JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

dokumen-dokumen yang mirip
Key Performance Indicators Perusahaan

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

PENGEMBANGAN MODEL PERFORMANCE MEASUREMENT DENGAN INTEGRASI METODE BALANCE SCORECARD, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS PT.XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. serius seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PERANCANGAN DASHBOARD KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD DAN KEY PERFORMANCE INDICATOR DI PT. X

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

INTEGRASI METODE BALANCE SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENGUKURAN KINERJA DI PERGURUAN TINGGI SWASTA

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

Perancangan Key Performance Indicators (KPI) Menggunakan Metode Balanced Scorecard di PT. Aston System Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BISNIS UNIT. di PT. XYZ

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

PRESENTASI SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR. Peneliti: Refi Efendi. Dosen Pembimbing: Syarifa Hanoum ST., MT

Integrasi Balanced Scorecard dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi

PENGUKURAN DAN ANALISA KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DI PT. X

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIT DONOR DARAH (UDD) PMI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PROSES BISNIS PADA AGENCY FOTOGRAFI DAN MODELING FASHIONTOGRAFIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC)

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA KANTOR CAPEM BANK XYZ DI BANGKALAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

PERENCANAAN PENGUKURAN KINERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN WALISONGO-GEMPOL DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS(AHP)

Pengukuran Kinerja Bulog Sub Divre Dumai dengan Konsep Balanced Scorecard

BAB II KAJIAN LITERATUR

PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS PT. KITO INDONESIA) TESIS. Ida Nahriah

Sistem Penilaian dan Perencanaan Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan kinerja keuangan untuk mengukur kinerja aktiva-aktiva tidak berwujud

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard pada Perusahaan Jasa Konstruksi (Studi Kasus: Perusahaan A)

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM EVALUASI KINERJA DENGAN MODEL BALANCED SCORECARD

PEMBOBOTAN SASARAN STRATEGIS PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PERUSAHAAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, Human Resource Scorecard, Key Performance Index, Traffic Light System.

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar1.1

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

USULAN PERANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA PADA PT. MI (Studi Kasus Pada Departemen Produksi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB V PENUTUP. berbasis Balanced Scorecard dengan menggunakan keempat perspektif Balanced

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIT DONOR DARAH (UDD) PMI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sains & Teknologi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard

Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA PROJECT-BASED DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD (Studi kasus: PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG) Fikrotuzzakiah,F., Hanoum,S. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: syarifa@ie.its.ac.id Abstrak-.Mengukurkinerja dilihat sebagai salah satu cara mengetahui kondisi eksisting perusahaan. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (PT WG) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan. PT WG saat ini menggunakan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence yang menekankan pada dampak eksternal sebagai pelaporan, sehingga dengan metode Balanced Scorecard yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, diharapkan dapat menyempurnakan manajemen kinerja yang diimplementasikan oleh perusahaan. Data yang kumpulkan berupa visi,misi,strategi, dan nilai yang terdapat pada perusahaan. Identifikasi proses bisnis dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja CIMOSA dan didapatkan 10 atribut kritis proses bisnis. Sasaran obyektif awal diidentifikasi melalui wawancara, data sekunder perusahaan, serta atribut kritis dan didapatkan 17 sasaran obyektif dan 18 KPI yang telah divalidasi. KPI dibobotkan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy (AHP). Sasaran obyektif dan KPI diturunkan ke level divisi dan dengan metode shared approached cascading dan didapatkan 14 KPI pada level. Uji coba model dilakukan terhadap salah satu di PT WG. OMAX dan Traffic Light system digunakan untuk memunculkan klasifikasi penilaian. Pada perspektif terdapat dua KPI dengan indikator warna kuning dan dua KPI dengan indikator warna hijau. Pada perspektif customer terdapat satu KPI dengan indikator warna kuning dan satu KPI dengan sistem scoring yang tidak terdefinisi karena data capaian perusahaan belum tersedia. Pada perspektif internal business process terdapat dua KPI dengan indikator warna hijau, dua KPI dengan warna kuning, dan dua KPI dengan warna merah. Pada perspektif learning and growth, seluruh KPI mendapatkan indikator warna kuning. Kata Kunci: kinerja, CIMOSA, Balanced Scorecard, Cascading, Analytical Hierarchy, OMAX, Traffic Light system I. PENDAHULUAN Sejak berdirinya rencana pembangunan strategis nasional pertama pada awal tahun 1970, industri konstruksi telah memainkan peran penting dalam hal pembangunan ekonomi, sosial dan budaya Indonesia. Kontribusi industri konstruksi terhadap PDB Indonesia meningkat dari 3,9% pada tahun 1973 menjadi 7,7% pada tahun 2007. Lembaga Monitoring Internasional pada tahun 2009 memperkirakan bahwa Indonesia adalah rumah bagi salah satu industri konstruksi dengan pertumbuhan tercepat di.demikian pula, Howlett (2009) dalam Pamulu (2012) [1] menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari 20 pasar konstruksi terbesar di 2010.Meskipun prospekindustri konstruksi Indonesia telah menjadi menarik dan sangat menjanjikan, banyak perusahaanperusahaan konstruksi lokal masih menghadapi kesulitan yang serius, seperti kinerja yang buruk dan daya saing rendah (Pamulu, 2012). Manajemen kinerja yang dapat diimplementasikan melalui pengukuran kinerja yang komprehensif merupakan salah satu cara organisasi untuk melihat posisi mereka dalam lingkungan bisnis dan kemudian membuat keputusan strategis yang tepat (Kaplan dan Norton, 1996 [2] ; Kagioglou et al., 2001) [3]. Untuk menjaga daya saing dan bertahan di pasar nasional maupun internasional, perusahaan konstruksi harus memahami dengan baik bagaimana kinerja mereka saat ini dan harus seperti apa kinerja mereka kedepannya (Kagioglou et al., 2001). Neely (1999) dalam Isik (2009) [4] menyatakan bahwa mengukur kinerja dilihat sebagai salah satu cara mengetahui kondisi eksisting perusahaan. Sistem pengukuran kinerja yang dinamis kemudian dikembangkan menjadi model referensi Integrated Performance Measurement System atau yang biasa disingkat menjadi IPMS (Bititci dkk, 1997) [5]. Medori dan Steeple (2000) dalam Isik (2009) juga mengembangkan Integrated Performance Measurement Framework (IPMF). Sementara Kaplan dan Norton (1992) mengembangkan model Balanced Scorecard (BSC) yang mengukur aspek tangible maupun intangible assets pada suatu organisasi. Persaingan industri memaksa industri konstruksi untuk menciptakan filosofi baru untuk mengukur performansinya meliputi indikator kinerja berbasis finansial, dan indikator kuantitatif lainnya seperti biaya, durasi, dan lainlain.penelitian ini dilakukan di PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (PT WG) sebagai salah satu anak perusahaan dari PT Wijaya Karya yang bergerak di bidang industri konstruksi gedung bertingkat.untuk memastikan pencapaian kinerja yang terbaik, maka perusahaan menggunakan sasaran usaha pada enam perspektif sesuai MalcolmBaldrige Criteria for Performance Excellence, diterjemahkan ke dalam Key Performance Indicator (KPI) dan diturunkan ke setiap unit kerja. Hasil pencapaian pada setiap unit kerjasampai dengan integrasinya di perusahaan induk, dipantausetiap bulan. Sehingga bila terjadi penyimpangan, dapat segera diupayakan tindak lanjut agar sasaran tetap bisa dicapai. Model Malcom Baldrige merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan dan terus menerus (continuous improvement) dengan menggunakan pengukuran dan memberikan feedback mengenai kinerja organisasi secara keseluruhan dalam penyediaan produk dan jasa yang berkualitas. Model Malcolm Baldrige menekankan pada dampak eksternal sebagai pelaporan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan disusun model pengukuran kinerja yang fokusnya adalah pada proses internal perusahaan.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kinerja akan mampu bertahan dan tumbuh dalam lingkungan bisnis yang kompetitif (Mulyadi, 2001). Oleh karena itu, PT WG pun harus mampu meningkatkan kinerjanya baik dari aspek internal maupun eksternal agar dapat bersaing di dunia industri konstruksi.industri konstruksi merupakan salah satu industri yang berbasis pada.sistem organisasi pada industri ini berbasis pada kegiatan operasi mereka yang terdiri - itu sendiri. kinerja berkaitan dengan menentukan, mengatur, dan menyajikan biaya, jadwal, dan informasi kinerja melalui metode yang memungkinkan manajer mendapatkan informasi yang lebih reliable untuk menganalisa trade-off tersebut pada waktu yang tepat. Pada dasarnya, pengukuran kinerja baik itu pada maupun kinerja perusahaan secara keseluruhan harus mempertimbangkan juga aspek intangible assets. Salah satu alat ukur yang memasukkan unsur finansial dan non finansial dalam mengukur kinerja perusahaan adalah Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton, 1992) yang mengukur kinerja perusahaan pada empat perspektif yang seimbang (balance) yaitu: financial, customer, internal business process, dan learning and growth. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu model pengukuran kinerja perusahaan berbasis dimana pengukuran kinerja pada level telah diselaraskan dengan level korporat. II. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Proses Bisnis Pada tahap ini dilakukan identifikasi proses bisnis PT WG. Pencarian data dilakukan dengan metode interview, benchmarking, serta studi literatur. Proses identifikasi mengacu pada kerangka kerja Computer Integrated Manufacturing for Open System Architecture (CIMOSA) untuk mendapatkan atribut kritis proses bisnis PT WG. CIMOSA merupakan suatu pemodelan kerangka kerja perusahaan, yang bertujuan untuk mendukung integrasi proses bisnis dalam perusahaan dengan yang meliputi mesin, komputer, dan manusia. Identifikasi dilakukan hingga menghasilkan CIMOSA Level 1. Gambar 1. Kerangka Kerja CIMOSA Level 0 B. Penentuan Sasaran strategis dan KPI Sasaran strategis dan KPI diidentifikasi dengan menelaah visi, misi, strategi perusahaan, hasil wawancara dengan pihak manajemen, atribut kritis hasil identifikasi CIMOSA, serta data sekunder perusahaan (Laporan Tahunan, Laporan Kemajuan, RKAP, dll). Sasaran strategis diklasifikasikan ke dalam empat perspektif yang terdapat dalam Balanced Scorecard, yakni financial, customer, internal business process, learning and growth. BSC merupakan metode penilaian kinerja unit usaha yang melengkapi ukuran kinerja keuangan masa lampau dengan pemacu kinerja unit usaha di masa depan. Sasaran strategis dan KPI masingmasing divalidasi dengan menyebarkan kuesioner kepada pihak manajemen perusahaan. Tabel 1. Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Metode Kinerja Metode Kelebihan Kekurangan Kinerja Tradisional Kinerja untuk Manufacturing kelas dunia Performance Criteria Systems SMART Performance Measurement Questionaire Balanced Scorecard Lebih detail mengukur aspek finansial perusahaan Mengukur aspek keberhasilan perusahaan berdasarkan aspek manufaktur Tujuan pengukuran dilakukan secara jelas terperinci pada semua aspek didasarkan atas keinginan perusahaan dilakukan pada semua aspek, tidak hanya mengukur untuk masa lalu tetapi juga untuk masa depan Hanya mengukur aspek finansial Belum ada pendetailan tentang cara pengukuran secara kuantitatif Berupa pembandingan dengan perusahaan lain didasarkan pada visimisi korporat Belum mengacu pada aspek visi-misi yang jelas Orientasi pada keuntungan shareholder dan terpaku pada visimisi perusahaan. C. Pembobotan KPI Korporat KPI yang sudah divalidasi kemudian dibobotkan dengan menggunakan software pembobotan metode Analytical Hierarchy (AHP). AHP (Analytical Hierarchy ) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut (Saaty, 1980), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang komplek dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti oleh level faktor, kriteria, sub kriteria dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Tabel 2. Skala Perbandingan Berpasangan Tingkat Definisi Kepentingan 1 Kedua elemen sama penting Satu elemen sedikit lebih penting 3 daripada elemen yang lain. Satu elemen sesungguhnya lebih penting 5 dari elemen yang lain. Satu elemen jelas lebih penting dari 7 elemen yang lain.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 Tingkat Kepentingan 9 2,4,6,8 Definisi Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lain. Nilai tengah diantara 2 penilaian yang berdampingan. Data masukan didapat dari kuisioner perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar perspektif BCS dan antar KPI dalam perspektif BSC tersebut. D. Cascading Setelah sasaran strategis dan KPI telah dibangun pada level unit organisasi yang paling tinggi, maka sasaran strategis dan KPI tersebut sebaiknya diturunkan (cascade) dan diselaraskan (aligned) sampai dengan level unit organisasi yang paling rendah, bahkan ke tingkat individu, agar dapat dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam organisasi. Cascading dilakuan melalui diskusi dengan pihak manajemen PT WG. Cascading merupakan proses menurunkan sasaran obyektif, KPI, dan inisiatif strategis (bila diperlukan) ke level unit organisasi yang lebih rendah. Dalam beberapa literatur cascading disebut vertical alignment. Sementara itu, horizontal alignment (selanjutnya disebut alignment) merupakan proses untuk menjamin bahwa sasaran obyektif, KPI, dan inisiatif strategis yang dibangun telah selaras dengan unit yang selevel. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan cascading contributary karena beberapa sasaran obyektif akan diturunkan secara identik dan beberapa akan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran strategis pada level Tabel 3. Klasifikasi Cascading Simbol KPI Fully cascaded ₀ Partially cascaded Contributing E. Pembobotan KPI Proyek Setelah KPI diidentifikasi pada proses cascading, selanjutnya dilakukan pembobotan KPI dengan proses yang sama seperti pada pembobotan KPI korporat. III. HASIL DAN DISKUSI A. Atribut Kritis Proses Bisnis PT WG Penentuan atribut kritis dilakukan sebagai data masukan dalam penentuan sasaran strategis PT WG. Atribut kritis proses bisnis tersebut berdasarkan hasil analisis CIMOSA adalah sebagai berikut: Tabel 4. Atribut Kritis No. Atribut 1 Implementasi inovasi pada pelaksanaan 2 relationship management 3 Jumlah yang dijalankan 4 Efisiensi pembangunan 5 Ketepatan penyelesaian No. Atribut 6 Kualitas bangunan 7 Pembangunan yang berwawasan lingkungan 8 Produktivitas karyawan 9 Kepuasan karyawan 10 Pengelolaan sistem informasi yang baik B. Sasaran Obyektif Korporat Terdapat 17 sasaran obyektif korporat yang telah divalidasi dari 18 sasaran obyektif yang diidentifikasi. Sasaran obyektif yang telah divalidasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5. Sasaran Obyektif Korporat F1 F2 F3 F4 C1 C2 C3 C4 I1 I2 I3 I4 I5 L1 L2 L3 L4 Sasaran Obyektif Return of Investment (ROI) nilai arus kas laba kotor penjualan market share profitabilitas pelanggan akuisisi pelanggan customer engagement quality assurance efisiensi pembangunan pengelolaan kualitas keramahan lingkungan inovasi waktu penyelesaian (lead time) produktivitas karyawan kepuasan karyawan efektifitas knowledge management pengelolaan masa transisi post-project C. KPI Korporat Pembobotan KPI dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing KPI. Hasil pembobotan KPI pada level korporat adalah sebagai berikut: Tabel 6. KPI Korporat Nilai arus kas 0,193 Tingkat revenue 0,105 Tingkat laba kotor 0,067 ROI 0,088 satisfaction index (CSI) 0,018 Presentase market share 0,007 Jumlah pelanggan baru 0,038 Indeks customer profitability (CP) 0,080

