Kajian Mutu Fisik dan Kimia Virgin Coconut Cooking Oil (VCCO) Dari Beberapa Varietas Kelapa (Cocos nucifera L.)

dokumen-dokumen yang mirip
Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

BAB III METODE PENELITIAN

KIMIA ORGANIK (Kode : E-11) STUDI PRODUKSI MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONAT OIL) DENGAN CARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus oligosporus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL DARI BEBERAPA METODE PEMBUATAN

ABSTRAK. pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dari proses basah dan proses kering.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

KOMPOSISI ASAM LEMAK MINYAK KELAPA PADA BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK TOMAT, SUHU PEMANASAN DAN WAKTU PENYIMPANAN

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA TRADISIONAL DENGAN PERLAKUAN SUHU AIR YANG BERBEDA

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

tak dengan oksigen dalam udara. Semakin tinggi kecepatan dan lama sentrifugasi terhadap minyak kelapa murni maka akan lebih mudah teroksidasi.

PROSEDUR PENELITIAN PEMBUAT MINYAK VCO (Virgin Coconut Oil) Oleh : Ngatemin Prodi Teknolologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

Biochemical Analysis Of Free Fatty Acid Levels And Cholesterol Of Coconut Oil Were Made At Biology Education Program Fkip University Siliwangi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

TINJAUAN PUSTAKA. kelapa dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu bagian

PENGARUH PENAMBAHAN GETAH PEPAYA TERHADAP KUALITAS MINYAK KELAPA MURNI YANG DIPEROLEH DARI METODE BASAH

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comocus) PADA PENINGKATAN NILAI MUTU MINYAK KELAPA (Coconus nucifera)

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. METODE PENELITIAN

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA PEMBUATAN VCO DENGAN METODA ENZIMATIS DAN PENGASAMAN. Siti Miskah

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN DAN WAKTU PENDIAMAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK KELAPA MURNI (VCO)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Teknologi Peningkatan Mutu Minyak Kelapa E r m a. SP PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Korelasi Antara Kadar Air pada Kernel Terhadap Mutu Kadar Asam Lemak Bebas Produk Palm Kernel Oil

Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Minyak Goreng yang Dibuat dengan Metode Pengadukan dengan Adanya Penambahan Kemangi (Ocimum sanctum L.

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

KAJIAN SIFAT FISIKO KIMIA EKSTRAK MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL, VCO) YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMBEKUAN KRIM SANTAN

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

P FORTIFIKASI KEJU COTTAGE

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN KONSENTRASI STARTER PADA KARAKTERISASI KIMIA VIRGIN COCONUT OIL YANG BERBAHAN DASAR KELAPA (Cocos nucifera)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

JURNAL PENGARUH PERBANDINGAN SANTAN DAN AIR TERHADAP RENDEMEN, KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS (FFA) VIRGIN COCONUT OIL(VCO)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

VCO. Indonesia mempunyai potensi penghasil kelapa nomer 2 di dunia. Kebutuhan VCO. (Gunstone, 2001) Sumber : Trubus, Inggris. Denmark.

