Informasi Kanal Sadewa 3.0. Didi Satiadi Bidang Pemodelan Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TEORI DASAR

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 2012

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

Novvria Sagita 1), Ratih Prasetya 2) Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

Novvria Sagita dan Ratih Prasetya Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Jl. AA Maramis Bandara Sam Ratulangi, Manado 59374

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK ANALISIS POTENSI BANJIR. Indah Prasasti*, Parwati*, M. Rokhis Khomarudin* Pusfatja, LAPAN

LAMPIRAN 1 : Prosedur Identifikasi Awan dengan Citra Satelit MTSAT

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

IDENTIFIKASI SEBARAN ASAP MELALUI METODE RGB CITRA SATELIT HIMAWARI 8 (KASUS: KEBAKARAN HUTAN DI SUMATERA DAN KALIMANTAN 15 SEPTEMBER 2015)

ISTILAH DI NEGARA LAIN

VERIFIKASI MODEL ATMOSFER WILAYAH TERBATAS DALAM SIMULASI CURAH HUJAN

PENENTUAN DISTRIBUSI TIPE AWAN DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MTSAT IR1

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Historis Banjir Jakarta

ANALISA CUACA BANJIR DI ACEH UTARA TGL FEBRUARI 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

ANALISIS PERTUMBUHAN, PERGERAKAN, DAN INTENSITAS SIKLON TROPIS MARCIA BERBASIS DATA SATELIT MTSAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

Pertemuan 02. Faktor Manusia. Sistem Komputer. Hardware

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk sebagai salah satu wilayah yang berada di daerah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

I PENDAHULUAN. α =...(1) dimana, α : albedo R s : Radiasi gelombang pendek yang dipantulkan R s : Radiasi gelombang pendek yang datang

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Stasiun Meteorologi kelas III Nangapinoh-Melawi,Kalimantan Barat 2

Model Sederhana Penghitungan Presipitasi Berbasis Data Radiometer dan EAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DI PROPINSI BANTEN TANGGAL 24 NOPEMBER 2008

Kajian Satelit Penginderaan Jauh Cuaca Generasi Baru Himawari 8 dan 9

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA

Mengenal Lebih Dekat Informasi Cuaca Penerbangan

PERBANDINGAN CURAH HUJAN HASIL SIMULASI MODEL SIRKULASI UMUM ATMOSFER DENGAN DATA OBSERVASI SATELIT TRMM

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Gambar 1. Teteasan air dan Kristal es di dalam awan menghamburkan spectrum cahaya tampak kesegala arah

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISA SEBARAN AWAN UNTUK MENENTUKAN PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JARAK JAUH

2015 RANCANG BANGUN ALAT PENGHILANG EMBUN DAN BEKAS AIR HUJAN OTOMATIS UNTUK ALLSKY CAMERA DI OBSERVATORIUM BOSSCHA

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

Radiasi Elektromagnetik

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

3 BAB III DATA DAN METODOLOGI

ANALISIS HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN RADAR CUACA DI JAMBI (Studi Kasus 25 Januari 2015)

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

PENENTUAN ONSET MONSUN DI WILAYAH INDO-AUSTRALIA BERDASARKAN LOMPATAN ITCZ

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

I.148 PEMBANGUNAN STASIUN PEMANTAU CUACA UNTUK MENDUKUNG PUSAT DATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN. Devi Munandar, S.Kom

ANALISA CUACA BANJIR DI ACEH UTARA TGL JANUARI 2016

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS KONDISI CUACA DI WILAYAH GALELA, HALMAHERA UTARA TANGGAL 11 FEBRUARI 2018

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program Sarjana di Program Studi Meteorologi. oleh : M. RIDHO SYAHPUTRA ( )

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SENSITIVITAS RADAR CUACA DOPPLER C-BAND (CDR) TERHADAP KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI KECAMATAN SIBORONGBORONG TANGGAL 29 JANUARI 2013

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Transkripsi:

Informasi Kanal Sadewa 3.0 Didi Satiadi Bidang Pemodelan Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Catatan Teknis No. SADEWA-TN-001 20 Januari 2014

