EFFECT OF PRODUCTION FACTORS ON PURSE SEINE FISH CAPTURE IN THE LAMPULO COASTAL PORT, BANDA ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Faktor-Faktor Produksi Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di TPI Ujong Baroh, Aceh Barat, Aceh

Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo, Aceh

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TANGKAPAN KAPAL MINI PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

C E =... 8 FPI =... 9 P

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN GILLNET KAPAL MOTOR DAN MOTOR TEMPEL DI PPP TEGALSARI, KOTA TEGAL

ANALISIS EFISIENSI UNIT PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO BANDA ACEH 1)

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

ANALISIS EFISIENSI UNIT PENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO BANDA ACEH RATNA MUTIA APRILLA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN PROBOLINGGO

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

PENGHITUNGAN TINGKAT EFISIENSI TEKNIS DAN PENGGUNAAN VARIABEL INPUT ALAT TANGKAP PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPP LAMPULO ACEH

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

3 METODOLOGI PENELITIAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

Erwin Tanjaya ABSTRAK

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

ESTIMASI PRODUKSI PERIKANAN DAN KUNJUNGAN KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

Tingkat Efisiensi Kapasitas Perikanan Pukat Cincin di Banda Aceh

Komparasi Finansial Hasil Tangkapan Pertahun Di Pantai Barat Selatan Dan Pantai Timur Utara Provinsi Aceh

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER DENGAN PERMODELAN OPERASIONAL TERHADAP HASIL TANGKAPAN YANG OPTIMAL

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

Erwin B Pattikayhatu *) Epianus E Nanlohy **) Abstak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords: private port, purse seine, efficiency charging time supplies

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PSPK STUDENT JOURNAL, VOL. I NO. 1 pp UNIVERSITAS BRAWIJAYA Recieved 18 January 2013, Accepted 16 May 2013

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE (GARDAN) DI FISHING BASE PPP MUNCAR, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Analysis of Net length difference and Size of Purse seine fishing vessel in Mayangan coastal fishing port in Probolinggo, East Java

*) Penulis Penanggungjawab

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

EFISIENSI PENANGKAPAN JARING INSANG LINGKAR DENGAN UKURAN MATA JARING DAN NILAI PENGERUTAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR NEGERI WAAI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

Transkripsi:

Jurnal Natural Vol. 11, No. 1, 2011 EFFECT OF PRODUCTION FACTORS ON PURSE SEINE FISH CAPTURE IN THE LAMPULO COASTAL FISHERIES PORT, BANDA ACEH *Rizwan, Ichsan Setiawan dan Ratna Mutia Aprilla Jurusan Ilmu Kelautan Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh *Email korespodensi: wan_kapal@yahoo.co.id Abstract. Study to the effect of production factors on purse seine fish capture in the Lampulo coastal fisheries port, Banda Aceh has been done from 10 May to 9 June 2010. The objective of this study is to know the effect of such production factors as boat size, boat engine power, the length and depth purse seine nets, numbers of the crews, fuel, and the numbers of lights on purse seine fish capture in the fish port Lampulo. Survey method was used on 36 active purse seine boats and the data were analyzed by means of multiple linear regression analysis model. Data were collected by interviewing techniques. The resultss show thats, all variables of production factors such as boat size, engine boat, length and depth purse seine nets, numbers of the crews, fuel, and the numbers of lights were significant (67.0%) on the purse seine fishing catches. In addition, individually only fuel variable that significant effect on purse seine fish capture, whereas the six other variables (boat size, engine boat, length and depth purse seine nets, numbers of crews, and number of lights) were no significant. Keywords: production factor, fish capture, purse seine I. PENDAHULUAN Provinsi Aceh yang terletak di ujung barat Indonesia mempunyai potensi perikanan yang melimpah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Perikanan merupakan salah satu bidang usaha yang diharapkan mampu menjadi penopang kesejahteraan rakyat Aceh. Secara geografis Provinsii Aceh terletak pada koordinat 2º - 6º LU dan 95º - 98º BT, pantai utaranya berbatasan dengan Selat Benggala, pantai timurnya berbatasan dengan Selat Malaka dan pantai baratnya berbatasan dengan Samudera Hindia. Wilayah pesisirnya memiliki panjang garis pantai 1.660 km dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km² dan terdiri dari perairan kepulauan seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km² [1]. Pukat cincin merupakan sebagian besar alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Aceh umumnya dan nelayan Lampulo Banda Aceh khususnya. Dari data statistik perikanan tangkap Provinsi Aceh, total produksi perikanan laut untuk kota Banda Aceh yang menggunakan alat tangkap pukat cincin sebanyak 2.694,3 ton tahun 2008 dengan jumlah unit penangkapannya sebanyak 90 unit [2]. Armada kapal pukat cincin memiliki alat penangkapan yang tingkat selektivitasnya cukup tinggi, ditunjukkan oleh ukuran mata jaring yang distandarkan, lokasi penangkapan yang direncanakan dan musim penangkapan tertentu. Efisiensi penggunaan armada kapal pukat cincin sangat terkait dengan masalah identifikasi penggunaan faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan, sehingga penelitian mengenai kajian faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan pukat cincin perlu dilakukan. Setiap bidang usaha pada dasarnya ditujukan untuk mendapatkan hasil yang optimal, para nelayan akan selalu berusaha untuk meningkatkan hasil tangkapan dengan tujuan untuk memperbesar pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Satriaa (2009) [3], nelayan sebagai usahawan harus pandai memanfaatkan segala faktor yang berhubungan dengan penangkapan ikan yang ada dan juga memilih diantara berbagai alternatif dalam kegiatan ekonomi. Usaha pengembangan penangkapan dapat ditempuh dengan program intensifikasi di bidang perikanan. Intensifikasi penangkapan secara umum dapat diartikan sebagai usaha