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Kajian Mutu Fisik dan Kimia Virgin Coconut Cooking Oil (VCCO) Dari Beberapa Varietas Kelapa (Cocos nucifera L.) Yoan Y.Bolung 1*, Christine F. Mamuaja 2, Lucia C. Mandey 3, Lexie P. Mamahit 4 1 Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian UNSRAT 2,3,4 Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian UNSRAT yoanyolandabolung@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan mutu fisik yang meliputi keadaan bau, warna dan rasa serta mutu kimia yang meliputi komposisi asam-asam lemak, kadar air, FFA dan bilangan peroksida virgin coconut cooking oil (VCCO) hasil pemanfaatan limbah VCO (ampas kelapa) dari varietas kelapa Dalam Mapanget, kelapa Dalam Tenga, kelapa Hibrida KB-3 dan kelapa Kenari. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang mutu fisik dan kimia VCCO serta dapat memberikan nilai tambah bagi limbah ampas kelapa sebelum dijadikan pakan ternak atau dibuang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif mutu fisik dan kimia VCCO dari keempat varietas kelapa diatas terhadap SNI 01-3741-2002 tentang standar mutu minyak goreng. Hasil penelitian menunjukan bahwa mutu fisik meliputi warna, bau dan rasa dari VCCO yang dihasilkan dari beberapa varietas kelapa (ampas kelapa) memenuhi SNI 01-3741-2002 tentang minyak goreng yaitu normal untuk bau dan rasa serta berwarna putih hingga kuning pucat. Mutu kimia VCCO dari keempat varietas kelapa (ampas kelapa) memiliki komposisi asam lemak yang didominasi asam laurat antara 42.16% 47.39%, kadar air antara 0.19% 0.27%, asam lemak bebas (FFA) antara 0.19% 0.30% dan Bilangan Peroksida 0.20 mg ek/kg 1.80 mg ek/kg. Dengan demikian memenuhi standar mutu yang disyaratkan dalam SNI 01.3741-2002 tentang minyak goreng sehingga dapat dinyatakan baik dan layak diterima. Kata Kunci : kelapa, minyak kelapa, limbah VCO (ampas kelapa) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sulawesi Utara merupakan penghasil kelapa terbanyak di Indonesia (Dinas Perkebunan, 2012) dimana Indonesia merupakan Negara dengan pertanaman kelapa terluas di dunia yaitu 31,2% dari total luas areal kelapa dunia. Namun demikian hal tersebut tidak menjadi jaminan bagi kesejahteraan petani kelapa karena tidak stabilnya harga jual produk yang umumnya mereka buat seperti kopra, minyak dan bungkil kelapa dalam perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan persaingan berat antara produk tersebut dengan minyak nabati lainya. Padahal, kandungan minyak dalam buah tanaman kelapa adalah paling baik diantara minyak nabati lainnya karena kandungan asam lauratnya mencapai 50% (Handayani et al. 2009). Asam laurat merupakan medium chain fatty acid (MCFA) atau triasilgliserol rantai sedang (medium chain triacylglicerols/mct) yaitu asam lemak yang mempunyai koefisien digestibility maksimum sehingga

lebih cepat dicerna (Fatimah, 2011) dan dijadikan energi dari pada disimpan sebagai lemak tubuh (Handayani, 2009). Beberapa tahun terakhir masyarakat mulai mengenal dan kemudian mengembangkan teknologi pengolahan kelapa menjadi virgin coconut oil (VCO). Ditinjau dari cara pengolahan yang dilakukan, pada umumnya masih banyak mengandalkan tenaga manusia (Mandey, 2012) sehingga terdapat 23,36% minyak dalam 100 gr ampas bekas pembuatan VCO (Miskiyah, 2006) yang dapat dimanfaatkan lagi dengan langsung mengolahnya menjadi virgin coconut cooking oil (VCCO). Virgin coconut cooking oil (VCCO) merupakan produk hasil olahan limbah ampas kelapa bekas pembuatan VCO yang diolah dengan cara yang sama pada pembuatan VCO dengan tujuan untuk menghasilkan minyak goreng yang memiliki kandungan yang hampir sama dengan VCO. Jadi dapat disimpulkan bahwa VCCO adalah minyak yang diperoleh hanya dengan perlakuan mekanis dengan atau tanpa penambahan air dan pemakaian panas minimal atau tidak lebih dari 60 o C guna mempertahankan mutu minyak aslinya yaitu seperti mutu minyak yang terkandung dalam buah kelapa tua yang segar serta aman untuk dikonsumsi. Di Sulawesi Utara terdapat 62 varietas kelapa yang terdiri atas 13 kelapa Genjah dan 49 kelapa Dalam yang diantaranya merupakan varietas unggul nasional (Novarianto, 2005). Setiap varietas kelapa memiliki keunggulan yang berbeda-beda begitupun dengan komposisi asam lemak laurat yang ternyata beragam pada setiap varietas kelapa (Novarianto, 2005) dimana diketahui komposisi asam laurat pada varietas kelapa Dalam Tenga adalah yang paling tinggi dibandingkan varietas kelapa lainnya seperti Dalam Mapanget dan kelapa Kenari. Oleh karena itu pengembangan produk-produk kelapa seperti dalam pembuatan VCO maupun VCCO perlu didukung dengan data mengenai varietas kelapa. Pengolahan VCCO memang tidaklah berbeda dengan pengolahan VCO namun terdapat masalah didalamnnya yaitu mengenai mutu fisik dan kimia dari VCCO yang dihasilkan dari beberapa varietas kelapa (ampas kelapa) belum dikaji secara khusus. Oleh karena itu dari uraian diatas maka telah dilakukan penelitian tentang kajian mutu fisik dan kimia VCCO dari beberapa varietas kelapa. 1.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menentukan mutu fisik yang meliputi keadaan bau, warna dan rasa virgin coconut cooking oil (VCCO) yang dihasilkan dari varietas Kelapa Dalam Mapanget, Kelapa Dalam Tenga, Kelapa Hibrida KB-3 dan Kelapa Kenari. 2. Untuk menentukan mutu kimia meliputi komposisi asam-asam lemak, kadar air, FFA dan bilangan peroksida virgin coconut cooking oil (VCCO) yang dihasilkan dari varietas Kelapa Dalam Mapanget, Kelapa Dalam Tenga, Kelapa Hibrida KB-3 dan Kelapa Kenari. 1.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah; 1. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang mutu fisik dan kimia VCCO yang dihasilkan dari limbah ampas kelapa bekas pembuatan VCO. 2. Diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi limbah ampas kelapa bekas pembuatan VCO sebelum dijadikan pakan ternak atau dibuang. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Pengolahan dan Analisa Pangan Jurusan Teknologi Pertanian

