Kebijakan Strategis RAN-PG 2016-2019: Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF Ketua Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Timur, 2-4 Agustus 2016 di Pontianak
Sistematika Pembahasan 1. Perubahan pola permintaan pangan global 2. Skor PPH, perubahan konsumsi energi dan protein 3. Peta ketahanan dan kerawanan pangan 4. Indikator outcome pangan dan gizi dalam KS RAN-PG 5. Sumberdaya manusia berkualitas dan berdayasaing 6. Penutup: Petanian-pangan-gizi-kesehatan masyarakat
Perubahan Pola Konsumsi Pangan Global Konsumsi daging meningkat pesat Pangan dalam kemasan juga naik tinggi Sumber: Diolah dari data FAO dan USDA (2014)
Pendapatan mempengaruhi pilihan dan persepsi pangan Indonesia Masih Fokus pada Pangan Pokok Sumber: Kumar, 2015
Pemerintah masih terfokus pada Pajale Tiga produk pangan penting: padi, jagung dan kedelai (Pajale) pada 2015 meningkat signifikan, walau metode estimasi produksi sedang mendapat sorotan. Pemerintah sedang menyempurnakan Padi: Produksi 75,40 juta ton gabah (43 juta ton beras, konversi 0,57), naik 6,42%. Jika konsumsi padi 114 kg per kapita, total konsumsi beras: 31 juta ton. Teori Surplus. Mengapa harga naik? Jagung: Produksi 19,61 juta ton pipilan kering, atau naik 3,18%, untuk pakan ternak. Mirip dengan beras, impor 2015: 2,5 juta ton. Kedelai: Produksi 963 ribu ton kering, naik 0,86%, jauh dari target swasembada adalah 3,2 juta ton. Impor sebagian besar dari AS. Gula: Produksi 2,5 juta ton, di bawah target produksi 2,8 juta ton. Konsumsi 6 juta ton, jauh untuk dipenuhi dari suplai domestik. Impor gula mentah untuk industri gula rafinasi selalu meningkat.
Skor PPH: Konsumsi Energi & Protein Uraian Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per Hari Rekomendasi WNPG 2010 2011 2012 2013 2014 s/d 2012 2013 1. Energi (kkalori) 2025 2048 1944 1930 1949 2000 2150 2. Protein (gram) 57,9 59,1 55,9 55,7 56,6 52,0 57,0 Skor PPH 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Sumber: BKP, Kementan 2016
Pertumbuhan Ekonomi Kualitas Rendah
Ketimpangan melebar sejak Otonomi Daerah Sumber : BPS, 2015
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Sumber: DKP dan WFP, 2015
Kualitas dan Status Gizi: Akses Pangan Walau telah menurun, kontribusi beras pada laju inflasi masih cukup besar (25%) dan berpengaruh pada tingkat kemiskinan; Disparitas harga eceran beras domestik dengan harga dunia telah menciptakan kerumitan tersendiri pada pengadaan pangan; Konsumsi gandum dan produk gandum mencapai 20 kg/kapita, kedua setelah beras, walau Indonesia tidak berproduksi gandum. Di sisi lain, konsumsi pangan lain, terutama protein dan vitamin sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan konsumsi rokok; Tingkat gizi kurang, terutama Balita, masih amat tinggi 20 persen, anak pendek masih 37 persen, terutama karena kelembagaan masyarakat yang pernah berperan besar kini sudah ditinggalkan. Kinilah saatnya merumuskan strategi integrasi dan kemitraan yang lebih baik dan sinergis sekian instansi pemerintah di pusat dan di daerah, serta integrasi kebijakan pusat dan daerah;
Status Gizi Bayi Balita Indonesia: Memburuk? (%) Stunting Gizi Buruk Gizi Lebih Gizi Kurang Sumber: Kementerian Kesehata (2014)
Prevalensi Status Gizi Balita: Generation Loss? (Gizi-buruk & gizi-kurang sangat tinggi: NTT, Pabar, Sulbar) Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbang Kemenkes (2014)
Sumber: DKP, 2016, KS RAN-PG No Indikator Outcome Pangan dan Gizi Indikator Target 2019 1 Ketersediaan energi 2.400 kkal/kapita/hari 2 Konsumsi energi 2.150 kkal/kapita/hari 3 Ketersediaan protein 63 gr/kapita/hari 4 Konsumsi protein 57 gr/kapita/hari 5 Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan 96,32 6 PPH konsumsi 92,5 7 Prevalensi anemia pada ibu hamil (28%) 8 Persentase bayi berat badan lahir rendah (8%) 9 Persentase bayi 6 bulan mendapat ASI eksklusif (50%) 10 Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (17%) 11 Prevalensi kurus pada anak balita (9,5%) 12 Prevalensi pendek bayi bawah 2 tahun (28%) 13 Prevalensi berat badan lebih dan obesitas >18 tahun (15,4%)
Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi 1. Ketersediaan Pangan 2. Keterjangkauan Pangan 3. Pemanfaatan Pangan 4. Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi
Ketahanan pangan bukan semata perkara supply-demand pangan (urusan perut), tapi dayasaing bangsa (urusan otak, gizi anak)
Kerawanan Pangan di Bali & Nusa Tenggara
Kerawanan Pangan di Papua & Papua Barat Sumber: DKP dan WFP, 2015
Pegembangan Pangan Lokal Berbasis Inovasi Perbaikan manajemen usahatani, sistem insentif baru berbasis inovasi dan teknologi, benih, panen-pascapanen; Kejelasan peran swasta, BUMN dalam inovasi, follow-up kebijakan promotif pengembangan inovasi bioteknologi; Dukungan kebijakan penelitian dan pengembangan, inovasi baru, perubahan strateggi diseminasi, peran organisasi profesi (Perhepi, Peragi, dll), kemitraan ABGC Insentif khusus bagi Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam pengembangan dan peningkatan produktivitas pangan lokal di daerahnya masing-masing. Universitas daerah wajib berperan penting dalam pangan lokal, kekhasan tertentu dan dayasaing setiap wilayah;
Penutup: Pertanian-Pangan-Gizi-Kesehatan Upaya integrasi pertanian-pangan-gizi-kesehatan masyarakat. Akademisi menjadi pelopor pendekatan inter & transdisiplin; Kearifan lokal dapat disesuaikan dengan langkah diversifikasi pangan, yang kompatibel dengan strategi keseimbangan gizi, atau strategi B2SA (beragam, bergizi seimbang dan aman); Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) gizi, terutama bagi kaum wanita dan ibu muda golongan menengah ke bawah; Integrasi pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan dan pembangunan gizi masyarakat, pangan pekarangan (kawasan rumah pangan lestari), pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), pengembangan kelembagaan masyarakat, penguatan modal sosial, saling percaya antar-elemen, dll.