op.cit., hal. 34. 3 Saleh, Rumah., hal. 6. Lokasi kerajaan NegaraDipa ini diperkirakan di Amuntai saat ini. 4 Saleh, Sejarah, hal. 17. 5 Mahmud, loc. cit. hal. 81.

34 Kalimantan Selatan yaitu kerajaan Negara-Daha 6 yang dipimpin oleh Maharaja Sari Kaburangan. Dan pusat kekuasaan dipindahkan ke daerah yang lebih mendekati pesisir, yaitu Muhara Rampiau 7. Keadaan pada masa ini sebagaimana keadaan masa Negara-Dipa juga tidak banyak diketahui, kecuali adanya pengaruh budaya Jawa yang ditandai dengan ditemukannya candi, diterapkannya sistem pemerintahan, sosial dan keagamaan dalam lingkungan kehidupan kerajaan 8. Di samping pengaruh budaya Melayu dan Dayak yang sudah ada dan mengalami percampuran sebelumnya. Keadaan kerajaan Negara Daha pada permulaan abad ke-16 digambarkan penuh dengan perseteruan antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Negara Daha dengan pamannya Pangeran Temenggung. Pertentangan diawali ketika Raja Sukarama berwasiat menunjuk cucunya Raden Samudera sebagai penggantinya kelak. Namun keempat anaknya tidak setuju, dan setelah Raja Sukarama wafat kekuasaan dipegang anak tertuanya, Pangeran Mangkubumi. Sedangkan Raden Samudera waktu itu masih berumur 7 tahun. Kekuasaan Pangeran Mangkubumi ini tidak lama, ia terbunuh oleh pegawai istana yang dihasut oleh Pangeran Temenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi maka Pangeran Temenggung menjadi raja 9. Pada masa pemerintahan Pangeran Tamenggung ini terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Raden Samudera yang merupakan pelarian politik 10. Perlawanan ini sangat dibantu oleh para patih dari daerah muara 11, yaitu muara Sungai Kuin yang terletak antara Pulau Kembang dan Pulau Alalak 12. Atas bantuan dan saran dari patih Masih 13 tersebut, Pangeran Samudera meminta bantuan kepada kerajaan Demak. Akan tetapi Demak bersedia memberikan bantuan dengan dilandasi dua motif, yaitu : untuk menyambung kebesaran Majapahit, dan menyebarkan agama Islam di Kalimantan Selatan, yakni Raden Samudera dan pengikutnya masuk Islam 14. 6 Saleh, Rumah., hal. 7. 7 Saleh, Sejarah, hal. 18 8 Ibid., hal. 17, 22 9 J.J. Ras, Hijayat Banjar : A Study in Malay Historiography, (The Hague-Martinus Nijhoff- KTLV, 1968), hal. 376 398. 10 Saleh, Sejarah, hal. 30. Setelah Pangeran Temenggung berkuasa, Raden Samudera menyembunyikan diri ke daerah sekitar Tamban, Muhur Balandean dan Belitung. 11 Ibid., Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata masih adalah sebutan untuk orang yang berbahasa Melayu (Oloh Masi = Orang Melayu), sedangkan pedukuhan tempat tinggal kelompok ini disebut Banjar. Dan Banjar Masih adalah sebutan untuk Kampung Oloh Masi(h) atau Kampung Melayu dan Patih Masih adalah Patih Olo Masi yang mengepalai orang orang Melayu. 12 Gazali Usman, et. al., Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah Kalimantan Selatan (Banjarmasin : CV Prisma Muda Banjarmasin, 1996), hal. 22. 13 Patih Masih merupakan pemimpin patih di daerah Muara, nama sebenarnya tidak diketahui 14 Mahmud, loc. cit.