Universitas Sam Ratulangi Manado selama delapan bulan yaitu pada bulan September 2012 sampai April 2013. 2.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : pemarut kelapa, wadah, blender, lemari pendingin, kompor, wajan, kertas saring, botol / kemasan, sendok teh, termometer 300 o c, timbangan, gelas ukur, oven pengering dengan pemanas listrik 105 C ± 2 C, desikator, kuarsa, pengaduk, elenmeyer 250 ml -300ml, buret 10 ml dan 50 ml, neraca analitik ketelitian 0,1ml, pipet gondok 20ml dan 25 ml, labu ukur 100 ml, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, gas kromotografi (GC) yang dilengkapi dengan flame ionozation detector, labu didih 250 ml, labu kocok, injektor, pemanas air dan kondensor Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : buah kelapa segar (11-12 bulan), air, alkohol netral (95%), indikator phenopthalein 0,5%, larutan 0,1 naoh, etanol 95%, KI jenuh, asam asetat glasial, air suling, natrium tiosulfat (Na 2 S 2 o 3 ) 0.02N, larutan kanji, BF-3 methanol, NaOH 0,5N dalam methanol, nacl jenuh dalam air, Natrium sulfat (Na 2 SO 4), petroleum eter, larutan indikator MM-1% dalam alkohol 60%, heptan. 2.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif mutu fisik dan kimia VCCO hasil pemanfaatan limbah VCO (ampas kelapa) dari beberapa varietas kelapa yang kemudian disebut A, B, C dan D terhadap SNI 01-3741-2002 tentang standar mutu minyak goreng, dimana ; A : Kelapa Kenari (Jenis Unik) B: Kelapa Dalam Tenga (DTA) C: Kelapa Hibrida Dalam x Dalam (KB-3) D: Kelapa Dalam Mapanget (DMT) 2.4. Prosedur kerja Limbah VCO berupa ampas kelapa bekas yang diambil dan diolah pada hari yang sama dengan pembuatan VCO ditimbang kemudian dicampur dengan air masak bersuhu < 60 o C dengan perbandingan 1 : 1 (g/v) lalu peras menggunakan kain saring dengan luas 25 cm 2 hingga menghasilkan emulsi santan lalu diamkan selama 2 jam atau hingga terjadi pemisahan antara krim dan skim. Skim dipisahkan dari krim dan selanjutnya krim dimasukan kedalam lemari pendingin dengan suhu 10 o C - 15 o C selama 10 menit dan di blender selama 5 menit guna menyempurnakan pemisahan minyak, air dan protein. Fermentasikan krim tersebut selama 12 jam atau hingga terbentuk pemisahan antara minyak, protein dan air. Kemudian minyak dan protein dipisahkan dari air untuk kemudian minyak dan protein dimasak selama 15 menit dengan suhu 60 o C. Terakhir saring minyak menggunakan kertas saring agar minyak bersih dari kotoran. Jadilah minyak kelapa goreng murni (VCCO) yang siap untuk dianalisa mutu fisik dan kimia. Ampas Kelapa (Limbah VCO) Segar Emulsi Santan Krim Pemerasan Fermentasi Awal (2 jam) Skim Fermentasi Lanjutan (12 Jam) Minyak, Protein dan Air Pemisahan Air Minyak dan Protein Minyak dan Blondo Minyak (VCCO) Pemanasan 60 o C Penyaringan Gambar 1: Diagram Alir Pembuatan VCCO (Mandey, 2012) yang dimodifikasi.