Pendahuluan Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa) merupakan sebuah sistem informasi peringatan dini bencana berbasis teknologi satelit dan juga dapat dilengkapi dengan sensor-sensor terestrial. Sadewa berfungsi untuk memberikan peringatan dini kepada pihakpihak yang terkait dengan penangangan kejadian bencana sebagai bagian dari pengelolaan resiko bencana. Sadewa terdiri dari sub-sistem pemantauan, sub-sistem prakiraan, dan sub-sistem peringatan. Sadewa memantau kondisi lingkungan mendekati real time dari satelit maupun sensor-sensor permukaan, kemudian memprakirakan kemungkinan terjadinya potensi bencana dengan menggunakan model-model komputer, dan menyampaikan informasi peringatan dini bencana melalui monitor display di ruang kontrol, website, e-mail maupun pesan singkat (SMS) melalui telepon seluler.

SADEWA 2.0 Satellite Disaster Early Warning System Sistem peringatan dini bencana dapat mengurangi resiko bencana dengan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sadewa memonitor kejadian hujan ekstrim yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi 5 km 2 mendekati real time dan mengirimkan informasi peringatan dini melalui website, e-mail dan pesan singkat (SMS) kepada pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan bencana. Aplikasi Sadewa 2.0 Sadewa terdiri dari sub-sistem pemantauan, sub-sistem prakiraan, dan sub-sistem peringatan Sadewa mengintegrasikan sain atmosfer, teknologi satelit dan teknologi informasi

Spesifikasi Sistem SUB-SISTEM KOMPONEN SPESIFIKASI Pemantauan Satelit Multi-Functional Transport Satellite (MTSAT-2) Software Akuisisi Data Quorum Software Pengolahan Data Lexical Radar Hujan X-Band Radar AWS Produk Litbang LAPAN Sensor Longsor & Banjir Produk Litbang BPPT Prakiraan Software Estimasi Hujan Produk Litbang LAPAN Software Prakiraan Hujan Weather Research Forecast (WRF) Software Gerakan Tanah Produk Litbang LIPI Peringatan Aplikasi Web Produk Litbang LAPAN Aplikasi Pemetaan GoogleMap Monitor Display Wall Mounted LCD-TV Distribusi Informasi SMS-Gateway, website, e-mail Pendukung Komputer/Sistem Operasi PC Workstation/Linux Pemrograman Fortran, HTML, PHP, Java Jaringan Komunikasi LAN, Internet & Selular Administrasi Remote VNC

Spesifikasi Satelit

Spesifikasi Kanal Imager KANAL PANJANG GEL KEGUNAAN VIS 0.55-0.90 μm Memantau kondisi daratan, lautan, dan awan pada siang hari. IR 1 10.3-11.3 μm Memantau fenomena meteorologi dan pengamatan puncak awan. IR 2 11.5-12.5 μm Memantau fenomena meteorologi dan pengamatan puncak awan. IR 3 6.5-7.0 μm Memantau kandungan uap air di awan. IR 4 3.5-4.0 μm Mengidentifikasi awan rendah di malam hari, mengidentifikasi awan tinggi, mendeteksi kebakaran dan mengidentifikasi sifat mikrofisika awan (ukuran partikel).

Karakteristik Gelombang

Konfigurasi Kanal NO KONFIGURASI KANAL FUNGSI 1 IR1 Untuk membedakan antara puncak awan yang tinggi dengan puncak awan yang rendah 2 IR1-IR2 Untuk membedakan antara awan cumulonimbus dengan awan cirrus tipis 3 IR1-IR3 Untuk membedakan antara awan cumulonimbus dengan awan rendah 4 IR4-IR1 Untuk membedakan mikrofisika puncak awan (fase, ukuran) 5 D(IR1)/DT Untuk membedakan awan yang sedang tumbuh dan awan yang sedang luruh 6 D(IR1)/DA Untuk mengidentifikasi lokasi puncak awan konvektif

