BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembanganperkembangan. kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan


Proses Komunikasi dalam Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013.

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*)

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

ANALISIS FRAMING BERITA CALON PRESIDEN RI PADA SURAT KABAR KALTIM POST DAN TRIBUN KALTIM

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan kualitatif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan tidak lepas dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Sebelum melakukan penelitian salah satu langkah awal yang dilakukan penulis

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

PEMBINGKAIAN BERITA JATUHNYA PESAWAT YEMENIA AIR AIRBUS A PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS

Transkripsi:

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tabel.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, peneliti harus belajar dari peneliti lain untuk menghidari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai framing. No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Analisa Konstribusi untuk Peneliti Perbedaan Penelitian 1 Srie Rosmilawati Analisis Framing Pada Pemberitaan www.kompas.com dan www.republika.co.id tentang Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Porno Aksi (RUU APP) 2006 Srie Rosmilawati menggunakan analisis framing model Robert N. Entman dalam penelitian ini teknik pengolahan data yang akan digunakan sebagai alat bantu analisa framing. Perbedaan dapat dilihat dalam mengidentifikasikan penelian yang diteliti. Dimana peneliti terdahulu memfokuskan www.kompas.com dan www.republika.co.id dalam pengesahan RUU pornografi. Sedangkan peneliti membandingkan pemberitaan kerusuhan antar etnik melalui dua surat kabar yaitu SKH Lampung Post dan SKH Kompas

15 2 Fitra Fathillah (2012) Universitas Lampung Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 Pada SKH Lampung Post menggunakan metode analisa Framing model Gamson dan Modigliani pada penelitiannya dalam penelitian ini terdapat analisa tinjauan agenda setting dan penggunaan metode analisa Framing model Gamson dan Modigliani Perbedaan dapat dilihat dalam mengidentifikasikan penelian yang diteliti. Dimana peneliti terdahulu memfokuskan pada pembingkaian berita mengenai pemilukada Kabupaten Mesuji tahun 2011, sedangkan peneliti melakukan analisa terhadap bingkai kerusuhan yang terjadi di lampung selatan 2012. 2.2 Tinjauan Tentang Berita 2.2.1 Pengertian Berita Menurut Assegaf (1991:179), pengertian definisi berita dalam teknis jurnalistik adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, bisa jadi karena luar biasa, bisa karena pentingnya atau akibatnya, bisa pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. 2.2.2 Unsur-Unsur Berita Menurut Bruce D dan Douglas (dalam Junaedi 2007;22), dalam menulis berita wartawan atau reporter mengacu kepada unsur pokok berita atau sering disebut sebagai rumus umum penulisan sebuah berita. Unsur pokok berita tersebut dikenal dengan 5W+1H, kependekan dari:

16 1. What : Apa yang terjadi 2. Where : Dimana hal itu terjadi 3. When : Kapan peristiwa itu terjadi 4. Why : Kenapa peristiwa itu terjadi 5. Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian itu 6. How : Bagaimana peristiwa itu terjadi. 2.2.3 Nilai-Nilai berita Ada beberapa faktor yang mendasari derajat nilai berita yang layak dipublikasikan ( newsworthiness), ukuran yang dipakai oleh wartawan adalah ukuran-ukuran professional yang dinamakan sebagai nilai berita. Secara umum, nilai-nilai berita yang layak dipublikasikan dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Kedekatan (proximity), peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. 2. Kebaruan (timelines), berita yang baru terjadi tentunya memiliki nilai lebih dibandingkan dengan berita yang telah terjadi di masa lalu. 3. Konflik, Kejadian yang menimbulkan kontroversi berita berupa konflik akan lebih menarik untuk dibaca dari pada berita lainnya. Dalam ungkapan itu sangat pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa.

17 4. Kepopuleran, Berita yang melibatkan figur terkenal di mata khalayak memiliki nilai berita yang lebih tinggi dibandingkan dengan khalayak biasa. 5. Konsekuensi, sering sekali diungkapkan bahwa news itu adalah history in hurry, berita adalah sejarah yang keadaannya tergesa-gesa. Tersirat dalam ungkapan itu pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa. 6. Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. 2.3 Tinjauan Tentang Surat Kabar 2.3.1 Pengertian Surat Kabar Surat kabar adalah sebagai bentuk cetakan yang terbit yang memuat serba-serbi pemberitaan meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan masyarakat. Surat kabar merupakan sebutan dari media massa cetak, yang berupa lembaran yang berisi berita-berita dan iklan yang diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan dan dapat diterbitkan secara umum. Isi dari berita yang disampaikan harus bersifat aktual dan bersifat universal, selain itu isi dari pemberitaan dapat diterimah, oleh seluruh golongan dan kalangan masyarakat. Menurut Assegaf (1991:140), pengertian surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan

18 yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta di edarkan secara umum. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa surat kabar merupakan salah satu media massa cetak yang berisi informasi mengenai berbagai bidang yang ditunjukkan untuk khalayak umum dan diterbitkan secara berkala setiap harinya. 2.3.2 Pengertian Surat Kabar Harian (SKH) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:298), yang dimaksud dengan koran harian adalah surat kabar atau koran yang terbit setiap hari, sedangkan kata umum dibelakang kata harian adalah mengenai seluruhnya atau semuanya: secara menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus. Dengan demikian dapat disimpulkan yang dimaksudkan dengan surat kabar harian (SKH) adalah surat kabar atau koran yang terbit setiap hari, kecuali hari libur, hari-hari besar, kepada khalayak umum. 2.3.3 Fungsi Surat Kabar Menurut Effendi (dalam Fitra Fathillah 2012: 25) fungsi surat kabar adalah: 1. Menyiarkan Informasi Fungsi ini adalah fungsi surat kabar yang utama. Khalayal pembaca berlangganan atau memberi surat kabar karena memerlukan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan sebagainya.

19 2. Mendidik Surat kabar adalah sarana pendidikan massa (massa education). Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. 3. Menghibur Hal-hal yang bersifat hiburan di surat kabar dapat menyimbangi beritaberita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan dapat berupa cerita pendek, cerita bersambung, pojok, dan karikatur. Pemuatan isi berita yang mengandung hiburan, sematamata hanya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita dan artikel baru. 4. Mempengaruhi Fungsi ini menyebabkan pers memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Surat kabar yang ditakuti adalah surat kabar yang independent, bebas menyatakan atau menyuarakan pendapat, bebas melakukan kontrol sosial. 2.4 Komunikasi Massa 2.4.1 Pengertian Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa menurut Bungin (2006:71) yaitu komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang bekerja melalui media massa, yakni surat kabar, radio, televisi, internet dan sebagainya.

20 2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah salah satu aktifitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton (dalam Bungin 2006:78) mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) merupakan fungsi nyata yang di inginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu merupakan fungsi yang tidak di inginkan. Selain manifest function dan latent function, setiap aktivitas sosial yang berfungsi melahirkan (Beiring Function) fungsi-fungsi sosial lainnya, bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna. Setiap fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, maka ia akan merubah fungsi-fungsi sosial yang ada. Menurut Robert K. Merton (dalam Bungin 2006:78) fungsi komunikasi massa terdiri dari: 1. Fungsi Pengawasan merupakan medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan pesuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Fungsi Social Learning utama dari komunikasi massa ke media massa dengan melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahanpencerahan kepada masyarakat, dimana komunikasi massa itu berlangsung. Fungsi ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk

21 menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedagogi yang dilakukan melalui komunikasi tatap muka saja. 3. Fungsi Penyampaian Informasi Komunikasi massa mengandalkan media massa, yang memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian infotrmasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publikb tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat. 4. Fungsi Transformasi Budaya komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang di dukung oleh media massa. Dimana perubahan budaya-budaya yang di pengaruhi perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan sebagai pendidikan juga dapat dimanfaatkan sebagai fungsi lain, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan sebagainya. 5. Hiburan Komunikasi massa digunakan sebagai medium hiburan, dimana fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa. 2.5 Framing 2.5.1 Pengertian Analisis Framing Menurut Eriyanto (2002:3) analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita. Proses ini

22 umumnya di lakukan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok dan lain-lain) dibingkai oleh media dengan melalui proses konstruksi. Dalam Analisis Framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Bagaimana hal yang terjadi, fakta, orang, diabstraksikan menjadi peristiwa yang kemudian hadir dihadapan khalayak. Jadi dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas/peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Oleh sebab itu yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. Dalam Eriyanto (2002:12) Analisis framing termaksud ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengontruksikan realitas. Proses pembetukan realitas itu pada akhirnya adalah bagian mana dari realitas tersebut yang lebih menonjol dan mudah di terima oleh khalayak. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. 2.5.2 Analisis Framing Menurut Robert N. Entman Robert N. Entman (dalam Eriyanto 2002:220) framing adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi media. Etman

