BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh orang yaitu karyawan dalam organisasi dapat memberikan sesuatu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, Daerah Istimewa

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BABl PENDAHULUAN. Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sampai saat ini belum ada definisi yang konsisten dan universal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari dan menemukan terobosan-terobosan baru dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi yang semakin pesat didukung dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat di Indonesia, selain itu masyarakat di Bali juga mulai

Seminar Nasional dan Call for Paper, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Juni 2013; ISSN

1 PENDAHULUAN Latar belakang

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam kehidupan (Ozler & Polat, 2012). Kini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. menemukan kebutuhan dan harapan karyawan. Dengan demikian, ada permintaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan. perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan yang diinginkan. Karyawan sebagai sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian yang semakin komplek menuntut suatu perusahaan untuk

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. arus globalisasi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia dari waktu ke waktu masih menjadi topik menarik

Judul : Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional dan Turnover Intention

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. Peringkat manusia

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Dr. Taufik Yudi Mulyanto MPd pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil berbeda dengan perusahaan lain dan semua itu dapat didukung dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang handal dan kompeten. Menurut Fisher, Schoenfeldt, dan Shaw (2006), beberapa hal yang dibutuhkan oleh organisasi untuk dapat bersaing adalah sumber daya fisik, sumber keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). Lebih jauh, Fisher et al (2006) mengatakan bahwa faktor SDM dan bagaimana organisasi mengelolanya merupakan faktor yang paling potensial. Faktor produksi, keuangan, teknologi, dan marketing cenderung mudah ditiru. Dasar pengelolaan manusia sebenarnya juga dapat ditiru, namun strategi yang paling efektif bagi organisasi dalam menemukan cara-cara yang unik untuk menarik, mempertahankan, serta memotivasi karyawan mereka lebih sulit untuk ditiru oleh yang lainnya. Pentingnya keberadaan SDM mendorong perusahaan memberikan perhatian khusus dalam pengelolaan SDM. Pengelolaan sumber daya manusia ini dilakukan dalam suatu bentuk manajemen yang disebut dengan Human Resource Management (Manajemen SDM). Besarnya peranan sumber daya manusia bagi keberhasilan perusahaan menuntut perusahaan untuk dapat mencari dan mempertahankan pekerja yang dapat mendukung tujuan perusahaan. Artinya,

selain berusaha untuk mendapatkan karyawan yang kompeten melalui proses seleksi, perusahaan juga berusaha untuk memelihara dan mempertahankan karyawan terbaik yang mereka miliki agar tetap berada dalam perusahaan. Holland, Sheehan & De Cieri ( (2007) mengatakan bahwa kebutuhan akan SDM semakin meningkat sehingga argumen bahwa usaha dalam rangka menarik perhatian dan mempertahankan karyawan penting untuk dipertimbangkan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa karyawan yang puas terhadap organisasinya cenderung akan menunjukkan komitmen yang lebih tinggi (Moynihan, Boswell & Boudreau, 2000; Warsi, Fatima dan Sahibzada, 2009; Asikgil, 2011; Samad, 2011; Gharakhani & Eslami, 2012). Oleh karena itu, organisasi berusaha untuk dapat mempertahankan karyawannya dengan memperhatikan kesejahteraannya. Dengan demikian, yang menjadi tugas perusahaan adalah mampu memotivasi dan menunjukkan sejauh mana dukungan perusahaan terhadap karyawan sehingga karyawan akan memberi penilaian positif bagi organisasi. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kondisi karyawan sangat mempengaruhi perilaku kerja mereka. Salah satu trend topic yang sering dibicarakan oleh para praktisi, konsultan organisasi dan peneliti beberapa tahun terakhir ini adalah employee engagement (Saks, 2006 ; Attridge, 2009; Siddhanta & Roy, 2010). Albrecht (2010) mengatakan bahwa engagement telah menjadi salah satu konsep yang menarik perhatian baik bagi para praktisi maupun di kalangan akademis. Lee (2012) mengatakan bahwa engagement telah menjadi