35 Dengan bantuan Demak, akhirnya perebutan kekuasaan dimenangkan oleh Pangeran Samudera dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah 15 setelah memeluk Islam 16. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1526 M. Kemenangan tersebut menjadi awal zaman baru di Kalimantan Selatan; pertama, Demak secara politis berhasil mengembalikan pengaruh kekuasaan Majapahit; kedua, Islam masuk dan membuka daerah penyebarannya; dan ketiga, terbentuknya kerajaan keempat yaitu kerajaan Banjar 17. Setelah kemenangannya dan mendirikan kerajaan Banjar, Pangeran Samudera memindahkan penduduk bekas kerajaan Negara-Daha dan pusat kekuasaanya ke daerah pesisir 18 yang banyak dihuni oleh orang Melayu yaitu Banjar Masih atau kampung orang Melayu / orang berbahasa Melayu, tepatnya daerah Kuin di Banjarmasin saat ini. Dengan demikian secara politis, dari peristiwa berdirinya kerajaan Banjar dan berpindahnya pusat kekuasaan inilah suku Banjar bisa dikatakan muncul. Namun asal-usul penduduk, bahasa, agama / kepercayaan dan budaya telah ada dan berkembang jauh sebelumnya. Selanjutnya kerajaan Banjar ini berkembang terus dan dipimpin secara turun temurun oleh 18 penguasa / raja Banjar dari tahun 1526 1859. Namun dalam pembahasan ini tidak secara khusus dibicarakan masalah ini, melainkan kejadian / masa masa tertentu saja yang dianggap mempengaruhi perkembangan arsitektur tradisional suku Banjar. Pada tahun 1612 dalam masa pemerintahan Panembahan Marhum terjadi pertikaian dengan Belanda yang berakibat dihancurkannya keraton Banjar. selanjutnya ibukota kerajaan dipindah ke daerah Kayu Tangi, Martapura. Dan pada pertengahan abad ke-17 akibat perebutan kekuasaan, ibukota kerajaan terbagi dua, di Banjarmasin di bawah Sultan Agung dan di Martapura di bawah Panembahan Ratu 19. 2. Subsuku Banjar di Kalimantan Selatan Pada masa kerajaan Banjar, wilayah dan pengaruh kekuasaannya sangatlah luas meliputi daerah sepanjang pesisir barat, timur, selatan dan beberapa pulaupulau kecil di sekitarnya. Namun saat ini yang disebut orang Banjar lebih sempit, yaitu penduduk asli Banjarmasin, Martapura, daerah Tanah Laut dan sekitarnya. Keadaan menyempitnya wilayah dan pengaruh kerajaan Banjar ini terutama disebabkan politik penjajah Belanda di Kalimantan Selatan dan adanya rasa kesuku-an yang tidak dapat menyatu atau melebur secara baik. 15 Terdapat beberapa nama (gelar) yang berbeda berdasar beberapa sumber sejarah 16 Ibid.; Saleh, Sejarah, hal. 156; Usman, op.cit., hal. 220. 17 Mahmud, loc.cit. 18 Daud, op.cit., hal. 45. 2 19 Saleh, Sejarah, hal 33.

36 Sebelum kerajaan Banjar berdiri, para pendatang Melayu di Kalimantan Selatan telah bertemu dengan penduduk asli daerah ini, yaitu suku Dayak Bukit (pegunungan Meratus), Dayak Ma anyan, Dayak Lawangan dan Dayak Ngaju 20. Kelompok pendatang Melayu selanjutnya mendiami daerah-daerah pesisir, dataran rendah dan sepanjang sisi bagian-tengah sungai dengan pola permukiman dan hunian yang berkelompok saling terpisah antar kelompok Melayu sendiri maupun dengan kelompok permukiman suku Dayak. Walaupun permukiman kedua kelompok ini saling terpisah namun tetap tidak terhindarkan terjadinya percampuran (darah, bahasa, agama / kepercayaan, kebudayaan, dll). Kelompok Melayu yang dianggap memiliki kebudayaan dan teknologi yang lebih unggul akhirnya menjadi lebih dominan dan mengambil / memiliki pengaruh terhadap penduduk asli. Pada beberapa kelompok suku Dayak yang telah melebur dengan pendatang Melayu ini, walaupun darah yang mengalir dalam diri mereka lebih banyak darah Dayak-nya namun kebudayaan mereka mengikuti kebudayaan Melayu. Sedangkan sebagian kelompok Dayak lainnya banyak juga yang tetap berdiri sendiri dan akhirnya tergeser ke daerah pedalaman atau tetap hidup berdampingan dalam kelompok-kelompok permukiman mereka 21. Proses percampuran dan peleburan terjadi secara terus-menerus mulai kedatangan pertama (masa kerajaan Tanjung-Pura, Negara-Dipa dan Negara- Daha) hingga masa sesudah berdirinya kerajaan Banjar. Setelah suku Banjar terbentuk (secara politis, bahasa, agama, budaya, dll.) mereka selanjutnya dikenal sebagai sub-suku Banjar. Proses terbentuknya subsuku Banjar tidak terlepas dari sejarah kedatangan imigran Melayu ke Kalimantan Selatan. Secara umum terdapat dua lokasi besar tempat kedatangan dan perkembangan pendatang Melayu, yang selanjutnya secara kontinyu terjadi percampuran dengan suku Dayak. Pertama, kelompok Melayu yang tinggal di sekitar aliran Sungai Tabalong, dan Sungai Martapura 22. Kelompok Melayu yang tinggal di sekitar anak Sungai Negara dan Sungai Martapura bertemu dengan Suku Dayak Bukit. Suku Dayak Bukit ini juga berasal dari asal yang sama (pendatang Melayu) dalam perkembangannya hidup terpisah dari kelompok pendatang Melayu berikutnya. Mereka hidup dalam lingkungan permukiman masing-masing, seperti pola permukiman suku Dayak Bukit saat ini (yaitu Balai), dalam lingkungan permukiman bubuhan. Masing-masing kelompok bubuhan merupakan kelompok kekerabatan dengan lingkungan (terdiri dari tanah pertanian dan hutan) tempat mereka tinggal. Sebagian dari kelompok masyarakat Dayak Bukit ini, setelah terjadinya percampuran selanjutnya ada yang memeluk agama Islam atau ada istilah yang menyebutkan menjadi orang Banjar dan 20 Daud, op.cit., hal. 26. 21 Ibid., hal.42. 22 Ibid.