23 menggunakan framing untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjol dari aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam koteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing memberikan tekanan lebih bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh khalayak dan tersimpat di dalam memori dibandingkan disajikan secara biasa. Menurut Entman (dalam Eriyanto 2002:220) bentuk penonjolan tersebut bisa beragam: menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab di benak masyarakat. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide/ gagasan/ informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. 2.5.3 Perangkat Framing Entman (dalam Eriyanto 2002:221) melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak

24 dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Dalam konsepsi Entman (dalam Eriyanto 2002:222), framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Konsep mengenai framing dari Entman tersebut mengambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Dengan dilihat dari empat bingkai yang ada: 1. Define Problems (definisi masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Diman dalam pendefinisian ini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. 2. Diagnose causes (sumber masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah.

25 3. Make Moral Judgement (membuat keputusan moral), adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. 4. Treatment Recommendation (penyelesaian masalah), elemen ini digunakan untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Peristiwa yang terjadi dapat dilihat bagaimana sebuah peristiwa terjadi dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi metal yang digunakan untuk memperoleh informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Misalnya frame anti-militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusushan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metamorfora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol, atau menghubungkan dengan bagaian lain dalam teks berita, sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat, dan lebih mempengaruhi khalayak.

26 2.6 Teori Penunjang Penelitian 2.6.1 Pengertian Teori Penyusunan Agenda (Agenda Setting Theory) Agenda-setting Theeory diperkenalkan oleh McCombs dan Donald Shaw dalam Public Opinion Quarterly tahun 1972, berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media. Menurut McCombs dan Shaw (dalam Effendy, 2003:286), asumsi dasar teori penyusunan agenda (agenda-setting theory) adalah jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting oleh media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu apabila media massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal dari asumsi lain bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori penyusunan agenda (agenda-setting theory) menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. McCombs dan Donald Shaw (dalam Effendy, 2003:287) mengatakan pula, bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat

27 dalam suatu kampanye Pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain, media massa menetapkan agenda kampanye tersebut dan kemudian untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa.media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media kepada agenda publik. Teori yang dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut McCombs dan Shaw (dalam Effendy, 2003:287), we judge as important what the media judge as important. Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali. Menurut Rakmat (2001:68) dari efek afektif ke efek kognatif, kekuatan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu inilah yang dianggap aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Agenda setting menunjukkan kemampuan media massa untuk berlaku sebagai agenda bagi pembacanya. Dasar pemikiran agenda setting adalah di antara beragam topik informasi yang disajikan media massa, topik yang lebih banyak mendapatkan perhatian dari media akan jadi lebih akrab dengan pembaca dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu. Singkatnya, media massa memilih informasi yang dikehendaki. Lalu

28 berdasarkan informasi yang diterima, khalayak membentuk persepsi mereka tentang beragam informasi yang disajikan oleh media massa. Model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian media terhadap suatu permasalahan dengan penelitian khalayak terhadap permasalahan tersebut. Kepentingan dan keingintahuan pembaca memang menjadi suatu pertimbangan untuk menentukan apa yang akan dimuat dalam surat kabar, namun surat kabar tetap akan menjadi penentu apa yang ingin diketahui pembaca. Khalayak akan menganggap penting apa yang dianggap penting oleh surat kabar, sebaliknya apa yang tidak diperhatikan surat kabar akan luput dari perhatian khalayak. 2.7 Kerangka Pikir Melihat analisis framing model Robert N. Entman maka peneliti akan melihat konstruksi pemberitaan mengenai Kerusuhan Antar Etnik Di Lampung Selatan 2012. Analisis ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian: Pertama, Definisi masalah merupakan asumsi bahwa sebuah peristiwa hendak dinilai sebagai apa. Kedua, Memperkirakan masalah merupakan siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah. Ketiga, Membuat keputusan moral merupakan penelian atas penyebab masalah dan Keempat penyelesaian masalah yakni menawarkan atau menjutifikasi suatu cara penanggulangan masalah dan memprediksi hasilnya. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir di bawah ini:

29 Gambar 1 Berita Kerusuhan Antar Etnik di Lampung Selatan Pada Bulan Oktober dan November 2012 Teori Agenda Setting Analisis Framing Model Robert N. Entman 1. Definisian Masalah 2. Sumber Masalah 3. KeputusanMoral 4. Penyelesaian Masalah Konstruksi pembingkaian (framing) berita kerusuhan antaretnik di Lampung Selatan edisi Oktober- November 2012