penggunaan lebih banyak faktor yang mempengaruhi penangkapan seperti kinerja awak kapal serta optimalisasi alat tangkap dan kapasitas mesin terhadap proses penangkapan untuk mencapai hasil tangkapan yang lebih besar. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian mengenai Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil tangkapan nelayan pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Kota Banda Aceh perlu dilakukan. II. METODOLOGI Lokasi penelitian ini terletak di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Kota Banda Aceh, dilaksanakan dari tanggal 9 Mei sampai 11 Juni 2010. Objek penelitian adalah kapal ikan yang menggunakan alat tangkap pukat cincin yang aktif. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan seperti: ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, lebar jaring pukat cincin, jumlah awak kapal, bahan bakar minyak (BBM) Solar, dan jumlah lampu. Faktor produksi lain seperti faktor alam dan tekhnologi pada penelitian ini dianggap sama dan stabil pengaruhnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Teknik demikian ini ditempuh berdasarkan pertimbangan bahwa populasi didaerah penelitian mempunyai pola usaha penangkapan ikan dengan menggunakan tipe kapal pukat cincin yang seragam. Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap nelayan yang menjadi responden, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk menghindari salah pengertian, maka variabelvariabel yang dianalisis perlu diberikan batasan sebagai berikut : a. Hasil tangkapan (Y), adalah besarnya hasil dari usaha penangkapan yang diperoleh nelayan berupa ikan (kg). b. Ukuran kapal (X 1 ), adalah bobot kapal kotor yang dinyatakan dalam Gross Tonage (GT). c. Daya mesin kapal (X 2 ), adalah besarnya tenaga/kekuatan mesin (motor) kapal yang digunakan dikapal dengan fungsi sebagai penggerak kapal, dinyatakan dalam Horse Power (HP). d. Panjang jaring pukat cincin (X 3 ), adalah panjang net (jaring), dihitung dari ujung jaring sebelah kiri sampai ujung jaring sebelah kanan, tidak termasuk panjang tali pelampung utama. Satuan pengukurannya adalah meter (m). e. Dalam jaring pukat cincin (X 4 ), adalah panjang net (jaring), dihitung dari ujung jaring atas sampai ujung jaring bawah. Satuan pengukurannya adalah meter (m). f. Jumlah Awak Kapal (X 5 ), adalah nelayan pekerja dengan tingkat tanggung jawab rendah dan tidak terikat dengan kontrak kerja (orang). g. BBM (X 6 ), adalah jumlah bahan bakar yang digunakan oleh nelayan pukat cincin untuk melaut, dinyatakan dalam (liter). h. Jumlah Lampu (X 7 ), adalah jumlah lampu yang digunakan untuk mengumpulkan ikan di sekitar daerah penangkapan, dinyatakan dalam (unit). Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan program minitab dan dianalisis dengan menggunakan Model Analisis Regresi Linier Berganda dimana terdapat sejumlah variabel bebas yang dihubungkan dengan satu variabel terikat (tidak bebas). Jika variabel bebas dalam penelitian ini adalah X 1, X 2, X 3,, X 7 dan variabel terikatnya Y maka bentuk/rumus umum dari Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut [4] : Y = a 0 + a 1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + + a 7 X 7 + e Y = Hasil tangkapan (Kg) X 1 = Ukuran kapal (GT) X 2 = Daya mesin kapal (HP) X 3 = Panjang jaring pukat cincin (m) X 4 = Dalam jaring pukat cincin (m) X 5 = Jumlah Awak kapal (orang) X 6 = BBM (L) X 7 = Jumlah Lampu (unit) a 0 = Konstanta a 1, a 2, a 3,., a 7 = Parameter yang dicari e = Error Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X 1, X 2, X 3,, X 7 ) secara serempak/simultan terhadap variabel terikat (Y) digunakan Uji F dengan rumus sebagai berikut [4] : F = Jk res Jk reg / k /( n k 1) Jk = Jumlah kuadrat regresi reg res Jk = Jumlah kuadrat residual eror k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel Dengan kaedah keputusan : Bila F hitung < F tabel (α = 0,05), maka tolak Ha 25