3.5. Variabel Pengamatan Setelah dihasilkan minyak VCCO, kemudian dilakukan beberapa pengujian terhadap rendemen, mutu fisik (bau, rasa dan warna) dan kimia (kandungan asamasam lemak, kandungan air dan senyawa menguap, asam lemak bebas dan bilangan peroksida) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rendemen Hasil pengamatan terhadap rendemen virgin coconut cooking oil (VCCO) antara varietas kelapa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Data hasil perhitungan rendemen VCCO Varietas Ulangan (%) 1 2 3 Total (%) Rata-rata (%) Kenari 4.07 4.00 4.20 12.27 4.09 Dalam Tenga 3.33 3.10 3.46 9.89 3.30 Hibrida KB-3 3.00 2.85 3.12 8.97 2.99 Dalam Mapanget 2.71 2.68 2.93 31.13 2.77 Total 62.26 Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen VCCO bervariasi di setiap varietas dengan nilai rata-rata rendemen tertinggi (4.09 %) pada varietas kelapa kenari yang merupakan kelapa jenis unik. Tingginya nilai rendemen pada VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa kenari diduga karena kandungan minyak pada varietas kelapa tersebut yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa varietas lainnya. Nilai rata-rata rendemen terendah didapat dari VCCO yang terbuat dari ampas kelapa varietas kelapa dalam mapanget yaitu 2.77%. Nilai tersebut tidak bebeda jauh dengan VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Hibrida KB-3 yang nilai rata-ratanya 2.99%. Sedangkan VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Tenga memiliki nilai rata-rata rendemen 3.30%. Kelapa Dalam Tenga mengandung 64% kadar minyak dalam 100 gr kopra (Novarianto. 2003). Perbedaan antara rendemen yang terlihat antara rendemen dari kelapa Kenari dan Rendemen kelapa Dalam Tenga, sedangkan antara kelapa Dalam Tenga, Hibrida KB-3 dan Dalam Mapanget menunjukan perbedaan nilai yang kecil. Hal ini diduga dikarenakan oleh setiap varietas kelapa memiliki kadungan minyak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 4.2. Keadaan Bau dan Warna VCCO Data hasil pengamatan terhadap keadaan bau dan warna VCCO dari perlakuan perbedaan varietas kelapa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data hasil analisa pengamatan keadaan bau dan warna VCCO Varietas Bau Warna Keterangan Kenari 20 16 Nilai Total = 25 Dalam Tenga 23 18 5 % = 18 Hibrida KB-3 16 22 1% = 20 Dalam Mapanget 20 23 0,1% = 21 Keadaan bau VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Kenari memiliki nilai 20 yang artinya, keadaan bau tersebut berbeda dengan kontrol pada tingkat 1%. Nilai yang sama ditunjukan oleh VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Mapanget yang juga berarti berbeda dengan kontrol pada tingkat 1 % yaitu dengan kriteria bau normal, khas kelapa segar dan tidak tengik. Sedangkan untuk VCCO dari ampas kelapa kelapa Dalam Tenga memiliki nilai tertinggi yaitu 23 yang artinya keadaan bau tersebut berbeda dengan kontrol pada tingkat 0.1%. Berbeda dengan VCCO yang dihasilkan dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Mapanget yang hanya memiliki nilai 16 yang artinya keadaan bau antara VCCO yang dihasilkan dengan kontrol tidak berbeda nyata. Dimana kontrol merupakan VCCO yang telah berbau tengik akibat