perhatian dalam dekade terakhir bagi komunitas pebisnis, konsultan perusahaan dan praktisi. Akan tetapi, dalam komunitas akademis, konsep ini terbilang baru. Lockwood (2007) mengatakan bahwa engagement kini hadir sebagai faktor penentu keberhasilan bisnis ditengah pasar yang semakin kompetitif. Lebih jauh dijelaskan bahwa engagement dapat menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah organisasi. Selanjutnya, Mathapati (2012) mengatakan bahwa sekarang kebanyakan organisasi mulai menyadari bahwa bukan karyawan yang puas yang terpenting dalam peningkatan loyalitas dan produktivitas. Akan tetapi, hanya karyawan yang engaged yang secara intelektual dan emosional terikat dengan organisasinya, bersemangat dan berkomitmen terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi. Menurut Kahn (1990) karyawan yang engaged secara sadar mengikat dirinya dengan pekerjaannya, dan ketika mereka sudah terikat maka mereka memperkerjakan dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif dan emosional selama pelaksanaan pekerjaann. Menurut Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, dan Bakker (2002) engagement adalah kondisi karyawan yang ditandai dengan kekuatan, dedikasi dan absorpsi. Lebih jauh, dijelaskan bahwa engagement merupakan keadaan pikiran dan perasaan yang lebih persisten dan menyeluruh, tidak hanya fokus pada objek, kejadian, individu atau perilaku tertentu. Kekuatan mengacu pada tingkat energi dan resiliensi mental yang tinggi ketika sedang bekerja, kemauan berusaha sunguh-sunguh dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi mengacu pada perasaan yang penuh

makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan. Absorpsi dikarakteristikkan dengan konsentrasi penuh, minat yang mendalam terhadap pekerjaan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa engagement berpengaruh positif terhadap peningkatan komitmen karyawan (Hallberg & Schaufeli, 2006), in-role and extra-role behavior (Bakker, Demerouti & Verbeke, 2004) dan service climate, employee performance, dan kesetiaan pelanggan (Salanova, Agut & Peiro, 2005). Hasil riset Corporate Leader Council pada tahun 2005 menemukan bahwa engagement menyumbang 40% terhadap peningkatan kinerja, 57% untuk bekerja lebih keras, 80% untuk performa yang lebih baik dan 87% untuk kemungkinan menetap dalam organisasi (CPID, 2009). Hasil survei CPID (2006) juga menunjukkan bahwa karyawan yang engaged menunjukkan performa yang lebih baik, lebih sering direkomendasikan, jarang absen dan tingkat keluar dari organisasi yang lebih rendah. Bertolak belakang dengan hasil di atas, survei juga menunjukkan bahwa banyak karyawan yang tidak engaged. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Blessing White (2011) terhadap karyawan di Amerika Utara, Eropa, India, Asia, Cina, Australia dan New Zealand ditemukan bahwa hanya 31% karyawan yang engaged terhadap organisasinya. Hasil survei The Gallup Organization (2004) menunjukkan bahwa tingkat engagement karayawan di Australia sebesar 18%, China sebesar 12%, Jepang sebesar 9%, New Zealand sebesar 17%, dan Singapura sebesar 9%. Menurut The Gallup Organization (Blessing White, 2008) karyawan yang tidak engaged menghabiskan pengeluaran perusahaan sebesar $250 hingga $350

per tahun. Menurut Wah (1999), berdasarkan survei yang dilakukan oleh lebih dari 600 CEO di seluruh dunia, didapatkan bahwa usaha untuk membuat karyawan menjadi engaged terhadap organisasi menjadi satu dari lima permasalahan penting yang dihadapi oleh manajemen. Hasil penelitian Saks (2006) menemukan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan engagement adalah dengan meningkatkan penilaian karyawan terhadap dukungan organisasi yang mereka terima (perceived organizational support). Menurut Rhoades dan Eisenberger (2002) perceived organizational support (POS) adalah keyakinan karyawan bahwa organisasi memberi nilai terhadap kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Saks (2006) juga mengatakan ketika karyawan meyakini bahwa organisasi mereka concern terhadap mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka maka mereka akan berusaha untuk memenuhi kewajiban mereka terhadap organisasi dan mereka akan menjadi lebih engaged. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan teori pertukaran sosial dimana ketika karyawan merasakan adanya dukungan yang diberikan oleh organisasi maka kan menimbulkan sebuah kewajiban bagi mereka untuk membalasnya (Saks, 2006). Dengan kata lain, semakin besar dukungan organisasi yang dirasakan maka semakin memunculkan kewajiban bagi karyawan untuk membalas dukungan organisasi yang mereka terima. Robinson, Perryman, dan Hayday (2004) mengatakan bahwa faktor penggerak yang paling kuat munculnya engagement karyawan adalah perasaan bernilai dan dilibatkan. Lebih jauh, Robinson et al (2004). mengatakan bahwa