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 D. Peta Strategi Korporat Indeks Q-PASS (Quality Procedure Assesment) 0,069 Tingkat efisiensi pengadaan (procurement) 0,018 Indeks risk management 0,021 Indeks safety, health, and environment (SHE) 0,025 Tingkat implementasi inovasi 0,010 Tingkat ketepatan waktu penyelesaian 0,050 Indeks efektifitas knowledge management 0,113 Indeks kepuasan karyawan 0,054 Indeks produktivitas karyawan 0,016 Jumlah karyawan yang naik jabatan dalam setahun 0,029 laba kotor Return of Investment (ROI) customer profitability penyelesaian efektifitas knowledge management kualitas dan efisiensi pembangunan nilai arus kas kepuasan karyawan market share akuisisi pelanggan quality assurance inovasi produktivitas karyawan revenue customer engagement pengelolaan kualitas keramahan lingkungan pengelolaan masa transisi post-project Gambar 2. Peta Strategi Korporat Setelah sasaran strategis teridentifikasi, selanjutnya adalah mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar sasaran strategis yang harus dijalankan seluruh bagian organisasi untuk mewujudkan target atau objektif kinerja organisasi. Hubungan sebab akibat antar sasaran strategis tersebut ditampilkan pada Gambar 2. E. Pembobotan KPI Proyek KPI yang diturunkan dari level korporat ke level dapat digunakan sebagai indikator kinerja dalam pelaksanaan. KPI yang sudah diturunkan tersebut dibobotkan dengan hasil sebagai berikut: Tabel 7. KPI Proyek (0,116) (0,259) (0,526) (0,100) ROI 0,014 Tingkat laba kotor 0,057 Nilai arus kas 0,009 Tagihan bruto 0,035 satisfaction index (CSI) 0,194 Indeks customer profitability (CP) 0,065 Indeks Q-PASS (Quality Procedure Assesment) 0,176 Tingkat ketepatan jadwal 0,077 Indeks safety, health, and environment (SHE) 0,035 Tingkat implementasi inovasi 0,041 Indeks risk management 0,075 Tingkat efisiensi pengadaan (procurement) 0,121 Indeks efektifitas knowledge management 0,012 Indeks kepuasan karyawan 0,032 Indeks produktivitas karyawan 0,056 IV. UJI COBA MODEL Pada tahap ini akan dilakukan uji coba pengukuran kinerja dengan menggunakan model yang telah dikembangkan sebelumnya. Uji coba dilakukan pada pembangunan Pasar Modern Puncak Permai. Pencapaian KPI pada perspektif financial sudah dapat dikatakan baik karena tidak terdapat KPI dengan indikator berwarna merah. Indikator nilai arus kas dan tagihan bruto mendapatkan indikator warna hijau. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian KPI tersebut sudah hampir mendekati target, begitu pula dengan capaian indikator laba kotor yang mendapatkan skor 8. Sementara KPI dengan skor terendah adalah pada KPI ROI. Nilai laba dan tagihan bruto sudah cukup tercapai dengan baik. Sehingga pencapaian ROI yang rendah dapat diakibatkan karena nilai capital employed yang cukup besar untuk ini. Pada perspektif customer, KPI yang dapat diukur hanya indikator indeks CSI yang menggambarkan tingkat kepuasan pelanggan. Indikator tersebut mendapatkan skor 8