37 berdasar sebutan daerah tempat tinggal mereka yaitu Pahuluan (cabang Sungai Negara) sehingga saat ini mereka dikenal sebagai subsuku Banjar Pahuluan. 23 Sedangkan kelompok Dayak Bukit lainnya banyak juga yang tetap memegang agama / kepercayaan nenek moyang mereka dan tinggal dalam balai-balai di daerah pegunungan Meratus. Bagi pendatang Melayu yang tinggal di sekitar Sungai Tabalung bertemu dengan suku Dayak Manyan (Ma anyan). Kehidupan kelompok Melayu ini juga terikat dalam kelompok bubuhan yang memiliki wibawa dan pengaruh terhadap kelompok suku Dayak Ma anyan ini. Dalam perkembangan kehidupan selanjutnya juga terjadi percampuran dan peleburan sebagian kelompok suku Dayak Ma anyan. Setelah berdirinya kerajaan-kerajaan di Kalimantan Selatan yang ibukotanya cenderung berpindah ke arah hilir, kelompok ini juga ikut berpindah ke arah hilir. Sehingga mereka saat ini dikenal sebagai kelompok subsuku Banjar Batang Banyu 24. Abad ke-16, ketika ibukota kerajaan Banjar dipindah ke hilir / pesisir, sebagian penduduk bekas kerajaan Negara-Daha ikut dipindah (Batang Banyu). Selain penduduk Batang Banyu, terdapat juga kelompok Banjar Pahuluan yang mendiami daerah baru ini. Namun demikian, konsentrasi dan populasi terbesar kelompok Banjar Batang Banyu dan Pahuluan ini tetap berada di daerah asalnya. Selanjutnya mereka yang tinggal di daerah ini dikenal sebagai Banjar Kuala 25. Sementara itu, penduduk asli daerah hilir atau pesisir baru ini (Kuin saat ini) adalah suku Dayak Ngaju. Kelompok Dayak Ngaju ini seperti kelompok Dayak Bukit dan Ma anyan juga tinggal terpisah dalam kelompok permukiman sendiri. Sehingga saat ini dapat di lihat adanya kelompok permukiman Dayak Ngaju ini di sekitar Banjarmasin dan Sungai Martapura. Dan saat ini di beberapa daerah / kelompok permukiman, masyarakatnya ada yang masih merasakan asalusul mereka dan ada pula yang sudah merasa menjadi orang Banjar sepenuhnya 26. Dengan demikian jelas bahwa suku Banjar bukanlah suatu kelompok etnis tertentu yang berasal dari satu asal dan bukan pula penduduk asli, melainkan hasil percampuran dari kelompok Dayak, Melayu dan Jawa. Walaupun demikian seberapa besar perbandingannya tidaklah dapat lagi didefinisikan, sebab ikatan yang terjadi lebih kuat pada faktor politis (warga kerajaan Banjar), agama (Islam) dan kebudayaan (bahasa Melayu dan tinggal di daerah pesisir / hilir / tepi sungai). Untuk pembahasan rumah tradisional suku Banjar akan menyesuaikan pada latar belakang suku Banjar ini. 23 Ibid., hal. 42-43. 24 Ibid., hal. 44. 25 Ibid., hal. 45. 26 Ibid.