munculnya perasaan bernilai tersebut dapat melalui sejauh mana organisasi concern terhadap kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Selanjutnya, Robinson et al. (2004) mengatakan bahwa pengalaman cidera dan kecelakaan saat bekerja mempunyai dampak signifikan terhadap tingkat engagement karyawan. Karyawan yang tidak memiliki pengalaman cidera ataupun kecelakaaan saat bekerja relatif memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi. Penemuan tersebut mengindikasikan pentingnya tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja serta kebutuhan akan kebijakan, praktik dan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan data dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (dalam Bisnis Indonesia tanggal 1 Juni 2012), angka kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2011 tergolong masih tinggi, yakni mencapai 99.491 kasus. Tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran perusahaan akan pentingnya implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan performansi K3 (safety performance) di lingkungan kerja. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Santoso, 2004).

Aplikasi SMK3 di organisasi dapat berbeda sejauhmana komitmen organisasi itu sendiri terhadap topik kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Komitmen yang tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja ditunjukkan dengan adanya manajemen tersendiri yang mengatur kesehatan dan keselamatan kerja atau yang lebih dikenal dengan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Akan tetapi, aplikasi SMK3 di organanisasi juga dapat dilaksanakan dalam bentuk program atau yang lebih dikenal dengan program kesehatan dan keselamatan kerja, selanjutnya disebut dengan program K3. Perusahaan tempat pengambilan data penelitian ini merupakan sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dalam produksinya, perusahaan ini melakukan pengolahan bahan baku kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel). Oleh sebab itu, karyawan sangat sering berhubungan dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya yang dapat merusak kesehatan serta lingkungan fisik yang rentan terhadap resiko kecelakaan. Untuk dapat mengatasi resiko-resiko tersebut maka perusahaan menerapkan program K3 sebagai upaya untuk memberikan perlindungan bagi karyawannya. Utari dan Margaretha (2011) mengatakan bahwa pelaksanaan K3 dalam organisasi kini dijadikan sebagai strategi oleh banyak perusahaan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan telah malaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Survei yang dilakukan oleh Sirota Survey Intelligene (dalam Robertson, Smith & Marcwick, 2009) menunjukkan bahwa 86% karyawan yang puas dengan komitmen organisasi mereka terhadap tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai tingkat

engagement yang tinggi dan memiliki pandangan positif terhadap integritas dan ketertarikan organisasi terhadap kesejahteraan mereka. Dengan kata lain, komitmen organisasi terhadap K3 dapat menimbulkan persepsi positif karyawan terhadap organisasi yang kemudian dapat mendorong munculnya engegement karyawan. Levinson (2007) mengatakan ketika organisasi menunjukkan komitmen mereka dalam hal peningkatan sumber daya manusia ataupun kondisi lingkungan akan menciptakan makna dan nilai bagi karyawan dan hal ini dapat mendorong munculnya engagement karyawan ketika mereka memahami bahwa komitmen tersebut membuat suatu perbedaan dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, salah satunya pelaksanaan K3, dapat menimbulkan persepsi positif karyawan terhadap organisasi yang kemudian dapat mendorong munculnya engagement karyawan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara persepsi karyawan terhadap program K3 dengan employee engagement? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap program K3 dengan engagement karyawan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca mengenai Psikologi Industri dan Organisasi khususnya mengenai employee engagement. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan employee engagement dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis antara lain: a. Untuk mengetahui tingkat engagement karyawan b. Untuk memberikan informasi mengenai persepsi karyawan terhadap program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan keterkaitannya dengan engagement. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang akan menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang employee engagement, persepsi dan implementasi K3. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara persepsi terhadap program K3 dan employee engagement. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disertai dengan interpretasi dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.