Estimasi Hujan dengan Komposit Multi-Kanal

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal VIS Kanal visible (cahaya terlihat) menampilkan pantulan dari cahaya matahari (albedo). Albedo tinggi dari awan tebal berwarna putih sedangkan albedo rendah dari awan tipis berwarna gelap atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR1 Kanal IR1 (Infra Merah) menampilkan emisi dari puncak awan (temperatur). Temperatur dingin dari awan tinggi berwarna merah gelap sedangkan temperatur hangat dari awan rendah berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR2 Kanal IR2 (Infra Merah) menampilkan emisi dari puncak awan (temperatur). Temperatur dingin dari awan tinggi berwarna hijau gelap sedangkan temperatur hangat dari awan rendah berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR3 Kanal IR3 (Infra Merah) menampilkan emisi dari puncak awan (temperatur) yang sebagian diserap oleh uap air. Temperatur dingin dari awan tinggi berwarna cyan gelap sedangkan temperatur hangat dari awan rendah berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR4 Kanal IR4 (Infra Merah) menampilkan emisi dari puncak awan (temperatur) juga sedikit pantulan cahaya matahari (emisi). Temperatur dingin dari awan tinggi berwarna magenta gelap sedangkan temperatur hangat dari awan rendah berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR1-IR2 Kanal IR1-IR2 menampilkan perbedaan antara kanal IR1 dan IR2. Perbedaan kecil menunjukkan awan tinggi dan tebal (cumulonimbus) berwarna hijau gelap sedangkan perbedaan yang besar menunjukkan ketiadaan awan atau awan tipis (cirrus) berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR1-IR3 Kanal IR1-IR3 menampilkan perbedaan antara kanal IR1 dan IR3. Perbedaan kecil menunjukkan awan tebal (cumulonimbus) berwarna biru gelap sedangkan perbedaan yang besar menunjukkan ketiadaan awan atau awan rendah (cumulus) berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR4-IR1 Kanal IR4-IR1 menampilkan perbedaan antara kanal IR4 dan IR1. Perbedaan besar menunjukkan awan dengan butir air/es besar berwarna kuning cerah sedangkan perbedaan yang kecil menunjukkan ketiadaan awan atau awan dengan butir air/es kecil berwarna lebih gelap atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR1T Kanal IR1T menampilkan diferensial temperatur kanal IR1 dengan temperatur satu jam sebelumnya (DTB1/DT). Nilai negatif menunjukkan awan tumbuh berwarna magenta terang sedangkan nilai positif menunjukkan awan luruh berwarna lebih gelap atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal IR1A Kanal IR1A menampilkan diferensial temperatur kanal IR1 dengan temperatur rata-rata piksel di sekelilingnya (DTB1/DA). Nilai positif menunjukkan puncak awan konvektif berwarna hijau gelap sedangkan nilai negatif menunjukkan anvil berwarna lebih terang atau transparan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal COM Kanal COM menampilkan komposit antara kanal IR1, IR1-IR2 dan IR1-IR3. Warna terang menunjukkan curah hujan tinggi sedangkan warna gelap atau transparan menunjukkan curah hujan rendah atau tidak terjadi hujan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal Hujan Kanal Hujan menampilkan curah hujan estimasi berdasarkan kanal IR1 dan IR1-IR3. Warna terang menunjukkan curah hujan tinggi sedangkan warna gelap atau transparan menunjukkan curah hujan rendah atau tidak terjadi hujan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal P50 Kanal P50 memperlihatkan curah hujan prediksi model numerik WRF di wilayah Indonesia dengan resolusi 50 km. Warna hitam menunjukkan curah hujan tinggi sedangkan warna putih atau transparan menunjukkan curah hujan rendah atau tidak terjadi hujan. Prediksi tersedia hingga 24 jam ke depan.

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Kanal P5 Kanal P5 memperlihatkan curah hujan prediksi model numerik WRF di wilayah Indonesia dengan resolusi 5 km. Warna hitam menunjukkan curah hujan tinggi sedangkan warna putih atau transparan menunjukkan curah hujan rendah atau tidak terjadi hujan. Prediksi tersedia hingga 24 jam ke depan

Tampilan Pengamatan Satelit MTSAT Posisi ITCZ Kanal ITCZ memperlihatkan posisi rata-rata lintang ITCZ di wilayah Indonesia berdasarkan suhu puncak awan minimum dari kanal IR1 satelit MTSAT ditunjukkan dengan garis merah (saat ini belum berjalan otomatis).

Tampilan Overlay untuk Penelitian, Analisis dan Validasi Seluruh kanal yang tersedia pada aplikasi Sadewa 3.0 dapat ditampilkan secara overlay dengan mengklik chekbox yang sesuai untuk keperluan penelitian, analisis dan validasi

Terima Kasih satiadi@bdg.lapan.go.id satiadi@yahoo.co.uk