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 yang berarti bahwa pencapaiannya sudah baik. Hal ini sesuai dengan bobot KPI tersebut yang cukup besar. Pada perspektif internal business process, pencapaian KPI nya cukup seimbang. Hal ini terlihat dari pencapaian KPI yang tersebar merata pada masing-masing indikator warna. Indikator dengan warna hijau adalah indeks QPASS dan ketepatan jadwal. Indikator risk management dan indeks SHE mendapatkan indikator warna kuning dengan skor masing-masing sebesar 8 dan 7. Indeks risk management mendapatkan skor tersebut karena rencana nilai risiko yang dicadangkan telah terpakai sebesar 17% dan menjadi nilai risiko yang terpakai. Tingkat efisien pengadaan dan tingkat implementasi inovasi mendapatkan indikator warna merah dengan skor yang sama sebesar 2. Sementara tingkat implementasi inovasi mendapatkan nilai rendah karena pembangunan pasar tersebut secara struktur, arsitektur, maupun MEP tidak memiliki pengembangan atau inovasi yang cukup signifikan. Pada perspektif learning and growth, seluruh KPI mendapatkan indikator warna kuning. Indeks efektivitas knowledge menunjukkan pencapaian sebesar 0,850. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah instruksi kerja yang dibuat oleh fungsi engineering PT WG masih belum terlaksana dengan baik. Selanjutnya indeks kepuasan karyawan memiliki nilai pencapaian sebesar 0,650. Hasil yang didapat berdasarkan pengisian kuisioner kepuasan kerja oleh karyawan PT WG mengindikasikan bahwa masih terdapat kekurangan. Namun KPI ini masih dalam cakupan skor 8 sehingga tidak begitu memerlukan peningkatan. Indeks produktivitas karyawan memiliki nilai pencapaian sebesar 0,885. Hal ini berarti masing-masing karyawan menyumbangkan penjualan sebesar 88,5% dari target produktivitas karyawan ada periode tersebut. Secara keseluruhan, skor yang didapatkan oleh Pasar Modern Puncak Permai adalah sebesar 6, 799 dari total skor maksimal sebesar 10. V. KESIMPULAN/RINGKASAN KPI pada level hendaknya mendukung pencapaian KPI pada level korporat. Dalam hal ini, atribut kritis proses bisnis korporat akan diselaraskan dengan indikator kinerja. Dengan metode cascading yang telah dilakukan, didapatkan KPI pada level yang merupakan penerjemahan dari KPI korporat. Pencapaian DAFTAR PUSTAKA [1] Pamulu, Muhammad Sapri. 2012. Strategic Management Practices in the Construction Industry: A Dynamic Capabilities View. Lap Lambert Academic Publishing [2] Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard School Press. [3] Kagioglou, M., Cooper, R., and Aouad, G. (2001). Performance Management in Construction: a Conceptual Framework. Construction Management and Economics [4] Isik, Zeynep. (2009). A Conceptual Performance Measurement Framework for Construction Industry. Tesis yang diserahkan pada Middle East Techinical University. [5] Bititci, U. S., Carrie, A. S, McDevitt, L. (1997). Integrated Performance Measurement System. International Jourmal of Operational Product Management.