terjadinya proses oksidasi. Adanya kemungkinan persamaan bau antara VCCO yang dihasilkan dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Mapanget dengan kontrol diduga diakibatkan oleh terbentuknya flavour karena terbentuknya asam-asam lemak rantai pendek yang diduga dipengaruhi oleh komposisi ampas kelapa varietas tersebut ketika dipanaskan. Flavour yang terbentuk selama pemanasan merupakan hasil hidrolisis minyak. Swern (1979) dan Theime (1968) menyatakan bahwa hidrolisis pada minyak dikatalisis oleh adanya air, asam dan suhu yang tinggi menghasilkan gliserol, asam lemak bebas dan asam-asam lemak berantai pendek. Keadaan warna VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Mapanget memiliki nilai 23 yang artinya, keadaan warna tersebut berbeda dengan kontrol pada tingkat 0.1%. Tingkat pembedaan yang sama dimiliki VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Hibrida KB-3 karena memiliki nilai diatas 21 yaitu 22. Tingkat pembedaan 0.1% artinya, VCCO yang dihasilkan berbeda dengan sampel dengan nilai ketepatan 0.1% karena 21 dari 25 panelis menyatakan adanya perbedaan antara VCCO yang diberikan dengan kontrol. Terdapat pula tingkat pembedaan 5% yang dimiliki oleh VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Tenga yang artinya, VCCO tersebut berbeda dengan kontrol pada tingkat 5 % atau 18 dari 25 panelis menyatakan bahwa keadaan warna VCCO tersebut berbeda dengan kontrol. Berbeda dengan VCCO dari ketiga varietas kelapa tadi, VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Kenari berdasarkan hasil uji organoleptik untuk keadaan warna diketahui bahwa warna VCCO yang dihasilkan memiliki kemungkinan tidak berbeda dengan kontrol. Dimana, kontrol merupakan VCCO yang tidak mengalami penyaringan dengan warna putih keruh hingga kuning pucat. Hal ini diduga karena varietas kelapa Kenari memiliki komposisi kimia yang berbeda dengan varietas kelapa lainnya yang menjadikannya kelapa yang tergolong jenis unik. 4.3. Keadaan Rasa VCCO Data hasil pengamatan terhadap rasa dari VCCO dapat dilihat pada Gambar 1. 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 3,24 Kenari 3,68 Dalam Tenga 2,60 Hibrida KB- 3 3,20 Dalam Mapanget Gambar 1 : Diagram hasil analisa organoleptik terhadap keadaan rasa dari VCCO Gambar 1 menunjukan nilai ratarata tingkat kesukaan panelis terhadap VCCO disetiap perlakuannya. Dari data diatas, angka tertinggi ada pada VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Tenga yaitu 3,68 dan terendah pada VCCO dari ampas kelapa varietas Kelapa Hibrida KB-3 yaitu 2,60. Adanya perbedaan terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap rasa diduga dipengaruhi oleh terbentuknya flavour akibat pemanasan yang hasilnya akan berbeda-beda disetiap varietas kelapa (ampas kelapa), hal ini dikarenakan adanya perbedaan komposisi kimia disetiap varietas kelapa. Ditinjau dari standar mutu untuk rasa seperti yang disyaratkan oleh badan standarisasi nasional (BSN) dalam SNI 01-3741-2002 mengenai minyak goreng dan dalam SNI 7381:2008 mengenai VCO menyatakan bahwa rasa minyak haruslah normal dan pada minyak kelapa memiliki cita rasa khas minyak kelapa maka VCCO yang merupakan minyak goreng hasil pemanfaatan limbah VCO berdasarkan standar yang diberikan oleh BSN untuk minyak goreng dapat dikatakan normal dengan cita rasa VCO (khas kelapa segar).