Bila F hitung > F tabel (α = 0,05), maka terima Ha Selanjutnya untuk menguji keeratan hubungan antara variabel bebas (X 1, X 2, X 3,, X 7 ) dengan variabel terikat (Y) digunakan Koefisien Determinasi (R 2 ) dengan rumus sebagai berikut [4]: R 2 = JK( reg) Yi 2 R 2 = Koefisien Determinasi JK(reg) = Jumlah Kuadrat untuk Regresi Yi 2 = Jumlah Kuadrat Total Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X 1, X 2, X 3,, X 7 ) secara individu/parsial terhadap variabel terikat (Y) digunakan Uji t dengan rumus sebagai berikut [4] : t hitung = a i Sa i a i = Koefisien Regresi Variabel X i (i = 1, 2, 3,, 7) Sa i = Standar Error Variabel X i (i = 1, 2, 3,, 7) Dengan kaedah keputusan sebagai berikut : Bila t hitung < t tabel (α = 0,05), maka tolak Ha Bila t hitung > t tabel (α = 0,05), maka terima Ha III. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa Faktor Produksi yang Berpengaruh terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Pukat Cincin Hasil pengolahan data menghasilkan model pengaruh faktor produksi tersebut terhadap hasil tangkapan nelayan pukat cincin sebagai berikut: Y = 109 + 2,9 X 1 + 6,78 X 2 + 0,97 X 3-58 X 4-0,4 X 5 + 3,78 X 6 + 23,2 X 7 Dari model di atas terlihat bahwa variabel dalam jaring dan jumlah awak kapal memiliki koefisien regresi yang negatif terhadap hasil tangkapan. Sedangkan lima variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang positif. Pengujian secara serempak untuk keberartian regresi diperlihatkan pada Tabel 1. Uji F dengan tingkat kepercayaan 95 % atau (α = 0,05) ternyata model regresi yang diajukan sangat berarti. Tabel 1. Uji Serempak untuk Fungsi Regresi Hasil Tangkapan Nelayan Pukat Cincin Sumber Db Jumlah Kuadrat Rata-rata Kuadrat F hit F tabel Regresi 7 489601632 6943090 8,14 2,36 0,00 P Residu 28 23894832 853387 Total 35 72496464 Hal ini berarti bahwa ketujuh variabel faktor produksi ukuran kapal (X 1 ), daya mesin kapal (X 2 ), panjang jaring pukat cincin (X 3 ), dalam jaring pukat cincin (X 4 ), jumlah awak kapal (X 5 ), BBM (X 6 ), dan jumlah lampu (X 7 ) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan nelayan pukat cincin di daerah penelitian. Keterkaitan atau keeratan hubungan antara variabel ini dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R 2 ) yaitu sebesar 67,0%. Koefisien regresi ukuran kapal (a 1 ) sebesar 2,9 yang berarti searah dengan peningkatan hasil tangkapan. Dengan demikian sesuai dengan besaran koefisien regresi maka setiap kenaikan ukuran kapal satu Gross Tonnage (GT) maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 2,9 kg. Kapal yang berukuran besar umumnya dilengkapi dengan mesin penggerak yang bertenaga besar, mampu membawa awak kapal yang lebih banyak dan jaring yang berukuran besar, serta menampung hasil tangkapan yang lebih banyak. Keterkaitan seluruh faktor input tersebut pada saat pengoperasian alat tangkap akan lebih memudahkan proses penangkapan sehingga secara tidak langsung mampu meningkatkan hasil tangkapan. Besarnya tonnage (ukuran kapal) kapal berhubungan langsung dengan produktifitas dan produksi tangkapan, maka untuk menduga produksi nelayan, disamping didasarkan atas teknologi alat tangkap dan jumlah kapal, juga ditentukan oleh tonnage kapal yang dimiliki [5]. Koefisien regresi daya mesin kapal (a 2 ) sebesar 6,78 yang berarti searah dengan peningkatan hasil tangkapan. Dengan demikian sesuai dengan besaran koefisien regresi maka setiap kenaikan daya mesin kapal satu Horse Power (HP) maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 6,78 kg. Daya mesin kapal akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan ikan dan pelingkaran alat tangkap pukat cincin mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak. Menurut Wijopriono dan Genisa (2003) [6], kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi kecepatan renang 26

ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya ikan. Dengan kekuatan mesin yang besar, maka proses pelingkaran gerombolan ikan juga lebih cepat sehingga kemungkinan ikan untuk lolos juga semakin kecil. Koefisien regresi panjang jaring pukat cincin (a 3 ) sebesar 0,97 yang berarti searah dengan peningkatan hasil tangkapan. Peningkatan faktor produksi panjang alat tangkap sebesar satu meter (m) maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 0,97 kg. Hal ini dikarenakan semakin panjang alat tangkap pukat cincin maka luasan pelingkaran semakin luas, sehingga diharapkan ikan yang berada dalam lingkaran tersebut akan semakin besar jumlahnya. Koefisien regresi dalam jaring pukat cincin (a 4 ) sebesar -58 yang berarti berlawanan arah dengan peningkatan hasil tangkapan. Pengurangan faktor produksi dalam jaring pukat cincin sebesar satu meter (m) maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 58 kg. Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) [7], kedalaman jaring pukat cincin harus ditentukan dengan memperhatikan perilaku dari ikan yang akan ditangkap dan kondisi perairan setempat. Minimum lebar dari jaring dimaksudkan untuk mengikuti kedalaman renang dari gerombolan ikan tersebut. Koefisien regresi jumlah awak kapal (a 5 ) sebesar - 0,4 yang berarti berlawanan arah dengan peningkatan hasil tangkapan. Penurunan faktor produksi jumlah awak kapal sebesar satu orang maka akan meningkatkankan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 0,4 kg. Penggunaan tenaga manusia dibutuhkan untuk menarik pelampung dan badan jaring pada saat penarikan jaring, menata alat tangkap, dan mengangkat hasil tangkapan dari badan jaring ke atas geladak kapal. Jumlah awak kapal yang ikut serta dalam setiap trip opersi penangkapan harus sesuai dengan ukuran kapal. Efisiensi tenaga kerja dalam setiap operasi penangkapan ditujukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Koefisien regresi BBM (a 6 ) sebesar 3,78 yang berarti searah dengan peningkatan hasil tangkapan. Peningkatan faktor produksi BBM sebesar satu liter (L) maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 3,78 kg. Kapal pukat cincin dengan kekuatan mesin yang besar perlu didukung dengan pemakaian jumlah BBM yang seimbang. BBM mempengaruhi jumlah hasil tangkapan karena dengan banyaknya pemakaian BBM kecepatan kapal lebih cepat untuk melingkari alat tangkap dan jangkauan operasi lebih jauh. Koefisien regresi jumlah lampu (a 7 ) sebesar 23,2 yang berarti searah dengan peningkatan hasil tangkapan. Peningkatan faktor produksi jumlah lampu sebesar satu unit maka akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan menggunakan alat tangkap pukat cincin sebesar 23,2 kg. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan bertambahnya penggunaan lampu dalam pengoperasian pukat cincin maka hasil tangkapan juga akan meningkat dengan tingkat optimum jumlah lampu. Lampu dipergunakan sebagai alat bantu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan gerombolan ikan sehingga memudahkan operasi penangkapan. Penggunaan lampu ini memanfaatkan sifat ikanikan pelagis kecil yang fototaksis positif terhadap cahaya, artinya bahwa jika terdapat sumber cahaya, maka ikan akan mendekati sumber cahaya tersebut. Dengan pemakaian jumlah lampu yang lebih banyak, maka daerah perairan yang dipengaruhi oleh cahaya akan semakin luas sehingga ikan yang datang mendekati daerah penangkapan juga semakin besar. Dengan demikian, maka kemungkinan ikan untuk tertangkap juga semakin banyak. Ayodhyoa (1981) [8], menyatakan bahwa mekanisme tertariknya ikan terhadap cahaya belum diketahui dengan jelas, namun diduga berkumpulnya ikan-ikan tersebut disebabkan oleh keinginan mencari intensitas cahaya yang sesuai. Selanjutnya untuk analisis secara parsial, maka uji t digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel faktor produksi terhadap hasil tangkapan (Tabel 2). Hasil pengujian secara parsial ini memperlihatkan bahwa hanya BBM yang memberikan pengaruh nyata secara langsung terhadap hasil tangkapan pukat cincin pada tingkat kepercayaan 95%. Tabel 2. Hasil Analisis Parsial Faktor Produksi Pukat Cincin dengan Menggunakan Uji t. Sumber Koefisien regresi Standar error coef Variabel 109 6274 0,02 0,986 X 1 (ukuran kapal) X 2 (daya mesin t hit 2,87 34,75 0,08 0,935 6,776 8,727 0,78 0,444 P 27