4.4. Asam lemak Hasil pengamatan terhadap komposisi asam lemak VCCO dari beberapa varietas kelapa sebagai perlakuannya dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Hasil analisa komposisi asamasam lemak VCCO No 1 2 3 4 5 6 7 8 Asam Lemak Asam Kaprilat (C8:0) Asam Kaprat (C10:0) Asam Laurat (C12:0) Asam Miristat (C14:0) Asam Palmitat (C16:0) Asam Stearat (C18:0) Asam Oleat (C18:1) Asam Linoleat (C18:2) Kenari 12.47 8.39 42.51 16.36 8.514 1.15 8.41 2.20 Varietas (%) Dalam Hibrida Tenga KB-3 6.22 15.18 5.35 47.39 19.76 9.96 1.48 7.90 1.95 10.73 42.16 14.85 7.71 1.44 6.48 1.45 Dari Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa komposisi asam lemak ternyata berbeda disetiap varietas kelapa. Komposisi asam kaprilat (C8:0) dan komposisi asam kaprat (C10:0) dengan nilai tertinggi pada VCCO yang terbuat dari ampas kelapa varietas Hibrida KB-3. Komposisi asam laurat (C12:0), asam myristat (C14:0) dan asam palmitat (C16:0) dengan nilai tertinggi ada pada VCCO yang terbuat dari ampas kelapa varietas Dalam Tenga. Sedangkan untuk komposisi asam stearat (C18:0), asam oleat (C18:1) dan asam linolenat (C18:2) ada pada VCCO yang terbuat dari ampas kelapa varietas Dalam Mapanget. Hal ini membuktikan pendapat Cancel (1979) bahwa varietas, lokasi geografis, tingkat kematangan, metode ekstraksi yang berbeda dan penambahan air atau kandungan air dalam daging kelapa akan mempengaruhi komposisi didalamnya termasuk asam-asam lemak. Minyak kelapa berdasarkan komposisi asam lemak digolongkan kedalam minyak asam laurat, seperti yang dinyatakan Roberto et al (1996) dalam Dalam Mapanget 11.43 6.28 42.63 17.30 9.66 1.71 8.77 2.24 Hayati 2009 hal ini dikarenakan oleh komposisi asam lauratnya yang paling tinggi bila dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Hal ini terlihat jelas pada Tabel 4 dimana asam lemak dengan nilai tertinggi adalah asam laurat (C12:0) dengan nilai antara 42.158% - 47.392%. Selain asam laurat ada juga asam myristat (C14:0) yang berada di posisi kedua nilai tertinggi. Hal ini membuktikan pendapat Seow dan Gwee (1997) MCFA seperti asam laurat dan asam myristat adalah asam lemak yang banyak didapat pada minyak kelapa terutama kelapa tua. Asam kaprat (C10:0) juga merupakan salah satu komponen asam lemak kelapa yang mempunyai fungsi yang menyerupai asam laurat dimana dalam tubuh manusia dan hewan asam kaprat akan dibentuk menjadi monokoprin yang berperan sebagai antiviral. Komposisi asam kaprat dalam VCCO yang dihasilkan dari pengolahan limbah ampas kelapa menunjukan nilai berturut-turut 5.35%, 6.28%, 8.39% dan 10.73% sebagai nilai tertinggi dari VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa hibrida KB-3. Data pada Tabel 4 tentang komposisi asam lemak VCCO yang dihasilkan dari limbah ampas kelapa VCO bila dibandingkan dengan komposisi asam lemak VCO seperti syarat mutu VCO oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) terlihat bahwa asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam myristat, asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat memiliki presentasi nilai yang memenuhi nilai minimum yang distandarkan SNI untuk VCO hanya asam stearat yang tidak mencapai nilai minimum yang distandartkan. Hal ini diduga disebabkan oleh kelapa yang digunakan pada dasarnya memiliki komposisi asam stearat yang rendah yang dapat disebabkan oleh varietas maupun kondisi geografis tanaman kelapanya.

4.5. Kadar air Hasil pengamatan terhadap kadar air VCCO dari beberapa varietas kelapa sebagai perlakuannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengamatan Kadar Air VCCO Varietas Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 Kenari 0.25 0.20 0.20 0.65 0.22 Dalam Tenga 0.18 0.19 0.19 0.56 0.19 Hibrida KB-3 0.26 0.26 0.29 0.81 0.27 Dalam Mapanget 0.22 0.22 0.23 2.02 0.22 Dari Tabel 5 terlihat bahwa kadar air minyak kelapa yang dihasilkan bervariasi antara 0,18 0,29 %. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan persyaratan untuk VCO maupun minyak goreng yang distandartkan oleh SNI maka VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Dalam Tenga memenuhi syarat SNI untuk VCO karena memiliki rata-rata presentase kadar air sebesar 0,19 atau < 0,2 %. Sedangkan untuk VCCO dari ampas kelapa varietas lainnya tidak memenuhi syarat SNI untuk VCO namun masih memenuhi syarat SNI untuk minyak goreng yaitu < 0.3%. Adanya perbedaan presentasi kadar air yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh perbedaan beberapa faktor seperti varietas, lokasi geografis, kebudayaan, tingkat kematangan metode ekstraksi dan penambahan air atau kandungan air dalam daging kelapa. Kadar air yang terdapat dalam minyak dapat mempengaruhi mutu dari minyak yang dihasilkan, karena dapat mempercepat terjadinya proses hidrolisis pada minyak (Mokoginta, 2002). Swern (1979) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan air pada minyak maka akan semakin besar pula kemungkinan minyak tersebut terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas. 4.6. Asam Lemak Bebas (FFA) Hasil pengamatan terhadap kadar asam lemak bebas (FFA) dari VCCO dengan bahan baku ampas kelapa dari beberapa varietas kelapa dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Hasil Pengamatan Kadar FFA VCCO Varietas Ulangan 1 2 3 Total Ratarata Kelapa Kenari 0.30 0.30 0.29 0.89 0.30 Dalam Tenga 0.20 0.21 0.21 0.62 0.21 Hibrida KB-3 0.21 0.22 0.22 0.65 0.22 Dalam Mapanget 0.18 0.19 0.19 0.56 0.19 Dari Tabel 6 diatas terlihat bahwa kadar FFA dari VCCO yang dihasilkan bervariasi antara 0,18 0,30 %. Dibandingkan dengan SNI untuk VCO mengenai kandungan FFA diketahui bahwa VCCO dari ampas kelapa varietas kelapa Kenari, Dalam Tenga dan Hibrida KB-3 tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai yang lebih dari 0,2 %. VCCO yang dibuat dari ampas kelapa varietas Dalam Mapanget merupakan satusatunya yang memenuhi persyaratan tersebut karena memiliki rata-rata nilai persentasi FFA sebesar 0,19%. Dalam penelitian yang dilakukan Swern (1979) dan Theime (1968) diketahui bahwa asam lemak bebas (FFA) terbentuk akibat hidrolisis minyak oleh adanya air,asam dan panas yang tinggi (Mokoginta, 2002). Widiyanti 1995 menyatakan bahwa pembentukan FFA menjadi salah satu parameter kerusakan minyak karena semakin tinggi kadar FFA minyak maka semakin rendah mutu minyak. Proses berlangsung sejak minyak pertama kali diperam yaitu ketika pemisahan krim dan skim. Selanjutnya krim dibiarkan selama 12 jam, guna menurunkan ph krim agar supaya protein sebagai zat penstabil emulsi dapat rusak hingga pada akhirnya akan terbentuk lapisan minyak, protein dan air. Proses terbentuknya asam ini mempercepat