kapal) X 3 (panjan g jaring pukat cincin) X 4 (dalam jaring pukat cincin X 5 (jumlah awak kapal) X 6 0,966 2,585 0,37 0,712-58,5 117,2-0,5 0,622-0,37 40,83-0,01 0,993 (BBM) 3,7786 0,5859 6,45 0,000 X 7 (jumlah lampu) 23,2 18,86 1,23 0,229 Keterangan: t tabel (0,05) = 2,031 Faktor produksi ukuran kapal, kekuatan mesin, panjang jaring, dalam jaring, awak kapal, dan jumlah lampu berpengaruh tidak nyata terhadap hasil tangkapan pukat cincin karena nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil daripada nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor produksi ukuran kapal (X 1 ) berpengaruh Faktor ukuran kapal berpengaruh terhadap ukuran kekuatan mesin yang digunakan, stabilitas kapal dan kemampuan kapal dalam menampung hasil tangkapan dalam palka. Stabilitas kapal yang baik untuk pukat cincin dibutuhkan karena alat tangkap pukat cincin yang memiliki beban berat tersebut diletakkan pada salah sisi lambung kapal dan pada saat melakukan pelingkaran jaring, sebagian awak kapal akan berada pada sisi tersebut. Kapal yang berukuran besar juga mampu menampung hasil tangkapan yang banyak, namun hasil tangkapan yang diperoleh bergantung pada produktivitas alat tangkap dan kondisi sumberdaya. Faktor produksi daya mesin kapal (X 2 ) berpengaruh Hal ini diduga kemungkinan besar gerombolan ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin telah terkumpul dalam suatu area penangkapan (catchable area) yang aman karena penggunaan alat bantu lampu dan rumpon sehingga tidak membutuhkan daya mesin yang besar untuk mengejarnya. Faktor produksi panjang jaring (X 3 ) berpengaruh Hal ini dikarenakan semakin panjang alat tangkap maka luasan pelingkaran semakin luas, sehingga diperlukan waktu yang lama dalam proses pelingkaran jaring tersebut. Demikian juga untuk faktor produksi dalam (X 4 ) berpengaruh tidak nyata terhadap hasil tangkapan dengan dugaan bahwa target penangkapan pukat cincin adalah ikan-ikan pelagis kecil yang swimming layer nya berada pada kedalaman yang dapat dijangkau. Faktor produksi awak kapal (X 5 ) berpengaruh Secara manual, Awak Kapal terutama diperlukan pada saat melakukan penarikan tali pengerut jaring sehingga ikan yang berada di bagian bawah jaring tidak meloloskan diri dari celah yang terbuka. Pada kapal pukat cincin di Lampulo, proses ini dilakukan dengan bantuan capstan sehingga tidak memerlukan tenaga manusia yang banyak. Penggunaan capstan ini dapat mempercepat proses penarikan jaring sehingga peluang ikan untuk meloloskan diri kecil dan hasil tangkapan dapat meningkat. Penggunaan tenaga manusia (awak kapal) dibutuhkan untuk menarik pelampung dan badan jaring pada saat penarikan jaring, menata alat tangkap, dan mengangkat hasil tangkapan dari badan jaring ke atas geladak kapal. Untuk faktor produksi BBM (X 6 ) hasil uji t menunjukkan bahwa BBM berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pukat cincin karena BBM digunakan sebagai tenaga penggerak mesin jalan dan mesin lampu dalam melakukan operasi penangkapan. BBM merupakan salah satu dari faktor sarana produksi yang merupakan inti dari berbagai faktor produksi lainnya. Tanpa tersedianya BBM maka tidak mungkin dilaksanakan kegiatan operasi penangkapan ikan. Ketersediaan BBM dalam jumlah yang tepat akan mempengaruhi kelancaran proses produksi dan jangkauan operasi penangkapan lebih jauh. Faktor produksi jumlah lampu (X 7 ) berpengaruh tidak nyata terhadap hasil tangkapan. Lampu merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang digunakan pada kapal pukat cincin yang memanfaatkan cahayanya untuk memikat ikan yang bersifat fototaksis positif. Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya lampu hanya terfokus pada sekitar cahaya, sehingga pelingkaran jaring hanya berada pada sekitar cahaya lampu. Dengan demikian, penangkapan dengan bantuan cahaya lampu hanya dapat dilakukan pada malam hari. Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh kapal pukat cincin selama penelitian meliputi jenis ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan yang paling banyak tertangkap adalah jenis ikan Cakalang 28

(Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), tongkol gepeng (Euthynnus affinis), ikan tongkol sisik (Thunnus alalunga), ikan rambe (Alectis ciliaris), ikan tongkol mata besar (Thunnus obesus), ikan dencis (Sardinella schanum) dan ikan-ikan pelagis kecil lainnya. Nelayan pukat cincin di Lampulo juga telah menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon, lampu, GPS dan Echosounder. KESIMPULAN 1. Secara simultan, faktor produksi dengan variabel ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, dalam jaring pukat cincin, jumlah ABK, BBM, dan jumlah lampu berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan nelayan pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh. 2. Secara parsial, hanya faktor produsi BBM yang berpengaruh nyata terhadap kenaikan hasil tangkapan nelayan pukat cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh. Sedangkan keenam variabel lainnya (ukuran kapal, daya mesin kapal, panjang jaring pukat cincin, dalam jaring pukat cincin, jumlah ABK, dan jumlah lampu) tidak berpengaruh nyata. REFERENSI 1. BPS NAD, 2009, Aceh Dalam Angka, Kerjasama badan pusat statistik dan badan perencanaan pembangunan daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009, Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Aceh Tahun 2008, Banda Aceh. 3. A. Satria, 2009, Ekologi Politik Nelayan, PT LKiS Pelangi Aksara, Bandung. 4. Sudjana, 1992, Metode Statistik, Tarsito, Bandung. 5. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2005, Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Volume Palkah Kapal Perikanan, Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Jakarta. 6. Wijopriono dan A. S. Genisa, 2003, Kajian Terhadap Laju Tangkap Dan Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine Mini Di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah, Torani, Vol. 13 (1) Maret 2003 : 44-50. 7. Sudirman dan A. Mallawa, 2004, Teknik Penangkapan Ikan, Rineka Cipta, Jakarta. 8. Ayodhyoa, 1981, Metode Penangkapan Ikan, Yayasan dewi sri, Bogor. 29