terjadinya hidrolisis gliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas. 4.7. Bilangan Peroksida Hasil pengamatan terhadap bilangan peroksida VCCO yang dihasilkan dari ampas kelapa beberapa varietas kelapa sebagai perlakuannya dapa dilihat pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Hasil Pengamatan Bilangan Peroksida VCCO Perlakuan Ulangan 1 2 3 Total Ratarata Kenari 1.80 1.79 1.80 5.39 1.80 Dalam Tenga 1.60 1.40 1.40 4.40 1.47 Hibrida KB-3 1.40 1.60 1.60 4.60 1.53 Dalam Mapanget 0.20 0.20 0.20 14.39 0.20 Dari Tabel 7 diatas terlihat bahwa bilangan peroksida VCCO yang dihasilkan bervariasi antara 0,20-1,80 mg ek/kg yang berarti memenuhi persyaratan dalam SNI 7381-2008 yaitu maksimal 2,0 mg ek/kg.. Bilangan peroksida merupakan parameter penting yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan derajat kerusakan minyak. Peroksida terbentuk karena asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya (Ketaren, 1986) yang dikenal dengan proses oksidasi. Proses ini menghasilkan produk oksidasi berupa berbagai senyawa off flavor serta off odor yang disebut sebagai tengik (Fatimah, 2003) Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan terbuka dan berinteraksi dengan udara akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu, dan sebaliknya akan berkurang bila suhunya diturunkan. Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai ratarata bilangan peroksida VCCO yang dihasilkan dari limbah ampas kelapa VCO nilai terendahnya 0,2 Mg ek/kg dan tertingginya 1,8 Mg ek/kg. Hal ini berarti bila dibandingkan dengan persyaratan SNI terhadap VCO atas nilai maksimum bilangan peroksida yaitu 2,0 Mg ek/kg maka dapat disimpulkan bahwa VCCO yang dihasilkan dari limbah ampas kelapa VCO memiliki nilai bilangan peroksida yang baik karena setara dengan nilai bilangan peroksida yang disyaratkan untuk VCO atau VCCO dapat diterima konsumen, kualitas gizinya masih baik dan tidak menimbulkan rekasi yang bersifat toksik (Fatimah, 2003). 5. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kajian mutu fisik dan kimia virgin coconut cooking oil (VCCO) dari varietas kelapa Kenari, Dalam Tenga, Hibrida KB-3 dan Dalam Mapanget diketahui bahwa; 1. Mutu fisik meliputi warna, bau dan rasa dari VCCO yang dihasilkan dari beberapa varietas kelapa (ampas kelapa) memenuhi SNI 01-3741-2002 tentang minyak goreng yaitu normal untuk bau dan rasa serta berwarna putih hingga kuning pucat.. 2. Mutu kimia VCCO dari keempat varietas kelapa (ampas kelapa) memiliki komposisi asam lemak yang didominasi asam laurat antara 42.16% 47.39%, kadar air antara 1.9% 0.27%, asam lemak bebas (FFA) antara 0.19% 0.30% dan Bilangan Peroksida 0.20 mg ek/kg 1.80 mg ek/kg. Dengan demikian memenuhi standar mutu yang disyaratkan dalam SNI 01.3741-2002 tentang minyak goreng sehingga dapat dinyatakan baik dan layak diterima. 5.2. Saran Dari hasil penelitian diatas dapat disarankan untuk dilakukan penelitian guna memanfaatkan MCFA yang masih ada untuk dijadikan produk oleochemical. DAFTAR PUSTAKA Fatimah F. (2003). Oksidasi Lipid dan Aktivitas Antioksidan Dalam Sistem Bulk dan Emulsi. Program Studi Ilmu Pangan Program pasca Sarjana IPB. Bagor.

Fatimah F. dan Barlina Rindangen. (2011). Pengaruh Diet Emulsi Virgin Coconut Oil Terhadap Profil Lipid Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Littri Volume 17 no.1. ISSN 0853-8212. h.18-24 Handayani. (2009). Extraction of Coconut Oil (Cocos nuciferra L.) through Fermentation System. Biodiversitas Volume 10, Number 3. ISSN 1412-033X. h.151-157 Ketaren,S.1986. PengantarTeknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia (UI-Press). Miskiyah; Ira Mulyawati dan Winda Haliza. (2006). Pemanfaatan Ampas Kelapa limbah Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Dibawakan dalam Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Mokoginta,Y.(2002). Kajian Beberapa Siifat Mutu Minyak Kelapa Yang Diolah Melalui Beberapa Metode Pengolahan Secara Basah. Sripsi S1 Pada Fakultas Pertanian UNSRAT Manado. Novarianto H.(2005). Plasma Nutfah & Pemuliaan Kelapa. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Manado.